17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Auditing
Pada umumnya audit merupakan proses pengumpulan bahan bukti serta pengawasan dengan membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang diterapkan. Kriteria-kriteria yang telah diterapkan tersebut digunakan oleh seorang auditor untuk mengevaluasi informasi yang telah didapatkan.
Auditing pada prinsipnya merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan, serta membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui kegiatan inilah dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman untuk melihat performa, kepatuhan dan apabila terjadi penyimpangan dalam perusahaan tersebut. Menurut Prof. Dr. Abdul Halim ( 2008:1 ). “suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”
18
Dari definisi di atas, dapat diartikan bahwa dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan harus dilakukan secara tersusun dengan standart audit yang dilengkapi dengan bukti-bukti pendukungnya agar dapat dihasilkan pendapat. Menurut Arens.A.A ( 2011:4 ). “ Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriterian yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan cara yang tepat dan akurat dalam menilai suatu perusahaan dengan menggunakan pemeriksaan laporan keuangan.
2.
Jenis – jenis audit Menurut Sukrisno Agoes (2008:9-12) audit dibedakan atas :
1.
Pemeriksaan Umum (General Audi) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor Akuntan Publik (KAP) independen dengan tujuan untuk bias memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2.
Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
19
keseluruhan.Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Sedangkan ditinjau dari juenis pemeriksaannya, audit bias dibedakan atas : 1.
Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2.
Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturanperaturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
3.
Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4.
Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses data akuntansi denganmenggunakansystem ElektronicData cessing (EDP).
Pro-
20
3.
Etika
Menurut Sukrisno Agoes, I cenik Ardana 2009, Etika adalah sebagai praksis sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan,nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Orientasi etika menunjukan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Jadi Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penelaran terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis dan sistematis.
Pendidikan
4.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tetang Standar Pendidikan Nasional, pasal 1 dijelaskan tentang pendidikan formal dan nonformal. a.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendiidkan tinggi.
b.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia.Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik .
21
5.
Pengalaman Menurut Dian indri purnamasari, (2005:3) memberikan kesimpulan bahwa
seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2).Memahami kesalahan dan 3) Mencari penyebab munculnya kesalahan.Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek (Knoers & Haditono, 1999). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulandalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memberikan
22
bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Jadi Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
6.
Standar Audit menurut SPAP tahun 2011
1.
Standar Umum a.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
a.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.
Standar Pekerjaan Lapangan a.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup oengujian yang akan dilakukan.
23
Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui in-
c.
speksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3.
Standar Pelaporan Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
a.
disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di In-
donesia. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketid-
b.
akkonsistensian penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
c.
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
d.
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahea pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa standar audit menurut SPAP Terdiri dari 3 standar umum, 3 standar pekerjaan lapangan, dan 4 standar pelaporan.
7.
Kualitas Audit
24
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor akan baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan materi keuangan klien (DeAngelo, 1981 dalam Baotham et al., 2009). Audit kualitas telah didefinisikan dalam berbagai cara. Beberapa definisi tentang kualitas audit meliputi 1) Probabilitas bahwa auditor akan baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan keuangan yang material, 2) Probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan material (Lee et al, 1999 dalam Baotham et al., 2009), 3) Ketepatan pelaporan informasi auditor dan 4) Mengukur kemampuan audit untuk mengurangi kebisingan dan meningkatkan ketelitian dalam data akuntansi (Wallace, 1980 dalam Baotham et al., 2009). Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam system akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang esar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat (Ermayanti, 2009). Lebih lanjut menyatakan bahwa, tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis agar hasil audit yang dilakukan oleh auditor berkualitas. Kompetensi dan
25
independensi yang dimiliki oleh auditor dalam penerapannya adalah untuk menjaga kualitas audit dan terkait dengan etika (Herlina, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Josoprijonggo, Maya D (2005) agar laporan audit yang
dihasilkan
auditor
berkualitas,
maka
auditor
harus
menjalankan
pekerjaannya secara professional. Auditor harus bersikap independent terhadap klien, mematuhi standar auditing dalam melakukan audit atas laporan keuangan, memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan melakukan tahap-tahap proses audit secara lengkap. Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa audit bertujuan meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien dan masyarakat umum yang juga mencakup mengenai mutu profesional auditor. Moizer (1986) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kane dan Velury (2005) dalam Simanjuntak (2008), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya.
26
B.
Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian yang dibuat berdasarkan pada hasil teoritis seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk lebih jelas dan memudahkan dalam membaca kerangka pemikiran penelitian ini maka dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar Kerangka Penelitian
Pendidikan
Pengalaman audit Kualitas Hasil Audit Etika Audit
Profesi akuntan professional mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam
melayani
kepentingan
publik
atas
permintaan
jasa
pa-
jak,manajemen,akuntansi, maupun audit dari berbagai latar belakang perusahaan. Selain itu profesi akuntan publik juga dituntut oleh pihak ketiga sebagai pengguna untuk bersikap independen, terpercaya dan professional. Dan agar dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan benar maka para auditor harus menjalankan sesuai standar audit yang berlaku. Terdapat bebrapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan.
27
Norman Suharto, Universitas Mercu Buana, Program Pasca Sarjana, Program Magister Akuntansi 2012. Dengan judul Pengaruh Job Expe-rience, Job Auton-omy, Role Re-quirements, -cised Responsibility dan Reward Achievement terhadap Job Perfor-mance Auditor dalam Melakukan Adjustment Temuan Audit. Hasil dari Penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi , inde-pendensi, profesionalisme, integritas dan objektivitas mempengaruhi kualitas audit secara berkelanjutan. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa independensi dan objektivitas secara parsial sedangkan secara simultan semuanya mempengaruhi kualitas audit. Persamaan penelitian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan keprofesionalismean seorang auditor terhadap kualitas dari hasil audit dan perbedaan dari penelitian ini adalah pengukuran menggunakan kinerja auditor,sedangkan penelitian ini menggunakan pengukuranpendapat para ahli dengan quisioner. Anggi Andriai, Universitas Islam Negeri Syarif Hi-dayatullah Jakarta, Jurusan Akuntansi non regular Fakultas Ekonomi. Dengan judul Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial maupun simultan profesionalisme auditor dan etika profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pertimbangan materialitas. Persamaan dalam penelitian ini adalah penelitian menggunakan pengukuran pendapat para ahli yang dilakukan dengan quisioner dibebeberapa KAP. Perbedaan dari penelitian ini adalah variable inde-pendennya mengkaji tentang sub indikator dari professionalisme.
28
C.
Hipotesis Penelitian
1.
Pengaruh Pendidikan terhadap Kualitas Hasil Audit Auditor harus mempunyai latar belakang pendidikan yang baik karena da-
lam prakteknya ilmu yang didapat seorang auditor pada saat menempuh pendidikan formal maupun informal sangat berpengaruh dan mendukung pengetahuan audit yang baik. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari objek yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi independensi auditor tetapi karena pendidikan yang baik maka auditor akan mengetahui akibat dari sikap penyimpangan tersebut. Oleh sebab itu, pendidikan diperlukan agar auditor dapat mengemukakan pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan dengan baik berdasarkan pengetahuan yang didapatnya tidak memihak kepada pihak mana pun. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah: H2 : Pendidikan auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit. 2.
Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dkk., 2004 dalam Sukriah dkk., 2009). Kemudian penelitian Christiawan (2002) dalam Sukriah dkk., (2009) mengatakan pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keu-
29
angan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Pendidikan (X1) Pengalaman Kerja (X2) Etika (X3) Kualitas Hasil Audit (Y) Herliansyah dkk., (2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap keputusan auditor. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak lazim atau wajar dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Meidawati, 2001 dalam Asih, 2006). Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman dalam praktek audit. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit. 3.
Pengaruh Etika terhadap Kualitas Hasil Audit Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Profesional dalam etika profesi mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat (Purba, 2009). Menurut Don W. Finn et. Al., (1988) dalam Anitaria (2011) mengidentifi-
30
kasi permasalahan etika paling sulit adalah permintaan klien untuk merubah laporan keuangan, permasalahan profesional, dan melakukan penipuan. Larkin (2000) dalam Nugrahiningsih (2005) menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor. Guna meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik. Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan profesional. Maka dari itu diperlukan etika auditor yang sesuai dengan prinsip etika profesi dan kode etik untuk menunjang kinerja auditor. Apabila seorang auditor memiliki etika yang tidak baik, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor.Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dibangun adalah: H6 : Etika auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit.