BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Manajemen Keuangan Salah satu fungsi manajemen yang berperan penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuan menciptakan kesejahteraan adalah manajemen keuangan. Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usahausaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Martono dan Harjito (2008:4) menyatakan pengertian manajemen keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, yakni segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Irawati (2006:4) menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan meminimalkan biaya (expends atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum dalam menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan (survive dan expantion). Fungsi manajemen keuangan adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2003:5) : 1.
Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bantuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang.
2.
Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisa kombinasi dari sumber-
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3.
Keputusan dividen, dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang di harapkan oleh para pemegang saham. Fungsi manajemen keuangan terdiri dari 3 keputusan kebijakan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu keputusan pendanaan (struktur modal), keputusan investasi dan kebijakan dividen.
2.1.2 Pasar Modal Pasar modal memilki peranan penting dalam kehidupan ekonomi dimana pasar modal berfungsi sebagai fasilitator untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana dalam jangka panjang. Fahmi (2011:34) mendefinisikan pasar modal sebagai sebuah pasar tempat dana-dana modal seperti ekuitas dan utang diperdagangkan. Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) menyatakan bahwa, “ Pada dasarnya,
pasar
modal
(capital
market)
merupakan
tempat
diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Menurut Imamul Arifin dan Gina Hadi W (2010:46) menyatakan bahwa secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam bentuk utang maupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek, yang dilakuakan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli di dalam kegiatan jual beli dana jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, dan berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif untuk melakukan investasi bagi investor maupun masyarakat. 2.1.3 Investasi Giuliano Lannotta (2010:3) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pendapat Tandelilin ini hampir sama dengan pendapat Bodie et al (2008 :1) yang mengatakan bahwa investasi adalah komitmen saat ini dari uang atau sumber daya lain dengan harapan memberi manfaat di masa depan. Menurut Reilly dan Brown (2009:5) investasi merupakan suatu sarana pengalokasian saat ini atas sejumlah uang selama periode waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran di masa depan yang akan memberikan imbalan kepada investor atas: waktu selama dana dialokasikan, tingkat imbalan yang diharapkan, dan ketidakpastian dari pembayaran masa depan. Dari ketiga definisi diatas, kita dapat memahami bahwa salah satu alasan utama kita berinvestasi adalah untuk mempersiapkan masa depan
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sedini mungkin. Untuk itu, kita harus membuat suatu perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi keuangan kita saat ini. Membuat suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik daripada tidak membuat perencanaan sama sekali. Perkiraan akan terjadinya peningkatan harga atau biaya di masa depan, akan membawa kita kepada suatu pengertian tentang inflasi. Inflasi inilah yang menjadi salah satu penyebab perlunya kita melakukan investasi atas dana atau aset yang kita miliki, agar nilainya dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Uraian diatas menjelaskan bahwa ada 3 hal utama yang mendasari perlunya investasi, yaitu pertama karena adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini. Kedua, karena adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki. Ketiga karena dipicu oleh adanya ketidakpastian atau hal tak terduga dalam hidup ini. Karena berkaitan dengan suatu rencana masa depan, berinvestasi memerlukan proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penyesuaian. Langkah-langkah dalam proses tersebut merupakan langkah yang sistematis, dinamis dan berkelanjutan. 2.1.4
Reksadana Reksadana lahir sebagai jawaban atas keinginan dan kebutuhan untuk berinvestasi dari para pemodal kecil, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peranan investor lokal di Bursa Efek Indonesia.
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut pasal 1 Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio effek oleh manajer investasi. Dengan kata lain, reksadana merupakan suatu wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam berbagai jenis portofolio investasi efek atau produk keuangan lainnya berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh manajer investasi. Adapun yang dimaksud portofolio efek adalah sekumpulan surat berharga atau efek yang dikelola, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek tersebut. Di beberapa negara lain, reksadana mempunyai beberapa julukan yang berbeda-beda, padahal produknya sama. Di Amerika Serika, istilah reksadana dikenal dengan nama Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan nama Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah Investment Fund . sedangkan negara-negara yang sistem ekonomi dan hukumnya mengikuti Inggris (disebut dengan Commonwealth Countries) seperti Australia, dan Hongkong, Reksadana dikenal dengan istilah Unit Trust, dan di Malaysia Unit Trust diterjemahkan menjadi Amanah Sahara. Definisi reksadana menurut Widoatmodjo (2012: 115) adalah selembar kertas yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (yang biasa disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar modal dan pasar uang.
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jelasnya, manajer investasi akan menjual sertifikat yang disebut reksadana kepada investor. Setelah itu, uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk berinvestasi Manurung (2008: 1) mengatakan bahwa reksadana didefinisikan sebagai portofolio asset keuntungan yang teridentifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersih. Menurut Pratomo (2007: 35) Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Maka dapat dikatakan bahwa reksadana pada dasarnya diciptakan untuk mempermudah pengelolaan investasi, khususnya bagi investor individu. Kita tidak berinvestasi di reksadana, melainkan kita berinvestasi melalui reksadana supaya modal yang kita miliki dapat dialokasikan ke instrumen-instrumen investasi kita kenal atau yang sulit kita lakukan sendiri. Menurut Peraturan Bapepam-LK No. IV C.3, berdasarkan konsentrasi portofolionya, reksadana terdiri dari 4 jenis dengan tujuan dan tingkat risiko yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut : 1. Reksadana Pasar Uang / RDPU (Money Market Fund). RDPU hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun (short-term investment), seperti deposito bank, SBI (Sertifikat Bank Indonesia), NCD (Negotiable Certifate Deposit),
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat
Pengakuan Utang (SPH) dan Surat Utang Jangka Pendek lainnya, sehingga mempunyai risiko yang relatif lebih rendah dibanding Reksadana jenis lainnya.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Reksadana Saham / RDS (Equity Funds) Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya kedalam efek bersifat ekuitas (saham), dan sekitar 5% sampai 10% menginvestasikan dana pada kas atau pasar uang untuk menjaga adanya penarikan dari investor. RDS menghassilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Risiko RDS lebih tinggi dibandingkan RDPU dan RDPT, dimana tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Sehingga RDS sesuai untuk investor yang mempunyai jangka waktu investasi (time horizon) yang panjang. 3. Reksadana Pendapatan Tetap / RDPT (Fixed Income Funds) Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi sseekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, misalnya obligasi. Obligasi yang dimaksud dalam tujuan investasi reksadana disini termasuk obligasi pemerintah dan obligasi koperasi. Reksadana pendapatan tetap memiliki karakterisktik potensi hasil investasi yang lebih besar daripada reksadana pasar uang, sementara risiko reksadana pendapatan tetap juga lebih besar dari reksadana pasar uang. Reksadana pendapatan tetap cocok untuk tujuan investassi jangka menengah dan panjang.
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Reksadana Campuran / RDC (Mixed Funds). RDC ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingannya berbeda dari RDPT dan RDS. Pada RDC, perbandingan komposisi portofolionya sangat beragam baik dalam bentuk efek utang, ekuitas, maupun efek pasar uang, dimana hal ini bergantung pada strategi portofolio investasi masing-masing manajer investasi tersebut. Misalnya sebesar 60% untuk saham dan 40% untuk obligasi, atau 50% untuk instrumen saham. Diversifikasi portofolio yang dilakukan manajer investasi pada RDC sangat fleksibel dan potensi fluktuasinya lebih rendah dibanding RDS. Reksadana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada RDPT. 2.1.5
Reksadana Pendapatan Tetap / RDPT (Fixed Income Funds) Manurung (2008: 22) menyatakan reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek yang bersifat utang. Reksadana ini mempunyai portofolio dalam obligasi dan pendapatan tetap lainnya. Reksadana ini juga harus menyiapkan dana dalam bentuk kas untuk membayar investor yang keluar dari reksadana tersebut. Masih menurut Manurung (2008: 23) RDPT merupakan reksadana terbesar dibandingkan reksadana jenis lain. Besarnya minat investor terhadap reksadana ini tidak terlepas dari ciri khas investor yang meginginkan risiko rendah, aman, dan tingkat pengembalian cukup, semua hal tersebut terpenuhi oleh reksadana ini. Tujuan reksadana pendapatan tetap menurut Pratomo dan Nugraha (2009: 86) adalah untuk memperoleh pendapatan tetap yang memberikan hasil investasi yang relatif stabil dan sebaiknya digunakan untuk mengakomodasi tujuan investasi jangka menengah (diatass 3 tahun).
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Secara umum ada beberapa jenis Reksadana Pendapatan Tetap. Reksadana
Pendapatan
Tetap
digolongkan
menjadi
2
kelompok
(Manurung, 2008: 23) : 1. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan Penerbit. Salah satu contoh reksadana pendappatan tetap berdasarkan penerbit yaitu Reksadana Obligasi Pemerintah (RDOP). Reksadana ini mempunyai portofolio yang semuanya obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, walaupun ada sedikit alokasi untuk kas atau pasar uang dalam menjaga penarikan dari investor, dan sesuai dengan peraturan serta etika mengelola portofolio. Dalam kelompok ini termasuk juga reksadana yang isinya berdasarkan daerah penerbit obligasi. Reksadana ini mengaitkan kedaerahan untuk mendapatkan investro agar dana terkumpul untuk membangun daerah tersebut. 2. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan Kupon Reksadana Pendapatan Tetap yang berdasarkan kupon dikenal dengan reksadana yang berisiko tinggi karena portofolionya merupakan
obligasi
yang
memberikan
kupon
tinggi
tetapi
kemungkinan tidak bayarnya juga tinggi. Disamping itu juga ada reksadana yang isinya hanya obligasi dengan rating A seingga yield yang dihasilkan tidak begitu besar tetapi cukup aman. 2.1.6 Risiko Reksadana Pendapatan Tetap Menurut Pratomo dan Nugraha (2009: 86) tingkat risiko yang dihadapi investor Reksadana pendapatan Tetap adalah rendah sampai sedang dimana masih mungkin terjadi fluktuasi nilai (dengan kemungkinan terjadi hasil negatif). Namun, potensi hasil yang bisa
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
diharapkan juga relatiif lebih besar daripada tabungan atau deposito atau Reksadana Pasar Uang. Reksadana dalam kategori ini di luar negeri sering disebut dengan income funds. Setiaap investasi pasti akan menimbulkan risiko. Menurut Manurung (2007: 24) investor yang melakukan investasi pada reksadana pendapatan tetap akan menghadapi risiko sebagai berikut: 1. Risiko Perubahan Suku Bunga Risiko ini timbul karena pemerintah (Bank Indonesi) melakukan kebijakan kenaikan (penurunan) tingkat bunga. Naiknya tingkat bunga mengakibatkan harga obligasi dalam portofoliomengalami penurunan dan juga sebaliknya. Penurunan harga obligasi mengakibatkan nilai aktiva bersih (NAB) mengalami penurunan. Risiko ini hanya bisa diatasi oleh manajer investasi dengan cara memahami arah, waktu, dan besaran perubahan tingkat bunga di masa mendatang. 2. Risiko Penarikan Secara Bersamaan Investor akan menghadapi risiko atas adanya penarikan dari reksadana secara bersamaan sekaligus atau yang cukup besar. Penarikan secara bersamaan yang cukup besar membuat pengelola harus menjual portofolio dengan harga yang tidak wajar (bukan harga pasar) sehingga nilai aktiva bersih reksadana yang diperoleh investor menjadi lebih kecil. NAB yang kecil ini bukan saja diterima oleh investor yang akan keluar dari reksadana tetapi juga investor yang masih belum keluar dari reksadana. Bagi investor yang masih bertahan pada reksadana masih mempunyai kemungkinan mendapat NAB yang lebih tinggi karena harga portofolio kemungkinan berubah setelah terjadi penjualan 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
portofolio secara besar-besaran. Untuk menghindari ini maka diperlukan kredibilitas Manajer Investasi untuk mengelola agar tidak terjadi penarikan besar-besaran. 3. Risiko Kelangkaan Instrumen Investasi Sejenis Dalam beinvestasi pada reksadana nini, investor juga menghadapi persoalan tidak adanya instrumen yang sebanding dengan reksadana ini. Investor ingin keluar seceepatnya dan ingin mendapatkan instrumen yang sejenis dan bukan reksadana, tetapi tidak bisa menemukannya. Akibatnya, investor selalu tetap pada reksadana tersebut. Risiko ini juga merupakan risiko hilangnya kesempatan investasi pada instrumen yang sejenis dengan risiko yang sama. 4. Risiko Daya Beli Adanya inflasi yang terus menerus dan inflasi tersebut secara kumulatif melebihi tingkat pengembalian yang diberikan oleh reksadana. Akibatnya, perkembangan kekayaan atas investasi tdak mampu membeli barang yang sama sebelum dana diinvestasikan pada reksadana, dikenal dengan risiko daya beli. Investor biasanya menginginkan daya beli meningkat setelah melakukan investasi pada periode tertentu. Investor harus dapat mencari reksadana yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari inflasi yang terjadi. 2.1.7 Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai aktiva reksadana setelah dikurang nilai kewajiban reksadana tersebut. Besarnya NAB dapat
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
berfluktuasi
setiap
hari.
Meningkatnya
NAB
mengindikasikan
meningkatnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan, begitu juga sebaliknya. Berkaitan dengan fluktuasi NAB, maka ada 3 hal yang mempengaruhi fluktuasi NAB yaitu (Rahadjo, S, 2004): 1. Perubahan harga saham, harga obligasi, dan harga instrumen investasi dalam portofolio reksadana tersebut. Kinerja reksadana bergantung pada jenis instrumen investasi yang dipilih oleh manajer investasi. Pergerakan harga pasar dari jenis instrumen investasi inilah yang menyebabkan pergerakan dan perubahan NAB reksadana dari waktu ke waktu. Jika mengalami kenaikan, berarti NAB reksadana tersebut akan meningkat. Sebaliknya, bila mengalami penurunan berarti NAB reksadana tersebut akan mengalami penurunan juga. 2. Adanya penghasilan dari pendapatan bunga atau dividen. Manajer investasi yang mengelola reksadana pasar uang, akan memperoleh keuntungan dalam bentuk pendapatan bunga deposito. Kenaikan dan penurunan bunga deposito ini bergantung pada besaran tingkat suku bunga perbankan. Sedangkan manajer investasi yang mengelola reksadana saham, akan memperoleh keuntungan berupa dividen tunai yang diberikan setiap tahunnya. Besarnya dividen tunai bergantung pada kinerja masing-masing emiten dalam mengelola bisnisnya. Bila emiten mendapatkan keuntungan laba bersih yang besar dan stabil, maka tingkat perolehan dividen tunai bagi para pemegang sahamnya akan menigkat, begitu juga sebaliknya.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Besar atau kecilnya nilai kewajiban yang dibebankan kepada reksadana. Investor mempunyai kewajiban membayar management fee pihak ketiga. Fee ini merupakan imbalan atas jasa pengelolaan reksadana yang meliputi Manaajer investasi, Bank Kustodian, biaya transaksi, biasa auditor, biaya pajak, dan biaya lainnya yang berkenaan dengan pengelolaan reksadana. Biaya-biaya ini tidak secara langsung dibebankan kepada investro, karena dibebankan kepada kekayaan reksadana, besar kecilnya biaya-biaya di atas akan mempengaruhi hasil investassi yang akan diberikan kepada investor. Biasanya hasil investasi yang diketahui oleh investor melalui perubahan harga NAB/unit
Penyertaan
(selanjutnya
disebut
NAB/Unit),
sudah
merupakan hasil bersih setelah dikurangi biaya-biaya terseebut diatas. Kelemahan NAB adalah tidak secara langsung mencerminkan baik buruknya kinerja yang akan dihasilkan di masa datang. Dan yang penting untuk diingat bahwa pada pengukuran kinerja reksadana, perubahan NAB bukan merupakan indikator kerja, karena adanya faktor masuk keluarnya dana oleh investor. Investor yang membeli reksadana akan mendapatkan keuntungan yang berasal dari sellisih pendapatan harga beli antara NAB/Unit pada awal pembelian dan tingkat NAB/Unit pada saat investor menjual kembali reksadana tersebut. Hal ini dapat dengan mudah dimengerti dengan formulaa sebagai berikut: Keuntungan = NAB/unit jual – NAB/unit beli.
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
NAB/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat data dari Manajer Investasi. Adapun yang dimaksud dengan NAB/unit dapat dengan mudah dimengerti melalui gambaran sebagi berikut (Siamat, 2004: 260) NAB/unit = Total aktiva reksadana – Total kewajiban reksadana Jumlah Unit Penyertaan Untuk penelitian ini, kinerja reksadana diukur melalui nilai NAB/unit yang dapat dilihat melalui laporan resmi berbentuk surat dari Manajer Investasi kepada Nasabah Reksadana, atau dengan melihat publikasi NAB reksadana pada beberapa surat kabar, seperti Harian Bisnis Indonesia atau Harian Investor Indonesia ataupun Bapepam. 2.1.8
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Bank Indonesia mendefinisikan suku bunga sebagai beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu. Suku bunga merupakan biaya kredit bank kepada nasabah (interest rate) . sedangkan Ismail (2010: 131) menyatakan bahwa, “Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan/ atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah.” Maka dapat dikatakan bahwa suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivasi ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia industri, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga bedampak kuat pada kinerja perusahaan yang berakibat langsung pada meningkatnya
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
return saham. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang risikonya nol atau kecil. Menurut Brigham dan Houston (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bunga antara lain yaitu peluang produksi, preferensi waktu konsumsi, risiko dan inflasi. Hal yang sama juga terjadi dengan fluktuatif tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate). Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Suku bunga bank Indonesia diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebjakan moneter (Bank Indonesia, 2015). Sasaran
operasional
kebijakan
moneter
dicerminkan
pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan
mempertimbangkan
pula
faktor-faktor
lain
dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan (Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia). Tingkat
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
suku bunga Bank Indonesia merupakan daya tarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk reksadana akan tersaingi. 2.1.9
Inflasi Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi secara umum dapat dikatakan sebagai gejala peningkatan secara umum dari harga-harga barang dan jasa, yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, atau pengurangan daya beli dari mata uang negara tersebut. Di dalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kembali harga berlangsung terus-menerus secara perlahan. Secara keseluruhan, laju inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (i) permintaan, seperti yang ditujukan oleh senjang inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang terutama dari sisi penawaran. Tendeilin
(2010:
342)
mengatakan
bahwa
inflasi
adalah
kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Putong (2010: 256) secara spesifik mengatakan bahwa, “Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan alin sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat”.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sebenarnya inflasi bukan masalah yang terlalu berarti apabila keadaan tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi yang diperlukan secara cukup dan ditimpali dengan naiknya tingkat pendapatan yang lebih besar dari % tingkat inflasi tersebut (daya beli masyarakat meningkat lebih besar dari tingkat inflasi). Akan tetapi manakala biaya produksi untuk menghasilkan komoditi semakin tinggi yang menyebabkan harga jualnya juga menjadi relatif tinggi sementara disisi lain tingkat pendapatan masyarakat relatif tetap maka barulah inflasi ini menjadi sesuatu yang “membahayakan” apalagi bila berlangsung dalam waktu yang relatif lama dengan porsi berbanding terbalik antara tingkat inflasi terhadap tingkat pendapatan (daya beli). Inflasi dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu jenis inflasi berdasarkan sifatnya, jenis inflasi berdasarkan penyebabnya dan jenis inflasi berdasarkan asalnya (Samuelson, 1996) 1. Jenis Inflasi menurut sifatnya terbagi atas: a. Inflasi merayap/ rendah (Creeping Inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun. b. Inflasi menengah (Galloping Inflation) besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya. c. Inflasi berat (High Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30% - 100% per tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
umum naik dan bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah. d. Inflasi sangat Tinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang. 2. Jenis inflasi berdasarkan sebabnya terbagi atas : a. Demand Pull Inflation Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment) , akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus meneruus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. b. Cost Push Inflation Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi, (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/ menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi makadua hal yang isa dilakukan oleh produsen yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi. 3. Jenis inflasi berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi 2 yaitu pertama, inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihhat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya. Kedua, inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflassi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif
mahal,
sehingga
bila
terpaksa
negara
lain
harus
mengimmpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
No
Penulis/Tahun
Judul Jurnal
Variabel
Hasil Penelitian
1.
Andi Wibowo/2011
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP DI INDONESIA
X1= Perubahan Nilai Kurs Dollar Amerika X2= Perubahan Harga Emas Dunia X3= Perubahan Harga Minyak Bumi Dunia X4=Suku Bunga Bank Indonesia X5= Tingkat Inflasi Dan Y= Tingkat Imbal Hasil Reksadana Pendapatan Tetap.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada analisis overall, yakni tahun 20052007 secara umum, menunjukkan bahwa yang berpengaruh positif atas perubahan Retur Reksadana Pendapatan tetap adalah Tingkat Inflasi, sedangkan yang berpengaruh negatif atas perubahan Return Reksadana Pendapatan Tetap adalah Perubahan harga emas dan harga Sertifikat Bank Indonesia.
2.
Hastri Nurdianti /2010
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP.
X1= IHSG, X2= SBI, X3= Kurs, X4= PDB, X5= Inflasi dan Y= Kinerja Bulanan RDPT dengan Metode Sharpe
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi berpengaruh terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Dan variabel SBI dan PDB yang paling signifikan untuk mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap. Sedangkan variabel IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
3.
Maria Lidwina Utami & Christina Fara Dharmastuti / 2014
FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI RETURN INVESTASI PRODUK REKSADANA CAMPURAN DI INDONESIA
X1= Inflasi, X2= suku bunga BI, X3= jumlah dana kelolaan, X4= umur produk reksadana campuran dan Y= return reksadana campuran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return investasi produk reksadana campuran di Indonesia. Suku bunga BI Rate memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap return investasi produk reksadana campuran di Indonesia. Hasil ini tidak sesuai koefisien arahnya dengan hipotesis yang diajukan. Jumlah dana kelolaan tidak berpengaruh terhadap return investasi produk reksadana campuran di Indonesia. Umur produk tidak berpengaruh terhadap return investasi produk reksadana campuran di Indonesia
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Fatharani Sholihat & Moch. Dzulkirom AR/ 2015
PENGARUH INFLASI TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA & INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN REKSADANA SAHAM (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 20112013)
X1= Tingkat Inflasi, X2= Tingkat Suku Bunga SBI, X3= IHSG, dan Y= Tingkat pengembalian (return) reksadana saham.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi tingkat suku bunga SBI dan IHSG seluruhnya berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengembalian reksadana saham. Tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan IHSG juga berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian reksadana saham, sedangkan variabel yang paling dominan terhadap tingkat pengembalian reksadana saham adalah IHSG.
5.
Akbar Maulana/ 2013
PENGARUH SBI, JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2004-2012.
X1= suku bunga SBI, X2= Jumlah Uang beredar, X3= Inflasi dan Y= Kinerja reksadana saham dengan metode indeks Jensen (Jensen alpha)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan suku bunga SBI, inflasi, dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap kinerja perusahaan reksadana saham periode 2004-2012. Secara parsial suku bunga SBI, berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja indeks Jensen perusahaan reksadaana saham yang terdaftar di BAPEPAM dan LK periode 2004-2012. Secara parsial inflasi, berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja indeks Jensen perusahaan reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAM dan LK periode 2004-2012. Secara parsial jumlah uang yang beredar, tidak berpengaruh secara sgnifikan terhadap kinerja indeks Jensen perusahaan reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAM dan LK periode 2004-2012.
Sumber: Diolah dari beberapa Jurnal.
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3
Kerangka Pemikiran
BI Rate (X1)
Inflasi (X2)
H1
KINERJA RDPT (Y)
H2
Gambar 2.1 Model Konseptual
2.3.1
Hubungan antara tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Penetapan BI Rate merupakan salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah. Tujuan dari kebijakan moneter adalah untuuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI Rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (Time Lag). Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
investasi. Begitupun sebaliknya penurunan suku bunga akan menaikkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga menambah kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya menambah kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Keterhubungan antara tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap terdapat dari portofolio investasi Reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam egek bersifat utang, misalnya obligasi. Obligasi yang dimaksud dalam tujuan investasi reksadana di sini termasuk obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Seperti yang kita ketahui, harga obligasi berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga cenderung turun maka nilai obligasi akan
naik
karena
orang-orang
akan
cenderung
untuk
memilih
menginvestasikan kelebihan dananya pada obligasi dengan harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan. Jika suku bunga cenderung naik maka harga obligasi akan turun karena para investor lebih memilih menyimpan uang mereka di bank untuk menghindari ketidakpastian dan risiko gagal bayar. Hal ini tidak menguntungkan bagi para investor yang hendak menjual obligasinya pada saat suku bunga naik karena mereka akan menerima hasil penjualan obligasi di bawah nilao nominal yang dimiliki oleh obligasi tersebut.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Akan tetapi berbeda dengan investor yang menyimpan obligasinya hingga saat jatuh tempo. Bagi investor yang memegang obligasi hingga jatuh tempo justru meraih keuntungan seiring dengan naiknya suku bunga. Karena dengan meningkatnya suku bunga, kupon bunga dibayarkan untuk obligasinya juga meningkat. Sehingga akan menghasilkan yield yang lebih tinggi. 2.3.2
Hubungan Antara Tingkat Inflasi dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Pada saat tingkat inflasi terlalu tinggi, Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate. Kenaikan BI Rate akan menyebabkan bunga pinjaman bank menjadi meningkat. Akibatnya kegiatan produksi akan berkurang karena semakin mahal dan terjadi permintaan terhadap barang, karena ermintaan semakin kecil, maka harga barang akan turun. Hal yang sebaliknya berlaku ketika inflasi terlalu rendah dan suku bunga diturunkan. Biaya produksi akan semakin murah menyebabkan legiatan produk semakin bertambah. Kenaikan produksi akan memicu kenaikan permintaan barang dan pada akhirnya menyebabkan harga barang menjadi naik (terjadi inflasi). Dalam kaitannya dengan investasi, pada saat suku bunga dinaikkan, orang akan memilih alternatif deposito yang memberikan bunga lebih tinggi. Akibatnya instrumen saham dan obligasi dijual, sehingga menyebabkan harga saham, obligasi dan reksadana turun. Sebaliknya pada saat suku bunga diturunkan, investor akan mencari alternatif yang memberikan hasil investasi lebih tinggi dibandingkan deposito yaitu
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
saham dan obligasi. Akibatnya terjadi permintaan yang besar pada saham dan obligasi yang menyebabkan harga saham, obligasi dan reksadana naik. 2.4
Hipotesis H1
: Terdapat pengaruh BI Rate terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap yang diukur dari NAB/ UP.
H2
:
Terdapat
pengaruh
Inflasi
terhadap
Kinerja
Reksadana
Pendapatan tetap yang diukur dari NAB/ UP. H3
: Terdapat pengaruh BI Rate dan Inflasi secara simultan terhadap Kinerja Pendapatan Tetap yang diukur dari NAB/ UP.
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/