11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider sebagai pencetus teori atribusi (dalam Harvita, 2012), teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dll ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu . Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang terhadap peristiwa disekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu(Precilia, 2012). Teori
atribusi
mempelajari
suatu
proses
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan Terjadinya suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Teori atribusi menjelaskan tentang cara kita menilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
individu secara berbeda, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008:177). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah
perilaku
yang
disebabkan
karena
sebab-sebab
luar
(Robbins,
2008:177).Robbins (2008:177) menyatakan selain dari faktor internal dan eksternal, penentuan perilaku individu sebagian besar tergantung pada tiga faktor, yaitu: 1. Kekhususan, merujuk pada perilaku yang ditunjukkan individu berbeda dalam situasi yang berbeda. 2. Konsensus, perilaku yang menunjukkan saat semua individu menghadapi situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama. 3. Konsistens, merujuk pada perilaku yang sama yang dilakukan seseorang dari waktu ke waktu. Harrold Kelley (dalam Pricilia, 2012) dalam teorinya menjelaskan tentang bagaimana orang menarik kesimpulan tentang apa yang menjadi sebab serta dasar seseorang melakukan suatu perbuatan. Menurut Kelley terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pertimbangan orang untuk menarik kesimpulan apakah suatu perbuatan atau tindakan itu disebabkan oleh sifat dari dalam diri (disposisi) ataukah disebabkan oleh faktor luar. Ketiga faktor pertimbangan tersebut adalah: 1. Distinctiveness, konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2. Consistency, suatu kondisi yang menunjukan sejauh mana perilaku seseorang konsisten dari satu situasi ke situasi yang lain. 3. Consensus, situasi yang membedakan perilakuseseorang dengan perilaku orang lain dalam menghadapi situasi yang sama. Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam menentukan kualitas audit yang dilakukannya, khususnya pada karakteristik personal auditor itu sendiri. Karakteristik personal seorang auditor merupakan faktor penentu utama dalam menentukan kualitas audit, karena hal tersebut merupakan faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
2. Pengertian Kualitas Audit Pengertian audit menurut Arens et al. (2008:4) adalah sebagai berikut : “auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Menurut Marxen (1990) dalam Efendy (2010), buruknya kualitas audit disebabkan oleh beberapa perilaku disfungsional, yaitu: Underreporting of time, premature sign off, alternatif/repalcement of audit procedure. Underreporting of time menyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit dimasa datang yang tidak diketahui. Kualitas audit menurut Sukriahet al. (2009) yaitu kemungkinan (joint probability) bagi seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi kliennya. Kemungkinan bagi seorang auditor untuk menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi), sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Jadid apat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) bagi seorang auditor dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam system akuntansi klien dan melaporkannya kepada pihak yang berwenang. Kualitas hasil audit pemeriksaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang sudah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Menurut Indah (2012) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas proses audit mulai dari tahap perencanaan, penugasan, tahap pekerjaan lapangan, dan pada tahap administrasi akhir. Pengukuran kualitas audit yang dikemukakan oleh MoizerdalamIrawati (2011) terpusat pada kinerja yang dilakukan oleh auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan, sedangkan peng ukuran kualitas audit menurut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Sari (2011) yaitu “kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independent), patuh kepada hukum serta mentaati kodeetik profesi”. Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Kualitas Audit No 1.
Dimensi Kualitas Audit
Indikator a.
Ruang lingkup
b.
Review
c.
Proses pengumpulan dan pengujian bukti
d.
Dokumen audit
e.
Kode etik
f.
Laporan hasil audit
g.
Laporan mengemukakan pengakuan objek audit
h.
Laporan dibuat secara objektif
i.
Laporan berisi tanggapan pihak audit
j.
Laporan yang dihasilkan harus akurat
Sumber : Standar auditing seksi 220.1 (SPAP 2006)
3. Pengertian Pengendalian Internal Secara umum, pengertian pengendalian internal dapat didefinisikan sebagai berikut : Pengendalian internal meliputi susunan organisasi dan semua cara-cara dan peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan untuk menjaga dan mengamankan harta miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data administrasi,
memajukan
efisiensi
kerja
dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mendorong
dipatuhinya
16
kebijaksanaan yang telah di tetapkan oleh top manajemen. Pengendalian internal disini terdiri dari dua unsur yaitu accounting control yang meliputi rencana organisasi dan semua cara prosedur terutama yang menyangkut dan berhubungan langsung dengan pengamanan harta milik dan dapat dipercayainya administrasi keuangan yang ada. Secara tegas accounting controldisini meliputi sistem pemberian wewenang (authorization) dan sistem persetujuan (approval) perusahaan antara tugas-tugas operasional atau tugas yang berhubungan dengan tugas-tugas penyimpanan harta kekayaan dan tugas-tugas pencatatan, pengawasan fisik atas kekayaan yang bersangkutan. Sedangkan unsur yang kedua yaitu administrative control yaitu meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur yang terutama menangkut efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan dan pada umumnya tidak langsung berhubungan dengan catatan-catatan keuangan, termasuk pengawasan disini misalnya tentang prosedur kerja analisa statistik, latihan pegawai, rencana cuti, mutasi pegawai, dan seterusnya. Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan handal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.“ Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:79), pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Menurut Sanyoto (2007 : 267) Committee of Sponsoring Organization (COSO) adalah : “Pengendalian internal adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota organisasi dan memiliki tiga tujuan utama yaitu efektivitas dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan dan dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelakasanaan operasional perusahaan atau organisasi tertentu.Sedangkan sistem pengendalian internal merupakan kumpulan dari pengendalian internal yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dilingkungan perusahaan, pengendalian internal didefinisikan sebagai proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan manajemen secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : 1.
Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan.
2.
Pelaporan keuangan yang handal.
3.
Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
Suatu pengendalian internal bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan tiga kondisi : 1.
Direksi dan manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapaian tujuan perusahaan dengan meliputi pencapaian tujuan atau target
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, keamanan sumber daya (asset) perusahaan. 2.
Laporan keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun internal.
3.
Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya.
Arti penting Struktur Pengendalian Internal (SPI) bagi manajemen dan auditor adalah dengan alasan semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan didalam banyak hal manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya operasi perusahan. Manajemen hanya harus mempercayai bagaimana laporan dan hasil analisis mengenai keefektifan operasinya. Sedangkan tanggungjawab yang utama untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan untuk mencegah kesalahankesalahan dan ketidak sesuaian terletak ditangan manajemen. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian internal yang baik akan dapat melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi. Dilain pihak adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan didalam waktu dan biaya yang terbatas. Oleh karena itu bagi pihak manajemen mempertahankan terus adanya struktur pengendalian internal termasuk struktur pelaporan yang baik adalah
sangat
diperlukan
agar
dapat
melepaskan,
menyerahkan
mendelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya dengan tepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atau
19
Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Pengendalian Internal No. 1.
Dimensi Pengendalian Internal
Indikator a)
Lingkungan corak
suatu
pengendalian organisasi,
menetapkan memengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Adanya
pembagian
wewewang
yang
dibedakan berdasarkan jabatan. b) Penaksiran resiko yaitu indentifikasi entitas dan analis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya Pengawasan yang
berkelanjutan
oleh
atasan
yang
beranggung jawab atas hasil pekerjaan pegawai. c)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan
d) dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. e)
Informasi
daan
komunikasi
yaitu
pengindentifikasian,penangkapan,
dan
pertukaran informasi. f)
Pemantauan
adalah
proses
yang
menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Sumber : Standar auditing 2011
4. Pengertian Independensi Dalam memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya, auditor harus bersikap independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam
diri
auditor
dalam
merumuskan
dan
menyatakan
pendapatnya.
Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang auditor dalam melakukan jasa atestasi. Menurut Pusdiklatwas BPKP (2012), auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak dan yang tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Independensi Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak kepada siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimilikinya, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Independensi Auditor berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.
Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002). Seperti yang diuraikan oleh SPAP seksi 220, menyatakan bahwa independensi diartikan “sebagai tidak mudah dimengerti”. Sedangkan Mulyadi (2009) adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
“Independensi berarti bersikap bebas dari pengaruh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain dan jujur dalam mempertimbangkan fakta serta adanya pertimbangan yang objective dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.” Arens dan Loebbeck (2009) menyatakan independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang andal. Sedangkan Ralph Estes menyatakan pendapat mengenai independensi adalah sebagai kondisi keterbukaan, netral dan tidak bias, untuk atau terhadap pihak lain. Dimensi atau indikator dari pelaksanaan independensi auditor internal (Nurjannah, 2008) adalah sebagai berikut: a. Kemandirian Auditor, Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian-penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang
mana sangat diperlukan atau penting bagi
pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektifitas dari para pemeriksa internal (auditor internal). 1. Kemandirian Auditor Dilihat Dari Status Organisasi. Kemandirian auditor dilihat dari status organisasi adalah bahwa status organisasi dari bagian internal audit haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. Internal audit haruslah mendapat dukungan dari manajemen senior dan dewan, sehingga mereka akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
mendapatkan suatu kerja sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. 2. Kemandirian Auditor Dilihat Dari Sikap Objektifitas. Kemandirian auditor dilihat dari sikap objektifitas adalah sikap mental yang bebas dan yang harus dimiliki oleh pemeriksa internal (auditor internal) dalam melaksanakan pemeriksaan. Auditor internal tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan hasil penilaian orang lain. Bukan hanya penting bagi auditor internal untuk memelihara sikap mental independen dan tanggung jawab mereka, akan tetapi penting juga bahwa pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan terhadap independensi tersebut. b. Independensi dalam Kenyataan (Independence In Fact) Independensi dalam kenyataan adalah apabila dalam kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. c. Independensi dalam Penampilan (Independence In Appearance) Independensi dalam penampilan adalah hasil penilaian atau interpretasi pihak lain terhadap independensi auditor dalam menjalankan tugasnya. Mautz dan Sharaf (Sawyer,2006:35), dalam karya terkenal mereka, “The Philosophyof Auditing” (Filosofi Audit), memberikan beberapa indikator
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
independensi profesional. Indikator tersebut memang diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap objektif. Indikator-indikatornya adalah sebagai berikut: a. Independensi dalam Program Audit 1. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit. 2. Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit. 3. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit. b. Independensi dalam Verifikasi 1. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan. 2. Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit. 3. Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti. 4. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit. c. Independensi dalam Pelaporan 1. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan. 2. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
3. Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. 4. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opinidalam laporan audit internal. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Independensi Auditor adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, objektivitas dan independensi. 2. Kepercayaan auditor terhadap diri sendiri. 3. Kemampuan
auditor
untuk
meningkatkan
kredibilitas
pernyataannya terhadap laporan keuangan yang diperiksa. 4. Suatu sikap pikiran dan mental auditor yang jujur dan ahli serta bebas dari pengaruh pihak lain dalam melaksanakan pemeriksaan, penilaian, dan pelaporan hasil pemeriksaannya dan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor (internal maupun eksternal) berhubungan langsung dengan pemeriksaan dan salah satu elemen pengendali mutu yang penting adalah independensi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Tabel 2.3 Dimensi dan Indikator Independensi No 1
Dimensi
Indikator
Indenpendensi
a. Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. b. Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien. c. Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien. d. Ukuran KAP
Sumber : Standart Auditing 2011
5. Pengertian Pengalaman Kerja Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebh baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Knoers dan Hadinoto dalam Asih,(2006:12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kedasar suatu pola tingkah laku yang baik. Dalam SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian independen yang menyebutkan bahwa : “Dalam melaksanakan audit untuk mencapai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan dalam bidang auditing. Pencapaian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas memulai pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (SPAP, 2001)”. Farmer et al, (1987) dalam Budi 2009 mengemukakan bahwa auditor yang berpengalaman kerja kurang menyetujui dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman kerja untuk menyetujui perlakuan akuntansi yang dipreferensikan klien. Mereka menyimpulkan justru auditor staf cenderung lebih memperhatikan dalam mempertahankan dan menyenangkan klien dibandingkan para partner. Gusnardi
(2003:8)
dalam
Budi
(2009)
mengemukakan
bahwa
pengalaman Kerja audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman kerja, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman kerja, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman kerja auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Puspa (2006) dalam Budi (2009) mengemukakan bahwa persuasi atas preferensi klien berdasarkan pengalaman kerja audit masing-masing responden dalam penelitian ini memberikan hasil yang sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan setiap responden dihadapkan pada empat kasus yang berbeda, sehingga judgment masing-masing responden juga bervariasi tergantung dari pengetahuan, intuisi, dan persepsinya masing-masing. Hasil ini juga memberikan bukti bahwa auditor dengan tingkat pengalaman kerja yang hampir sama (memiliki masa kerja dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
penugasan yang hampir sama) ternyata memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat bervariasi. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya akansemakin kaya dan luas serta memungkinkan peningkatan kinerja (Payama J Simanjuntak, 2005). Menurut pendapat (Tubbs, 1992 dalam Putri Noviyani, 2002 : 483) pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja, jika seorang auditor berpengalaman maka : 1. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan. 2. Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan. 3. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim. 4. Hal-hal yang terkait dngan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Dari uraian diatas, tabel 2.4 dibawah ini merupakan ringkasan matriks pengertian pengalaman kerja :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Tabel 2.4 Dimensi dan Indikator Pengalaman Kerja No. 1.
Dimensi Pengalaman Kerja
Indikator a. Lamanya bekerja sebagai auditor. b. Semakin dapat mengetahui informasi. c. Semakin dapat mendeteksi kesalahan. d. Semakin mudah mencari penyebab kesalahan. e. Banyaknya tugas audit. f. Pengumpulan dan pemilihan bukti.
Sumber: Standar Auditing seksi 330.2, 2006
6. Pengertian Kompetensi Auditor Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan nama pendidikan profesional berkelanjutan (continuing professional education). Ada beberapa komponen dari “ kompetensi auditor ”, yakni mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Mutu personal dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, seperti berpikir terbuka, berpikir luas, mampu menangani ketidakpastian, mampu bekerja sama dalam tim, rasa ingin tahu, mampu menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif. Selain pengetahuan, kompetensi juga menggunakan pengalaman sebagai pengukurannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman seperti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya. Pengalaman diasumsikan dengan mengerjakan sesuatu tugas berulang kali, maka akan memberikan kesempatan mengerjakannya dengan lebih baik. Pengalaman auditor internal juga merupakan elemen yang sangat penting dalam menjalankan profesinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai pemeriksa yang harus mampu memberikan masukan ataupun pendapat berupa rekomendasi perbaikan (dalam Indriyanti, 2013). Pengetahuan umum yaitu seseorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Keahlian khusus yang harus dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk melakukan
wawancara,
keterampilan
kemampuan
mengoperasikan
membaca
komputer,
serta
dengan mampu
cepat,
statistik,
menulis
dan
mempresentasikan laporan dengan baik (I Gusti Agung Rai, 2008 : 57). Kompetensi berarti auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan audit internal (Drs. Amin Widjaja Tunggal,2012 : 202). Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:2) menjelaskan kompetensi adalah “kompetensi artinya auditor harus mempunyai kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambil”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Tabel 2.5 Dimensi dan Indikator Kompetensi Auditor No. 1.
Dimensi Kompetensi Auditor
Indikator a. Pengetahuan umum yang dimiliki auditor b. Pengalaman auditor c. Keterampilan khusus d. Tingkat pendidikan atau pelatihan yang telah ditempuh auditor
Sumber :Standar auditing (SPAP 2011)
B. Penelitan Terdahulu Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian penulis lakukan dengan judul “Pengaruh Pengendalian Internal, Independensi, Pengalaman kerja, dan Kompetensi Auditorterhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta)”. Darwanis dkk (2012) meneliti tentang pengaruh skeptisme, independensi, pengalaman, dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh skeptisme, independensi, pengalaman, dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Peter (2013) yang menguji pengaruh stress kerja, struktur pengendalian internal, pengalaman kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal perusahaan distributor alat bantu penglihatan di Jakarta. Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh stress kerja, struktur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
pengendalian internal, pengalaman kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Carolita (2012) yang menguji pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan komitmen terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik disemarang. Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan komitmen terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2012) yang meguji pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, dan kompetensi terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah auditor inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Elya Wati, dkk (2010) yang menguji pengaruh pengendalian internal, gaya kepempinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good govermance terhadap kualitas audit pemerintah. Responden dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah di BPKP Perwakilan Bengkulu. Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pengendalian internal, gaya kepempinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good govermance terhadap kualitas audit pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Diah Dianawati Dan Wayan Ramantha (2013) yang menguji pengaruh independensi, keahlian professional dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas struktur pengendalian internal. Responden dalam penelitian ini auditor internal di bank perkreditan rakyat (BPR) kabupaten Gianyar,Bali. Dalam penelitian ini menarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas struktur pengendalian internal.
Tabel 2.6 Ikhtisar Penelitian-Penelitian Terdahulu No
Peneliti Sebelumnya
Judul Penelitian Sebelumnya
M. Nurdin Variabel dan Sampel
1.
Peter (2013)
Pengaruh Stress Kerja, Struktur Pengendalian Internal, Pengalaman Kerja, dan Gaya Kepemimpin an terhadap Kualitas Audit (Studi Empirik pada Perusahaan Alat Bantu Penglihatan di Jakarta)
Stress kerja (X1) Stru ktur pengendalia n internal (X2) Pengalam an kerja (X3) Gaya kepemimpin an (X4), Kualitas audit (Y) Responde n dalam penelitian ini adalah Auditor internal Perusahaan alat bantu
Pengendal ian Internal (PI) Indenpen densi (IN) Pengalam an Kerja(PK) Kompeten si Auditor (KA), Kualitas Audit (KUA) Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Persamaan dan Perbedaan Persamaan : ada pada variabel Pengendalian internal (X2), pengalaman kerja (X3) dan kualitas audit (Y)
Perbedaan: Responden dalam penelitian yaitu Auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
33
2.
3.
Carolita (2012)
Ayu (2012)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi , Akuntabilitas , dan Integritas terhadap Kualitas Audit (Studi Empirik pada KAP di Semarang)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi , Objektivitas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit
penglihatan di Jakarta. Pengalam an Kerja (X1) Independe nsi (X2) Akuntabil itas (X3) Integritas (X4) Kualitas audit (Y) Responde n dalam penelitian ini adalah KAP di Semarang
Jakarta. Pengendal ian Internal (PI) Independe nsi (IN) Pengalam an Kerja(PK) Kompeten si Auditor (KA), Kualitas Audit (KUA) Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
Persamaan : ada pada variabel pengalaman kerja(X1), independensi (X2) dan kualitas audit (Y)
Pengalam an Kerja (X1) Independe nsi (X2) Objektivit as (X3) Kompeten si (X4) Kualitas audit (Y) Responde n dalam penelitian
Pengendal ian Internal (PI) Independe nsi (IN) Pengalam an Kerja (PK) Kompeten si Auditor (KA)
Persamaan : ada pada variabel pengalaman kerja (X1),Indepen densi (X2), kompetensi auditor (X4) dan kualitas audit (Y)
Perbedaan : Responden dalam penelitian yaitu auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
Perbedaan: Kualitas audit (KUA) Responden
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
ini adalah auditor inspektorat Kota/Kabup aten Jawa Tengah.
4.
Elya Waty Pengaruh (2010) Pengendalian Internal, Gaya Kepempinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Govermance terhadap Kualitas Audit Pemerintah
Pengendal ian internal (X1) Gaya kepemimpin an(X2) Komitme n organisasi (X3) Pemaham an good govermance (X4), Kualitas audit (Y) Responden dalam penelitian ini adalah KAP di Jakarta Selatan.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta. Pengendal ian internal (PI) Independe nsi (IN) Pengalam an kerja (PK) Kompeten si Auditor (KA) Kualitas audit (KUA) Responden dalam penelitian ini adalah Auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam penelitian yaitu auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
Persamaan : ada pada variabel Pengandalian internal (X1), dan Kualitas audit (Y)
Perbedaan: Responden dalam penelitian yaitu Auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
35
5
Ni Made Diah Dianawati dan Wayan Ramantha (2013)
Pengaruh Independensi , Keahlian Profesional Dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap Efektivitas Struktur Pengendalian Internal Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Gianyar.
Independe nsi Auditor Internal (X1) Keahlian Profesional Auditor Internal (X2) Pengalam an Kerja Auditor Internal (X3) Efektivita s Struktur Pengendalia n Internal Responde n dalam penelitian ini adalah auditor internal pada bank perkreditan rakyat Kab.Gianya r. Bali.
Pengendal ian Internal (PI) Independe nsi (IN) Pengalam an Kerja (PK) Kompeten si Auditor (KA)
Persamaan : ada pada variable Independensi (X2), Pengalama Kerja (x3)
Perbedaan: Responden dalam penelitian yaitu auditor Kualitas audit (KUA) internal Responde PT.BANK n dalam BCA.Tbk di Jakarta. penelitian ini adalah auditor internal PT.BANK BCA.Tbk di Jakarta.
Sumber: Dari beberapa jurnal
C. Kerangka Pemikiran Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60), kerangka pemikiran merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka pemikiran adalah jaringan asosiasi disusun, dielaborasi secara logis antar variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan dan survey literatur. Kerangka pemikiran adalah sebuah ideologi, pandangan firasat dan tradisi yang didasarkan pada pemahaman.Kerangka pemikiran merupakan gambaran dari semua penelitian yang dilakukan.Acuan pola pikir diambil dari teori-teori yang telah diterima kebenarannya. Adapun variabel yang digunakan penelitian ini adalah lima variabel bebas (independen) yaitu pengendalian internal (PI), Independensi(IN), pengalaman kerja (PK), Kompetensi Auditor (KA) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu kualitas audit (KUA), dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Pengendalian Internal
H1
Independensi H2 Pengalaman Kerja
H3
Kompetensi X4 Auditor
H4
Kualitas Audit (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
1. Pengaruh pengendalian internal terhadap kualitas audit Efektivitas dalam sistem pengendalian internal diartikan sebagai kemampuan sistem pengendalian internal yang direncanakan dan ditetapkan agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum
dan
peraturan
yang
berlaku,
serta
efektivitas
dan
efisiensi
operasi.Tercapainya tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsur-unsur sistem pengendalian internal dalam pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien (Karina, 2010). Manajemen yang menetapkan sistem pengendalian intern perusahaan, terdapat juga peran pengawas internal yang dengan keahlian, pengalaman dan independensi mereka memberikan masukan dan saran bagaimana sebaiknya struktur pengendalian dibuat dan dilaksanakan.Dengan adanya badan pengawas internal inilah diharapkan struktur yang dibuat oleh manajemen perusahaan dapat dikoreksi dan dibenahi sehingga menjadi struktur pengendalian yang baik dan pada akhirnya perusahaan dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.Ada tiga konsekuensi logis dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, yaitu mundur, bertahan, atau semakin berkembang.Agar dapat bertahan dan semakin berkembang, diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan dalam hal
produktivitas,
efisiensi,
serta
efektivitaspencapaian
tujuan
perusahaan.Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan.Salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah meningkatkan struktur pengendalian internal perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
(Desyani dan Ratnadi, 2006).Dari hasil penelitain yang telah dilakukukan terdahulu, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H1: Pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit Independensi merupakan suatu sikap yang bebas dari pengaruh-pengaruh, tidak memihak pada kepentingan tertentu dalam memberikan pemeriksaan yang sebenarnya. Tanpa independensi, hasil pemeriksaan yang diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal. Menurut Arens.et.al (2011), independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independence infact dan independence inappearance. Menurut Mulyadi (2011), independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Disamping itu, auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindar dari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dari hasil penelitain yang telah dilakukukan terdahulu, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H2: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhiantara lainadalahpengalaman. Pengalamanakuntan public
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006:12) dalam
Singgih
Bawono
(2010),
pengalaman
merupakan
suatu
proses
pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bias juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Hasil penelitian Sukriah (2010) juga menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit sehingga semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan. Pengalaman kerja akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang telah diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing Christiawan (2002) dalam Samsi dkk, (2013). Dari hasil penelitain yang telah dilakukukan terdahulu, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H3: Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. 4. Pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikut sertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida,2005). Kompetensi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dibutuhkan oleh auditor dalam melakukan audit meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami dan mengerti entitas apa yang akan diaudit, kemudian auditor juga harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta menganalisa permasalahan dalam proses audit. Menurut Trotter (1986) dalam Lilis (2010) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lilis (2010) mendefinisikan kompetensi adalah keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Pengalaman menumbuhkan kemampuan auditor untuk mengolah informasi, membuat perbandingan-perbandingan mental berbagaisolusi alternatif dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (Puti, 2011). Dari hasil penelitain yang telah dilakukukan terdahulu, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H4: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/