11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Pencemaran Udara Udara adalah faktor yang penting dalam kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal (Nugroho, 2009). Berdasarkan peraturan pemerintah No. 41 tahun 1999 Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang di butuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.KEP-03/MENKLH/II/1991, yang menyatakan bahwa “pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Mulia, 2005). Atmosfer bumi adalah gas yang melapisi bumi dan terbagi dalam beberapa lapis. Lapisan yang paling dalam disebut juga troposfer yang tebalnya sekitar 17 km di atas permukaan bumi. Sekitar 99% dari gas nonpolusi dalam udara kering yang terdapat pada troposfer yang kita hirup, terdiri dari dua jenis gas yaitu gas
12
nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Sisanya adalah gas argon yang kurang dari 1% dari karbon dioksida sekitar 0,035%. Udara dalam troposfer juga mengandung uap air yang jumlahnya sekitar 0,01% di daerah subtropis dan sekitar 5% di daerah tropis yang lembab (Darmono, 2006). Secara umum atmosfer mempunyai sifat–sifat seperti tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, tidak dapat diraba kecuali sedang bergerak, sangat dinamis, mudah bergerak atau mengalir bila terjadi perbedaan tekanan, sangat elastis, dimanfaatkan atau mengkerut, sanggup memuai tanpa batas. Merupakan penerus panas yang jelek, tetapi dapat memindahkan panas secara pengaliran (konveksi). Dapat ditembus oleh berbagai sinar. Karena atmosfer mempunyai berat, maka atmosfer memberikan tekanan kepada permukaan bumi (tekanan udara). Melekat pada kulit bumi oleh gravitasi bumi (Daryanto, 2004). Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameterparameter gas NO₂, SO₂, CO, O₃, NH₃, H₂S, Hidrokarbon, dan Partikel debu. Apabila terjadi peningkatan kadar bahan-bahan tersebut di udara ambien yang melebihi baku mutu udara ambien yang telah di tetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan (Mukono, 2008).
2.1.2
Klasifikasi Bahan Pencemar Adapun klasifikasi bahan pencemar atau polutan menurut (Mukono, 2003)
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Polutan Primer Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa gas. Gas terdiri dari:
13
a.
Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO₂).
b.
Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.
c.
Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
d.
Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromine. Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasannya berasal dari
sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang di keluarkan antara lain adalah gas NO₂, SO₂, O₃, CO, Partikel debu. Gas NO₂, SO₂, O₃, CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil. Untuk partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse (misalnya proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali juga dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes, gas, dank abut (mist) menurut (Mukono, 2003). Adapun yang dimaksud dengan: a. Asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna. b. Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. c. Uap adalah partikel padat yang merupakan hasil dari sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.
14
d.
Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
2. Polutan Sekunder Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia diudara misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO₂ yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a.
Konsentrasi relatif dan bahan reaktan
b.
Derajat fotoaktivasi
c.
Kondisi iklim
d.
Topografi lokal dan adanya embun. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
2.1.3
Jenis dan Sumber Zat Pencemar Udara
2.1.3.1 Jenis Zat Pencemar Udara Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusia. Menurut Mukono (2008) terdapat berbagai macam jenis zat pencemar udara terhadap penurunan kualitas udara seperti gas pencemar yang secara garis besar di bedakan menjadi: a. Nitrogen Dioksida (NO₂) Nitrogen dioksida (NO₂) adalah gas yang toksik bagi manusia. Efek yang terjadi tergantung pada dosis serta lamanya pemaparan yang diterima oleh seseorang. Konsentrasi oleh NO₂ yang berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila orang terpapar selama beberapa menit saja. Pada fase ini seseorang masih dapat sembuh kembali dalam waktu 6-8
15
minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronkhioli. Seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan oleh gas tersebut. Bahkan konsentrasi yang lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2-10 hari. Gas NO₂ merupakan gas yang sangat berbahaya terhadap manusia, pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO₂ yang lebih beracun, dengan sifatnya berwarna cokelat kemerahan dan berbau tajam dapat menimbulkan keluhan yang berupa sakit mata (iritasi) dan sakit pada paru-paru. Kedua bentuk gas ini paling banyak ditemukan sebagai polutan udara yang sangat berbahaya terhadap manusia. b. Karbonmonoksida (CO) Karbonmonoksida (CO) yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses yaitu Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi, pada suhu tinggi, CO₂ terurai menjadi CO dan O₂. pembebasan CO ke atmosfer sebagai aktivitas manusia lebih nyata, misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas arang atau kayu, proses– proses industri, industri besi, kertas, kayu, pembuangan limbah padat, kebakaran hutan dan lain–lain. Dengan sifatnya yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas – 192oC. mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut dalam air dan dapat memberikan
16
kelainan seperti kerusakan otot jantung dan susunan saraf pusat (SSP) dengan keluhan yang di rasakan seperti rasa pusing, pandangan menjadi kabur, kehilangan daya pikir, penurunan koordinasi syaraf, dan akhirnya sampai berujung pada kematian (Daryanto, 2004). Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar COHb dalam darahnya mencapai 40 % dalam waktu singkat. Gas CO ini merupakan gas yang sangat bersifat racun, seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar COHb dalam darahnya sebesar 5-10%. Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan Hb sebesar 240 kali lipat sehingga dapat mempengaruhi organorgan tubuh seperti otak, hati, pusat saraf, dan janin (Susanta, 2007). Mekanisme alami di mana karbonmonoksida hilang dari udara banyak diteliti dan pembersihan CO dari udara kemungkinan terjadi karena beberapa proses yaitu reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang sangat sedikit, aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relatif tinggi dari udara. Meskipun tanah dengan mikroorganisme didalamnya dapat berfungsi dalam pembersihan CO di atmosfer, tetapi kenaikan konsentrasi CO di udara masih saja terjadi. Hal ini disebabkan tanah yang tersedia tidak tersebar rata (Daryanto, 2004).
17
c. Sulfur Dioksida (SO₂) SO₂ merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas lain. Sumber emisi gas SO₂ berupa pembakaran yang tidak bergerak, yang paling tinggi 76%, proses dalam industri, limbah padat, pembakaran limbah pertanian. Sumber emisi SO₂ yang terbanyak berasal dari alam, sedangkan aktivitas manusia hanya beberapa bagian gas. Gas SO₂ yang memiliki sifat tidak berwarna, baunya yang tajam, sangat mengiritasi, tidak terbakar dan tidak meledak. Gas SO₂ memberikan dapat menimbulkan keluhan berupa iritasi mata, saluran pernafasan, batuk kronis, pandangan menjadi kabur, bahkan dapat menimbulkan gejala penyakit jantung. d.
Ozon Ozon adalah gas yang tidak stabil. Berwarna biru, mudah mengoksidasi, dan
bersifat iritan terhadap saluran pernapasan. Ozon dapat memasuki saluran pernapasan lebih dalam daripada SO₂. Ozon akan mematikan sel-sel makrofag, mengstimulir penebalan dinding arteri paru-paru, dan apabila pemaparan terhadap ozon sudah berjalan cukup lama maka dapat terjadi kerusakan paru-paru yang disebut emphysema dan sebagai akibatnya jantung kanan dapat melemah. Ozon didapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, dan spektograf. Karena ozon bersifat bakterisidal, maka ozon seringkali sengaja dibuat untuk dipakai sebagai desinfektan. Keluhan yang dapat dirasakan akibat gas ini yaitu iritasi dan rasa kering ditenggorokan, sakit kepala, mual, tidak ada nafsu makan, batuk dan nyeri dada serta pernapasan menjadi pendek dan sembab paru.
18
e.
Partikulat Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan
tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, dan uap. Sumber alamiah partikulat atmosfer adalah debu yang memasuki atmosfer karena terbawa oleh angin. Sumber lain adalah segala proses yang menimbulkan debu seperti pabrik semen, industry metarulgi, industri konstruksi, industri bahan makanan, dan juga kendaraan bermotor. Sebagai akibat yang ditimbulkan yaitu dapat mengganggu saluran pernapasan, mengotori bangunan, dan bahan makanan. Zat pencemar dibentuk dari bahan baku yang digunakan, terbentuk karena proses (teknologi) yang dipakai. Sedangkan pencemaran udara terjadi karena ada sumber–sumber zat pencemar (emisi). Zat pencemar juga dapat dikelompokkan ke dalam sumber alamiah dan sumber buatan. Sumber alamiah yaitu sumber-sumber pencemar yang terjadi dengan sendirinya seperti gunung berapi, kebakaran hutan, gunung meletus, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Sedangkan sumber pencemar buatan berasal dari pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batu bara yang mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005). Jenis-jenis polutan yang mencemari Menurut Kastiyowati (2001) jenis-jenis pencemaran udara adalah sebagai berikut: a. Menurut bentuk
: Gas, partikel
b. Menurut tempat
: Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)
c. Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis d. Menurut asal
: Primer, sekunder
19
1.
Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi : a) Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2 S) dan Sulfat Aerosol. b) Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N
2
O), Nitrogen
Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2 ). c) Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon. d) Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa uap. 2.
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pencemaran udara bebas (Out door air pollution) yang sumber pencemarnya yaitu sebagai berikut: a) Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll. b) Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan, dll. b. Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara di dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.
2.1.3.2 Sumber Pencemar Udara Berbagai macam sumber pencemar yang dapat menimbulkan penurunan kualitas udara. Menurut Slamet (2011) bahwa sumber titik pencemar dapat dibagikan ke dalam sumber titik, mobil, dan area.
20
1). Sumber titik Sumber titik adalah sumber yang diam yang tergolong dalam sumber tidak bergerak yaitu berupa cerobong asap yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan industri. Misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang berbahan bakar batu bara. 2). Sumber mobil Sumber mobil yang dimaksudkan yaitu sumber yang bergerak berasal dari kendaraan bermotor dan lain sebagainya yang menghasilkan pembakaran yang berakibat terhadap pencemaran udara. 3). Sumber area Sumber area adalah sumber sumber yang berasal dari pembakaran terbuka di daerah permukiman, pedesaan dan lain–lain misalnya pembakaran sampah. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian bahan bakar gas, dan hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas beracun di udara terutama CO, HC, SO2 (Santoso, 2010). Kendaraan bermotor dan kegiatan industri merupakan salah satu sumber pencemaran udara. Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin bertimbal dan solar menyebabkan pembakaran dalam mesin tidak sempurna.
21
Apabila kita menghirup udara dalam–dalam, sekitar 99% dari udara yang kita hirup adalah gas nitrogen dan oksigen. Kita juga menghirup gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa di antara gas yang sangat sedikit tersebut diidentifikasi sebagai gas pencemar. Sistem manajemen transportasi yang belum baik antara lain kurang memadainya angkutan masal menyebabkan pemakaian kendaraan pribadi meningkat. Disamping itu, manajemen lalu lintas yang belum baik antara lain ditandai dengan meningkatnya kemacetan (Nugroho, 2009). Pencemaran udara saat ini tidak saja terjadi di kota–kota besar atau pada penduduk kota atau mereka yang tinggal dekat industri pabrik, tetapi sudah merambah ke desa–desa karena sumbernya berasal dari sektor transportasi. Hal ini akan memberikan efek negatif dalam bentuk polusi udara lebih terlihat bukan dari konstruksi infrastrukturnya (seperti jalan, jembatan dan sebagainya), tetapi pada alat angkut itu sendiri dalam hal ini kendaraan bermotor (Mukono, 2003).
2.1.4
Efek Bahan Pencemar Udara Terhadap Lingkungan Adapun efek yang ditiimbulkan oleh bahan pencemar udara terhadap
lingkungan menurut (Mukono, 2008) antara lain sebagai berikut: a. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain gangguan jarak pandang (visibility), memberikan warna tertentu pada atmosfer, mempengaruhi struktur dari awan, mempengaruhi keasaman air hujan, mempercepat pemanasan atmosfer.
22
b. Efek terhadap faktor ekonomi Efek negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain, meningkatnya biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos) dan meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan) c. Efek terhadap vegetasi Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain ialah perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun, dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetasi, mempengaruhi proses reproduksi tanaman, mempengaruhi komposisi komunitas tanaman, dapat terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu, misalnya lumut kerak dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut. d. Efek terhadap kehidupan binatang Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO₂. e. Efek estetik Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut.
23
2.1.5
Pengaruh Udara Terhadap Kesehatan
1. Udara Bebas Udara bebas yang ada disekitar manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. (Slamet, 2011) mengemukakan bahwa pengaruh tersebut dikelompokkan menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh udara bebas secara tidak langsung merupakan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Misalnya, nitrogen di dalam udara dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk. Pengaruh udara yang langsung, terjadi karena proses pernafasan dan kontak seluruh anggota tubuhnya dengan udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis udara. Pada keadaan normal, sebagian besar terdiri atas oxygen dan nitrogen (90%). Tetapi, aktivitas manusia dapat mengubah komposisi kimiawi udara sehingga meningkatkan konsentrasi zat–zat kimia yang sudah ada. Aktivitas manusia yang menjadi sumber pengotoran/pencemaran udara adalah buangan industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran di rumah–rumah dan di ladang–ladang. Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada kadar yang sedemikian, maka udara disebut telah tercemar. Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat antara lain adalah Karbonmonoksida (CO), Sulfur dioksida (SO₂), Nitrogen dioksida (NO₂), Ozon (O₃), hidrokarbon, dan partikulat. Pengaruh zat kimia ini pertama–tama akan ditemukan pada sistem pernafasan dan kulit serta selaput lender selanjutnya
24
apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Oleh sebab itu kualitas udara yang baik akan diperoleh apabila sumber pencemar ysang dihasilkan oleh aktivitas manusia di perhatikan dan dijaga agar tidak dapat mengganggu kualitas udara. Jika hal itu diabaikan maka manusia itu pula yang akan merasakan dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara tersebut (Slamet, 2011). 2. Udara Tidak Bebas Udara tidak bebas adalah udara yang didapat di dalam ruangan gedunggedung seperti rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya. Udara tidak bebas didapat pula di dalam sumur–sumur dan tambang–tambang. Berbeda dengan udara bebas, kualitas dan kuantitas udara tidak bebas seringkali ditentukan oleh penghuni gedung secara sengaja ataupun tidak sengaja. Ada gedung yang secara khusus diatur baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya. Oleh karena itu, kualitas udara tidak bebas sangat bervariasi. Apabila kualitas baik, tentunya tidak akan terjadi penyakit akibatnya. Tetapi apabila udara tidak bebas itu tercemar, maka efeknya akan sangat nyata. Karena aliran tidak bebas, maka pencemar mempunyai banyak kesempatan untuk masuk ke dalam tubuh penghuni dan dalam konsentrasi yang ada di dalam udara tersebut (Slamet, 2011).
2.1.6
Prinsip–Prinsip Pengelolaan Kualitas Udara
1. Baku Mutu Kualitas Udara Mengingat bahwa udar yang bersih itu diperlukan setiap detik bagi tercapainya masyarakat yang sehat, maka kualitas udara harus diusahakan agar
25
selalu bersih. Tidak mungkin kiranya kita membiarkannya kotor dan dibersihkan kemiudian sebelum dikonsumsi seperti halnya air, karena udara setiap detik diperlukan. Hal ini dikemukakan dengan asumsi bahwa kita tidak menghendaki menggendong penyediaan udara masing–masing seperti orang yang sedang menyelam. Namun demikian dalam masalah kebersihan kualitas udara
maupun
pencemaran udara, selalu terdapat tiga kelompok manusia, yaitu mereka yang menginginkan udara selalu bersih, mereka yang ingin memanfaatkan udara dengan kapasitas membersihkan dirinya sebgai tempat untuk membuang segala sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam atmosfir, sampai terjadi efek jelek yang nyata dan yang ketiga mereka yang baru saja mengerti tentang baik–buruknya kedua pendapat tersebut (masyarakat luas). Pengelolaan sumber daya udara, sebagaimana halnya dengan sumber daya pada umumnya. Perlu dinaungi oleh iklim yang mengizinkan dilakukan tindakantindakan untuk pengelolaan tersebut. Iklim ini dapat tercipta setelah dibuat peraturan ataupun perundangan yang mengatur semuanya itu. Undang–undang sedemikian dikenal sebagai Undang–undang udara bersih. Undang–undang yang ada di Indonesia saat ini mengatur lingkungan secara umum dan dikenal sebagai UU. No.4 tahun 1982. Untuk dapat melaksanakan perundangan sedemikian diperlukan peraturan pelaksanaan yang berisiskan angka–angka yang konkret tentang kadar berbagai zat yang boleh ada didalam udara. Peraturan seperti itu disebut standar (Slamet, 2007).
26
2. Baku Mutu Udara Ambien Dengan di keluarkannya baku mutu ini, maka berarti bahwa udara yang mengandung unsur–unsur melebihi standar akan disebut tercemar (bukan lagi terkotori). Di harapkan bahwa bila kualitas udara dapat di pelihara sehingga kadar berbagai zat pencemar tidak terlampaui sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia, hewan, tumbuhan maupun harta benda lainnya. Baku mutu udara ambien nasional terdiri dari beberapa parameter. Berikut adalah parameter-parameter yang menjadi standar pengukuran. Tabel 2.2. Baku Mutu Udara Ambien Nasional No. 41 Tahun 1999 No.
Parameter
Lama
Baku Mutu
Pengukuran 1. 2. 3. 4.
Metode Analisis
CO
1 Jam
30.000 µg /m3
NDIR Analyzer
SO₂
1 Jam
900 µg /m3
Pararosanilin
NO₂
1 Jam
400 µg /m3
Saltzman
O3
1 Jam
235 µg /m3
Chemiluminescent
Sumber: Balihristi, 2011
27
2.2 2.2.1
Kerangka Berpikir Kerangka Teori
Aktivitas manusia
Kegiatan Industri
Kegiatan Perdagangan
Kegiatan Pemukiman
Aktivitas Kendaraan
Gas Kimia Berbahaya
SO₂
NO₂
CO
Pencemaran Lingkungan
Udara
Kualitas Udara Ambien
Peraturan Pemerintah (PP) RI No.41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Udara Ambien
Gambar 2.1 Kerangka Teori
O3
28
2.2.2 Kerangka Konsep
Kadar Nitrogen Dioksida (NO₂)
Udara Ambien Di Kota Gorontalo
Kadar Karbon Monoksida (CO)
400 g/m3 (Memenuhi standar) > 400 g/m3 (Tidak memenuhi standar)
30.000 g/m3 (Memenuhi standar) > 30.000g/m3 (Tidak memenuhi standar)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Peraturan Pemerintah (PP) RI No.41 Tahun 1999 tentang Standar baku mutu udara ambien