BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 2.1 Investasi Investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang. Karena berkaitan dengan pengeluaran dana pada saat sekarang dan manfaat baru akan diterima di masa mendatang, maka investasi berkaitan dengan resiko yang akan dihadapi. Dalam berinvestasi terdapat juga pernyataan bahwa, semakin jauh jarak antara waktu pengeluaran investasi dengan waktu pemulihan investasi, resiko ketidakpastian juga semakin besar. Haming dan Basamalah (2010). Investasi dapat dikatakan sebagai sejumlah uang atau sumber daya yang digunakan dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang (Bodie et al, 2009). Terdapat dua komponen penting dalam melakukan suatu investasi yaitu adanya tingkat pengembalian dan resiko atau tingkat ketidakpastian (risk). Proses investasi dapat meliputi asset berisiko ataupun asset yang aman, dimana asset ini dapat berupa asset keuangan
1311
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
seperti: obligasi, saham, derivatives ataupun asset fisik seperti komoditas, emas atau rumah, secara umum ada 5 tahap proses yang harus dilakukan investor sebelum melakukan investasi yaitu (Bodie et al, 2009): 1) Menentukan tujuan investai Investor harus mengerti tujuan mereka dalam melakukan investasi dan juga alokasi dana yang akan diinvestasikan, dimana hal ini tergantung oleh karakteristik risiko dan tingkat pengembalian yang diinginkan. 2) Menentukan kebijakan investasi Tingkat risiko yang siap ditanggung oleh investor, pada tahap ini investor juga harus memahami kategori asset keuangan untuk, mengetahui asset mana yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang sesuai. 3) Memilih strategi porfolio Strategi yang diinginkan dilakukan investor berdasarkan karakteristik sekuritas yang ingin dipiha dan besar proporsi dana, dimana terdapat dua strategi utama yaitu: active strategy, dimana investor secara aktif menggunakan informasi serta melakukan perhitungan untuk mencari tingkat pengembalian yang paling baik, selain itu investor dapat melakukan
passive
strategy,
dengan
melakukan
pendekatan
berdasarkan return yang diinginkan, lalu membuat diversifikasi portofolio agar dapat memaksimalkan tingkat pengembalian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
4) Memilih Aset Diversifikasi perlu dilaukan oleh investor dalam memaksimalkan portofolio, dengan memilih asset spesifik yang diinginkan. 5) Mengukur dan mengevaluasi performa portofolio Investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dari sisi return maupun risiko yang ditanggung. Investasi juga didefinisikan sebagai suatu komitmen untuk mengalokasikan sejumlah selama periode tertentu untuk menghasilkan tingkat pengembalian, sebagai kompensasi investor yaitu waktu investasi, inflasi,dan ketidakpastian pengembalian dana di masa depan (Reilly & Norton, 2006).
2.2 Teori Permintaan dan Penawaran Kerangka teori dana pinjaman yang menggunakan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar obligasi dan kerangka teori preferensi likuiditas yang menggunakan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar uang adalah dua kerangka teori yang dapat digunakan dalam penentuan nilai suku bunga. Hubbard (2002), dua sudut pandang dalam memahami mekanisme permintaan dan penawaran. Pertama, kita memandang obligasi sebagai barang, artinya pihak yang meminjamkan itu adalah orang yang membeli obligasi dan pihak yang meminjam adalah orang yang menjual obligasi dan besarnya uang yang dibayarkan oleh pihak pemberi pinjaman untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
membeli obligasi adalah harga dari obligasi tersebut. Sebaliknya, sudut pandang kedua melihat penggunaan dana sebagai barang. Dalam kasus ini pihak yang meminjam adalah pembeli karena ia yang bertindak membeli dana dan akan mengembalikan dana tersebut dengan suatu tingkat suku bunga tertentu sebagai harga, sedangkan penjualnya adalah pihak pemberi pinjaman karena dia yang berperan menyediakan dana di dalam pasar.
Tabel 2.1 Dua Sudut Pandang dalam Pasar Obligasi Obligasi sebagai barang
Dana sebagai barang
Penjual
Pihak peminjam yang menerbitkan obligasi
Pihak pemberi pinjaman yang menyediakan dana
Pembeli
Pihak pemberi pinjaman yang membeli obligasi
Pihak peminjam yang membutuhkan dana
Harga
Harga obligasi
Suku bunga
Sumber : Hubbard (2002)
Formatted: Font: 10 pt Formatted: Indent: First line: 0.62 cm
Jika dilihat dari sudut pandang pemerintah maka menentukan harga dan kuantitas keseimbangan di pasar obligasi dapat ditentukan melalui analisis kurva permintaan dan penawaran dana penjualan obligasi. Maka atas kurva permintaan dana menunjukkan hubungan negatif antara jumlah dana yang diminta oleh peminjam dan tingkat suku bunga. Kurva penawaran dana adalah kurva yang menunjukkan hubungan positif antara jumlah dana yang disediakan oleh pemberi pinjaman dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
tingkat suku bunga (yield). Slope positif pada kurva penawaran dana dapat dijelaskan sebagai kuantitas penawaran dana lebih kecil pada saat suku bunga (yield) obligasi rendah dan sebaliknya, penawaran akan lebih besar pada saat tingkat suku bunga (yield) obligasi lebih tinggi tinggi karena suku bunga yang tinggi menjadikan obligasi ini menjadi instrumen investasi yang lebih menarik karena tingkat return yang tinggi sehingga pada akhirnya pihak pemberi pinjaman bersedia untuk menyediakan lebih banyak dana di pasar.
Gambar 2.1 Kesimbangan pasar Obligasi
i = 10% i* =7,5% i = 5%
Sumber : Hubbard (2002)
Q=Besarnya dana (Rp)
Gambar tersebut menunjukkan bahwa besarnya dana yang akan diminta oleh peminjam dan seberapa besar suku bunga atau yield dari obligasi sebagai harga. Maka perolehan tingkat suku bunga yang seimbang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Formatted: Font: 10 pt
Formatted: Justified, Indent: Left: 0.63 cm, First line: 1.12 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing: Double, Widow/Orphan control, Tab stops: Not at 2.73 cm
16
dipasar harus memperhatikan informasi dari kurva permintaan dan penawaran dana. Hubungan antara kurva permintaan dan penawaran dana dalam pasar obligasi merupakan analisis statis yang mengabaikan faktorfaktor lain di luar harga dan kuantitas.
Formatted: Justified, Indent: Left: 0.63 cm, First line: 1.12 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing: Double, Widow/Orphan control, Tab stops: Not at 2.73 cm
2.3 Pengertian Sukuk Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pada dasarnya sukuk sangat mirip dengan obligasi konvensional. Sukuk juga termasuk ke dalam sekuritas pendapatan tetap yang memberikan tingkat pengembalian (return) yang bersifat tetap (fixed) ataupun mengambang (floating). Sukuk juga diperdagangkan pada pasar sekunder meskipun
jumlahnya tidak
sebanyak obligasi konvensional. Sukuk juga diperingkat oleh lembaga pemeringkat internasional seperti halnya obligasi konvensional (Malaysian Sukuk Market Handbook, 2009). Meskipun memiliki beberapa persamaan dalam beberapa hal, pada prinsipnya sukuk memiliki perbedaan dengan obligasi konvensional. Obligasi konvensional murni hanya berupa hutang yang
diterbitkan
oleh
Institusi atau perusahaan yang menerbitkan obligasi. Sementara itu prinsip sukuk berbeda dengan
obligasi konvensional. Sukuk mewakili
atau
berupa hubungan kepemilikan terhadap underlying asset yang diterbitkan tersebut. Sebagai contoh pada jenis Sukuk Ijarah, yaitu suatu jenis sukuk yang biasa diterbitkan pemerintah, hubungan atau perikatan yang terbentuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Formatted: Indonesian
17
adalah
hubungan lessee/lessor yang berlandaskan prinsip leasing. Hal
tersebut
secara
konvensional
nyata menunjukkan
yang
perbedaan
dengan
obligasi
menggunakan hubungan lender/borrower yang
berlandaskan prinsip pinjaman atau hutang (Malaysian Sukuk Market Handbook, 2009). Sukuk dan obligasi mempunyai sifat dan pengertian yang mirip. Awal kata Obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu Obligatie atau obligaat. Obligasi adalah surat berharga (sekuritas) jangka panjang yang memiliki umur lebih satu tahun, biasanya berumur lima tahun keatas yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa kupon pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Selain itu, kata obligasi dikaitkan dengan obligation atau bonds yang berarti kewajiban. Obligasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu perusahaan dan investor. Dari sudut perusahaan, obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo dimasa mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodik. Dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa, dimana obligasi menyatakan klaim kreditur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
pada suatu perusahaan, sedangkan pada saham menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan , Tandelin (2010:245). Dalam investasi terdapat asset berisiko ataupun asset yang aman, dimana asset ini dapat berupa asset keuangan seperti, saham, obligasi, sukuk, derivatives ataupun asset fisik seperti komoditas, emas atau rumah. Oleh sebab itu sukuk adalah satu satu produk investasi yang seharusnya mempunyai risiko yang cukup kecil. Menurut penelitian sebelumnya (Bodie et al, 2009) ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi: 1. Menentukan tujuan investasi Sebelum berinvestasi investor harus mengerti tujuan mereka dalam melakukan investasi dan juga alokasi dana yang akan diinvestasikan, dimana hal ini tergantung oleh karakteristik risiko dan tingkat pengembalian yang diinginkan. 2. Menentukan kebijakan investasi Tahap ini investor mengukur tingkat risiko yang siap ditanggung, dan harus memahami kategori aset keuangan untuk mengetahui asset mana yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang sesuai. 3. Memilih strategi portofolio Strategi yang diinginkan dilakukan oleh investor berdasarkan karakteristik sekuritas yang ingin dipilih dan besar proporsi dana, dimana terdapat dua strategi utama yaitu : active
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
strategy,
dimana
investor
secara
aktif
menggunakan
informasi serta melakukan perhitungan untuk mencari tingkat pengembalian yang paling baik. Strategi kedua yaitu passive strategy,
strategi dengan melakukan pendekatan
return
berdasarkan
yang
diinginkan,
lalu
membuat
diversifikasi portofolio agar dapat memaksimalkan tingkat pengembalian. 4. Memilih Aset Diversifikasi
perlu
dilakukan
oleh
investor
dalam
memaksimalkan portofolio dengan memilih asset spesifik yang diinginkan. 5. Mengukur dan mengevaluasi performa portofolio Investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dari sisi return maupun risiko yang ditanggung. Tidak
semua
emiten
dapat
menerbitkan
obligasi
syariah.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten untuk menerbitkan obligasi syariah (Huda & Nasution, 2008) yaitu: 1) Aktivitas utama yang halal, tidak bertentangan dengan subtansi Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. tersebut
menjelaskan
berbagai
Fatwa
jenis kegiatan
usaha yang dilarang karena bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah misalnya: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; 2. Usaha
lembaga
keuangan
konvensional
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
(ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional; 3. Usaha serta
yang
memproduksi,
memperdagangkan
mendistribusi, makanan
dan
minuman haram; 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. 2) Peringkat investment grade: 1. Memiliki fundamental usaha yang kuat; 2. Keuangan yang kuat; 3. Memiliki reputasi yang baik dalam masyarakat. 3) Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII) Sukuk dan Obligasi memiliki perbedaan dasar sehingga sukuk tetap halal dan diperbolehkan. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara sukuk dan obligasi: Tabel 2.2 Perbedaan Mendasar antara Obligasi dan Sukuk No. 1.
Karakteristik Prinsip Dasar
Sukuk Sesuai dengan prinsip syariah sebagai bukti kepemilikan / penyertaan terhadap suatu aset yang menjadi dasar penerbitanya
Obligasi Pernyataan utang tanpa syarat dari penerbit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.
Representasi share of asset
dari Representasi share of Asset / Underlying asset
3.
Fatwa
4.
Basis pendapatan
5.
Penggunaan Dana
6.
Prioritas likuidasi
7.
Hak istimewa
Representasi penjualan utang
Ada sebagai dasar Tidak ada penerbitan Bunga, capital gain Berbasis pada income, bagi hasil, margin, capital gain Tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syariah
bagian Prioritas sebelum saham
Tidak ada pihak yang punya hak istimewa
Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
Bebas
Prioritas pertama
Ada yang punya hak istimewa, seperti kesempatan pertama membeli sekuritas yang diterbitkan Formatted: Font: 10 pt Formatted: Indonesian Formatted: Indent: Left: 0.5 cm
2.4 Karakteristik Obligasi Menurut Jones (2007:28), Obligasi memiliki beberapa karakteristik yaitu : a) Face Value atau Par Value, yang dimaksud dengan nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar dibayarkan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo. Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
emisi obligasi”. Penentuan besar penerbitan
obligasi
berdasarkan
kecilnya aliran
jumlah
arus
kas
perusahaan, kebutuhan serta kinerja bisnis perusahaan. b) Sebagian besar obligasi memiliki kupon obligasi, yang dibayarkan secara periodik oleh penerbitnya kepada pemegang obligasi. Bunga obligasi dibayarkan setahun dua kali. c) Jangka waktu obligasi yaitu jatuh tempo obligasi hingga waktu tertentu. Setiap obilgasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman. Secara umum masa jatuh tempo obligasi berumur 5 tahun. Ada yang 1 tahun, ada pula yang 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena dianggap risikonya kecil. Sebagai salah satu efek syariah sukuk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan kepemilikan bersama atas suatu aset atau proyek. Setipa sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan atau (underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset atau proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau margin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2.5 Jenis Sukuk Jenis sukuk menurut Standar Syariah AAOFI No. 17 tentang Investment Sukuk, terdiri dari : 1) Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan. Sukuk Ijarah, yaiitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah ( akad sewa menyewa atas suatu aset ) dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati tanpa hak opsi. Sukuk ijarah ini antara lain dapat dibedakan menjadi Ijarah Muntahiya Bittamlik, Ijarah sale and lease back dan ijarah headlease and sublease. 2) Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 tipe:
Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan
Sertifikat kepemilikan atas manfdaat aset dimasa depan
Sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu
Sertifikat atas kepemilikan atas jasa di masa depan.
3) Sertifikat Salam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan dana untuk modal dalam akad salam, sehingga barang yang akan disediakan melalui akad salam menjadi pemegang sukuk.
Formatted: Indent: Left: 2 cm
4) Sertifikat Istishna Sukuk Istishna, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu barang atau proyek. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para pihak. 5) Sertifikat Mudharabah Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah ( akad kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan modal ( rab almaal) dan pihak lainnya menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib) dimana kelak keuntunganya akan dibagikan berdasarkan persentase yang disepakati sebelumnya, apalagi terjadi kerugian maka kerugian tersebut adalah menjadi beban dan tanggung jawab pemilik modal. 6) Sertifikat Musyarakah Yaitu Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua belah pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal yang digunakan atau membangun proyek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau mebiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masingmasing pihak.
7) Sertifikat Muzara’a Muzara’ah adalah akad kerjasama dibidang pertanian, dimana pemilik lahan memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi sesuai kesepakatan diawal. Biasanya sukuk Muzara’a ini bertujuan untuk mendapatkan dana untuk kegiatan pertanian tersebut, maka sebagian bagi hasil atas panen yang dihasilkan berhak didapatkan oleh pemegang sukuk sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang diatur pada perjanjian awal. 8) Sertifikat Musaqa Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiiatan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operational dan biaya perawatan tanaman sesuai dengan akad musaqah, sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen tersebut. 9) Sertifikat Mugharasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Untuk singkatnya, Ayub (2009:604) menyebutkan tujuannya untuk proyek yang melibatkan penanaman perkebunan.
2.6 Risiko – risiko dalam Sukuk Sebelum membeli sukuk investor yang ingin berinvestasi harus bisa memperhitungkan risiko-risiko yang akan terjadi dari investasi sukuk tersebut. Menurut Wahid (2009:278), risiko-risiko pada sukuk dibedakan menjadi risiko yang timbul dari kontrak sukuk (internal) dan risiko khusus SPV (eksternal). Risiko- risiko yang dihadapi investor sukuk sebagai berikut: 1. Risiko kontrak sukuk a) Risiko Pasar Risiko pasar terdiri dari dua bentuk yaitu risiko pasar yang sistematik dan kurang sistematik. Risiko pasar yang sistematik terjadi karena pergerakan harga pasar secara menyeluruh atau disebabkan kebijakan suatu negara dalam urusan ekonomi. Sedangkan risiko pasar yang kurang sistematik terjadi karena harga suatu aset atau instrument terntentu berubah atau perubahanya
terjadi
karena
variabel
lainnya
mengakibatkan perubahan terhadap harga aset. b) Risiko Kredit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
27
Risiko kredit yang dihubungkan dengan kualitas aset atau pinjaman yang kemungkinan tidak dapat diperoleh lagi apabila terjadi kelalaian para pihak dalam penyelesaianya. c) Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas disebabkan karena ketidakcakapan syaratsyarat operasional yang dijalankan suatu firma sehingga dapat mengurangi kemampuan mendapatkan sumber dana cash (funding) pada kadar biaya yang layak ataupun kesukaran menjual aset dalam waktu singkat (asset liquidity risk). Risiko likuiditas secara umum dapat terjadi apabila ada masalah pada funding liquidity risk, asset liquidity risk dan cash management risk. d) Risiko Aset Risiko aset dapat terjadi karena proses pengamanan dan penebusan sukuk, dimana aset yang terdiri atas tanah, gedung dan bentuk-bentuk aset nyata lainnya telah dijadikan sebagai objek akad dan sebagai sokongan bagi pengeluaran sukuk. e) Risiko Negara Risiko ketentuan hukum dan problem hukum perundangundangan suatu negara, dimana sertifikat sukuk diperjual belikan dipasar yang ikut memperlibatkan beberapa negara. f) Risiko Counter party risk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Kontrak sukuk umumnya melibatkan counterparty (origanator, SSPV dan investor) yang dibentuk mengikut peranan dan tanggung jawab masing-masing. Risiko counterparty mungkin timbul berhubungan dengan kelalaian kemitraan terhadap pengelolaan manajemen sukuk, kelalaian pihak penjamin dalam memberikan jaminan terhadap klienya dan kelalaian menyerahkan komodiutas sesuai kualitas dan waktu yang tepat.
g) Risiko kesesuaian dengan syariah Risiko ini disebabkan karena pemahaman teoritikal fiqh hasil formulasi mujtahid yang memahami dan diamalkan berbeda oleh masing-masing pihak berkontrak, akibatnya akan memberipengaruh pada bentuk kontrak yang diamalkan. 2. Risiko Khusus SPV Risiko khusus SPV atau risiko yang disebabkan karena pihak eksternal ini sebagai mediator dan sebagai firma yang mencari keuntungan. Sebagai mediator, SPV bertindak hanya sebagai penerbit sukuk berdasarkan kuasa yang diberikan oleh originator dan bertindak sebagai pengelola aset atas kuasa yang diberikan investor. Sebagai firma, SPV ikut memperoleh keuntungan dari aktivitas kontrak sukuk yang dikelola dalam bentuk sewa, mark up ataupun dalam bentuk diskon harga, tergantung kontrak sukuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
yang dikeluarkan. Risiko sebagai mediator, risiko yang dihadapi adalah bentuk kegagalan pihak-pihak lain seperti originator dan investor dalam melaksanakan tanggung jawabnya masingmasing. Kegagalan terjadi karena originator tidak berhasil dalam mentransfer aset, kelalaian pada saat membayar keuntungan, sewa mark up ataupun diskon mengakibatkan SPV mengalami kerugian. Sedangkan menurut menurut Fabozzi (1989:6) Risiko dalam memegang obligasi ada delapan yaitu: a) Interest rate risk Risiko yang ditimbulkan akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga obligasi. b) Reinvestment Risk Ketika suku bunga menurun, investor harus menginvestasikan kembali pendapatan bunga mereka dan kembalinya pokok, baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal, dengan kurs yang lebih rendah. c) Call Risk Risiko yang ditimbulkan apabila obligasi tersebut ditarik oleh penerbit atauissuer sebelum jatuh tempo. Penurunan suku bunga dapat mempercepat pelunasannya, sehingga investor harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
menginvestasikan kembali pokok pada tingkat bunga yang lebih rendah. d) Default Risk Kemungkinan risiko bahwa penerbit obligasi tidak mampu membayar bunga atau pembayaran pokok ketika jatuh tempo. Jika pembayaran tidak sesuai dengan perjanjian dalam dokumen perjanjian, penerbit dinyatakan default. e) Inflation Risk Inflasi mengurangi daya beli daya beli investor dimasa depan. Inflasi juga menyebabkan bunga yang lebih tinggi yang menyebabkan harga obligasi yang lebih rendah. f) Exchange Risk Risiko yang timbul karena pertukaran mata uang, apa bila mata uang disuatu negara turun maka harga obligasi juga akan turun. g) Liquidity Risk Risiko
ketika
investor
kemungkinan
harus
menjual
obligasi, investor kesulitan mencari pembeli ketika mereka ingin diskon
menjual yang
dan
mungkin terpaksa
signifikan
terhadap
nilai
menjual
dengan
pasar. Apabila
obligasi tersebut dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka obligasi tersebut dikatakan likuid, demikian pula sebaliknya. Risiko likuiditas lebih besar untuk surat berharga yang diperdagangkan tipis,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
seperti obligasi yang rendah ratingnya, obligasi yang memiliki peringkat kredit diturunkan atau obligasi yang jarang dijual emitennya.
Obligasi
umumnya
paling
likuid
selama
jangka waktu penerbitan memiliki volume perdagangan yang tertinggi. h) Volatility Risk Risiko yang disebabkan karena volatility yang berpengaruh terhadap harga obligasi.
2.7 Likuiditas Sukuk Sukuk adalah sertifikat sama nilai (equal value) atas nama atau atas unjuk agar menciptakan klaim pemilik sertifikat atas hak financial dan obligasi yang diwakili oleh sertifikat, sehingga keuntungan kerugian atas hasil pengembangan dan investasi dibagi dan ditanggung secara proposional terhadap sertifikat yang dimiliki. Pada saat ini di Indonesia transaksi sukuk dan obligasi masih belum terlihat perbedaan yang mencolok. Antara likuiditas pasar obligasi konvensional dan likuiditas sukuk tidak ada bedanya. Hal ini dipertegas dengan persamaan pasar maupun pengukuran yang digunakan dalam mengukur tingkat suatu efek, baik itu sukuk ataupun obligasi. Oleh karena itu pembahasan menyetarakan materi dalam konsep pasar modal secara umum. Likuiditas dalam pasar modal juga dapat diartikan sebagai volume dan frekuensi transaksi yang terjadi di pasar mdoal. Hal inilah yang menjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Formatted: Font: Italic
32
pengukuran
dalam
mengukur
likuiditas
sukuk
dan
obligasi.
Sharpe(2005:360), menyatakan satu ukuran pemasaran obligasi adalah spread bid ask yang ditawarkan dealer atas obligasi atau sukuk, hal serupa dinyatakan dalam penelitian Hendrawan (2008), yang menunjuk spread bid ask dapat dipergunakan sebagai pengukuran likuiditas. Sukuk atau obligasi yang aktif diperdagangkan cenderung memiliki spread bid ask yang rendah dibanding obligasi yang tidak aktif. Oleh karena itu obligasi yang aktif diperdagangkan seharusnya memiliki yield to maturity yang lebih rendah dan nilai instriksik yang lebih tinggi.Istilah Likuiditas yang lazim digunakan dalam term keuangan, yang umumnya merujuk pada kemampuan perusahaan dalam menjual segala aset yang dimilikinya secepat mungkin, dengan seminimal mungkin, dan meraih harga yang setinggi mungkin. Pada titik ini, relatif tidak ada perbedaan yang esensial antara likuiditas untuk term keuangan dan likuiditas untuk term pasar obligasi. Yang paling khas membedakan penggunaan likuiditas untuk pasar obligasi adalah bagaimana likuiditas tersebut dihargai. Yang menjadi pertanyaan menarik selanjutnya adalah mengapa dalam return obligasi korporat turut tercakup pula adanya unsur kompensasi atas likuiditas. Untuk persoalan ini, setidaknya ada alasan yang menarik pula untuk diungkapkan sebagaimana telah dikemukakan oleh downing, Underwood dan Xing (hal. 1:2005) seperti dalam peryataannya berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
We propose a dynamic equilibrium model of asset prices and trading volume when agents face fixed transactions costs. We show that even small fixed costs can give rise to large “no-trade” regions for each agent’s optimal trading policy. The inability to trade more frequently reduces the agent’s optimal trading policy. The inability to trade more frequently reduces the agent’s asset demand and in equilibrium gives rise to a significant illiquidity discount in asset prices.
Utamanya adalah struktur model obligasi korporat yang senantiasa dihargai/dinilai berdasarkan risiko default semata cenderung berujung pada misprice untuk obligasi-obligasi yang memiliki maturitas jangka panjang. Beberapa penelitian terkini yang telah dilakukan membenarkan pernyataan tersebut diatas. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lyden dan Saraniti(2000); Eom, Helwege, dan Huang (2002), sebagaimana penelitiannya Leland dan Toft (1996); Collin-Dufresne dan Goldstein (2001) hanya mengungkap sebatas pada kesimpulan bahwa over-price bonds dialami oleh obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan besar dan well-capitalized, sementara underprice bonds dialami oleh perusahaan-perusahaan lebih berisiko. Beberapa penelitian telah mengemukakan beberapa penjelasan mengapa structural modelsyang berdasarkan pada default risk semata terbukti gagal memproyeksi harga oblligasi yang realistik. Seperti, Duffie dan Lando (2001) menyatakkan bahwa asymmetric information perihal default risk yang meliputi penerbit obligasi (issuers) dan investor semakin menambah spread risiko yang terobservasi ; adapun Giesecke (2003) mengungkapkan bahwa ketidakpastian atas parameter-parameter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
yang digunakan dalam model perhitungan itulah yang turut pula memainkan peran dalam menambah spread risiko yang nampak. Gagasan bahwa investor menuntut suatu premi likuiditas atas sekuritas-sekuritas yang tidak likuid (illiquid securities) serta bahwa liquidity cost tidak dapat dipisahkan dari frequency of trading dinyatakan oleh Lo, Mamayskydan Wang (2004). Oleh karena investor tidak selamanya mampun menghedging semua risiko, mana mereka menuntut suatu ex-ante risk premium dengan cara menurunkan harga sekuritasnya. Jadi, untuk satu cash flow tertentu, karakter obligasi yang kurang likuid akan memiliki frekuensi trading yang jarang, ketika ditransaksikan pun harganya lebih rendah, dan menawarkan yield spreads yang lebih tinggi. Tak heran, jika teoari yang terbentuk mengatakan bahwa likuiditas harus dibayar/dikompensasi dengan yield spread. Harris (2003:398), mengatakan bahwa konsep likuiditas mempunyai empat dimensi yaitu immediacy (kesegaran), width (lebar spread bidoffer), depth (kedaleman), dan resiliency (kelenturan). Konsep empat dimensi likuiditas sebagaimana disampaikan oleh Harris tersebut didasari oleh teori bahwa suatu aset dapat dikatakan likuid jika aset itu dapat ditransaksikan dengan cepat dan biaya yang rendah, dalam jumlah besar tanpa mempengaruhi harga. Hulwati (2009:289), juga menyatakan hal yang sama. Pasar modal yang efisien ditentukan juga melalui pengurangan fluktuasi harga serta spekulasi penyebab ketidakstabilan pasar dan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
1. Immediacy (Kesegaran) Kesegaran yang dimaksud adalah mengacu seberapa cepat investor dapat melakukan perdagangan dengan biaya tertentu pada aset yang dimilikinya. Trader umumnya menggunakan mengikuti harga pasar untuk transaksi perdagangan yang cepat. Jika investor dapat segera melakukan transaksi ses suai dengan keinginanya, maka dapat dikatn aset tersebut likuid. Artinya pasar memiliki likuiditas yang baik, karena menyerap kebutuhan investor untuk bertransaksi pada aset yang di inginkan dengan waktu yang cepat dan harga yang wajar.
2. Width (Lebar spread bid-offer) Dimensi Widht (lebar antara harga permintaan dan penawaran) adalah mengacu pada biaya untuk melakukan perdagangan dengan ukuran tertentu. Dalam hal ini termasuk komisi broker. Lebar adalah biaya perlikuiditas per unit. Untuk melihat seberapa lebar antara permintaan dan penawaran harga transaksi suatu aset di pasar.
3. Depth (kedaleman) Dimensi depth adalah mengacu pada ukuran transaksi yang bisa dilakukan dengan biaya tertentu. Kedalaman di ukur dalam unit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
yang tersedia pada harga yang diberikan likuiditas. Dengan melihat seberapa besar volume order beli dan order jual di pasar, hal ini memudahkan investor untuk melakukan transaksi dipasar, artinya aset tersebut cukup likuid. Pasar yang likuid memiliki kedalaman pasar yang bagus, yakni terdapat keinginan yang besar dari pelaku pasar untuk bertransaksi atau dengan kata lain terdapat lapisan order
yang tebal baik dari sisi permintaan
maupun penawaran atau dengan kata lain para pelaku pasar mempunyai keinginan yang besar untuk melakukan transaksi.
4. Resiliency (kelenturan) Dimensi resiliency (kelenturan) berhubungan dengan seberapa cepat harga aset dapat kembali ke tingkat sebelumnya jika terjadi ketidakseimbangan aksi jual (beli) dalam jumlah besar. Jika harga suatu efek cepat kembali ke tingkat harga wajarnya seperti sebelumnya, efek itu dikatakan likuid. Pasar yang likuid harus memiliki kelenturan yang baik, artinya pasar cepat kembali ke titik ekuilibrium yang wajar setelah terjadi transaksi perdagangan dengan nilai yang jauh lebih besar dari biasanya.Fleming (2003), menyatakan ada beberapa cara mengukur tingkat likuiditas, diantaranya adalah: 1. Bid ask spread
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Bid ask spread adalah suatu pengukuran yang paling sering digunakan
dalam
mengukur
likuiditas
pasar.
Dengan
pengukuran ini dapat lebih mudah dan cepat mengukur wide sesuai dengan real time basis. Pengukuran berdasarkan harga yang
menjelaskan
pergerakan
menuju
pada
harga
keseimbangan, terutama untuk mengukur resiliency, Krisnilasari (2007). 2. Trading Volume Trading Volume obligasi, semakin besar volumenya berarti semakin besar kapitalisasi dan berpeluang tinggi kemungkinan ditransaksikan di pasar sekunder. Volume transaksi juga berhubungan
dengan
Fleming(2003).
volatility,
Pengukuran
Karpoff
berdasarkan
(1987),
dalam
volume,
yang
membedakan pasar likuid berdasarkan volume transaksi dibandingan dengan perbedaan harga, terutama untuk mengukur width dan depth. 3. Trading Frekuensi Frekuensi transaksi sama dengan jumlah transaksi yang diperdagangkan dalam jangka waktu tertentu.
Frekuensi
transaksi/perdagangan yang tinggi, atau paling tidak sering di transaksikan adalah obligasi yang likuid, diminati banyak investor dan mudah dicairkan. 2.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi harga sukuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Husnan
(2009:378),
obligasi
maupun
sukuk
mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan itu tersebut mempengaruhi harga obligasi, spot rate, yield maturity tingkat keuntungan yang diharapkan pada periode berikut dan risiko tingkat keuntungan periode yang akan datang. Menurut Sharpe (2005:386), ada lima teori yang berhubungan dengan penentuan harga, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : a) Jika harga pasar obligasi/sukuk naik, yield-nya pasti turun; sebaliknya, jika harga pasar obligasi turun, yield-nya pasti naik. b) Jika yield obligasi/sukuk tidak berubah sepanjang masa hidupnya, besar diskonto atau premiumnya akan menurun jika jangkanya semakin puncak. c) Jika yield tidak berubah sepanjang hidupnya, maka besarnya diskonatau premium akan menurun dengan penurunan yang semakin besar, jika jangkanya makin singkat. d) Penurunan pada yield akan menaikkan harga obligasi / sukuk sejumlah yang lebih besar ukuranya dibanding penurunan harga obligasi/sukuk yang akan terjadi jika besarnya penurunan yield obligasi/sukuk sama. e) Persentase perubahan pada harga obligasi/sukuk disebabkan oleh perubahan yieldnya akan semakin kecil jika tingkat bunga kuponya lebih tinggi.
Tingkat kupon menurut Tandelilin (2010:42), kupon merupakan bunga yang dibayarkan secara reguler oleh penerbit obligasi/sukuk kepada pemegangnya.Kupon obligasi/sukuk ditetapkan dalam presentase
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
tahunan dari nilai nominal dan dibayarkan pada interval waktu tertentu dan biasanya ditentukan besarnya pada saat obligasi/sukuk diterbitkan oleh emiten. Obligasi/sukuk negara umumnya dibayarkan setengah tahunan. Sedangkan Likuiditas Sharpe (2005:359) likuiditas dapat diartikan sebagai kemudahan pemasaran yaitu merujuk pada kemampuan investor untuk dengan cepat menjual aset tanpa harus mengubah harga secara substansial. Sedangkan menurut Tandelilin likuiditas berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan dipasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi yield sukuk sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Amihud dan Mendelson (1991) yang meneliti pengaruh likuiditas pada jatuh tempo dan yield pada US treasury securities dengan menggunakan variabel perubahan harga obligasi sebagai variabel dependen dan variabel likuiditas obligasi, kupon, jangka waktu jatuh tempo
sebagai
mengkonfirmasikan
variabel hasil
independen. penemuan
Hasil
Amihud
penelitian dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini
Mendelson
40
sebelumnya akan adanya faktor premi risiko dari likuiditas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa likuiditas dari aset merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dari harga aset. Nurfauziah & Setyarini (2004) meneliti
faktor-faktor
yang
mempengaruhi yield obligasi pada industri perbankan dan industri finansial. Variabel yang digunakan adalah Yield To Maturity sebagai variabel dependen dan likuiditas, Inflasi, rate, durasi, peringkat, buyback, sinking fund, secure sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini dibuktikan bahwa variabel likuiditas berpengaruh terhadap yield
obligasi.
Variabel
inflasi
tidak
memberikan
pengaruh
signifikan terhadap yield obligasi. Koefisien korelasi parsial suku bunga
deposito dengan Yield To Maturity dengan variabel kontrol
inflasi, rating, durasi, peringkat, buy back, sinking fund dan secure menunjukkan hubungan yang lemah. Artinya semakin tinggi suku bunga deposito maka semakin rendah yield yang didapat.Koefisien korelasi parsial durasi terhadap Yield To Maturity bertanda negatif artinya semakin lama durasi suatu obligasi semakin rendah Yield To Maturity yang diterima.Koefisien korelasi parsial peringkat terhadap Yield To Maturity bertanda positif artinya semakin tinggi peringkat suatu obligasi semakin tinggi Yield To Maturity yang diterima.Koefisien korelasi parsial buyback terhadap Yield To Maturity bertanda negatif artinya besarnya Yield To Maturity akan meningkat apabila tidak ada ketetapan buyback.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) yang meneliti Pengaruh Corporate governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi. Penelitian menguji pengaruh penerapan corporate governance terhadap peringkat yang yield obligasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusi, komisaris independen, komite
audit,
dan kepemilikan manajerial sedangkan variabel
dependen adalah peringkat dan yield obligasi. Penelitian ini menggunakan kualitas audit, ukuran perusahaan, dan rasio kewajiban terhadap
ekuitas
menjadi
variabel
kontrol.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa tidak semua elemen corporate governance berpengaruh terhadap peringkat dan yield obligasi. Jumlah komisaris independen berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi dan negatif terhadap yield obligasi. Keberadaan komite audit secara statistik signifikan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Nurhasanah (2012) Meneliti hubungan antara likuiditas dan harga sukuk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara likuiditas dan harga sukuk di pasar sekunder serta faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya. Likuiditas dan harga digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel dependen sedangkan frekuensi, bid ask spread, jatuh tempo, kupon dan likuiditas adalah variabel independen. Hasil penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat hubungan antara likuiditas dan harga sukuk baik searah maupun dua arah. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
disimpulkan bahwa variabel frekuensi berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas dan bid ask spread
memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi
harga
menunjukkan
korelasi
antara
variabel
likuiditas dan harga (return) relatif lemah, dengan bentuk hubungan negatif, artinya semakin tinggi return sukuk akan semakin rendah likuiditas sukuk. Variabel kupon dan jatuh tempo memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return, artinya semakin tinggi kupon dan semakin jauh jatuh tempo sukuk maka semakin tinggi return yang diperoleh investor sukuk. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk membeli sukuk dengan kupon yang tinggi, sehingga mendapatkan return yang tinggi pula.
Tabel 2.3 Ringkasan hasil penelitian terkait likuiditas obligasi dan sukuk No
Peneliti
Variabel
Judul
Independen
1
Amihud dan Mendelson (1991)
Liquidity, Jatuh tempo and the Yields on US Treasury Securities
Likuiditas obligasi, Coupon, jangka waktu jatuh tempo
2
Nurfauziah & Adistien (2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi pada industri perbankan dan industri financial
Likuiditas, Inflasi, rate, durasi,peringkat, buyback, sinking fund, secure
Dependen
Hasil
Perubahan harga obligasi
Likuiditas dari aset merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dari harga aset
YTM
Variabel likuiditas berpengaruh terhadap yield obligasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
3
4
Setyapurnama (2006)
Pengaruh Corporate governance terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi
Nurhasanah (2012)
Hubungan antara likuiditas dan harga sukuk serta faktorfaktor yang mempengaruhinya
Proksi dari CG yaitu kepemilikan institusi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial. Frekuensi, bid ask spread, jatuh tempo, kupon, likuiditas
Peringkat surat utang, Yield Obligasi
Likuiditas dan harga
Tidak semua elemen corporate governance berpengaruh terhadap peringkat dan yield obligasi Tidak terdapat hubungan antara likuiditas dan harga sukuk baik searah maupun dua arah
B. KERANGKA PEMIKIRANerangka Pemikiran Analisa yang dilakukan oleh investor dan juga analisa dalam melakukan investasi di pasar modal dapat menggunakan dua teknik yaitu: analisa fundamental dan juga analisa teknikal. Analisa teknikal digunakan oleh para trader dengan menggunakan indicator dan juga grafik (Ross, 2008), dimana kinerja keuangan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan, yang tercermin dari harga sahamnya. Metode analisa fundamental ini telah sukses digunakan oleh beberapa figur terkenal seperti: Warren Buffet, Peter Lynch, David Dremen, Philip Fisher dan Benjamin Graham. Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi yield sukuk. Pada penelitian ini variabel – variabel yang dipilih penulis dianggap dapat mewakili faktor – faktor yang mempengaruhi yield sukuk. Variabel Rating, DER dan Ukuran Perusahaan dapat menggambarkan comparative analysis dan Ratio analysis dari laporan keuangan masing-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
masing perusahaan penerbit sukuk terhadap yield sukuk. Variabel maturity dan kupon dipilih karena variabel tersebut berhubungan erat terhadap sukuk yang dikeluarkan. Sedangkan variabel SBI dipilih karena biasanya SBI menjadi acuan perhitungan bagi hasil pada bisnis konvensional.
Formatted: Indonesian
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini digambarkan dengan skema secara sistematik selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu “Analis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Yield Sukuk (Studi Kasus Pada Perusahaan yang mengeluarkan sukuk di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)”, dimana kerangkan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
C. HIPOTESISHipotesis
Terdapatnya beragam literatur, beberapa penelitian dan studi yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi yield dan stock return banyak menggunakan variabel yang beragam seperti : pendekatan ekonomi, faktor pasar, rasio akutansi, dan likuiditas. Penelitian dan studi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi yield sukuk membantu calon investor untuk mengetahui dan menganalisa risiko investasi yang akan dilakukan. Berikut ini adalah hipotesa tentang yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara Sertifikat Bank Indonesia dan yield sukuk: H1
: Terdapat pengaruh rating terhadap yield sukuk. Hasil penelitian Nanik Indarsih (2013) dan Arifin (2007:133)
yang menunjukkan bahwa kurva yield dalam penelitian memiliki slope yang mengarah ke kanan atas (Normal Yield Curve) yang mencerminkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
kondisi normal dimana obligasi berjatuh tempo pendek memiliki Yield To Maturity yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi berjatuh tempo panjang. Alasan yang mendasari adalah karena sekuritas jangka pendek lebih likuid atau tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga. Dengan demikian untuk berinvestasi jangka panjang umumnya investor mensyaratkan adanya nilai lebih (premium). Pola ini ditemui ketika perekonomian sedang mengalami pertumbuhan dan bisnis sedang sangat menguntungkan sehingga perusahaan dapat membiayai kesempatan investasinya. Hal ini memiliki makna bahwa ekspektasi investor terhadap laju tingkat inflasi ke depan sangat kecil dan akan tetap rendah dalam waktu dekat. Dan penelitian Amihud dan Mendelson (1991) serta Khurana dan Raman (2003) yang mengatakan bahwa maturitas berpengaruh positif terhadap Yield To Maturity obligasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena dianggap risikonya lebih kecil. Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga Yield To Maturity yang didapatkan juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan obligasi yang umur jatuh temponya lebih pendek. Berikut ini adalah hipotesa tentang yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara Maturiry dan yield sukuk. H2
: Terdapat pengaruh maturity terhadap yield sukuk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bhojraj dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Sengupta (2003), Hadiasman Ibrahim (2008) dan Budhi dan Teguh (2011) menyatakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara debt to equity ratio (DER) terhadap yield obligasi. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
antara
debt
to equity
ratio (DER)
terhadap yield obligasi, sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah: H3
: Terdapat pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap yield sukuk. Hasil penelitian sebelumnya Nanik Indarsih (2013) dan Jogiyanto
(2010:176) yang menyatakan bahwa hubungan antara tingkat suku bunga dengan harga obligasi adalah negatif dan hubungan antara harga obligasi dengan Yield To Maturity adalah juga negatif. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka akan lebih menguntungkan berinvestasi pada deposito, sehingga harga obligasi di pasar akan mengalami penurunan, dan apabila harga obligasi mengalami penurunan maka akan mengakibatkan Yield To Maturity obligasi mengalami kenaikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor atau Yield To Maturity obligasi juga akan mengalami kenaikan, atau dengan kata lain tingkat suku bunga dengan tingkat keuntungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
yang diisyaratkan atau Yield To Maturity obligasi berkorelasi positif. Dan penelitian lain yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) serta Surya dan Nasher (2011). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif signifikan terhadap Yield To Maturity obligasi karena dengan meningkatnya tingkat suku bunga SBI dapat meningkatkan Yield To Maturity yang diisyaratkan investor. H4
: Terdapat pengaruh suku bunga SBI terhadap yield sukuk. Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003)
terdapat pengaruh negatif antara ukuran perusahaan (firm size) terhadap bond yield. Hal ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Budhi dan Teguh (2011) bahwa terdapat pengaruh negatif antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi korporasi. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield to maturity obligasi. Dari penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi, sehingga hipotesisnya adalah: H5 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap yield obligasi. Berikut ini adalah hipotesa tentang yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara revenue sharing dan yield sukuk. H6 : Terdapat pengaruh revenue sharing terhadap yield sukuk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/