BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2 - 8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut juga resting follicle. Folikel ini terlihat pada awal siklus haid dan jumlahnya dapat memperkirakan jumlah folikel primodial di dalam ovarium (Halim, et al., 2006). 2.2 Jumlah Folikel Antral Jumlah folikel antral kedua ovarium < 5 folikel menunjukkan kelompok respon buruk dalam program superovulasi, kelompok 5 - 10 folikel termasuk respon kurang, kelompok 11 - 30 folikel termasuk respon baik, dan di atas 30 folikel disebut respon berlebihan (Halim, et al., 2006). Jumlah folikel antral mempunyai nilai prediksi terbaik untuk menilai respon ovarium. Pembatalan siklus lebih sering pada wanita dengan jumlah folikel antral < 6 folikel (Ng, et al., 2000). Jumlah folikel antral yang terlihat pada pemeriksaan dengan menggunakan USG transvaginal berhubungan dengan jumlah folikel primodial. Jumlah folikel antral dihitung hari ke 3 - 7 setelah menstruasi. Wanita yang mempunyai jumlah folikel antral < 5 folikel yang berdiameter < 10 mm sebelum stimulasi ovarium dimulai mempunyai prognostik keberhasilan yang rendah (Toner, 2007).
5
2.3 Hubungan Umur dengan Jumlah Folikel Antral Umur ibu sangat penting diketahui karena dengan meningkatnya umur maka semakin sulit mendapatkan anak. Umur 20 - 24 tahun fertilitas wanita mencapai 100 %, umur 30 - 34 tahun fertilitas wanita 85 %, umur 35 - 39 tahun fertilitas tinggal 60 %, umur 40 - 44 tahun fertilitas wanita tinggal 25 %, dan umur 50 - 59 tahun fertilitas wanita sudah 0 % (Baziad, 2008). Rata-rata wanita akan mengalami penurunan fertilitas umur 37,5 tahun (Torrente dan Rice, 2007). Fertilitas menurun dengan meningkatnya umur karena berkurangnya jumlah folikel primodial. Akselerasi hilangnya folikel terjadi sekitar umur 37 tahun dan diikuti menopause 10 - 12 tahun kemudian. Jumlah folikel antral > 2 mm yang dinilai dengan USG transvaginal menurun sebesar 60 % antara umur 22 dan 42 tahun. Kuantitas dan kualitas telur secara umum menurun mulai dari umur 30 tahun dan makin menurun secara dramatis pada awal umur 40 tahun. Secara umum jumlah folikel antral berbanding terbalik dengan umur. Gangguan fekunditas meningkat dari 2 % pada umur 15 - 19 tahun, 7 % pada umur 20 - 24 tahun, 15 % pada umur 30 - 34 tahun, dan 28 % pada usia > 35 tahun (Halim, et al., 2006). 2.4 Jenis Infertilitas Infertil adalah suatu kondisi di mana pasutri belum mampu memiliki anak, walaupun sudah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 - 3 kali seminggu selama 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun (Djuwantono, et al., 2008). Infertilitas dibagi menjadi 2 jenis yaitu Infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer berarti pasutri belum pernah mempunyai anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2 - 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Infertilitas sekunder berarti pasutri telah mempunyai anak sebelumnya, tetapi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2 - 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun, belum juga mempunyai anak lagi (Djuwantono, et al., 2008). Sebanyak 60 - 70 % pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20 % akan memiliki anak pada tahun ke dua dari usia pernikahan, dan sebanyak 10 - 20 % akan memiliki anak pada tahun ke tiga atau lebih, atau tidak akan pernah memiliki anak. Pasutri yang dianggap infertil kenyataannya dapat istri saja yang mengalami masalah, atau suami saja yang mengalami masalah (Djuwantono, et al., 2008). Peningkatan jumlah kasus infertilitas primer bersamaan dengan menurunnya infertilitas sekunder sebagai hasil dari penundaan rencana mempunyai anak (Kumar, et al., 2007). 2.5 Lama Infertilitas Infertilitas dapat ditangani di beberapa level pelayanan, Level 1 dapat ditangani oleh dokter umum yaitu menangani pasien dengan lama infertilitas < 24 bulan, umur pasangan perempuan < 30 tahun, tidak ada faktor risiko kelainan pelvik atau sperma, riwayat pengobatan < 4 bulan. Pada level ini dapat dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik, interpretasi analisis semen dan konfirmasi ovulasi serta merujuk ke level yang lebih tinggi untuk pasien dengan kelainan yang lebih kompleks. Level 2 ditangani oleh spesialis obstetri dan ginekologi serta uro-andrologi yaitu menangani pasien dengan lama infertilitas < 36 bulan, umur
pasangan perempuan < 35 tahun serta pasien yang tidak memenuhi kualifikasi layanan primer. Selain melakukan pelayanan serupa pada level 1, pada level ini juga melayani penilaian patensi tuba, penanganan kasus anovulasi, endometriosis dan sumbatan tuba tanpa komplikasi. Level 3 ditangani oleh subspesialis yaitu melakukan pelayanan bedah mikro dan TRB pada pasangan yang tidak memenuhi kualifikasi layanan primer dan sekunder. Pada level ini dilakukan penanganan kasus-kasus anovulasi, endometriosis, sumbatan tuba, faktor sperma dengan komplikasi. Semakin lama infertilitas yang dialami, semakin kecil kemungkinan untuk dapat hamil, sehingga pasangan yang mengalami infertilitas diharapkan segera memeriksakan dirinya ke dokter (Kartina, 2011). Lama infertilitas tidak memberikan informasi apakah masalah infertilitas dari pria saja atau wanita saja, atau bahkan keduanya. Jika lama infertilitas lebih lama dari 3 tahun kemungkinan terdapat masalah biologis yang berat (Wongso, 2007).