BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam Ahmed Riahi Balkaoui ( 2000:37) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: “ Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasikan hasil tersebut”. Ada juga pengertian akuntansi menurut Sugiarto dan Suwardjono (1999:4) yaitu sebagai berikut: “ Akuntansi dapat didefinisikan dari dua segi yaitu: Pertama dari segi ilmu akuntansi yang berarti keseluruhan pengetahuan yang bersangkutan dengan fungsi menghasilkan informasi keuangan suatu unit organisasi kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Kedua dari segi proses atau kegiatannya akuntansi dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan, penyortiran, penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan suatu unit organisasi dengan cara tertentu”. Selain itu ada juga pengertian akuntansi menurut Accounting Principle Board (APB) Statement no. 4 dalam Sofyan Syafri Harahap (2005:4) sebagai berikut:
13
14
“ Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternative”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi mengandung dua hal. Pertama, akuntansi memberikan jasa, maksudnya kita harus memanfaatkan sumber– sumber yang ada dengan bijaksana sehingga kita dapat memaksimalkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, semakin baik sistem akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya penggunaan sumber daya tersebut, maka akan semakin baik juga keputusan yang di ambil untuk mengalokasikannya. Kedua, akuntansi menyediakan informasi kauangan yang bersifat kuantitatif yang di gunakan dalam kaitannya dengan evaluasi kualitatif dalam membuat perhitungan. Sehingga informasi masa lalu yang disediakan akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi masa mendatang.
2.1.1.1 Konsep Dasar Akuntansi Dalam penerapan akuntansi ada hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai konsep-konsep dasar akuntansi menurut Sugiarto (1999:54), yaitu sebagai berikut: a. Kesatuan usaha (business entity) Konsep kesatuan usaha adalah konsep yang mengatakan bahwa dari akuntansi unit usaha atau perusahaan harus dianggap sebagai orang atau badan atau organisasi yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan terpisah dari pemilik. b. Dasar-dasar pencatatan Terdapat dua macam dasar pencatatan dalam akuntansi yang dipakai dalam mencatat transaksi yaitu: Dasar kas, yaitu suatu dasar akuntansi yang mengakui pendapatan dan melaporkannya pada saat kas diterima, serta mengakui biaya atau beban
15
c.
d.
e.
f.
g.
dan mengurangkannya dari pendapatan pada saat pengeluaran kas untuk membayar biaya atau beban tersebut dilakukan dalam suatu periode tertentu. Dasar akrual, yaitu mencatat setiap transaksi yang terjadi tanpa memperhatikan kas yang sudah diterima atau belum. Konsep periode waktu Yaitu suatu konsep yang menyatakan bahwa akuntansi menggunakan periode waktu sebagai dasar dalam mengukur dan menilai kemajuan perusahaan. Unit moneter Unit moneter digunakan sebagai alat pengukur suatu objek atau aktivitas perusahaan dan menganggap bahwa nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu. Transaksi Yaitu kejadian atau peristiwa didalam perusahaan yang dapat menyebabkan perubahan pada jumlah harta, hutang dan modal. Kelangsungan usaha (going concern) Asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan berjalan terus sampai pada masa yang tidak dapat ditetapkan atau cukup lama untuk melaksanakan rencananya. Konsep Penandingan (matching concept) Menurut C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, Matching Concept, didefinisikan sebagai berikut: Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama.
2.1.1.2 Bidang - Bidang Akuntansi Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menuntut pengembangan di bidang kegiatan akuntansi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh pimpinan perusahaan semakin kompleks, sehingga pada bidang-bidang tertentu perlu penanganan secara khusus. Sejalan dengan tuntutan tersebut timbul pengkhususan bidang kegiatan akuntansi, diantaranya sebagai berikut:
16
a.
Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan disebut juga akuntansi umum (general accounting), yaitu akuntansi yang sasaran (obyek) kegiatannya adalah transaksi keuangan yang menyangkut perubahan harta, hutang, dan modal suatu perusahaan. Akuntnasi keuangan bertujuan menyajikan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern perusahaan (manajemen) dan pihak-pihak ekstern, misalnya bank, investor, pemerintah, dan masyarakat umum. Kegiatan akuntansi keuangan berorientasi kepada transaksi-transaksi yang sudah terjadi (data historis), yang diproses dengan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterima oleh umum.
b.
Akuntansi Biaya Akuntansi biaya, yaitu akuntansi yang sasaran kegiatannya adalah transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya-biaya. Misalnya, biaya-biaya yang berhubungan dengan proses pembuatan produk. Akuntansi biaya bertujuan menyediakan informasi biaya yang diperlukan untuk kepentingan intern (pimpinan perusahaan), yaitu untuk menilai pelaksanaan operasi perusahaan dan menentukan rencana kegiatan di masa datang. Kadang-kadang akuntansi biaya diartikan sama dengan akuntansi manajemen, karena sasarannya hamper sama. Hanya akuntansi amanajemen lebih menekankan kegiatannya kepada pengolahan data biaya sebagai hasil proses akuntansi biaya, untuk membantu manajemen dalam menentukan pilihan-pilihan (alternatif) tindakan di masa datang.
17
c.
Akuntansi Perpajakan Akuntansi perpajakan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan penentuan obyek pajak yang menjadi beban perusahaan serta penghitungannya untuk kepentingan penyusunan laporan pajak. Kegiatan akuntansi perpajakan fungsinya membantu manajemen dalam menentukan pilihan-pilihan transaksi yang akan terjadi, sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan perpajakan. Oleh karena itu, akuntan yang bekerja dalam bidang ini harus mengetahui benar tentang undang-undang perpajakan yang berlaku.
d.
Akuntansi Anggaran Akuntansi anggaran adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan pengumpulan dan pengolahan data operasi keuangan yang sudah terjadi, serta taksiran kemungkinan yang akan terjadi untuk kepentingan penetapan rencana operasi keuangan perusahaan perusahaan (anggaran) dalam satu periode tertentu. Catatan-catatan mengenai perbandingan antara rencana operasi keuangan yang telah ditetapkan dengan pelaksanaannya merupakan alat bantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengawsan.
e.
Akuntansi Pemeriksaan Akuntansi pemeriksaan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan pemerikasaan terhadap catatan-catatan hasil kegiatan akuntansi keuangan, yakni untuk menguji kelayakan laporan keuangan yang dihasilkannya. Akuntnasi pemerikasaan bersifat independen (bebas), sehingga hasil pemeriksaan akuntan dapat dijamin kebenarannya (obyektif). Laporan keuangan dinyatakan layak, jika
18
proses penyusunannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, atau telah diterima secara umum. f.
Akuntansi Pemerintahan Akuntansi pemerintahan adalah bidang akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan masalah pemeriksaan keuangan negara, atau sering disebut juga dengan istilah administrasi keuangan negara. Bidang akuntansi yang menjadi topic dalam penelitian ini adalah akuntansi
keuangan, karena membahas mengenai transaksi keuangan yang menyangkut perubahan harta, hutang, dan modal suatu perusahaan yang dilihat melalui rasio keuangan pada laporan keuangan.
2.1.1.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi akuntansi adalah sebagai berikut: a.
Pimpinan perusahaan Laporan keuangan bagi pimpinan perusahaan berfungsi sebagai: Bukti pertanggungjawaban bagi para pemilik perusahaan atas jasa kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mengelola perusahaan. Alat penilaian atas pelaksanaan kegiatan perusahaan, baik secara keseluruhan, bagian-bagian maupun secara individu yang diserahi wewenang dan tanggung jawab.
19
Alat untuk mengukur tingkat biaya dari kegiatan-kegiatan perusahaan Dasar atau bahan pertimbangan dalam menetapkan rencana kegiatan di masa datang. b.
Pemilik Perusahaan Dalam perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain, seperti dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), maka bagi pemilik perusahaan laporan keuangan berfungsi sebagai: Alat untuk menilai hasil yang telah dicapai oleh pimpinan perusahaan Dasar penentuan taksiran keuntungan yang akan diterima di masa datang, serta perkembangan harga saham yang dimilikinya
c.
Kreditur dan Calon Kreditur Kreditur adalah orang atau badan, misalnya bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan dalam bentuk uang atau barang. Kreditur, banker, dan calon kreditur berkepentingan mengetahui laporan keuangan suatu perusahaan, khususnya perusahaan yang mengajukan permohonan kredit, yaitu untuk memutuskan pemberian kredit atau menetukan jumlah kredit yang diberikan. Para kreditur perlu lebih dahulu mengetahui keadaan (posisi) keuangan perusahaan yang mengajukan kredit. Dari hasil analisa laporan keuangan suatu perusahaan, maka dapat diketahui perusahaan yang bersangkutan mampu mengembalikan pinjaman pada saat jatuh tempo atau tidak. Selain itu, dapat
20
diketahui pula apakah pinjaman yang diberikan cukup mendapat jaminan atau tidak. d.
Pemerintah Pemerintah dimana suatu perusahaan berada (berdomisili) sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Tujuannnya adalah sebagai berikut: Penentuan besarnya pajak yang menjadi beban perusahaan Untuk kepentingan data statistik pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Biro Pusat Statistik yang selanjutnya akan dijadikan dasar perencanaan pemerintah.
e.
Karyawan Karyawan suatu perusahaan berkepentingan
terhadap laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan, yaitu: Untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan tempat mereka bekerja dalam memberikan upah dan jaminan social lainnya. Dari laporan keuangan dapat dilihat perkembangan serta prospek perusahaan yang bersangkutan, sehingga karyawan dapat menentukan pilihan langkah yang harus dilakukan, sehubungan dengan kelangsungan kerjanya. Dalam perusahaan yang biasa memberikan bonus kepada karyawannya setiap akhir periode, dengan melihat laporan keuangan maka karyawan dapat
21
mengetahui tingkat kelayakan atau bonus yang diterimanya dibanding dengan keuntungan perusahaan dalam periode yang bersangkutan
2.1.2 Pengertian Bank Istilah bank merupakan bukan hal asing yang sering dibicarakan oleh masyarakat pada saat ini. Pada umumnya masyarakat mengartikan bank sebagai tempat menyimpan dan meminjam uang atau dana. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2001:11) bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: “Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya”. Sedangkan pengertian bank menurut Lukman Dendawijaya (2005:14) adalah: “Suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”. Beberapa penulis lain yang memberikan definisi bank yaitu menurut A. Abdulrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan dalam Lukman Dendawijaya (2005:14) yang juga mengatakan bahwa bank adalah:
22
“Suatu jenis lembaga keuangan yang melakukan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain”. Sedangkan menurut G.M. Verryn Stuart dalam Lukman Dendawijaya (2005:14) mengatakan bahwa: “Bank merupakan suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alatalat penukar baru berupa uang giral”. Sehingga berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memberikan berbagai macam jasa di bidang keuangan kepada masyarakat seperti menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya sebagai kegiatan utamanya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.3 Fungsi Bank Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of services (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2008:9) 1. Agen of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
23
2. Agen of Development Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasidistribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang. 3. Agen of Services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehinnga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution).
2.1.4 Jenis- Jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain : a. Dilihat dari segi fungsinya Berdasarkan UU RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari: 1. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
24
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank). 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. b. Dilihat dari segi kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari segi akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2001:26) jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya terdiri dari: 1. Bank milik pemerintah Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain : - Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) - Bank Rakyat Indonesia (BRI) - Bank Tabungan Negara (BTN) - Bank Mandiri Sedangkan Bank Milik Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing propinsi yaitu: - BPD Sumatra Utara - BPD Sumatra Selatan - BPD DKI Jakarta - BPD Jawa Barat - BPD Jawa Tengah
25
- BPD Jawa Timur - BPD Kalimantan Timur - BPD Sulawesi Selatan - BPD Bali - BPD Nusa Tenggara Barat - Dan BPD lainnya 2. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain : - Bank Bumi Putera - Bank Bukopin - Bank Central Asia - Bank Danamon - Bank Internasional Indonesia - Bank Lippo - Bank Muamalat - Dan Bank Swasta lainnya Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi contohnya Bank Umum Koperasi Indonesia. 3. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik milik swata asing atau pemerintah asing suatu negara. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing antara lain : - ABN AMRO Bank - American Express Bank - Bank of Amerika - Bangkok Bank - Bank of Tokyo - City Bank - Chase Manhattan Bank - Deutsche Bank - European Asian Bank - Hongkong Bank - Standard Chartered Bank - Dan Bank Asing lainnya 4. Bank milik campuran Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan
26
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : - Bank Finconesia - Bank Merincorp - Bank PDFCI - Bank Swasta Swadarma - Ing Bank - Inter Pacifik Bank - Paribas BBD Bank - Sanwa Indonnesia Bank - Sumitomo Niaga Bank - Mitsubishi Buana Bank - Dan Bank Campuran lainnya c. Dilihat dari segi status Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayananya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis bank bila dilihat dari segi status biasanya khusus untuk bank umum. Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status menurut Kasmir (2001:29-30) dibagi ke dalam dua macam yaitu: 1. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan perdagangan ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri, travelerscheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. 2. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan perdagangan sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
27
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Bank non devisa melakukan perdagangan masih dalam batas-batas suatu negara. d. Dilihat dari segi cara menentukan harga Menurut Kasmir (2001:30-31) jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu: 1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula Bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu : - Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penetuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. - Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut : - Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). - Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) - Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
28
- Pembiayaan baranh modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) - Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai syariah islam. Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah al-Quran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.
2.1.5 Laporan Keuangan Bank Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan baik informassi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban (hutang) serta modal, yang kesemuanya ini tergambar dalam neraca. Laporan keuangan juga memberikan gambaran hasil uasah perusahaan dalam satu periode tertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi. Kemudian laporan keuangan juga memberikan gambaran arus kas suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas. Masing-masing laporan keuangan memiliki tujuuan tersendiri. Menurut Kasmir (2001:173) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan hasil tentang hasil usaha yang tercermiin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
29
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri dari : a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. Sedangkan laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public. Laporan Keuangan Tahunan adalah: 1. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu tanggal tertentu. 2. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu. 3. Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik.
30
4. Laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu. b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan. c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan. d. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan BankIndonesia. Munawir (2002: 20) menyimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen perusahaan yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen
31
berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam bidang manjemen keuangan khususnya.
2.1.6 Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:190) adalah sebagai berikut : “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Pengertian analisis laporan keuangan menurut Slamet Munawir (2007:64) adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam dari sebuah laporan keuangan dengan cara menganalisis hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna, menjadi sebuah informasi yang lebih mudah untuk dibaca dandimengerti untuk membantu memecahkan dan sekaligus menjawab permasalahan dalam sebuah perusahaan, dan
32
dapat membantu dalam proses untuk menentukan atau mengambil kebijakan yang tepat bagi permasalahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) dalam Sofyan Syafri Harahap (2009:197) adalah sebagai berikut : 1. Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forcasting Analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain. 4. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan lain-lain Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan bertujuan untuk membantu mengambil keputusan dalam investasi, melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan, sebagai alat untuk menditeksi permasalahan dalam perusahaan dan juga sebagai alat untuk mengevaluasi manajemen perusahaan Teknik-teknik analisis laporan keuangan menurut Henri Simamora (2002:518) adalah sebagai berikut : 1. Analisis Horizontal (Horizontal Analysis). Analisis horizontal adalah teknik yang dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu. 2. Analisis Vertikal (Vertical Analysis) Analisis vertikal adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang menggambarkan setiap pos dari laporan keuangan dari segi persentase jumlahnya. 3. Analisis Rasio (Ratio Analysis) Analisis rasio menggambarkan hubungan diantara pos-pos yang terseleksi dari data laporan keuangan.
33
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis rasio. Namun teknik analisis laporan keuangan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio.
2.1.7 Rasio Keuangan Bank Menurut Selamet Riyadi (2006: 155) rasio keuangan adalah: “Hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.” Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Produktif yaitu Aktiva Produktif Bermasalah, Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP); rasio rentabilitas yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional Termasuk Beban Bunga dan Beban PPAP serta Beban Penyisihan Aktiva Lain-lain Dibagi Pendapatan Operasional termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan Loan To Deposit Ratio (LDR). Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan Modal (Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Return On Assets (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba
34
(sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan, CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan / standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS). BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik tingkat. kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut, besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilain Tingkat Kesehatan Bank yang bersangkutan (Selamet Riyadi : 2006).
2.1.8 Return on Asset (ROA) Menurut Lukman Dendawijaya (2005:120) profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah: “Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas pada
35
bank diukur dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan”. ROA sendiri merupakan rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya. Pengertian Return On Assets (ROA) menurut Selamet Riyadi (2006:156) adalah sebagai berikut : “Return On Assets adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara lana (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan” Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA merupakan perkalian antara Net Profit Margin dengan perputaran aktiva. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan. Sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila kedua faktor itu meningkat maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat maka profitabilitas perusahaan meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
ROA =
36
2.1.9 Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu bank. Jika bank tersebut sudah beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for International Settlements (BIS), yaitu sebesar Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah 8%. (Selamet Riyadi ,2006:161). CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Lukman Dendawijaya, 2005:122).
CAR =
37
2.1.10 Net Interest Margin (NIM) Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Selamet Riyadi (2006:21) merupakan perbandingan antara presentase hasil bunga terhadap total asset atau terhadap total earning assets. Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif.
NIM =
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian Net Interest Margin (NIM) pada dasarnya adalah merupakan sebuah rasio keuangan yang merupakan hasil dari perbandingan antara pendapatan dari bunga terhadap aktiva, yang juga merupakan selisih antara bunga simpanan dan bunga pinjaman.
2.1.11 Non Performing Loan (NPL) NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
38
Peningkatan Non Performing Loans (NPL) yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada uang masuk baik yang berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat.
NPL =
Menurut Slamet Riyadi (2006:160-161) menyatakan bahwa: “Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai / skor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank”.
2.1.12 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Assets (ROA) Bank. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :
39
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO 1.
2
Judul Penelitian Kartika Wahyu Analisis Sukarno Faktor-Faktor (Jurnal, 2006) yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Indonesia
Variabel Penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to Equity Ratio (DER), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai variable independen dan Return on Assett (ROA) sebagai variable dependen
Metode Penelitian Kuantitatif
Millatina Arimi dan Mohammad Kholiq Mahfud (Jurnal, 2012)
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR), sebagai variable
Kuantitatif
Nama (Tahun)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi i Profitabilitas Perbankan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan variabel CAR, NPL, dan LDR secara bersamasama berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Sedangkan DER dan BOPO berpengaruh negative signifikan terhadap ROA Artinya, setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu CAR, NPL, LDR, DER dan BOPO secara simultan atau bersamasama akan berpengaruh pada ROA pada Bank Umum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan variable CAR dan LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, sedangkan NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, Kemudian untuk NPL dan BOPO
40
independen dan Return on Assett (ROA) sebagai variable dependen 3
Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, dan Abd. Hamid Habbe (Jurnal, 2012)
Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional Di Indonesia
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financial to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Financing (NPF), dan Biaya Operasi dengan Pendapatan Operasi (BOPO) sebagai variable independen dan Retirn on Asset (ROA) sebagai variable dependen
4
Muhammad Analisis Alhaq (Jurnal, Pengaruh 2009) CAR, KAP, NPL dan LDR terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20062012 Ferdy Analisis Rindhatmono Faktor-Faktor (Tesis:2005) yang
Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Non Performing Loan (NPL), , dan Loan to Deposit Ratio (LDR), sebagai variable independen dan Return on Asset (ROA) sebagai variable dependen. Market Share (MS), Biaya Operasi dengan
5
berpengaruh negative signifikan terhadap ROA Kuantitatif a. CAR dan NPF tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah, sedangkan NIM dan FDR berpengaruh positif terhadap ROA Bank Umum Syariah. b. CAR dan NIM berpengaruh positif terhadap ROA Bank Konvensional, sedangkan LDR dan BOPO berpengaruh negative terhadap ROA Bank Konvensional di Indonesia. Kuantitatif LDR dan BOPO memiliki pengaruh negative terhadap ROA, sedangkan NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA.
Kuantitatif
MS dan CAR berpengaruh signifikan
41
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Pasca Marger di Indonesia.
Total Pendapatan Operasi (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interst Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap ROA, sedangkan NIM, NPL, dan BOPO berpengaruh negative terhadap ROA, sedangkan untuk LDR tidak signifikan berpeengaruh terhadap ROA.
Perbedaan penelitian-penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah sebagai berikut : a.
Metode analisis yang digunakan oleh penelitian terdahulu hanya menggunakan metode analisis regresi linier saja.
b.
Ada beberapa variable independen yang tidak dipakai penulis dalam penellitian ini seperti variable LDR, KAP, NPF, BOPO, dan FDR.
c.
Salah satu penelitian diatas hanya meneliti bank selama periode 3 tahun, sedangkan penulis melakukan penelitian pada bank selama 5 periode.
d.
Bank Umum yang menjadi populasi penelitian diatas adalah Bank Umum Syariah dan Konvensional, sedangkan penulis mengguanakan populasi seluruh bank umum persero di Indonesia.
42
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return on Asset (ROA) Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) mendefinisikan kecukupan modal (capital adequacy) sebagai berikut: “Capital Adequacy adalah kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank”.
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut sebagai rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Menurut Dendawijaya (2001:121), CAR adalah “Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari danamodal sendiri bank disamping memperoleh danadana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain”. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
43
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauhmana penurunan asset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank (Tarmidzi, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002) , Mawardi (2005), Dechrista (2012), dan Anggita (2012) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
2.2.2 Hubungan Net Interest Margin (NIM) dengan Return on Asset (ROA) Dalam dunia perbankan, dikenal salah satu jenis risiko yaitu risiko pasar. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. No.5/8 tahun 2003 risiko pasar merupakan risiko yang timbul salah satunya akibat terjadinya perubahan suku bunga dan nilai tukar. Salah satu proksi risiko pasar adalah suku bunga, dimana suku bunga ini amat berpengaruh pada jumlah pendapatan bunga yang diperoleh bank tersebut. Dari pendapatan bunga tersebut dapat dihitung slah satu rasio keuangan yang dikenal dengan istilah Net Interest Margin (NIM). Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan bunga oleh beban bunga. Sedangkan aktiva produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, surat-surat berharga, surat-surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, obligasi pemerintah, wesel ekspor dan tagihan lainnya, tagihan derivatif,
44
pinjaman dan pembiayaan syariah / piutang, tagihan akseptasi, penyertaan saham serta komitmen dan kontinjensi yang berisiko kredit. Disamping itu juga rasio Net Interest Margin (NIM) juga menunjukkan seberapa besar kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasional dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk rasio Net Interest Margin (NIM) adalah > 6%. Semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) menunjukkan semakin tinggi efektivitas bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Dan semakin besar rasio Net Interest Margin (NIM) maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank dengan baik sehingga dapat mengindikasikan keadaan suatu bank dalam kondisi bermasalah yang semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Net Interest Margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula Return On Asset (ROA) perusahaan tersebut, yang menigindikasikan bahwa kinerja keuangan bank tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika Net Interest Margin (NIM) semakin kecil, Return On Asset (ROA) juga akan semakin kecil, yang menigindikasikan bahwa kinerja keuangan bank tersebut semakin menurun. Teori yang menyatakan hubungan antara Net Interest Margin (NIM) dan Return On Assets (ROA), dinyatakan oleh Graddy dan Spencer (1990) dalam Pompong B. Setiadi (2010) sebagai berikut : “Sumber keuangan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: (1) Sumber pendapatan utama (main sources revenue) adalah selisih suku bunga (interest spread) antara suku bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dengan suku
45
bunga yang dibayarkan kepada nasabah (girowan, penabung, deposan). (2) Sumber pendapatan lain (other sources revenue) adalah fees and other non interest income atau disebut fee-based income. Pada asset total yang sama, semakin tinggi fee-based income akan menghasilkan ROA yang semakin tinggi.” Selain itu, teori yang menyatakan hubungan antara Net Interest Margin (NIM) dan Return On Assets (ROA), dinyatakan oleh Sinkey (1992) dalam Pompong B. Setiadi (2010) sebagai berikut : “Kinerja bank yang dicerminkan dari ROA sangat ditentukan dari pengelolaan net interest margin atau interest spread dan net non-interest income atau burden. Net interest margin merupakan fungsi dari rate, volume, dan mix atau NIM = f(rate, volume, mix).” Hubungan ini diperkuat selain dengan adanya teori dan juga berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) maka semakin baik juga kinerja yang dicapai oleh suatu bank, sehingga laba perusahaan semakin meningkat. Meningkatnya laba perusahaan diprediksikan akan meningkatkan ROA perusahaan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005), yang menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan positif dan merupakan variable yang paling berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA).
2.2.3 Hubungan Non Performing Loan (NPL) dengan Return on Asset (ROA) Menurut Sri Susilo (2000) menyatakan bahwa NPL merupakan:
46
“ Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Adanya berbagai sebab membuat debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajiban kepada bank”. Sedangkan menurut Bambang dalam Mawardi (2005) menyatakan bahwa: “ Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang operasinya memberikan kredit, karena semakin besar piutang semakin besar pula resikonya. Apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank”. Menurut Herdiningtyas (2002) menyatakan bahwa: “ Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas suatu bank”. Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) menunujukan pengaruh negatif Non Performing Loan (NPL) terhadap perubahan laba, semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka semakin besar risiko yang disalurkan bank sehingga semakin rendah pendapatan sehingga laba yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) menurun. Dari uraian ditas dapat disimpulkan bahwa ketiga rasio tersebut, yaitu Capital Adequaci Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) dan Nin Performing Loan (NPL) merupakan faktor yang dapat memicu perubahan Return On Assets (ROA), maka dapat dengan mudah kita nilai kinerja keuangan suatu bank apakah dinilai baik atau tidak, yang pada akhirnya akan berguna dan berdampak pada kebijakan /
47
pengambilan keputusan yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Jika kinerja baik, maka akan berdampak baik pula bagi perusahaan perbankan tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini lebih lanjut dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat dan nasabah terhadap bank tersebut. Dampak yang labih besar yaitu dapat dilihat pada keadaan perekonomian Negara dan pertumbuhannya. Kerangka pemikiran diatas dapat dengan mudah dipahami dengan melihat gambar berikut ini: Capital Adequacy Ratio (CAR): 1. Modal Tarmidzi (2003) 2. Aktiva 3. Risiko Operasional dan Pasara Net Intereest Margin (NIM): 1. Bunga Bersih 2. Aktiva produktif 3. Suku Bunga Non Performing Loan (NPL): 1. Kredit Bermasalah 2. Total Kredit 3. PPAP
Keterangan:
Pompong B. Setiadi (2010)
Mawardi (2005)
: Pengaruh Secara Simultan, : Pengaruh Secara Parsial Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Return on Asset (ROA): 1. Laba bersih sebelum pajak 2. Total Asset
48
2.3
Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2008:93) merupakan jawaban sementara
mengenai suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakah pernyataan atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak. Berdasarkan dari tinjauan pustaka, tinjauan penelitian sebelumnya, dan krangka pemikiran yang penulis uraikan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank Umum baik secara parsial maupun simultan”.