BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Definisi dan Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Ada beberapa definisi tentang manajemen pada umumnya, walaupun definisi itu beragam bunyinya, tetapi pada pokoknya unsur-unsur yang ada didalamnya adalah sama diantaranya adalah : Menurut Appley dan Oey Liang Lee (2010:16) : “Manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk melaksanakan suatu aktifitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai-nilai estetika kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi, mengawasi, mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk tercapainya tujuan yang dimaksudkan”. Sedangkan menurut G.R. Terry (2010:16) menjelaskan bahwa: “Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Athoillah, 2010).
8
9
Pengertian dari masing-masing proses tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaan Perencanaan disini berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatankegiatan mereka sebelum melaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat.
2.
Pengorganisasian Pengorganisasian disini berarti para manajer mengkoordinasikan sumber daya, sumber daya manusia dan material organisasi. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pengkoordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer.
3.
Pengarahan Pengarahan disini berarti bahwa para manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi bawahan. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tetapi menyelesaikan tugas-tugas melalui orang lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan secara paling baik.
4.
Pengawasan Pengawasan disini berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi ada pada jalur yang salah, manajer harus membetulkannya.
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni. 2. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koorperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (Man, Money, Methods, Materials, Machines, and Market, yang disingkat 6M).
10
3. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing),
pengarahan
(directing),
dan
pengendalian (controlling).
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia yang disingkat MSDM adalah suatu
ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secaraefisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. Adapun pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, penulis kutip dari beberapa pendapat ahli sebagai berikut: Menurut Bohlarander dan Snell, (2010:4) mengemukakan bahwa: “Manajemen sumber daya manusia adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dan bekerja”. Menurut Marwansyah (2010:3) mengemukakan bahwa: “Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial”. Jadi manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan sumber dayamanusia
dengan menerapkan
fungsi manajemen
dalam
aktifitas
operasional untuk mencapai tujuan organisasi (Rika, 2011). Dari definisi di atas sangatlah jelas bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah menyangkut ilmu dan seni untuk memperoleh tenaga kerja yang tepat sesuai denga kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
11
Dari pengertian tersebut pula dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab Manajemen Sumber Daya Manusia mempunyai peranan penting dalam rangka mendukung pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung kepada manusiamanusia yang mengelola organisasi itu. Oleh karena itu karyawan tersebut harus dikelola dengan baik sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi yang bersangkutan. Oleh karenaitu sumber daya manusia tersebut harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna dan berhasil dalam mencapai tujuan organisasi.
2.2.2
Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional. Melalui fungsi ini, kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia mengusahakan agar tujuan individual, organisasi maupun masyarakat dapat tercapai. Menurut Mathis dan Jackson (dalam Rika, 2011) manajemen sumber daya manusia terdiri dari beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan
yang terjadi dalam konteks organisasi, berikut aktivitas SDM,
yaitu: 1. Perencanaan dan Analisis SDM melalui perencanaan SDM, manajer dapat mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Hal ini sangat penting untuk memiliki Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) guna memberikan informasi yang akurat dan tepat waktunya untuk perencanaan SDM.
12
2. Peluang Pekerjaan yang Sama Pemenuhan hukum dan peraturan tentang
kesetaraan
kesepakatan
kerja
(Equal
Employment
Opportunity/EEO) mempengaruhi semua aktifitas SDM yang lain dan integral dengan manajemen SDM. 3. Pengembangan SDM dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan
SDM juga
pekerjaan. Ketika pekerjaan diperlukan
pelatihan
ulang
meliputi
pelatihan
keterampilan
berkembang dan berubah maka yangdilakukan terus menerus untuk
menyesuaikan perubahan teknologi. 4. Kompensasi dan Tunjangan Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan kepada pekerjaan melalui gaji, insentif, dan tunjangan. Para pemberi kerja harus mengembangkan dan memperbaiki sistem upah dan gaji dasar mereka. 5. Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan adalah hal yang sangat penting. Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telat menjadikan organisasi lebih responsif terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan. 6. Hubungan Karyawan dan Buruh/Manajemen Hubungan antara para manajer dan karyawan harus ditangani secara efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama. Merupakan suatu hal yang penting untuk mengembangkan, mengkomunikasikan, dan meng-update kebijakan dan prosedur SDM sehingga para manajer dan karyawan sama-sama tahu apa yang diharapkan. 2.3
Gaya Kepemimpinan
2.3.1
Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal
dari
kata “leader”.
Pemimpinan (leader) adalah
orang
yang
memimpin,
sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntunan. Dari “pimpin” lahirlah kata kerja“memimpin” yang artinya membimbing dan menuntun.
13
Pemimpin adalah merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamisator, dan inovator dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin. K(artono, 2006:10) Menurut Robbin (2006:6) Kepemimpinan merupakan kemampuan memotivasi karyawan, mengatur aktivitas individu lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan konflik di antara anggotanya. Yukl (2010:3) menyatakan bahwa : “Kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa “kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi”. Menurut Northouse (dalam Husain, 2011;48) menyatakan bahwa : “Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi individuindividu
dalam
kelompok
dalam
rangka
pencapaian
tujuan
bersama”. Selanjutnya Engkoswara dan Aan (2011:177) menguraikan beberapa definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli, diantaranya: a) Rauch and Behling mengemukakan : “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan”. b) Kotler mengemukakan bahwa : “Kepemimpinan adalah
proses
menggerakkan
seseorang atau
sekelompok orang kepada tujuan-tujuan yang umumnya ditempuh dengan cara-cara yang tidak memaksa”.
14
c) Jacobs and Jacques, mengemukakan bahwa : “Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran”. d)
Dubrin, A.J., mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi”.
e)
Northouse, P.G. mengemukakan bahwa : “Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran dalam kondisi tertentu. Kepemimpinan juga merupakan suatu fungsi yang harus dilaksanakan dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan itulah yang setiap saat mengambil keputusan tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam organisasi. Setiap organisasi memerlukan kepemimpinan tertentu yang sering berbeda antar satu organisasi dengan organisasi lainnya. Disamping itu setiap organisasi selalu mengalami
perubahan
situasi
dimana
setiap
situasi
memerlukan
gaya
kepemimpinan yang berbeda. 2.3.2
Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor alamiah seperti karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang dibawa seseorang dalam melakukan aktivitas. Gaya Kepemimpinan pengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, dalam praktek perilaku mengajar yang dipertunjukkan pengajar (dosen) sangat beraneka ragam. Aneka ragam perilaku pengajar (dosen) dalam mengajar ini bila ditelusuri akan diperoleh gambaran pola umum interaksi antara pengajar (dosen), isi, atau bahan pelajaran dan mahasiswa.
15
Menurut Miftah Thoha (2010:49) mengemukakan bahwa : “Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan” Menurut Tjiptono (2006:161): “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain” Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan (mengajar) pengajar dalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang pengajar (dosen) dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian mahasiswa dalam mencapai tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya kepemimpinanpengajar
(dosen)
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
menentukan keberhasilan proses belajar mahasiswa. Oleh karena itu, apabila seorang pengajar (dosen) memiliki gaya kepemimpinanyang baik, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa juga menjadi lebih baik. 2.3.3
Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan Menurut Siagian (2008:36–37) Ada tiga tipe pokok kepemimpinan,
yaitu : a.
Tipe Kepemimpinan Otoriter. Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satuorang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dantugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan,perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinyalebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
16
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas. Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat. c.
Tipe Kepemimpinan Demokratis. Tipe kemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, hasil pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dapat dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin iniselalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin.Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah.
2.3.4
Karakteristik Gaya Kepemimpinan Pengajar Dalam mengajar seorang pengajar (dosen) mempunyai penampilan yang
berbeda-beda berikut ini penulis membagi karakteristik pengajar (dosen) dalam mengajar menjadi dua: a. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Pengajar (Dosen) yang Positif 1)
Menguasai materi pelajaran secara mendalam
2)
Mempunyai wawasan luas
3)
Komunikatif
4)
Dialogis
5)
Menggabungkan teori dan praktik
17
6)
Bertahap
7)
Mempunyai variasi pendekatan
8)
Tidak memalingkan materi pelajaran
9)
Tidak terlalau menekan dan memaksa
10) Humoris, tapi serius. (Jamal Ma’mur Asmani, 2009:115-137) b. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Pengajar (Dosen) yang Negatif 1) Duduk diatas meja ketika mengajar 2) Mengajar sambil merokok 3) Mengajar sambil main HP 4) Tidur sewaktu mengajar 5) Menganggap diri paling pandai 6) Mengajar secara monoton 7) Sering bolos mengajar 8) Tidak disiplin 9) Berpakaian tidak rapi 10) Membiarkan mahasiswa saling menyontek suka memberi PR tanpa mengoreksi. (Masykur Arif Rahman, 2011:5-6)
2.3.5
Fungsi Gaya Kepemimpinan Menurut Pasolang (2008 : 34-35) mengemukakan secara operasional lima
fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : 1. Fungsi Instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
18
2. Fungsi Konsultasi Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orangorang yang dipimpinannya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang yang dipimpin dapat dilakukan
setelah
pelaksanaan.
keputusan
Dengan
ditetapkan
menjalankan
dan
fungsi
sedang
dalam
konsultasi
dapat
diharapakan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. 3. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusahan mengaktifkan orang yang dipimpinannya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuannya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuanmaupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
19
5. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Sedangkan
Siagian
(2009:47)
mengemukakan
ada
lima
fungsi
kepemimpinan yakni : 1. Pemimpin sebagai penentu arah yaitu sebagai penentu arah yanghendak
ditempuh
oleh
organisasi
menuju
tujuannya
sedemikianrupa sehingga mengoptimalkan penempatan segala sarana danprasarana yang tersedia. 2.
Pemimpin sebagai wakil atau juru bicara yaitu pemimpun merupakan puncak organisasi menjadi wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi.
3. Pemimpin
sebagai
komunikator
yang
efektif
yaitu
suatu
proses pemeliharaan hubungan yang baik kedalam maupun keluar oleh seorang pimpinan melalui komunikasi baik lisan maupun tertulis. 4. Pemimpin sebagai moderator yang handal yaitu seorang pemimpin yang berfungsi sebagai mediator dalam menyelesaikan situasi komplek yang mungkin timbul dalam organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik dalam hubungan keluar yang dihadapi dan diatasi.
20
2.3.6
Indikator Gaya Kepemimpinan Menurut (Yalk, dalam Hari Mulyadi, 2004:14) ada beberapa indikator-
indikator gaya kepemimpinan, yaitu: 1. Mempengaruhi orang lain (memotivasi dan memberikan inspirasi) 2. Memberi imbalan dan dukungan 3. Mengembangkan dan membimbing
2.4
Efektivitas
2.4.1
Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai beberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan.hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas. Menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentasi target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. Sedangkan menurut Kurniawan (2005:109): “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya” Menurut Keban (dalam buku Herbani Pasolong, 2010:4) mengatakan bahwa: “Suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai”. Sedangkan menurut Ravianto (1989:113): “Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif”.
21
Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh managemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
2.4.2
Faktor-faktor yang Menentukan Efektivitas Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas, seperti yang dikemukakan
oleh Ricard M. Steers, yang menyatakan adanya empat faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu : a. Karakteristik Organisasi Terdiri dari struktur dan teknologi organisasi dimana yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, sehubungan dengan
susunan
sumber
daya
manusianya.Struktur
meliputi
bagaimana organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan orang-orang dalam menyelesaikan pekerjaannnya.Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi didalam mencapai sasaran, disamping juga dituntut adanya penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. b. Karakteristik Lingkungan Mempunyai pengaruh penting di dalam organisasi.Lingkungan itu mencakup dua aspek yang berhubungan, yaitu lingkungan ekstern dan intern. c.
Karakteristik Pekerja Merupakan karakteristik yang penting, karena pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di dalam organisasi. Pekerja merupakan modal utama didalam organisasi yang akan berpengaruh terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang canggih dan didukung adanya struktur yang baik, tanpa adanya pekerja maka semuanya itu tidak berguna.
22
d. Karakteristik Kebijaksanaan dan Manajemen Kebijaksanaan dan praktek managemen dapat mempengaruhi pencapaian hasil atau dapat juga merintangi pencapaian tujuan.Dalam hal ini mencakup bagaimana kebijaksanaan dan praktek pimpinan dalam tanggung jawabnya terhadap para pekerja dan organisasi. 2.4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas, menurut Siagian,
(1983:154) adalah : a. Ketrampilan Ketrampilan banyak pengaruhnya terhadap efektivitas.Keterampilan pengajar dalam suatu instansi dapat ditingkatkan melalui latihanlatihan. b. Motivasi Dengan adanya motivasi mendorong seseorang utuk lebih giat dalam menjalankan tugasnya. c.
Disiplin Kerja Keadaan yang menyebabkan/memberikan dorongan kepada dosen untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan normanorma/peraturan yang telah ditetapkan
d. Sikap dan Etika Kerja Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena akan menciptakan hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara pelaku dalam proses yang akan meningkatkan efektivitas belajar mengajar. e.
Gizi dan Kesehatan Apabila ada dosen yang mengalami gangguan kesehatan dan ia tidak dapat melaksanakan pekerjaannya maka secara otomatis tidak akan ada efektivitas dlam proses belajar mengajar.
23
f.
Tingkatan Penghasilan Penghasilan atau gaji yang cukup berdasarkan prestasi kerja akan memberi semangat sehingga efektivitas akan tercapai.
g. Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja yang mendukung akan menambah kerja yang lebih efektif. h. Sarana/Alat Dengan adanya peralatan dan perlengkapan yang memadai dan menunjang akan meningkatkan efektivitas. i.
Manajemen Adanya manajemen yang baik maka dosenakan terorganisasi dengan baik yang akan mendukung suatu efektivitas proses belajar mengajar.
j.
Kesempatan Berprestasi Setiap orang ingin mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, dengan diberikan kesempatan berprestasi maka dosenakan dapat meningkatkan efektivitas.
2.4.4
Belajar yang Efektif Menurut Muhibbin Syah (1995:88): “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami mahasiswa”. Menurut Gordon H. Bower & Ernest R. Hilgard yang dikutip Noerhadi
Djamal (2004:25): “Belajar adalah perubahan perilaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan itu dapat dijelaskan bukan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang”.
24
Belajar yang efektif dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, untuk meningkatkan cara belajar yang efektif harus memperhatikan beberapa hal yakni : 1) Kondisi internal Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri mahasiswa
itu
sendiri
misalnya
kesehatannya,
keamanannya,
ketentramannya. Menurut Maslow sebagaimana yang dikutip Roestiyah (1982:167168) ada 5 jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi yaitu : a)
Kebutuhan physiologis (kebutuhan jasmani manusia) Untuk dapat belajar yang efektif, mahasiswa harus sehat jangan sampai sakit yang dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasai belajar.
b) Kebutuhan akan keamanan. Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan tidak seimbang mental dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat menganggu kelancaran belajar seseorang. Oleh karena itu agar cara belajar mahasiswa dapat ditingkatkan kearah yang efektif, maka mahasiswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin dipelajari. c)
Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta Keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Oleh karena itu belajar bersama
dengan
kawan-kawan
lain
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan ketajaman berfikir mahasiswa. d) Kebutuhan akan status. Misalnya keinginan akan keberhasilan (optimis) e)
Kebutuhan self-actualisation
25
2) Kondisi Eksternal Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar
diri
pribadi
manusia,
umpamanya
kebersihan
rumah,
penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik atau teratur misalnya : a)
Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang dapat menganggu konsentrasi pikiran.
b) Ruang cukup terang, tidak gelap yang tidak menggangu mata. c)
Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya bukubuku, alat pelajaran, dan sebagainya.
3) Strategi Belajar Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat.Strategi belajar dapat diperlukan untuk dapat mengatur waktu yang seefisien-efisiennya dan mencapai hasil yang semaksimal-maksimalnya. Dibawah ini diberikan beberapa pedoman pelaksanaan cara belajar yang efektif untuk dapat dipelajari agar dapat membantu mahasiswa dalam belajar. a)
Cara mengatur waktu belajar
b) Cara mempelajari bahan pelajaran c)
2.4.5
Cara menpelajari buku bacaan
Mengajar yang Efektif Menurut Roestiyah (1982:44) mengajar yang efektif ialah mengajar yang
dapat membawa belajar mahasiswa yang efektif pula.Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : a.
Belajar secara aktif baik mental atau psikis. Di dalam belajar anak harus mengalami aktifitas mental.
26
b. Harus dapat mempergunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian, mudah diterima, dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang selalusama akan membosankan bagi mahasiswa. c.
Motivasi, hal ini sangat berperanan pada kemajuan perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila motovasi dosen tepat mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar mahasiswa. Dengan tujuan yang jelas mahasiswaakan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum perpengajar (dosen)an tinggi yang memenuhi ketentuan masyarakat dikaitan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang e.
Mempertimbangkan pada perbedaaan individual
f.
Selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar dosenakan mantap didepan kelas.
g. Pengaruh dosen yang sugestif perlu diberikan pula kepada mahasiswa.sugesti yang kuat akan merangsang mahasiswa untuk lebih giat belajar. h. Harus memiliki keberanian, menghadapi mahasiswa juga masalahmasalah yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung. i.
Mampu menciptakan suasana yang demokratis di universitas.
j.
Pada penyajian bahan pelajaran pada mahasiswa, dosen perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang mahasiswa untuk berfikir. Rangsangan yang mengena sasaran menyebabkan anak dapat mereaksi dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya.
k. Semua pelajaran yang diberikan pada mahasiswa perlu diintegrasikan, sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan yang terintegrasi tidak terpisah-pisah.
27
l.
Pelajaran di perpengajar (dosen)an tinggi perlu dihubungkan dengan kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.
m. Dalam interaksi belajar mengajar dosen harus banyak memberi kebebasan pada mahasiswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. n. Pengajaran remedial o. Banyak faktor menjadi penyebab kesulitan belajar. Dosen
perlu
meneliti faktor-faktor itu, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar dan menganalisa kesulitan-kesulitan itu.
2.4.6
Indikator Efektivitas Menurut Hidayat (1986:7) efektivitas adalah ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target kerja (kualitas, kuantitas,dan waktu) telah tercapai jadi semakin besar persentasi mengajar yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Dari pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986:7), maka untuk mengukur efektivitas yaitu: 1. Kualitas 2. Kuantitas 3. Waktu Pengertian dari kualitas, kuantitas, dan waktu yaitu : 1. Kualitas adalah kesesuaian isi, kerapihan, dalam mengajar dan ketelitian mengajarnya. 2. Kuantitas adalah mencakup jumlah pekerjaan (mengajar) yang harus dikerjakan serta jumlah pekerjaan tambahan yang diselesaikan dosen. 3. Waktu adalah kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh setiap orang, waktu kerja dimaksudkan untuk menentukan jangka waktu seorang dosen dalam menyelesaikan pekerjaan berdasarkan tingkat keluaran yang diinginkan.
28
Dalam penelitian ini, untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar, penulis menggunakan kriteria ukuran yang dikemukakan oleh Hidayat (1986:7), yaitu kualitas, kuantitas, dan waktu.
2.5
Hubungan Antar Variabel
2.5.1
Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Gaya kepemimpinan mempengaruhi efektivitas, terutama dalam proses
belajar mengajar. Hidayat (1986) berpendapat bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentasi target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya, indikator-indikator efektivitas meliputi kualitas, kuantitas, dan waktu. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengajar akan sangat menentukan terciptanya efektivitas. Apabila mahasiswa menyukai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengajar (dosen), maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar dengan lebih baik, sehingga akan diperoleh efektivitas dengan hasil yang tinggi.
2.6
Kerangka Berpikir Menghadapi tekanan persaingan yang semakin meningkat, Universitas
Widyatama tentunya harus mampu membangun daya saingnya. Salah satu faktor yang menentukan daya saing sebuah PTS adalah SDM (Sumber Daya Manusia), yaitu dosen dan mahasiswa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen pasal 1 ayat (2) mendefinisikan bahwa: Dosen adalah pendidik profesional
dan
ilmuwan
dengan
tugas
utama
mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dosen memiliki peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak pelaksana keseluruhan proses pendidikan.
29
Dosen bertanggung jawab terhadap proses belajarmengajar, oleh karena itu dalam upaya meningkatan mutu pendidikan tinggi dosen memegang peranan dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama di perguruan tinggi. (Trianto dan Tutik, 2006:3). Menurut Thoifuri (2013:87) dalam bukunya Menjadi Guru Inisiator, pendekatan dalam mengajar merupakan proses penentuan cepat tidaknya siswa mencapai tujuan belajar. Pendekatan gaya kepemimpinan akan menjadi tepat guna jika selaras dengan tujuan, materi pelajaran, dan minat serta kebutuhan siswa, baik dilakukan dalam bentuk pengajaran kelompok maupun individual. Sedangkan menurut Suparman (2010:60): “Mengajar yang baik adalah mengajar dengan sepenuh hati, ikhlas, inovatif, memunculkan motivasi belajar dan minat belajar serta tentunya meningkatkan prestasi belajar. Dalam mengajar akan berhasil jika memiliki metode atau gaya kepemimpinanyang jelas, terarah, memiliki tujuan dan sistematis”. Kaitannya
dengan menggerakkan dan mempengaruhi
orang lain
(mahasiswa) maka seorang pengajar (dosen) hendaknya mampu memberikan dorongan atau rangsangan agar mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan belajar di dalam proses belajar mengajar agar efektif. Ukuran-ukuran gaya kepemimpinan meliputi mempengaruhi orang lain, memberikan imbalan dan dukungan, serta mengembangkan dan membimbing (Yalk, dalam Hari Mulyadi, 2004). Melaksanakan fungsi belajar mengajar, seorang pengajar (dosen) perlu memperhatikan gaya kepemimpinankarena gaya kepemimpinanmempunyai peran penting pada efektivitas proses belajar mengajar, penampilan gaya kepemimpinan akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap efektivitas proses belajar mengajar.
30
2.7
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap penelitian yang
kebenaranya harus di uji secara empiris dengan melalui berbagai pengujian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:62) mengatakan bahwa: “Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Menurut Winarno Surachmad (1998:63): “Hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu hal yang dimaksudkan sebagai jawaban tuntutan sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenarbenarnya”. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : a.
Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap efektivitas belajar mengajar di Universitas Widyatama.
b.
Efektivitas proses belajar mengajar berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan di Universitas Widyatama.