BAB II KAJIAN PUSTAKA ATAU KERANGKA TEORITIS A. Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Kata konteks berasal dari kata kerja latin Contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya (Webster’s New World Dictionary 1968 dalam Wahyuni, 2009: 30) KBBI (2002: 519) kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks). Sehingga Contextual Teaching and Learning dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Sedangkan secara umum contextual mengandung arti: yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Nurhadi dalam Wahyuni (2009: 30) menambahkan bahwa “pendekatan kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Sedangkan menurut Bandono dalam Wahyuni (2009: 30) “CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya”.
7
Menurut Sanjaya (2009: 254 dan 257) “Model CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang dikembangkan Jean Piaget yang memandang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak yang berpengaruh terhadap model pembelajaran, di antaranya model CTL”. Sedangkan menurut Muhsetyo (2007: 1.11), “Model CTL membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator”. 2. Prinsip Model Pembelajaran CTL Prinsip pembelajaran CTL menurut Tim MKDP dalam Suratman (2010: 18) adalah: “a. Kontruktivisme (Contruktivism) b. Bertanya (Questioning), c. Menemukan (Inquiry), d. Masyarakat Belajar (Learning Community), e. Penilaian Autentik (Authentic Assensment), f. Refleksi (Reflection), dan g. Pemodelan (Modeling)”. a. Kontruktivisme (Contruktivism) 1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. 2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “ mengkontruksi “ bukan menerima pengetahuan. b. Bertanya (Questioning) 1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. c. Menemukan (Inquiry) 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis. 8
d. Masyarakat Belajar (Learning Community) 1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. 2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. 3) Tukar pengalaman berbagi ide. e.
Penilaian Autentik (Autentik Assessment) 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa 2) Penilaian produk (kinerja) 3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
f.
Refleksi (Reflection) 1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari 2) Mencatat apa yang telah dipelajari 3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
g.
Pemodelan (Modeling) 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja
dan
belajar. 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. 3. Penggunaan Model CTL dalam Penelitian Penggunaan model CTL dalam pembelajaran tentang peta provinsi pada penelitian ini yaitu dengan cara: pertama mengaitkan dengan pengalaman seharihari siswa yaitu dengan kartu undangan, kedua mengaitkan konsep ini dengan letak geografis Kecamatan Naringgul yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Dalam penelitian ini, juga dikaitkan dengan kebiasaan menyebut arah mata angin dengan sebutan girang untuk arah utara dan hilir untuk arah selatan. 9
Pembelajaran dengan model CTL mengenai peta provinsi pada penelitian ini dikaitkan dengan konteks materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya, yaitu mengenai peta kabupaten. Jadi cara untuk menyampaikan komponen-komponen peta provinsi juga diawali dengan peta kabupaten. Pada pembelajaran konponen peta dengan model CTL ini,media yang digunakan adalah peta provinsi dalam berbagai ukuran. Hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian.
B. Pemahaman Pemahaman menurut Kamus Inggris-Indonesia (John M. Echols,1996: 134) merupakan terjemahan dari comprehension. Menurut Driver (Dahlan, 2006: 16) pemahaman adalah “kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan. Menurut pengertian tersebut, maka ada 3 aspek dalam pemahaman, yaitu kemampuan mengenal, menjelaskan dan menarik kesimpulan”. Pemahaman merupakan salah sau aspek kognitif dalam taksonomi Bloom (Dahlan, 2006: 16) menyatakan ada tiga macam pemahaman, yaitu pengubahan (translation), Pemberian arti (Interpretation), dan Pembuatan (ekstrapolasi). Dalam proses
pengubahan
(penerjemahan)
terdapat
beberapa
kemahiran,
yaitu
menerjemahkan satu bentuk simbol ke bentuk yang lain, atau simbol ke dalam katakata
dan
sebaliknya,
mampu
mengartikan
suatu
kesamaan,
dan
mampu
mengkonkritkan konsep yang abstrak. Pemahaman Interpretation adalah kemampuan dalam memahami ide yang direkam dan disajikan dalam bentuk yang lain, misal dalam bentuk grafik, tabel dan lain sebagainya. Kemampuan pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan untuk merapmalkan kecenderungan yang ada menurut data
10
tertentu dengan konsekunsinya dan implikasinya yang sejalan dengan situasi yang digambarkan. Pada tahun 1976 dengan diilhami pemikiran dari Stieg Melionsen (Dahlan, 2006: 17) Ricard Skemp mengajukan gagasannya tentang tingkatan pemahaman (The levels of understanding) siswa pada pembelajaran matematika. Skemp membedakan tingkatan pemahaman siswa menjadi dua. Tingkatan pertama adalah pemahaman instrumental (instrumental understanding). Pada tingkatan ini siswa baru berada pada tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan soal, tetapi dia belum tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Lebih lanjut, siswa pada tahap ini juga belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan ini, siswa tidak hanya sekedar tahu atau hafal tetang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus itu dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. C. Peta 1.
Pengertian Peta Menurut Munadi (2008: 96) “Peta merupakan gambaran permukaan bumi atau permukaan sebagian bumi yang diproyeksikan dengan bidang datar dengan menggunakan skala perbandingan atau gambar permukaan bumi atau sebagian dari padanya”. Menurut ICA (International Cartography Association) peta adalah “suatu gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa”(Kurtinawati, 2010: 13). 11
Berdasarkan pendapat di atas, pada umumnya peta merupakan gambaran permukaan bumi yang dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan dan mempunyai simbol-simbol untuk memudahkan memahami benda-benda atau bagian-bagian dari yang ada di permukaan bumi yang digambarkan dengan skala tertentu. 2. Komponen-komponen dalam Peta Dalam membuat peta yang memenuhi standar perlu memperhatikan ramburambu dan kelengkapan pada sebuah peta yang terdiri dari beberapa komponen penunjang kegunaan peta dan mempermudah ketika peta dibaca. Sobandi, dkk (2006: 49) mengemukakan komponen-komponen dalam sebuah peta mengandung: a. judul peta, b. skala peta, c. legenda atau keterangan, d. tanda arah atau orientasi, e. simbol dan warna, dan f. sumber dan tahun pembuatan peta. Dari komponen-komponen peta di atas untuk lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Judul Peta Judul peta adalah sebagai cirri atau materi peta yang dibuat yaitu memuat informasi yang sesuai dengan isi peta. Judul merupakan komponen yang sangat penting untuk menggambarkan dalam pet. Judul peta harus jelas, jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta.
b. Skala Peta Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini sangat erat hubungannya dengan data yang disajikan. Rumus Skala
=
୨ୟ୰ୟ୩ ୭ୠ୨ୣ୩ ୢ୧ ୮ୣ୲ୟ ୨ୟ୰ୟ୩ ୭ୠ୨ୣ୩ ୢ୧ ୮ୣ୰୫୳୩ୟୟ୬ ୠ୳୫୧
12
Sebagai contoh skala 1 : 500.000 artinya satu bagian di peta sama dengan 500.000 jarak yang sebenarnya, apabila dipakai satuan centimeter (cm) maka 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm (5 km) jarak sebenarnya di permukaan bumi. c. Legenda atau Keterangan Legenda pada peta menerangkan arti symbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta, selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu ketampakkan peta secara keseluruhan. Simbol legenda seperti tampak pada gambar di bawah ini: +++++++++++
= Batas Negara
⋅+⋅+⋅+⋅+⋅+⋅+⋅+⋅
= Batas Propinsi
⋅− ⋅− ⋅− ⋅− ⋅− ⋅− ⋅− ⋅
= Batas Kabupaten = Jalur kereta api = Gunung/gunung berapi = Ibu Kota Propinsi = Ibu Kota Kabupaten = Bandar udara = Pelabuhan Gambar 2.1: Tanda Legenda
d. Tanda Arah atau Orientasi Tanda arah atau tanda orientasi berfungsi untuk menunjukkan arah utara, selatan, timur dan barat. Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah 13
yang menunjuk pada arah utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asal tidak mengganggu ketampakkan peta. U
Gambar 2.2: contoh tanda arah atau orientasi e. Simbol dan Warna Dalam pembuatan peta agar memilih kriteria peta yang baik perlu memperhatikan simbol peta dan warna peta. Simbol
peta
berfungsi
agar
informasi
yang
disampaikan
tidak
membingungkan. Contoh: 1) Laut, danau digambarkan dengan warna biru. 2) Temperatur (suhu) digambarkan dengan warna merah atau cokelat. 3) Curah hujan digambarkan dengan warna biru atau hijau. 4) Dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 dari permukaan digunakan warna hijau. 5) Daerah pegunungan/dataran tinggi (2000-3000 meter) digunakan warna cokelat tua. Dilihat dari sifatnya, warna peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif. f. Sumber dan tahun pembuatan 3.
Fungsi Peta Peta sangat diperlukan oleh manusia, dengan peta kita dapat mengetahui letak-letak suatu daerah/kota. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
14
a. Menunjukkan posisi atau lahan suatu wilayah di permukaan bumi. b. Menggambarkan luas, bentuk, dan penyebaran berbagai gejala di muka bumi. c. Menjanjikan data tentang potensi suatu wilayah. D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
ilmu
pengetahuan,
mulai
diperkenalkan pada kurikulum tahun 1975 dan tahun 1976. Sampai kurikulum tahun 1994, IPS mulai diberikan pada siswa kelas 3. Namun sejak kurikulum 2004 atau KBK IPS diperkenalkan sejak kelas 1. Mata pelajaran IPS berperan untuk memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam kehidupan nyata di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS, siswa diharapkan mampu membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata. Selain itu,
siswa juga diharapkan
akan
menjadi
warga Negara
yang mampu
mengaplikasikan ilmunya dalam bentuk nyata, yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Berkaitan dengan uraian di atas, beberapa ahli mendefinisikan IPS sebagai berikut: a. Charles R. Keller mendefinisikan IPS sebagai suatu panduan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin atau struktur ilmu tertentu, melainkan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang terencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah. b. Muhamamad
Nu’man
Somantri
mengemukakan
bahwa
IPS
adalah
penyederhanaandisiplin ilmu-ilmu sosial, ideology Negara, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah social terkait yang diorganisasikan serta disajikan
15
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. c. A. Kosasih Djahiri merumuskan IPS sebagai ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu social dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat sekolah. 2.
Tujuan Pembelajaran IPS di SD Pada KTSP SD Negeri Datarkubang Kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur (Permendiknas No. 22 dan 23, BSNP, 2006: 159). Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2.
Memiliki kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global
E. Penelitian Yang Relevan Model pembelajaran CTL merupakan inovasi model pembelajaran untuk digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam suatu materi IPS. Selain untuk meningkatkan pemahaman, model CTL juga dapat meningkatkan aktivitas siswa, karena penggunaan model ini melibatkan aktivitas siswa secara menyeluruh. Penelitian dengan menggunakan model CTL telah dilakukan oleh . Wahyuni, Indri. (2009). Upaya Peningkatan Efektifitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan CTL pada mata pelajaran IPS. Hasil dari
16
penelitian tersebut adalah proses pembelajaran menjadi lebih epektif dan hasil belajar mengalami peningkatan yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang meningkat dari tindakan satu ke tindakan berikutnya. Penggunaan model CTL juga dapat meningkatkan aktivitas siswa, dalam hal ini dapat dilihat dari pedoman observasi yang digunakan selama proses pembelajaran.
17