BAB II KAJIAN PUSTAKA
Di dalam sebuah penelitian diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang valid atau sahih. Untuk itu diperlukan adanya teori-teori yang melandasi penelitian. Di bawah ini penulis mencoba memberikan teori-teori yang diperlukan untuk dicantumkan dalam landasan teoretik yang berkaitan erat dengan judul penelitian ini, adapun yang diuraikan dalam bahasan ini merupakan isi dari permasalahan yang diteliti meliputi :
A.
Pengertian Seni
Istilah seni menurut etimologis merupakan padanan kata dari art (Inggris) dan ars (Latin) atau techne (Yunani). Pengertian seni menurut Nurhadiat (2004: 2), menyatakan bahwa “seni itu berhubungan dengan rasa keindahan dan kenikmatan”. Sedangkan lain lagi menurut Sukimin dan Sutandur (2005: 3), yang menyatakan bahwa “seni adalah hasil karya manusia yang menimbulkan rasa keindahan, seni juga dapat menimbulkan rasa sedih, takut, marah, dan benci”. Adapun yang menjadi sifat dasar seni ialah sebagai berikut : 1.
Seni bersifat kreatif,
2.
Seni bercorak individualis,
3.
Seni bersifat ekspresif / perasaan,
4.
Seni bersifat abadi, dan
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.
Seni bersifat universal, seni pun terdiri dari berbagai macam, diantaranya yaitu seperti seni musik, seni tari, seni teater atau drama, dan seni rupa.
1.
Pengertian Seni Rupa
Seni rupa menurut Sachari (2007: 3), ia mengatakan bahwa „kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat menghasilkan suatu karya atau benda seni yang berwujud dua dimensi maupun tiga dimensi serta memiliki nilai keindahan.‟
2.
Prinsip Dasar Seni Rupa Pengertian dari prinsip dasar seni rupa menurut (http://eka.web.id/prinsip-
dasar-dalam-seni-rupa.html), menjelaskan bahwa prinsip dasar seni rupa adalah “suatu pengetahuan dasar untuk berkarya yang juga merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan berkarya seni rupa baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi”. Adapun yang menjadi unsur-unsur dasar seni rupa ialah sebagai berikut:
a.
Komposisi Yaitu
suatu
cara
dan
ketentuan
untuk
mengatur,
menyusun
dan
meramu/mencampur dengan dasar kaidah-kaidah yang ada, sehingga mewujudkan suasana tatanan yang harmonis. Adapun contoh penerapan komposisi yang sifatnya mengatur ialah bagaimana seorang desainer interior dapat mengatur perabot rumah, hiasan, foto dalam satu Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ruangan yang masing-masing disebut elemen estetik. Menyusun, yaitu bagaimana seorang desainer seni grafis menyusun huruf, kata-kata, kalimat, dan gambar dalam satu bidang media cetak majalah atau surat kabar. Meramu/mencampur, yaitu bagaimana cara seorang pelukis mencampur warna, dan seorang apoteker meramu obat dengan memperhatikan kadar bahan yang dipakai. Pengertian komposisi yang dikutip dari Soelarko (1990: 19) dalam (http://id.answers.yahoo.com), ia mengatakan bahwa “..dalam bahasan seni rupa dan fotografi, komposisi berarti susunan gambar dalam batasan satu ruang”. Namun lain lagi yang dikutip menurut Sanyoto (2004), juga dalam situs yang sama dengan Soelarko yaitu, ia mengatakan bahwa “komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar yang mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap”.
b.
Keseimbangan (balance), Keseimbangan ialah cara mengatur beberapa benda atau bidang dalam satu
bidang kertas gambar sehingga hasilnya serasi dan harmonis. Ada beberapa macam keseimbangan dalam mengatur bentuk/warna dalam gambar, yaitu sebagai berikut : 1.)
Keseimbangan Simetri, yaitu keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda atau bidang yang sama bentuknya, atau jika gambar tersebut dibagi dua hasilnya merupakan satu bentuk yang dibagi dua sama besar, atau pun sama dan sebangun.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.)
Keseimbangan Asimetris, yaitu keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda atau beberapa bentuk/warna yang tidak sama ukuran besar kecilnya benda, atau tidak sama posisinya saat meletakkannya.
3.)
Keseimbangan Skew Simetri, yaitu keseimbangan yang diterapkan pada beberapa bentuk benda atau bidang yang sama tapi sehadap, dimana penerapannya banyak dipergunakan untuk menggambar hiasan. Terdapat tiga macam penerapan faktor keseimbangan dalam pekerjaan sehari-
hari yaitu sebagai berikut: 1.)
Visualize Balance, yaitu keseimbangan yang dapat dinilai melalui pengamatan serta dapat diukur dari segi besar kecil, panjang pendek, dan wujudnya berupa bentuk benda dua dimensi seperti lukisan dan sebagainya.
2.)
Audio Balance, yaitu factor keseimbangan pada satu karya yang dapat dinikmati dan dihayati melalui panca indera pendengaran. Misalnya seperti mendengarkan musik melalui alat bantu tape recorder, dimana terdapat dua load speaker yang masing-masing berfungsi untuk menggetarkan suara yang diseimbangkan melalui potensio balance.
3.)
Konstruktif Balance, yaitu penerapan keseimbangan pada karya yang mempergunakan ukuran berat ringan bentuk benda berupa tiga dimensi, misalnya seperti, bangunan rumah, monumen, patung. Dalam mendirikan suatu bangunan serta dalam menentukan bentuk konstruksinya harus
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mempertimbangkan faktor keseimbangan, jika tidak maka dapat berakibat bangunan akan mudah roboh atau mudah rusak. c.
Proporsi/perbandingan Proporsi ialah semua wujud benda baik benda hidup maupun benda mati
memiliki proporsi/perbandingan antara benda satu dengan lainnya maupun pada bagian-bagian dalam satu unit benda. Di dalam penerapannya proporsi memiliki dua kemungkinan yaitu sebagai berikut: 1.)
Proporsi yang diterapkan pada karya seni rupa dua dimensi, yaitu untuk menerapkan bentuk benda pada kertas gambar atau pada kanvas. Misalnya pada gambar alam benda, maka penerapan proporsinya yang paling harus diperhatikan.
2.)
Proporsi yang diterapkan pada karya seni rupa tiga dimensi, yaitu menyeimbangkan proporsi antara benda satu dengan benda lain yang ukurannya
sudah
tertentu
(normatif).
Misalnya
saja
proporsi
atau
perbandingan antara benda yang satu dengan yang lain dalam satu unit benda, sebagai contohnya membandingkan ukuran pegangan cangkir yang pas dan sesuai dengan badan cangkir tersebut diantara tiga buah cangkir yang sama.
d.
Kesatuan (unity) Unity yaitu kesatuan yang ditinjau dari segi penataan, pengaturan, penerapan
atau rangkaian, sehingga benda-benda yang diatur dalam gambar satu sama lain
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
saling mendukung, dan apabila ketika dikurangi oleh salah satu bagian akan terjadi ketidak wajaran atau ketidak seimbangan. Ada dua macam kesatuan yaitu sebagai berikut : 1.)
Kesatuan antara bagaian-bagian benda dalam satu unit benda, misalnya kesatuan antara bagian-bagian atau elemen-elemen pada teko yang meliputi badan teko, penyangga, tutup, dan juga pansuran atau tempat mengalirnya air dari dalam badan teko. Dimana elemen-elemen tersebut benar-benar memiliki ukuran tertentu yang normatif.
2.)
Kesatuan dalam penataan/penerapan, yaitu bagaimana menata atau mengatur benda yang tampak satu sama lain saling mendukung hingga menghasilkan penataan yang serasi atau artistik. Sebagai contoh misalnya dalam melakukan pekerjaan membuat gamabar alam benda yang terdiri dari beberapa benda, maka faktor kesatuan (unity) dapat sangat menentukan kebenaran dari kualitas hasil
pekerjaan
tersebut.
(http://eka.web.id/prinsip-dasar-dalam-seni-
rupa.html).
3.
Unsur Seni Rupa Pada karya seni rupa ada beberapa unsur yang terdapat didalamnya. Adapun
beberapa unsur tersebut menurut Nurhadiat (2004: 23) ialah sebagai berikut :
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a.
Titik, merupakan elemen atau unsur terkecil dibandingkan dengan elemenelemen lainnya. Titik juga dapat melahirkan suatu wujud yang tidak bisa dilahirkan oleh elemen-elemen lainnya.
b.
Garis, tidak ada suatu bentuk apapun yang hadir tanpa sebuah garis. Jenisjenis garis ialah seperti garis lurus, lengkung, tebal, tipis, terputus-putus, dan lain-lain. Sedangkan menurut karakteristiknya, akan lahir kesan halus, kasar, lentur, dan tegas.
c.
Bidang, yaitu permukaan yang dapat berupa datar, persegi, atau sebagai pembatas dan lain-lain.
d.
Ruang, yaitu garis-garis yang membentuk bangun tiga dimensi. Ruang dalam bentuk nyata banyak dijumpai pada seni patung dan seni bangunan.
e.
Arsir, yaitu pengulangan garis secara acak atau menyilang dengan tujuan mengisi bidang gambar yang kosong. Macam-macam arsiran ialah seperti arsir searah, arsir silang, arsir acak, dan arsir gradasi.
f.
Repetisi, yaitu penggambaran bidang atau bentuk tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang, misalnya motif dan ragam hias.
g.
Bentuk, pada umumnya bentuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis, namun terdapat pula suatu bentuk lain yang biasa disebut dengan mimesis yang memiliki pengertian yaitu sebagai berikut :
1.)
Bentuk beraturan.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang saling berhubungan satu sama lain dan tersusun secara rapi serta konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk seperti ini bersifat stabil dan simetris terhadap satu atau lebih. Adapun contoh bentuknya ialah seperti bentuk bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida. 2.)
Bentuk tak beraturan. Bentuk tak beraturan adalah bentuk-bentuk yang bagian-bagiannya tak serupa serta hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis bila dibandingkan dengan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan ini dapat berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan atau pun hasil dan komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.
3.)
Bentuk mimesis. Mimesis memiliki pengertian yaitu berupa tiruan atau menirukan alam. Sedangkan bila berdasarkan jenisnya, seni rupa terbagi menjadi dua jenis
yaitu sebagai berikut : 1.
Seni Rupa Murni, adalah karya seni yang terlepas dari segi kegunaan lain, kecuali nilai pemenuhan kebutuhan emosional sebagai alat ekspresi. Contoh karya seni murni ialah seperti lukisan dan patung.
2.
Seni Rupa Terapan, adalah karya seni yang mengalami fungsi ganda, yaitu sebagai alat bantu kehidupan sehari-hari serta dari segi keindahannya yaitu untuk pemenuhan rasa kepuasan batin, contohnya ialah seperti bentuk
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pakaian, rumah, sepatu, kendaraan, tas, jam dan sebagainya. Benda-benda seni atau kerajinan sebagai hasil dari karya seni rupa terapan ini biasa disebut dengan seni kriya.
B.
Pengertian Seni Kriya Seni kriya sering disebut dengan istilah “handycraft” yang berarti kerajinan
tangan, sebagaimana menurut Suwadji (2000: 1), ia mengatakan bahwa: “seni kriya termasuk kedalam seni rupa terapan (applied art), yang selain memiliki aspek keindahan juga menekankan pada aspek fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan bagi kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan unsur artistik dan keindahan.” Seni kriya merupakan suatu karya seni yang termasuk kedalam wujud tiga dimensi. Seni kriya pun lebih popular disebut dengan seni kerajinan tangan, karena banyak yang diproses dengan mengutamakan tangan. Namun pada kenyataannya dewasa ini, banyak pula seni rupa yang diproses menggunakan peralatan modern. Seni kriya yang biasa disebut dengan kerajinan ini juga merupakan salah satu cabang seni rupa yang banyak terdapat di wilayah Nusantara. Kerajinan artinya barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan bukan dengan mesin, dimana dalam proses pembuatannya dituntut keahlian dan keterampilan tangan yang tinggi. Seni kriya telah dibuat oleh bangsa Indonesia sejak jaman prasejarah dengan menciptakan berbagai macam peralatan berburu, bercocok tanam, atau pun bendabenda praktis lainnya. Dimana tujuan dari pembuatan benda-benda tersebut adalah
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman, teknik pembuatan karya seni kriya semakin bervariasi serta menunjukkan adanya peningkatan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan diciptakannya peralatan canggih dalam pengolahan bahan baku atau pun proses pembuatannya. Seni kriya juga dipandang sebagai suatu seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh Craftmanship yang tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Misalnya saja antara pembuatan keris dengan pisau, baik proses, bahan, atau pun kemampuan pembuatnya berbeda. Kembali ditegaskan oleh Gustami (1997: 71) bahwa seni kriya adalah sebagai berikut : “seni yang unik serta memiliki karakteristik, juga didalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus fungsional. Oleh karena itu dalam perwujudannya didukung pula oleh craftsmanship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung." Berdasarkan uraian di atas menyiratkan bahwa kriya merupakan cabang seni yang memiliki muatan estetik, simbolik, dan juga filosofis, terutama seni kriya yang terdapat di lingkungan keraton/kerajaan, sehingga mampu menghadirkan karya-karya yang adiluhung serta monumental sepanjang zaman. Wujud awal dari seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai (terapan). Praktik seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat barang-barang atau benda-
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
benda fungsional, baik yang ditujukan untuk kepentingan keagamaan (religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada zaman batu serta peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada zaman logam berupa nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan berupa gelang, kalung, dan cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi upacara, ritual adat (suku), serta kegiatan ritual yang bersifat kepercayaan seperti penghormatan terhadap arwah nenek moyang. Namun perubahan senantiasa menyertai setiap gerak laju perkembangan zaman. Praktek seni kriya yang pada awalnya sarat dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya, khususnya pada bidang akademis seni kriya telah mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini menjelma hanya menjadi sebagai pajangan semata, dengan kata lain hanya semata-mata seni untuk seni. Pergerakan ini kemudian melahirkan kategori-kategori dalam tubuh kriya, kategori tersebut antara lain kriya seni dan desain kriya.
1.
Unsur Karya Seni Kriya Menurut Suwadji (2000: 1), seni kriya mengutamakan unsur terapan atau
fungsi, maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Utility (Aspek Kegunaan), diantaranya yaitu : 1.) Security, yaitu jaminan tentang keamanan bagi orang yang menggunakan barang-barang tersebut.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.) Comfortable, yaitu kenyamanan saat digunakan. Barang yang enak atau nyaman digunakan disebut dengan barang terap. Barangbarang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi. 3.) Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya merupakan barang terap, yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau pun terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan serta keluwesan saat penggunaannya, agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya. b. Estetika (Syarat Keindahan) Sebuah barang terapan betapa pun enak atau nyamannya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai tersebut juga tidak akan merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman, serta puas bagi pemakainya. Dorongan bagi seseorang untuk memakai, memiliki, dan menyenangi akan menjadi lebih tinggi jika barang tersebut juga diperindah dan berwujud estetik.
2.
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya Adapun fungsi dan tujuan dari pembuatan seni kriya menurut Suwadji (2000:
2), ialah diantaranya sebagai berikut : 1. Sebagai benda pakai, artinya adalah seni kriya yang diciptakan dengan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Gambar 1. Tas, Seni Kriya sebagai Benda Pakai Sumber : http://faatihahabwa.blogspot.com/2011_09_01_archive.html
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Sebagai benda hias, artinya adalah seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau sebagai hiasan. Pada jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau seni fungsinya sendiri.
Gambar 2. Patung Angsa pada Taman, Seni Kriya sebagai Benda Hias Sumber : http://www.carabuatblog.tk/archive/widget-air-mancur
3. Sebagai benda mainan, artinya adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.
Gambar 3. Dakon, Seni Kriya sebagai Benda Mainan Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : http://faatihahabwa.blogspot.com/2011_09_01_archive.html
3.
Jenis-Jenis Seni Kriya Indonesia memiliki beragam jenis seni kriya Nusantara, diantaranya ialah
sebagai berikut :
a.
Seni Kriya Logam Seni kriya logam adalah seni kriya yang menggunakan bahan baku berupa
logam seperti besi, perunggu, emas, dan perak.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Logam Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
b.
Seni Kriya Ukir Kayu Seni kriya ukir kayu adalah seni kriya yang menggunakan bahan dari kayu
yang kemudian dikerjakan atau dibentuk dengan menggunakan tatah ukir. Adapun untuk jenis kayu yang biasa digunakan ialah seperti kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 5. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Ukir Kayu Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
c.
Seni Kriya Anyam Seni kriya anyam adalah seni kriya yang biasanya menggunakan bahan berupa
rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, eceng gondok dan lain-lain.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 6. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Anyam Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
d.
Seni Kriya Batik Seni kriya batik adalah seni membuat pola hias diatas selembar kain dengan
proses teknik tulis (canting) atau teknik cetak (printing). Menurut Syafei (1984: 13), jenis batik terdiri dari beberapa macam seperti batik tulis, batik cap, batik sablon, dan batik tekstil yang pembuatannya menggunakan mesin cetak tekstil.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 7. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Batik Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
e.
Seni Kriya Keramik Seni kriya keramik adalah seni kriya yang menggunakan bahan baku dari
tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa seperti dipijit, dipilin, slab, butsir, glatsir, dan pembakaran, sehingga menjadi keras dan menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah, serta tidak mudah hancur/rusak oleh air (Aminudin, 2007: 2).
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 8. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Keramik Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
f.
Seni Kriya Kulit Seni kriya kulit adalah seni kriya yang menggunakan bahan baku dari kulit
yang sudah dimasak, kulit mentah, atau pun kulit sintetis. Adapun bahan kulit yang pada umumnya digunakan untuk pembuatan benda-benda seni kerajinan kulit seperti tas, dompet, jaket dan sebagainya ialah berasal dari kulit hewan seperti lembu atau sapi, kerbau, buaya, ular, bahkan ada pula yang memanfaatkan kulit atau cangkang kerang menjadi benda-benda kerajinan yang indah dan menarik. Tak hanya itu, ternyata seni kriya atau kerajinan kulit ini dapat juga menggunakan bahan berupa kulit yang berasal dari hewan mollusca seperti kerang (cangkang kerang).
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 9. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Kulit Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
g.
Seni Kriya Limbah Sampah menjadi limbah yang tidak pernah berhenti diproduksi oleh manusia.
Sampah tersebut terdiri dari sampah organik yang dapat diproses secara alami, dan sampah anorganik yang tidak dapat dimusnahkan. Maka dari itu perlu adanya pemanfaatan sampah atau limbah anorganik yang memiliki potensi menjadi bahan yang kembali menjadi berguna, khususnya di lingkungan seni rupa dengan tujuan mencari alternatif media untuk dipergunakan kembali sebagai media karya seni rupa, sehingga menjadi sesuatu yang memiliki nilai kembali. (http://www.fsrd.itb.ac.id/?page_id=2308). Seni kriya limbah adalah suatu karya seni kriya yang menggunakan bahan baku berupa limbah atau sisa-sisa bahan lain yang sudah tidak berguna lagi namun
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masih dapat digunakan sebagai bahan pembuatan hasil karya seni kriya atau kerajinan. Misalnya saja seperti sisa-sisa kain perca, sedotan bekas, botol-botol plastik bekas dan lain-lain sebagainya yang masih dapat dimanfaatkan sebagai benda kerajinan.
Gambar 10. Aneka Hasil Karya Seni Kriya Limbah Sumber : http://mazgun.wordpress.com/2009/10/10/klasifikasi-karya-seni-rupa/
C.
Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Seni kriya kulit kerang merupakan seni kerajinan yang menggunakan bahan
baku berupa kulit atau cangkang kerang. Seni kerajinan ini juga merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah kulit kerang yang terbuang percuma begitu saja sehingga menjadi sesuatu benda yang berguna dan tentunya memiliki nilai seni dan juga nilai estetika atau keindahan.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Walaupun pada kenyataannya kulit tersebut bukanlah merupakan kulit asli yang menempel pada bagian tubuh kerang. Pengertian kulit disini adalah kulit luar yang keras, yang berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh kerang yang lunak. Karena sifatnya yang keras seperti halnya cangkang telur, maka kulit kerang tersebut juga biasa kita sebut dengan cangkang kerang. Pada umumnya kerajinan berbahan sisa kulit atau cangkang kerang ini menggunakan jenis cangkang dari kerang simping, seperti yang tampak pada contoh gambar berikut:
Gambar 11. Seni Kriya Kulit Kerang Sumber : (http://www.facebook.com/multi.dimensi.shellcraft#!/photo.php?fbid=1030986018820&set=a.103098 1898717.2005856.1350466118&type=3&theater)
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.
Pengertian Kerang Pengertian
kerang menurut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerang),
ialah
sebagai berikut : “Kerang merupakan salah satu jenis hewan air yang bertubuh lunak (mollusca). Dalam pengertian yang paling luas, kerang berarti semua mollusca dengan sepasang cangkang, dalam pengertian ini orang biasa menyebutnya dengan kerang-kerangan. Kata kerang juga dapat berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek. Kedalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan, seperti kerang darah dan kerang hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan tetapi menggeletak dipasir atau dasar perairan seperti lokan dan remis.” Kerang juga dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang bercangkang tebal, berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Dalam pengertian ini kerang hijau tidak termasuk didalamnya dan lebih tepat disebut kupang. Pengertian yang paling mendekati dalam Bahasa Inggris ialah cockle. Dalam pengertian yang paling sempit, yang dimaksud sebagai kerang adalah kerang darah (Anadara Granosa), sejenis kerang budidaya yang umum dijumpai di wilayah IndoPasifik dan banyak dijual di warung atau rumah makan yang menjual hasil laut. Karena kerang tergolong jenis hewan bertubuh lunak, maka untuk dapat melindungi tubuhnya tersebut ia memiliki kulit luar atau yang biasa disebut dengan cangkang kerang. Dimana cangkang tersebut juga banyak kita temui dengan bentuk, warna dan ukuran yang beragam sesuai dengan jenisnya. Kerang juga merupakan salah satu jenis hewan yang kulit luar atau cangkangnya sering digunakan sebagai material atau bahan untuk kerajinan.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 12. Kerang Darah atau Anadara Granosa Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerang)
Bentuk dari kerang yang paling sering ditemui pada benda-benda kerajinan saat ini ialah banyak diantaranya yang menggunakan material kerang non-budidaya. Jenis kerang non-budidaya inilah yang paling banyak digunakan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) khususnya yang bergerak pada bidang kerajinan. Berdasarkan beberapa referensi sejauh ini bahwa jenis kerang diketahui telah lebih dari 100.000 spesies yang berbeda-beda. Kerang ini merupakan jenis spesies yang sangat menarik dan juga merupakan salah satu jenis spesies terbesar yang ada dimuka bumi diantara spesies makhluk hidup lainnya. Klasifikasi modern ini pertama kali diperkenalkan oleh Baron Georges Cuvier dengan cara mengklasifikasikan dalam kelompok mollusca, yaitu semua golongan binatang yang bertubuh lunak, atau didunia lazim disebut dengan mollusk, yang diambil dari Bahasa Latin “mollis”.
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Secara kimiawi, kulit kerang banyak mengandung chillin yang dapat diproses menjadi chitosan. Yaitu sebuah gugusan
polyglukosamina
yang memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi atau menumpuk logam berat termasuk chromium (Cr). Pada tahun 1923, seorang bernama Ordier telah menemukan sejenis senyawa yang terdapat pada hewan dan tumbuhan. Senyawa tersebut adalah konstituen organik yang penting pada kerangka hewan golongan Arthropoda, Anelida, Molluscha, Coelenterata, Nematoda, serta beberapa kelas serangga dan juga jamur. (Junaidi, 2008: i).
2.
Ciri Umum Kerang Adapun
yang
menjadi
ciri-ciri
umum
dari
kerang
menurut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerang), ialah dimana semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang, disebut juga dengan cangkok atau katup, berbentuk simetri cermin yang terhubung dengan ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang mengatur buka tutupnya cangkang. Kerang tidak memiliki kepala, juga otak, dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan “kaki” berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan cara membuka tutup cangkang secara mengejut.” Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair, yang kaya akan nutrisi dan oksigen yang
Indah Syafrioktani Rizqina, 2012 Seni Kriya Limbah Kulit Kerang Di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu