BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari akar kata "motive" atau "motiwum" yang berarti 'a moving cause' yang berhubungan dengan 'inner drive, impulse, intension'. Kata "motive" atau "motif" ini bila berkembang menjadi motivasi, artinya menjadi 'sedang digerakkan atau telah digerakkan oleh sesuatu, dan apa yang menggerakkan itu terwujud dalam tindakan'. Menyoroti istilah motivasi dari sumber yang memberikan dorongan, maka dapat ditemukan bahwa sumber dorongan itu bisa datang dari dalam atau dari sesuatu yang menggerakkan keinginan dari luar. Sumber penggerak motivasi yang berasal dari dalam cenderung beranjak dari kebiasaan individu (yang telah berkembang secara kompleks), motivasi yang sumber penggeraknya datang dari luar selalu disertai oleh persetujuan, kemauan, dan kehendak individu. Dilihat dari segi etika, motif didefinisikan sebagai pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang menjadi penyebab seseorang melakukan suatu tindakan. Motivasi di sini berarti dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan apa yang dikehendakinya, tertuju kepada tujuan yang diinginkannya. Dengan demikian, motivasi ialah kekuatan yang mendorong untuk bertindak atau dorongan oleh kekuatan dari dalam ataupun dari luar (yang dilakukan dengan mendorong atau menarik). Motivasi jelas datang dari pelbagai macam sumber. Motivasi dapat digerakkan oleh kebutuhan (yang kompleks) seseorang, ataupun dorongan dari seorang motivator yang memberi pengaruh motivasi kepada orang lain. (http//motivasibelajar.pdf. diakses pada hari minggu tanggal 29 november 2010)
Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat di katakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk demi suatu mencapai tujuan. Berawal dari
kata motif maka di katakan motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. (Azis Wahab, 2006:67) Menurut Winataputra (1997:102) motivasi adalah dorongan dasar menggerakkan seseorang tingkah laku, dorongan berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam diri siswa. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang di dasarkan atas motivasi tertentu mengadung tema sesuai dengan motivasi yang medasarinya. Menurut Mc Donald (dalam Raka Jhoni, 2003:71) mengungkapkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feelling“ dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut Mc Donald menegaskan bahwa ada tiga elemen yang terkandung dalam motivasi tersebut : 1.
Motifasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setap individu manusia.
2.
Motivasi di tandai dengan munculnya rasa seseorang, dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, dan emosi yang dapat menguatkan tingkah laku manusia.
3.
Motivasi akan di rangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari sanksi yakni tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkain usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untuk mengadakan atau mengelahkan. Perasan tidak suka itu, jadi motivasi ini dapat di rangsangkan oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menembuhkan kegiatan belajar,menjamin kelangsungan Dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Berdasarkan uraian pengertian motivasi, Tika Rosita, (2006:81) mengemukkan beberapa ciri- ciri motivasi dalam setiap orang antara lain adalah, (1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerues dalam waktu yang lain, tidak permah berhenti sebelum selesai), (2) ulet dalam menghadapi kesulitan tidak cepat putus asa), (3) menunjukan minat terhadap bermacammacam masalah, (4) lebih senang bekerja sendiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. Apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri sebagai mana di uraikan, berarti setiap siswa itu, memiliki motifasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan, dan hambatan secara mandiri. Hal ini semua harus dipahami agar dapat berinteraksi dengan siswa, dan dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang yang berperilaku. Pengertian ini masih bersifat umum, sehingga banyak dihadapkan pada pembahasan spesifik tentang makna motivasi yang dilandasi oleh berbagai asumsi dan terminologi. Demikian pula masalah yang paling mendasar dalam memahami konsep motivasi adalah tidak adanya kemampuan seseorang dalam mengamati dan menyentuh secara langsung. Konsep motivasi yang di kenal di dalam literatur psikologi merupakan konstruk hipotetik dan motivasi itu memberikan ketetapan yang menjelaskan tentang
kemungkinan sebab-sebab perilaku siswa. Oleh karena itu motivasi tidak dapat diukur secara langsung, seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan. Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Definisi motovasi menurut beberapa ahli diantaranya ,Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif, senada dengan itu Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu, selanjutnya Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior, haL ini sejalan dengan pendapat McDonald, menurutnya motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Suprihanto (2003:34) menyatakan bahwa motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula, demikan pula Soemanto (2007:45) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan, tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Uzer Usman: 2000:67).
Senada dengan itu Nasution (2005:67)
menyatakan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu. Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan. Hani Handoko (2005:45) mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Mangkunegara, (2005:67) memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja. H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi
sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu kegiatan karena ingin mencapai tujuan tertentu dalam hidup dan kehidupannya. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan, 2005: 92) Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
2.1.2 Fungsi Motivasi Elinda Prayitno, (2009: 97) Mengemukakan motivasi mempunyai arti dalam belajar, menurut teori kebutuhan manusia termotivasi untuk lebih bertindak kalau ingin memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar siswa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam setiap kegiatan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh tinggi rendannya motivasi belajar yang dimiliki siswa. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang dapat memberikan
arahan pada kegiatan belajar sehinga tujuan yang di kehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi dapat dikatakan sesuatu yang mendasari setiap kegiatan manusia, tercapai di dalamnya kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan pendidikan terutama dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi sangat perlu di terapkan pada pihak yang melakukan pembelajaran, dalam hal ini siswa agar tumbuh memotivasi pada dirinya. Sehinga mereka akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan mencapai perkembangan yang optimal. Seiring dengan hal ini Hamalik, (2008:82) mengemukakan motivasi “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Dalam hubungaannya dengan kegiatan belajar mengajar di SMA misalnya: Seorang siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi bisa gagal dalam belajar dan tidak dapat berbuat suatu yang seharusnya di kerjakan karena di sebabakan kemauan yang kurang dan kurangnya motivasi. Motivasi yang kurang dapat menyebabkan dorongan kemauannya tidak kuat dalam pencapaian tujuan yang di inginkan.
2.1.3 Jenis-Jenis Motivasi Uzer Usman (2001:29) mengemukakan motivasi terdiri atas dua jenis sebagai akibat yang muncul dari adanya motif diri individu maupun diluar individu yang dilakukan dengan tugas guru dalam membangkitkan motivasi siswa. a. Motivasi intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lains, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya ingin belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan, dan ingin menjadi orang berguna
bagi nusa, bangsa dan negara, oleh karena itu, dia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, baik karena adanya ajakan, atua paksaan dari orang lain sehingga kondisi yang demikian akhirnya dia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya ia mau belajar karena dia disuruh orang tuanya, agar mendapat peringkata pertama dikelasnya. Motivasi ada dua jenis, yaitu: 1. Motivasi Intristik Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa/orang itu sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi : Dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut dating dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar. Motivasi seperti ini perlu diterapkan oleh sekolah karena dalam interaksi belajar mengajar siswa kadang sering tidak menaruh minat dan perhatian terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu di dalam kegiatan interaksi belajar, guru dalam hal ini memegang peranan sangat penting dalam upaya menumbuhkan serta meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa secara menyeluruh. Dengan demikian siswa akan lebih aktif berperan serta berpartisipasi positif di dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.Mengingat motivasi ekstrinsik ini terjadi karena rangsangan dan pengaruh dari luar diri siswa. Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka
kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap pasif. http : // wildan39 . wordpress. Com /2010/02/25/jenisjenis-motivasi. Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
motivasi)
http://re-
searchengines.com/1007arief4.html. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. http://iril-superhandz.blogspot.com/2009/11/pengertian-motivasi.html Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi Ekstrinsik. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar (Sobry Sutikno, Jurnal Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, Kamis, 11 September 2011. www.depdiknas.go.id )
2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Motivasi Seorang anak yang telah termotivasi untuk melakukan sesuatu, dia akan berusaha dan tekun mengejar sesuatu. Sebaliknya, apabila sese orang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain. Ada 6 faktor yang di dukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar siswa. a. Sikap Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
b. Kebutuhan Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. c. Rangsangan Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. d. Afeksi Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kesemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. e. Kompetensi Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. f. Penguatan Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. 2.1.5 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi anatara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga meraka dapat mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek
pengetahuan adalah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh
menjadi pintar; dari aspek keterampilan adalah dari tidak bisa, menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi trampil; dari aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan, dimana guru sebagai pemegang peranan utama. Uzer (2004:4) mengemukakan bahwa” peristiwa pembelajaran banyak
berangkat dari berbagai pandangan dan konsep.
Oleh karena itu, perwujudan proses
pembelajaran dapat terjadi dari berbagai model”. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru siswa atas dasar hubungan timbal balik yang terjadi dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, maka proses pembelajaran tidak sekedar proses penyampaian pesan berupa materi kepada siswa, tetapi lebih luas lagi yaitu untuk menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Senada dengan itu Corey (dalamRuminiati 2007 : 14) mengungkapkan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan menurut Nurani (dalam Rumiati 2007 : 14) konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu, membimbing, dan motivasi siswa mempelajari suatu informasi tertentu dalam suatu proses yang telah dirancang secara masak mencakup segala kemungkinan yang terjadi. Belajar merupakan usaha manusia membangun pengetahuan dalam dirinya. Serangkaian dengan
keinginan manusia yang lebih baik, maka banyak usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas belajar. Belajar merupakan suatu proses dari seseorang individu yang berupaya untuk pencapaian tujuan tertentu. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif, Gredler (dalam Suryosubroto, 2002:21) sementara Brown and Knight (dalam Hamalik, 2005:23) ,mengatakan bahwa belajar pada hakekatnya adalah “change in knowledge understanding, skill and attitudes brought about by experience and reflection upon that experience, yang mempunyai cirri : belajar adalah mengingat, penemuan fakta, membuat sesuatu bermakna dan menyadari kenyataan. Selanjutnya Hergenth and Oslon (dalam Hamalik, 2005:24) membagi kategori belajar ada lima hal yang berkaitan dengan proses belajar yakni : (1) belajar menunjukan pada suatu perubahan, (2) perubahan tingkah laku tersebut relative menetap (3) perubahan tingkah laku tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman belajar (4) perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman dan latihan (5) pengalaman dan latihan terus diberi penguatan Menurut Winataputra, dkk (2003:148) bahwa “belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku”. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif menetap. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sifat. Dari pengertian tersebut jelas bahwa inti dari belajar adalah perubahan tingkah laku individu. Perubahan tersebut diperoleh melalui latihan maupun pengamatan. Marpaung (2002:10) mengemukakan bahwa “Pengalaman dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan”. Pengertian lain mengenai belajar dikemukakan pula oleh Uzer dan Setiawati (2001:4) bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Dengan demikian diperoleh suatu kesimpulan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses perbahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan dan kebiasaan.
2.1.6 Tujuan Belajar Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar dialami oleh pebelajar terkait dengan petumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajaran. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Proses belajar siswa tersebut sebagai dampak pengajaran. 2.1.7 Manfaat Belajar Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botolbotol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, Tasker (2002: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (2001: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua manfaat dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang
akan
mempengaruhi
terjadinya
proses
belajar
tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan manfaat belajar, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengungkapkan beberapa manfaat yang berkaitan manfaat belajar sebagai berikut: (1) memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. 2.1.8 Hasil belajar Pada dasarnya semua orang dapat melakukan perbuatan belajar. Namun tidak semua orang berhasil dengan baik di dalam belajar. Hasil belajar yang baik merupakan gambaran prestasi belajar yang tinggi dari seseorang. Pada umumnya semua orang yang belajar menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan. Sudah barang tentu ini
memerlukan usaha yang ulet dan sungguh-sungguh. Hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku seorang siswa setelah memperoleh pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau huruf. Dalam hubungan ini, Hamalik (2003:56) mengemukan bahawa hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, hasil belajar menunjukkan kepada individu sebagai pelakunya, hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma yang
telah titetapkan. Hasil belajar ditunjukkan oleh hasil kegitan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Menurut Sumartono (2007:81) bahwa, “hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi dalam belajar, yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengajarkan sesuatu pada saat tertentu” Berkaitan dengan hasil belajar, Purwanto (2000:86) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dihadapi, dilaksanakan, dan dikerjakan. Sedangkan Dimyati dan Mujiono (2004: 26) memberi pengertian tentang hasil belajar yaitu sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran, dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai. Uraian diatas menunjukkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan siswa setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan sebagai prestasi yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan nilai. Selanjutnya, lingkup hasil belajar yang diukur melalui tiga ranah atau kawasan, Imron (1996:22) menyebutkan ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif terdiri atas 6 (enam) aspek yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) aplikasi (application), (4) analisa (analiysis), (5) sintesis (synthesis),dan (6) evaluasi (evaluation). Sedangkan untuk kawasan atau ranah afektif meliputi 5 (lima) aspek yaitu : (a) penerimaan (receiving), (b) pemberian tanggapan (responden), (c) pemberian nilai (valuing), (d) pengorganisasian (organization), dan (e) karakterisasi dengan suatu nilai (characterization buy or value complex). Selanjutnya, untuk kawasan atau ranah psikomotor terdiri atas 7 (tujuh) aspek, yaitu : (1) persepsi (perception), (2) kesiapan (set), (3) respon
terpimpin (guided respon), (4) mekanisme (mechanism), (5) respon nyata yang kompleks (complekx overt respon), (6) penyesuaian (adaptasion), dan (7) penciptaan (origination). Berdasarkan pengertian di atas dapatlah diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang (peserta didik) setelah memerlukan kegiatan belajar. Perkembanggan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai perkembanggan sosial budaya sekarang ini, menuntut peningkatan mutu pendidikan, sehubungan dengan kegagalan guru yang begitu saja dapat mempermasalakan siswa, mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Guru adalah satu komponen dalam belajar mengajar, dalam arti khusus dapat di katakan bahwa pada guru terletak tanggungjawab untuk membahwa para siswa pada kedewasaan, atau tarapan kematangan tertentu. Dengan demikian, peran guru telah meningkatkan dari sebagai pengajaran menjadi penanggung jawab yang lebih komplek. Sehubungan dengan hal itu, berikut akan di temukan beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar. 1. Sebagai intormateri, hendaknya guru dapat melaksanakan cara mengajar
intermateri
dan sumber intormateri kegiatan akademi maupun umum. 2. Peran guru sebagai motivator, agar dapat menjadikan siswa maupun memberikan respon, selanjutnya tertarik merasa senang dan bukan merasa terpaksa untuk belajar guru harus dapat merangsan dan memberikan penghargaan dan hadiah, misalnya dalam diskusi dan tanyajawab dalam permainan simulasi siswa akan memmberikan dapat atau jawaban akan di berikan.
3. Sebagai organisator, guru dapat mengorganisasikan semua komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar seperti : kegiatan akademik, menyusun jadwal pelajaran, sehinga dapat tercapai evektivitas dan evensiensi dalam belajar. 4. Sebagai mediator guru dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya sebagai penengah misalnya dalam kegiatan atau diskusi, jika ada kemacetan, maka guru dapat memberikan jalan keluar atau sebagai penengah. 5. Sebagai transmiter, guru dalam kegiatan belajar, mengajar akan bertindak penyegar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. Dari uraian tersebut dapat di mengerti bahwa demikian pentingnya kedukan guru dalam membangkitkan motivasi, sebab motivasi selain berasal dari diri siswa sendiri juga dari lingkungannya seperti guru, masyarakat maupun orang lain. Pembelajaran di dasarkan pada pikiran bahwa belajar secara berarti dapat terjadi apabilah belajar menyatu dan akrab dengan lingkungan belajar. Belajar yang berlangsung demikian di sebut belajar aktif dalam konteks ini anak belajar dari pengalamannya dengan lingkungan belajar dan mengintreaksikan apa yang di pelajari dengan apa yang sudah ada pada dirinya. Semangat siswa untuk belajar, dan semua dapat meresap dan mengalir yang menemukan hal-hal baru yang di kombinasikan dengan yang lama pada diri siswa. Agar tujuan pengajaran tujuan pembelajaran yang dikehendaki siswa khususnya sebagai pengajar. Maka perlu adanya usaha-usaha agar terjadi kegiatan yang efektif dan membelajarkan siswa dengan baik. Dalam kegiatan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan kembangkan motivasi ada bermacam-macam, tetapi untuk motivasi kadang-kadang tepat dan kadang juga kurang sesuai, hal ini justru hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan
motivasi bagi kegiatan belajar para siswa. Menurut Sardiman (2001: 90-92) ada beberapa bentuk dan macam untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu, (1) Memberi angka dalam hal ini angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar, (2) Hadiah-hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi,tetapi tidaklah selalu demikian,karenahadian itu untuk sesuatu pekerjaan,mungkin tidak akan menarik bagi seorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. (3) Memberi ulangan para siswa akan memberi lebih giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. (4) Pujian, apabilah ada siswa yang sukses yang berasil menyelasaikan tugas dengan baik, perlu pujian (Depdikbud. 1990:54) dan seiring dengan uraian di atas Winataputra (1997:114) juga menegaskan bahasa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa guru juga dapat melakukan berbagai cara, (5) Kerja kelompok. (6) Persaingan, (7) Penilaian, (8) Film, (9) Belajar melalui radio. Dari uraian di atas yang penting bagi seorang guru BK dan guru mata pelajaran bahasa indonesia sangan berperan aktif untuk meningkatkan hasil belajar maupun motivasi belajar siswa