BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank , mencakup kelembagaan , kegiatan usaha , serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan. Dewasa ini banyak terdapat literatur yang memberikan pengertian dan definisi tentang BANK , antara lain : “ Bank dapat didefinisikan sebagai badan usaha yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari pihak
lain
nya
,
kemudian
mengalokasikan
kembali
untuk
memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran (Dahlan 1999) “ Secara ringkas kegiatan bank sebagai lembaga keuangan dapat dilihat di gambar berikut ini: Bank
Menyalurkan Dana
Menghimpun Dana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jasa – Jasa Lainnya 11
Gambar 2.1 Kegiatan Bank Sumber : Kasmir (2005). Dari gambar kegiatan bank diatas tersebut dapat dikemukakan bahwa suatu bank selalu berkaitan dengan masalah keuangan, yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Dengan demikian bank sebagai suatu badan berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dari dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit unit). Hal ini juga yang menyebabkan lembaga bank disebut sebagai lembaga kepercayaan, artinya pihak yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada bank untuk mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak yang kekurangan atau memerlukan dana berupa kredit. Wujud kepercayaan tersebut dalam bentuk tidak ikut campurnya pihak surplus ini dalam menentukan pihak defisit mana yang layak dipercaya (Kasmir,2004). 2.1.2 Jenis Jenis Bank Di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang - undang Perbankan. Jenis perbankan sebelum keluar Undang – undanng Perbankan No.10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang–undang No.14 tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Bahkan bertambah padat dan berkembang. Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi antara lain :
1. Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang–undang Pokok Perbankan no.7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang–undang RI No.10 tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari : a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan UU no.10 tahun 1998 adalah sebagai berikut : a. Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank Umum sering disebut bank Komersil (Commercial Bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara
konvensional
atau
berdasarkan
prinsip
syariah.Dalam
kegiatannya,BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya,jasa–jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Dilihat dari Segi kepemilikannya Perbedaan antara bank pemerintah dan bank swasta dapat dilihat dari segi kepemilikannya. Perbedaan dari segi kepemilikan ini terletak pada akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. a. Bank pemerintah adalah bank yang didirikan oleh pemerintah, dimana seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan sepenuhnya milik pemerintah.Bank pemerintah terdiri dari persero,yang dimiliki oleh pemerintah pusat, dan bank pembangunan daerah (BPD), yang dimiliki oleh pemerintah daerah tingkat I. Dukungan aset dan modal yang cukup besar dari pemerintah membuat bank–bank pemerintah tumbuh menjadi salah satu pilar perbankan di Indonesia. b. Bank swasta adalah bank yang didirikan oleh pihak swasta, dimana seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta,dimana dari akte pendiriannya didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.3 Peranan Perbankan Peranan perbankan dalam perekonomian,dapat dlihat sebagai berikut ini (Darmawi,2006). a. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan Dewasa ini bank umum ditinjau dari segi operasinya dapat diibaratkan sebagai toko serba ada bagi penyedia jasa,baik dibidang yang ada kegiatannya dengan keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan,disamping melaksanakan tugas pokok sebagai perantara keuangan. Jadi, bank menjual produk keuangan yang bermacam ragam. b. Sebagai Jantungnya Perekonomian Dipandang dari segi perekonomian, bank-bank umum berperan sebagai jantungnya perekonomian negara. Uang (ibaratnya darah perekonomian) mengalir ke dalam bank, kemudian oleh bank diedarkan kembali ke dalam sistem perekonomian agar proses perekonomian tetap berjalan. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa henti. Jadi,jelaslah sistem perbankan komersial suatu negara penting bagi berjalannya perekonomian negara tersebut. c. Melaksanakan Kebijakan Moneter Bank umum
berperan
pula sebagai
wahana untuk
mengefektifkan
kebijaksanaan pemerintah dibidang perekonomian melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dengan mematuhi cadangan wajib. Jika jumlah
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
uang berlebih inflasi akan terjadi disertai dengan akibat-akibat buruk yang akan mengganggu perekonomian. Sebaliknya,jika jumlah uang yang beredar terlalu kurang akan menyebabkan perlambatan proses perekonomian. Karena itulah Bank Sentral Indonesia bertugas mengendalikan jumlah uang yang beredar seoptimal mungkin, dengan tujuan nasional yaitu menciptakan harga yang stabil,pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan kesempatan kerja yang memadai. Bank umum bertindak sebagai sarana yang menjalankan kebijaksanaan Bank Sentral Indonesia tersebut. 2.1.4 Kinerja Perbankan Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Kasmir (2004), kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja itu buruk maka tidak mungkin para direksi ini akan diganti. Bank perlu dinilai kesehatannya, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau mungkin sakit. Apabila kondisi bank tersebut dalam keadaan sehat, maka perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadan tidak sehat maka segera perlu diambil tindakan untuk mengobatinya. Dari penilaian kesehatan bank ini pada akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Husnan (2004), kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu dasar penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel. Kinerja dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan. Kinerja yang baik merupakan hal penting yang harus dicapai oleh perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dapat mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar membuahkan hasil dan tindakan yang diharapkan. Standar perilaku ini berupa tinjauan formal yang dituangkan dalam anggaran. Pengukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi,dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif mengelola berbagai kegiatannya. 2.1.4.1 Penilaian Rentabilitas Menurut Paket Kebijaksanaan 28 Februari 2004 (Paktri 28/2004) penilaian rentabilitas
bank
didasarkan
pada
posisi
laba/rugi
menurut
pembukuan,
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perkembangan laba/rugi dalam tiga tahun terakhir,dan laba/rugi yang diperkirakan. Masing–masing faktor tersebut ditetapkan ukuran sebagai berikut. (1) Ditinjau dari posisi laba/rugi menurut pembukuan, rentabilitas bank dinilai:
Sehat apabila laba atau Break Event Point
Cukup sehat apabila rugi yang besarnya tidak melebihi 5% dari jumlah modal yang disetor
Kurang sehat apabila rugi lebih dari 5% dari jumlah modal disetor tetapi tidak melebihi 25%
Tidak sehat apabila rugi yang besarnya lebih dari 25% dari jumlah modal yang disetor
(2) Ditinjau dari rata – rata dan perkembangannya selama 3 tahun terakhir, rentabilitas bank dinilai :
Sehat apabila selalu laba atau rata-rata laba dengan trend membaik, dengan catatan pada tahum buku kedua dan atau ketiga laba.
Cukup sehat apabila rata –rata laba dengan trend memburuk dengan catatan dalam tahun buku kedua dan atau ketiga rugi
Kurang sehat apabila rata – rata rugi dengan trend membaik, dengan catatan setiap tahun kerugian berkurang atau dalam tahun buku kedua dan atau ketiga menunjukkan laba.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tidak sehat apabila menunjukkan angka rata – rata rugi dengan trend konstan atau memburuk
(3) Ditinjau dari laba/rugi yang diperkirakan, rentabilitas bank dinilai:
Sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan menunjukkan laba
Cukup sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan pada bulan penilaian menunjukkan break even point atau rugi dalam jumlah sama atau lebih kecil dari rata – rata laba yang telah diperoleh pada bulan-bulan sebelumnya.
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen,mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Pencapaian laba merupakan indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah pada EBT. Karena EBT merupakan nilai rupiah dan masing–masing perusahaan berbeda dalam jumlah modal maka besar EBT tidak bisa menunjukkan kinerja laba sehingga perlu dipakai indikator lain, dalam penelitian ini digunakan Return On Asset ( ROA). 2.1.4.2 Return On Asset ROA merupakan salah satu rasio profitablitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak atau earning
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
before tax (EBT) terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA dipilih sebagai variabel dependent dikarenakan rasio tersebut menggambarkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Sesuai dengan Surat Edaran BI no.6/23/DPNP/ tanggal 31 Mei 2004, ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba kotor ,semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik pula kemampuan atau kinerja bank tersebut. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut : x 100% 2.1.4.3 Non Performing Loan Rasio kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Ghozali, 2007). Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal : a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar. b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivative.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivative. Bentuk risiko kredit yang lain adalah settlement risk yang timbul ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang sama, risiko ini terjadi ketika counterparty pihak lain mungkin mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari penyelesaian (settlement) besarnya kerugian default counter party (pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari kedua pembayaran tersebut. Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL).Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (Herdiningtyas, 2005). Semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Rumus untuk mengukur NPL adalah sebagai berikut : x 100% Menurut Muburoh (2004) NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitablitas Perbankan. Hal ini sejalan dengan (Limpaphayom dan Polwitoon, 2004) dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan , sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabiltas (profitabilitas) bank. Sesuai ketentuan dari Bank Indonesia , bank harus menjaga NPL nya dibawah 5%. 2.1.4.4 Capital Adequacy Ratio ( CAR ) CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang menurut risiko (ATMR) (Manullang,2002). CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan Asset Bank masih dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Tarmidzi Achmad,2003). Sesuai dengan surat edaran BI no.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Secara sistematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut : x 100%
2.1.4.5 Loan to Deposit Ratio (LDR)
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
LDR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa Call Money yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Sudarini,2005). Dalam likuiditas perbankan,terdapat ukuran khusus yang berlaku untuk menentukan likuiditas sesuai dengan Perarturan Bank Indonesia. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, dan sejak tahun 2011 bank dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 80% sampai dengan 110%. Besarnya LDR dihitung sebagai berikut : x 100% 2.1.4.6 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan
biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasional
(Siamat,2005). Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas,2005). Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat dukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Kuncoro dan Suhardjono,2002). Hal ini disebabkan setiap peningkatan operasi akan berakibat pada menurunnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Jika rasio BOPO semakin meningkat mencerminkan kurangnya bank dalam mengelola usahanya (SE.Intern BI,2004). Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO adalah dibawah 90% karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. BOPO =
x100%
2.1.5 Tingkat Kesehatan Bank 2.1.5.1 Kinerja Perbankan Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan, dalam hal ini bank, untuk memperoleh laba (Earnings). Bagi bank memperoleh laba yang “cukup” adalah penting sekali artinya, karena alasan seperti disebutkan dibawah ini (Wasis,1993). a. Dapat menarik para pemilik modal untuk menginvestasikan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh bank. Pada gilirannya bank mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran jasanya kepada masyarakat.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Dengan laba yang cukup, dapat disisihkan sebagian artinya tidak semua laba dibagikan seluruhnya kepada pemilik saham, sehingga dapat dibentuk cadangan. Kenaikkan cadangan sudah barang tentu menaikkan kreditbilitas (tingkat kepercayaan) masyarakat terhadap bank tersebut. c. Sebaliknya, bila tingkat profitabilitas dianggap tidak cukup (kurang),maka modal tidak bertambah,bahkan para pemegang saham akan menjual sahamnya untuk ditanamkan ke dalam perusahaan lain yang lebih menguntungkan. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik dan sehat. Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Total asset biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga seperti sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya,2003). Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan adalah karena Return On Asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return On Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return On Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,2004). 2.1.5.2 Permodalan Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasikan,mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Prastiyaningtyas,2010). Perlunya permodalan bank menurut Wilson,JSG (1988) (dalam Werdaningtyas,2002) adalah untuk: (1) Melindungi pemilik dana dan menjaga kepercayaan masyarakat,(2) untuk menutup risiko operasional yang dapat terjadi,(3) menghapus asset yang non performing loan dimana peminjam tidak dapat membayar hutang pada saat yang telah ditentukan.(4) sumber pendanaan pendahuluan. Berdasarkan ini, maka dua fungsi utama capital adalah pembiayaan dalam infrastruktur dan melindungi nasabah dari kerugian yang mungkin terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. 2.1.5.3 Likuiditas
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengelolaan likuiditas merupakan salah satu masalah yang kompleks dalam kegiatan operasional bank, hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat,2005). Pada umumnya aktivitas suatu bank diarahkan pada usaha untuk meningkatkan pendapatan dengan meminimalkan risiko. Secara konvensional banyak bank mengutamakan aktivitas perkreditan sebagai sarana mencapai tujuan tersebut, namun ternyata banyak bank yang mengalami kepailitan karenanya. Aktivitas perkreditan dapat mendominasi penggunaan dana suatu bank karena perkreditan mempengaruhi aktivitas bank, penilaian atas tingkat kesehatan bank, tingkat kepercayaan nasabah serta tingkat pencapaian laba. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan danan yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.5.4. Efisiensi Kinerja Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003). Menurut Surat Edaran BI no.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bung yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiensi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPOnya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPOnya lebih dari 1. 2.1.5.5 Kredit Bermasalah Menurut perarturan bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perarturan Bank Indonesia tersebut, salah satu risiko usaha bank adalah risiko kredit yang didefinisikan: risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajiban. Menurut Ayuningrum (2011), credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman terhadap masyarakat. Adanya berbagai sebab, membuat debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi
kewajibannya
kepada
bank
seperti
pembayaran
pokok
pinjaman,pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang operasinya memberikan kredit,karena semakin besar piutang yang diberikan maka semakin besar pula risikonya. Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan risiko yang timbul dalma menjalankan usaha perbankan. Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (Herdiningtyas,2005). Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin kecil Non Performing Loan (NPL),maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. 2.2
Penelitian Terdahulu
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penelitian Margaretha (2015) bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Debt Ratio (LDR), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank yang publik. Primadewi (2014), dalam penelitiannya tentang analisis pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL terhadap profitabilitas ( Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa NIM, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan. Mulatsih (2014), meneliti tentang pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat kinerja pada bank pembangunan daerah. Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa CAR, NIM, ROE memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. TS Eng (2013), meneliti tentang pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public periode 2007-2011. Dalam penelitiannya, NIM,BOPO,LDR, NPL dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional yang telah Go Public. Prasanjaya dan Ramantha (2013), meneliti tentang analisis pengaruh rasio CAR,BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terdaftar di BEI periode 2008-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan, hasil Uji F memperlihatkan hasil rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Hasil Uji t, menunjukkan LDR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas, akan tetapi CAR dan ukuran perusahaan menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Agustiningrum (2013), meneliti tentang analisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap Profitabilitas pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2009 -2011. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, sebaliknya LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Purwoko dan Sudiyatno (2013), meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank (Studi empirik pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia). Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel BOPO dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Buchory (2015), meneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank termasuk aset perbankan, biaya operasional, dan resiko kredit. Dari hasil penelitiannya, secara parsial bahwa LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, BOPO berpegaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mewengkang (2013), meneliti tentang Analisis perbandingan kinerja keuangan bank pemerintah dan bank umum swasta nasional yang tercatat di BEI. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada QR, ATLR, LDR, DAR, DER, CAR, ROA,ROE dan NPM antara bank pemerintah dan bank umum swasta nasional. Pertiwi (2014), meneliti tentang analisis pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Efisiensi Operasi dan Net Interest Margin terhadap Return On Assets pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel NIM yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset. Secara simultan variabel NPL, CAR. LDR, BOPO signfikan terhadap ROA. Irshad F & Zaman K ( 2011), meneliti tentang dampak permodalan, kredit, ekuitas, dana pihak ketiga, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan perarturan pemerintah terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian menunjukkan adanya factor internal mauun faktor eksternal berpengaruh kuat terhadap profitabiltas perbankan di Pakistan. Olalekan ( 2013), meneliti tentang Permodalan dan Profitabilitas bank sebagai bukti empiris bank di Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank Gaol (2015), meneliti tentang analisa kesehatan bank sebelum dan sesudah rekapitulasi pada bank di Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan tersebut sukses rekapitulasi dengan menggunakan variabel CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO dan LDR. Dawood (2014), meneliti tentang faktor-faktor yang berdampak pada profitabilitas komersial bank di Pakistan periode 2009-2012. Hasil penelitian menunjukkan variabel BOPO, Likuiditas dan CAR berdampak pada profitabilitas bank komersial yang beroperasi di Pakistan. Variabel lain seperti Dana Pihak Ketiga dan besarnya bank tidak berpengaruh pada profitabitabilitas. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Nama
Hasil Penelitian
(Tahun) 1
Margaretha (2015)
Menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Debt Ratio (LDR), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank yang publik.
2
Primadewi (2014)
3
Mulatsih (2014)
Dalam penelitiannya tentang analisis pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL terhadap profitabilitas ( Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa NIM, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan. Hasil dari penelitian adalah pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat kinerja pada bank pembangunan daerah. Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa CAR, NIM, ROE memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
5
6
7
8
9
Ts Eng (2013)
Hasil penelitian pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public periode 2007-2011. Dalam penelitiannya, NIM,BOPO,LDR, NPL dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional yang telah Go Public. Prasanjaya dan Meneliti tentang analisis pengaruh rasio CAR,BOPO, Ramantha LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank (2013) yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan, hasil Uji F memperlihatkan hasil rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Hasil Uji t, menunjukkan LDR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas, akan tetapi CAR dan ukuran perusahaan menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Agustiningrum Meneliti tentang analisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR (2013) terhadap Profitabilitas pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2009 -2011. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, sebaliknya LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Purwoko dan Meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi Sudiyatno kinerja bank (Studi empirik pada industri perbankan di (2013) Bursa Efek Indonesia). Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel BOPO dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Mewengkang Meneliti tentang Analisis perbandingan kinerja keuangan (2013) bank pemerintah dan bank umum swasta nasional yang tercatat di BEI. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada QR, ATLR, LDR, DAR, DER, CAR, ROA,ROE dan NPM antara bank pemerintah dan bank umum swasta nasional. Buchory Meneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi (2015) profitabilitas bank termasuk aset perbankan, biaya operasional, dan resiko kredit. Dari hasil penelitiannya, secara parsial bahwa LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, BOPO berpegaruh negatif dan
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA,
10
Pertiwi (2014)
11
Irshad F Zaman K ( 2011)
12
Olalekan ( 2013)
Meneliti tentang Permodalan dan Profitabilitas bank sebagai bukti empiris bank di Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank.
13
Gaol (2015)
Meneliti tentang analisa kesehatan bank sebelum dan sesudah rekapitulasi pada bank di Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan tersebut sukses rekapitulasi dengan menggunakan variabel CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO dan LDR.
14
Dawood (2014)
Meneliti tentang analisis pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Efisiensi Operasi dan Net Interest Margin terhadap Return On Assets pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel NIM yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset. Secara simultan variabel NPL, CAR. LDR, BOPO signfikan terhadap ROA. & Meneliti tentang dampak permodalan, kredit, ekuitas, dana pihak ketiga, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan perarturan pemerintah terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian menunjukkan adanya factor internal mauun faktor eksternal berpengaruh kuat terhadap profitabiltas perbankan di Pakistan.
Meneliti tentang faktor-faktor yang berdampak pada profitabilitas komersial bank di Pakistan periode 20092012. Hasil penelitian menunjukkan variabel BOPO, Likuiditas dan CAR berdampak pada profitabilitas bank komersial yang beroperasi di Pakistan. Variabel lain seperti Dana Pihak Ketiga dan besarnya bank tidak berpengaruh pada profitabitabilitas.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kesamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan perbedaannya adalah dalam periode penelitian, dimana periode penelitian ini menggunakan periode 2007-2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL),BOPO, Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Assets (ROA). 2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) Berdasarkan ketentuan BI dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Modal inti meliputi modal disetor,cadangan laba ditahan,agio saham,cadangan umum dan laba ditahan.Modal pelengkap antara lain cadangan aktiva tetap. Bedasarkan ketentuan BI , bank yang dinyatakan sehat, harus memiliki CAR minimal 8% (PBI No.3/21/PBI/2001).
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Dendawijaya (2003), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga,tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat,pinjaman (utang),dan lain lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauhman asset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank (Tarmidzi, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002), Mawardi (2005) dan Yuliani (2007) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). H1
: Rasio CAR
diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas (ROA) pada bank. 2.3.2 Pengaruh BOPO terhadap Return On Asset (ROA). Menurut surat Edaran BI no.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan Operasional. Jika Rasio BOPO semakin meningkat mencerminkan kurang nya Bank dalam mengelola usahanya
(SE Intern BI,2001).BI menetapkan rasio BOPO adalah
dibawah 90%.
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut (Herdiningtyas,2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dan Mintarti (2007) menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). H2 : BOPO diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas ( ROA) pada bank. 2.3.3 Pengaruh Loan to Debt Ratio terhadap Return On Asset (ROA). Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tingginya nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar (Adyani,2011). Sebaliknya semakin rendah rasio Loan to Deposit ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba.Meningkatnya laba, maka Return On Asset (ROA) juga akan meningkat,karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On Asset (ROA) (Usman;2003).
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
H3
: LDR diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) pada bank . 2.3.4 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On asset (ROA) Rasio NPL (Non Performing Loan) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah besar (Herdiningtyas,2002). Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL (Non Performing Loan) maka semakin besar risiko yang disalurkan bank sehingga semakin rendah pendapatan sehingga laba yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) menurun (Mawardi, 2005). H4 : NPL diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank. Berdasarkan telaah pustaka dan tujuan penelitian maka kerangka pemikiran antara CAR,BOPO, LDR, dan NPL terhadap ROA dapat dilihat pada gambar sbb;
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh antara CAR,BOPO,LDR,dan NPL terhadap ROA
BMRI
BBCA
CAR (x1)
CAR (X1)
BOPO (x2)
LDR (x3)
NPL (x4)
BOPO (x2) ROA
ROA LDR (X3) UJI BEDA
NPL (X4)
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/