BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori Teori–teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel–variabel yang
dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi; (2) konsep tenaga kerja; (3) mobilitas penduduk; (4) pengertian pendapatan; (5) fungsi produksi; (6) teori produktivitas tenaga kerja.
2.1.1
Pengertian Imigrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik atau negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain (Mantra, 1999). Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang atau daerah (spasial) dan dimensi waktu. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang. Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarprovinsi, antarkota atau kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/desa (Mantra, 1999).
10
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih yaitu : 1)
Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali.
2)
Migran ulang-alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari.
Ada tiga kriteria migran , yaitu : 1)
Migran seumur hidup (life time migrant) adalah orang yang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lahir.
2)
Migran risen (recent migrant) adalah orang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya.
11
3)
Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data. Menurut Mantra (1999), pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor). Faktor – faktor pendorong ( push factor ) : 1)
Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
2)
Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit)
3)
Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4)
Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5)
Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit. Faktor – faktor penarik ( pull faktor ) :
1)
Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
2)
Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
12
3)
Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4)
Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar (Prayitno,2006).
2.1.2
Konsep Tenaga Kerja Simanjuntak (1990:1) menyatakan, tenaga kerja (man power) mengandung
dua pengertian. Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dpat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990:16) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut : 1)
Pengangguran (open employment), yaitu orang yang sama sekali tidak dan berusaha mencari pekerjaan.
2)
Setengah pengangguran (underemployment), yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja
13
dan pendapatan. Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Setengah pengangguran kentara (visible underemployment) yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan b. Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah 3)
Bekerja penuh, yaitu keadaan dimana permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ
yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber kehidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan. Penggunaan istilah employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan. Pengertian ini mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto, 1983:6)
2.1.3
Mobilitas Penduduk Menurut Mantra (2003), mobilitas penduduk adalah gerak penduduk yang
melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Mobilitas penduduk sukar diukur karena mobilitas penduduk dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan merupakan suatu peristiwa yang mungkin berulang beberapa kali sepanjang hidupnya. Hampir semua definisi menggunakan dimensi ruang dan waktu. Dalam
14
hal ini untuk dimensi ruang biasanya digunakan batas wilayah administratif sehingga batas wilayah perpindahan bervariasi mulai dari negara, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan bahkan desa/kelurahan. Demikian pula dilihat dari dimensi waktu, juga sangat bervariasi. Dalam sensus penduduk, seseorang dinyatakan melakukan mobilitas penduduk permanen (menetap), apabila sudah memiliki lama tinggal 6 (enam) bulan atau lebih atau bisa juga kurang dari enam bulan, namun sejak awal sudah memutuskan menetap di daerah tujuan. Secara garis besar, mobilitas penduduk dibagi dalam dua kategori yaitu mobilitas
penduduk
permanen
dan
mobilitas
penduduk
nonpermanen.
Perbedaannya terletak pada tujuan pergerakan tersebut. Bila seorang migran bertujuan untuk pindah tempat tinggal secara tetap, migran tersebut dikategorikan sebagai migran permanen, sebaliknya bila tidak ada niat menetap di tempat tujuan dikategorikan sebagai migran sirkuler atau migran nonpermanen. Menurut Sudibia (2007), persoalan lain yang timbul terkait dengan perbedaan konsep mobilitas penduduk yang didasarkan pada ada tidaknya “niatan” menetap di daerah tujuan adalah masalah pengukuran. Sangatlah sulit mengukur niat seseorang, dan niat tersebut senantiasa berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapinya di daerah tujuan. Misalnya, sejak awal seseorang pelaku mobilitas dari daerah pedesaan di Bali sudah berniat untuk menetap di Kota Denpasar. Akan tetapi, begitu yang bersangkutan menghadapi peliknya tantangan hidup di kota, akhirnya terpaksa mengubah keputusannya untuk kembali lagi ke kampung halamannya. Banyaknya orang yang melakukan mobilitas penduduk permanen ataupun menetap ke suatu provinsi dipengaruhi oleh besarnya faktor penarik yang ada
15
pada provinsi tersebut. Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu provinsi akan menciptakan berbagai macam faktor penarik seperti, lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja, tingkat pendidikan, perumahan dan lingkungan hidup. Pada sisi lain, setiap provinsi juga memiliki berbagai faktor pendorong yang membuat sejumlah penduduk pindah ke luar provinsi. Faktor tersebut antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya, sarana dan prasarana tingkat pendidikan dan lain sebagainya (BPS Provinsi Bali, 2000). Lee, Todaro dan Titus (dalam Mantra, 2003) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro (2000) menyebut motif utama tersebut
sebagai
pertimbangan
ekonomi
yang
rasional.
Faktor–faktor
mempengaruhi terjadinya mobilitas penduduk dari daerah pedesaan menuju perkotaan antara lain (1) adanya perbedaan upah riil yang diharapkan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan; (2) kemungkinan berhasil mendapatkan pekerjaan di sektor modern di daerah perkotaan. Everett S. Lee (1970) dalam tulisannya berjudul A Theory of Migration mengungkapkan bahwa volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah di wilayah tersebut. Di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor–faktor positif, negatif dan ada pula faktor–faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang memberikan nilai menguntungkan jika bertempat tinggal di daerah itu, misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja atau iklim yang baik. Faktor negatif adalah faktor yang memberikan nilai negatif pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari
16
tempat tersebut karena kebutuhan tertentu tidak terpenuhi. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat tersebut cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk. Lee juga menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi oleh rintangan antara, misalnya berupa ongkos pindah yang tinggi, topografi antara daerah asal dengan daerah tujuan berbukit–bukit, terbatasnya sarana transportasi, pajak masuk ke daerah tujuan tinggi dan peraturan daerah yang ketat dalam menangani penduduk pendatang. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor individu yang akan menilai positif dan negatifnya suatu daerah. Faktor individu ini pula yang memutuskan apakah akan pindah atau tidak. Dengan demikian sebelum melakukan migrasi, haruslah mengenal baik daerah tujuan dan proses tersebut memakan waktu yang lama (Mantra, 2003).
2.1.4
Pengertian Pendapatan Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik
faktor produksi atas pengorbannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Sukirno, 2004). Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income). Dalam kenyataannya
17
membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh karenanya dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (Production Approach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.
2.1.5
Hubungan Produksi Sadono Sukirno berpendapat ( dalam Teori Mikro Ekonomi ; 2005 )
menyatakan hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi seperti yang dijelaskan dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan skill. Di dalam teori ekonomi, di dalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan ( tanah, modal, dan skill ) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya.
18
2.1.6
Teori Produktivitas Tenaga Kerja Masalah produktivitas merupakan salah satu masalah yang sangat penting
di dalam suatu organisasi ( perusahaan ), terutama jika dikaitkan dengan proses pencapain tujuan. Proses peningkatan produktifitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia, sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagia bentuknya. Dengan demikian sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam perusahaan, sehingga memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas merupakan perbandingan antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi terhadap hasil akhir ( output ) yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah barang dan jasa yang dihasilakan. Menurut Bettegnies, dalam Atmosoeprapto ( 2001 : 115 ), menjabarakan produktivitas dalam persamaan lain yaitu produktivitas = efektivitas + efisiensi. Efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana kita mengkombinasikan berbagai sumber daya secara benar / tepat Menurut Paul Mail yang dikutip dari sedarmayanti ( 2001 : 57 ) produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Produktivitas sering diartikan sebagai ratio antar keluaran dan masukan dalam waktu tertentu.
19
Menurut Werther , dkk ( 1985 : 8 ), mengartikan produktivitas adalah ratio antara output (barang – barang dan jasa) terhadap input (tenagaka kerja, modal, material, dan energy). Ibnu Sukotjo ( 2000 : 281 ) merumuskan masalah produktivitas adalah hubungan antara kuantitas barang – barang dan jasa – jasa yang diproduksi selama periode tertentu dan input tenaga kerja, modal, dan sumber alam yang digunakan dalam proses produksi. Dari pengertian – pengertian produktivitas yang diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa produktivitas secara umum adalah perbandingan antara output (keluaran) dan Input (masukan) yang dipakai dalam proses produksi. Kalau dalam perbandingan tersebut semua masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran ikut diperhitungkan, maka akan diperoleh produktivitas total. Tetapi kalau yang dihitung hanya sebagian saja, maka rasio itu merupakan konsep produktivitas parsial,
baik
digunakan
untuk
mengetahui
produktivitas
tenaga
kerja,
produktivitas mesin, modal maupun material lainnya.
2.1.7
Hubungan Antara Status Perkawinan dengan Produktivitas Tenaga Kerja. Curahan waktu untuk kegiatan – kegiatan rumah tangga dari para imigran
yang sudah berstatus belum kawin ( single ) lebih sedikit dari pada para migran yang sudah berstatus kawin. Dengan demikian para pekerja migran yang berstatus belum kawin dapat lebih banyak mencurahkan waktunya dalam bekerja. Akan tetapi tenaga kerja migran yang berstatus kawin dengan adanya beban tanggungan keluarga yang lebih banyak maka tenaga kerja migran akan di dorong untuk lebih giat bekerja sehigga produktivitasnya akan meningkat
20
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumya dilakukan oleh NI MADE MANIK ERIYATI (2009)
dengan judul penelitian ” Pengaruh Status Perkawinan, Tingkat Pendidikan, Umur Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Studi Kasus Penjahit Wanita Di Desa Renon Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar “. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, antara lain : 1)
Menggunakan teknik analisis data liner berganda dengan menggunakan uji F, uji t.
2)
Penggunaan produktivitas tenaga kerja sebagai variabel terikat dan status perkawinan sebagai variabel bebas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, antara lain : 1)
Penelitian sebelumnya dilakukan di Desa Renon Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di kecamatan Denpasar Barat
2)
Variabel bebas modal, pendapatan, jam kerja, pengalaman kerja, hasil penjualan yang digunakan dalam penelitian ini tidak digunakan dalam penelitian Ni Made Manik Eriyati.
2.3
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
21
1)
Variabel modal, pendapatan, jam kerja, pengalaman kerja, hasil penjualan dan status perkawinan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja migran pada warung tenda di Kecamatan Denpasar Barat.
2)
Variabel modal, pendapatan, jam kerja, pengalaman kerja, hasil penjualan dan status perkawinan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja migran pada warung tenda di Kecamatan Denpasar Barat.
22