BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.
Keterampilan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Karakteristik utama siswa sekolah dasar ialah mereka memiliki kekhasan dengan menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Secara umum, perbedaan individual tersebut dapat terlihat berdasarkan tahap perkembangan usianya. Periode usia sekolah dasar oleh Kurnia, Simon, Trihastuti, dan Wanei, disebut pula sebagai usia berkelompok, usia kreatif, dan usia bermain (2008: 1.20). Hal tersebut dikarenakan pada usia ini anak berusaha untuk diterima sebagai anggota kelompok, enang bermain dan meluas jangkauan bermainnya bersama teman-teman dalam kelompoknya, dan melakukan hal-hal yang kreatif. Siswa kelas V SD berada pada rentang usia antara 10-12 tahun. Charlotte Buhler mengungkapkan bahwa pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, 2009: 132). Piaget mengemukakan bahwa proses perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat fase perkembangan (Zulkifli, 2009: 21), yaitu: 1)
Fase Sensori Motor (0-2 Tahun) Pada fase ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada
7
8 objek-objek yang nyata. Pada fase ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut. 2)
Fase Praoperasional (2-7 Tahun) Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada fase ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan
benda-benda.
Keputusan
yang
diambil
hanya
berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang lewat. 3)
Fase Operasional Konkret (7-12 Tahun) Pada fase ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada fase ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.
4)
Fase Operasional Formal (12-15 Tahun) Anak mencapai fase perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada fase ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis. Selain itu, karakteristik siswa dari segi perkembangan bahasanya juga
terbagi mulai dari tahap pertama ialah pemahaman pada fonologi, pada tahap kedua memahami morfologi (mampu mengucapkan atau memahami lebih dari dua kata), pada tahap ketiga memahami sintaksis (aturan-aturan penulisan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diucapkan), pada tahap keempat memiliki pemahaman berkenaan dengan semantik yaitu anak mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepatnya. Ketika di usia SD mereka sudah terampil menggunakan
9 sintaksis untuk menyusun kalimat yang panjang dan kompleks. (Semiawan, 2000: 132-133) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V berada pada fase operasional konkret, mereka mulai mampu berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah. Mereka mampu menganalisa lebih logis meskipun masih terbatas pada objek konkret atau faktual. Karakteristik lainnya, mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar, senang menyelidik dan mengeksplorasi, serta memiliki pemahaman tentang sintaksis dalam berbahasa. Setiap
siswa
mengalami
perkembangan
baik
perkembangan
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik, di mana kecepatan perkembangan masing-masing siswa tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi atau perbedaan tingkat perkembangan dari beberapa aspek tersebut. Hal ini merupakan suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka berada pada usia yang sama. Guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan halhal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas V SD memiliki cara berpikir konkret, rasa ingin tahunya besar, dan mampu memahami sintaksis dalam berbahasa, sehingga strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) tepat digunakan untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas V SD karena sesuai dengan karakteristik perkembangan mereka. Kesesuaian tersebut ada karena dalam strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terdapat
10 kegiatan yang mengharuskan siswa memahami bacaan dengan berpikir logis dan sistematis, serta memancing rasa ingin tahu mereka melalui kegiatan membuat prediksi tentang topik cerita dengan menyusun kalimat-kalimat mereka sendiri.
b. Hakikat Keterampilan Membaca 1) Pengertian Keterampilan Membaca Kata
keterampilan
diartikan
sebagai
kecakapan
dalam
menyelesaikan tugas (Tim Redaksi KBBI, 2008). Menurut Soemarjadi, dkk., kata keterampilan sama artinya dengan kata cekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar (Kurniawan, 2014). Menurut Crawley & Mountain, membaca merupakan aktivitas menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. (Rahim, 2009: 2) Somadayo (2011: 4) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tulis. Pengertian ini sejalan dengan Muchlisoh, dkk. (1993: 119) yang menyatakan bahwa “Membaca yaitu proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi yang terkandung di dalamnya”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah kecakapan seseorang dalam melakukan kegiatan menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam katakata lisan untuk memahami arti atau isi yang terkandung dalam bahasa tulis dengan cepat dan benar.
2) Manfaat Keterampilan Membaca Membaca memiliki banyak manfaat diantaranya memperluas pengetahuan, bersenang-senang, menggali pesan-pesan tertulis dalam
11 bahan bacaan, memeroleh banyak informasi, serta dapat mengikuti laju perkembangan zaman (Somadayo, 2011: 1). Rahim menjelaskan manfaat yang diperoleh dari membaca yaitu memeroleh pengetahuan dan wawasan baru, termotivasi untuk belajar, meningkatkan kecerdasan, serta memeroleh banyak informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. (2009: 1) Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca
memberikan
berbagai
manfaat
bagi
pembacanya yaitu memeroleh banyak informasi yang dibutuhkan, menambah pengetahuan dan wawasan baru yang berguna, serta menyiapkan diri mengikuti perkembangan zaman.
3) Tujuan Keterampilan Membaca Keterampilan membaca dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya dapat membantu memecahkan masalah,
sebagai
suatu
keyakinan/kepercayaan
pelatihan,
pembaca,
dapat
memberi
memperkuat pengalaman
suatu estetis,
meningkatkan prestasi, serta memperluas pengetahuan. (Muchlisoh, dkk., 1993: 119) Lebih spesifik lagi di dalam pembelajaran, keterampilan membaca bertujuan untuk meningkatkan kelancaran bacaan dan memahami isi bacaan. (Somadayo, 2011) Dalam kurikulum KTSP, pembelajaran Bahasa Indonesia diantaranya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: a) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan,
b)
menggunakan
bahasa
Indonesia
untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, dan c) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Tim Penyusun Kurikulum
12 KTSP, 2015: 38). Keterampilan membaca salah satunya diperlukan sebagai upaya mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan membaca yaitu untuk memahami isi bacaan, menambah pengetahuan, memberi pengalaman estetis, dan untuk membantu memecahkan permasalahan.
4) Jenis-Jenis Keterampilan Membaca Menurut Broughton (Tarigan, 2008: 12), terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. Sedangkan untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat yaitu dengan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a) membaca ekstensif, yang mencakup: membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal; b) membaca intensif, yang dapat dibagi atas: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi yang mencakup: (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide. Sedangkan membaca telaah bahasa mencakup: (1) membaca bahasa, dan (2) membaca sastra. Dari jenis-jenis membaca di atas, membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang akan diteliti atau dijadikan fokus dalam penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di kelas V SD Negeri 2 Jlegiwinangun.
5) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Membaca Kegiatan membaca tidak timbul secara alami. Dalam perkembangannya keterampilan dalam kegiatan membaca dipengaruhi
13 oleh beberapa faktor. Faktor yang memengaruhinya yaitu faktor dalam (intern) pembaca, faktor ini berasal dari dalam diri pembaca antara lain: tuntutan kebutuhan pembaca dan persaingan antar sesama pembaca. Keterampilan dalam kegiatan membaca juga dipengaruhi oleh faktor luar (ekstern) pembaca, yaitu faktor yang berasal dari luar diri pembaca seperti tersedianya waktu yang dimiliki pembaca, ketersediaan sarana/fasilitas yang diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan orang lain (orang tua/guru misalnya), atau motivasi berupa hadiah dan lain sebagainya. (Muchlisoh, dkk., 1993: 119) Faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan membaca seseorang berlaku juga pada siswa Sekolah Dasar, sehingga kemampuan membaca
siswa
satu
dengan
yang
lain
berbeda-beda.
Baik
kelancarannya, kecepatannya, pemahamannya, termasuk pula minat membacanya. Dalam hal ini, Directed Reading Thinking Activity (DRTA) sebagai strategi untuk membantu menciptakan suasana dan lingkungan belajar sebagai salah satu faktor ekstern yang mampu meningkatkan keterampilan membaca pada siswa.
c. Membaca Pemahaman 1) Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca permulaan yaitu membaca secara kognitif untuk memahami isi bacaan (Dalman, 2013: 87). Smith (Somadayo, 2011: 9) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu aktivitas yang dilakukan pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama sehingga mendapat pengetahuan baru. Somadayo menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca dan dihubungkan dengan isi bacaan (2011: 10).
14 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu aktivitas membaca secara kognitif yang menghubungkan pengetahuan yang dimiliki pembaca dengan informasi dalam bacaan untuk memahami isi bacaan.
2) Tujuan Membaca Pemahaman Tujuan membaca pemahaman menurut Somadayo yaitu memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh yang ditunjukkan dengan kemampuan: menangkap arti kata dan ungkapan; menangkap makna tersurat dan tersirat; dan kemampuan membuat simpulan. (2011: 11) Menurut
Anderson
(Somadayo,
2011:
12)
membaca
pemahaman memiliki tujuan antara lain: memeroleh rincian dan fakta; mendapatkan ide pokok; mendapatkan urutan organisasi teks; mendapatkan kesimpulan; mendapatkan klasifikasi; dan membuat perbandingan atau pertentangan. Tarigan (Somadayo, 2011: 12) menyebutkan tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk menjawab pertanyaan pembaca berkaitan dengan teks seperti; mengapa hal itu merupakan judul/topik; masalah apa saja yang dikupas; dan hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh tokoh. Berdasarkan tujuan-tujuan membaca pemahaman yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca pemahaman yaitu memahami isi bacaan secara menyeluruh hingga memeroleh pesan atau makna dari bacaan tersebut baik berupa informasi, pengetahuan, fakta, ide pokok, atau ungkapan perasan senang atau sedih. Adapun tujuan membaca pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk menemukan informasi dan fakta berdasarkan bahan bacaan serta membuat kesimpulan isi cerita atau bacaan sesuai dengan ide pokok yang terdapat dalam cerita atau bacaan.
15 3) Prinsip – prinsip Membaca Pemahaman Brown (Somadayo, 2011: 16) menyatakan bahwa prinsip utama pembaca yang baik ialah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca, memiliki tujuan yang jelas, serta menggunakan strategi pemahaman. Strategi tersebut mencakup tinjauan, membuat pertanyaan
sendiri,
membuat
hubungan,
memvisualisasikan,
mengetahui bagaimana kata-kata membentuk makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi. Menurut Anderson (Somadayo, 2011: 17), pembaca yang baik bisa mengintegrasikan informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya tentang topik. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip membaca pemahaman yang baik yaitu pembaca harus berperan aktif selama proses membaca dengan mengintegrasikan informasi dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki dan mengetahui tujuan ia membaca.
4) Tingkatan Membaca Pemahaman Berdasarkan
tingkat
pemahaman,
Dalman
(2013:
87)
mengelompokkan kemampuan membaca pemahaman menjadi empat tingkatan
yaitu
pemahaman
literal,
pemahaman
interpretatif,
pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. a) Pemahaman literal, yang artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan. b) Pemahaman interpretatif, yang artinya pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. c) Pemahaman kritis, yang artinya pembaca tidak hanya mampu menangkap tersirat dan tersurat tetapi juga mampu menganalisis dan membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan.
16 d) Pemahaman kreatif, yang artinya pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan. Berdasarkan tingkatan membaca pemahaman yang telah dibahas, kemampuan membuat sintesis atau menyimpulkan dalam pemahaman
kritis
merupakan
kemampuan
dalam
membaca
pemahaman yang akan ditingkatkan dalam penelitian tindakan kelas di kelas V SD N 2 Jlegiwinangun.
d. Keterampilan Membaca Pemahaman di Kelas V SD 1) Standar Kompetensi Keterampilan Membaca Pemahaman Kelas V SD Standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan
minimal
siswa
atau
siswa
yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahsa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Tim Penyusun KTSP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen (2007: 40) menguraikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas V semester 2 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester 2 Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar 7.3. Menyimpulkan 7.3.1 Menemukan pokokMembaca 7. Memahami teks isi cerita anak pokok isi cerita anak. dengan membaca dalam 7.3.2 Mengidentifikasi sekilas, membaca beberapa unsur-unsur cerita memindai, dan kalimat. anak. membaca cerita 7.3.3 Menjelaskan anak. peristiwa yang terjadi dalam cerita anak. 7.3.4 Menyimpulkan cerita anak dalam 4-6 kalimat. (Sumber: Tim Penyusun KTSP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen (2007: 40))
17 Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dsar di atas maka
peneliti
menggunakan
Standar
Kompetensi
membaca
(memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak) dengan Kompetensi Dasar menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Berdasarkan silabus di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jlegiwinangun tahun ajaran 2014/2015 pada salah satu aspek bahasa yaitu membaca. Peneliti mengambil Standar Kompetensi 7 yaitu: memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak dan Kompetensi Dasar 7.3 yaitu: menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Serta menggunakan indikator pembelajaran yaitu: a) menemukan pokok-pokok isi cerita anak, b) mengidentifikasi unsurunsur cerita anak, c) menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam cerita anak, dan d) menyimpulkan cerita anak dalam 4-6 kalimat.
2) Materi Membaca Pemahaman di Kelas V SD Materi yang akan dilaksanakan peneliti dalam penelitian ini adalah materi menemukan pokok-pokok isi cerita, mengidentifikasi unsur-unsur cerita, menjelaskan secara singkat peristiwa yang terjadi dalam cerita anak, dan menyimpulkan isi cerita anak ke dalam beberapa kalimat. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada siklus pertama, kedua, dan ketiga akan disampaikan materi yang sama yaitu pokok-pokok isi cerita, mengidentifikasi unsurunsur cerita, dan menjelaskan secara singkat peristiwa yang terjadi dalam cerita anak pada setiap pertemuan pertama dan materi menyimpulkan isi cerita anak pada setiap pertemuan kedua. Setiap pertemuannya akan menggunakan cerita-cerita yang berbeda atau berganti judul. Hal tersebut dikarenakan penekanan bukan untuk
18 menghafal materi akan tetapi lebih ditujukan pada pemahaman siswa dalam penerapannya ketika siswa membaca cerita anak. a) Menemukan pokok-pokok isi cerita Pokok-pokok isi cerita merupakan hal-hal penting atau inti dari cerita. Pokok-pokok isi cerita dapat ditemukan dengan bantuan 5W + 1H yang terdiri dari what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaan-pertanyaan
menggunakan
5W+1H
dapat
ditanyakan pada sebuah paragraf atau bacaan, misalnya menanyakan apa yang menjadi masalah dalam cerita, siapa tokohnya atau pelakunya, kapan terjadinya, dimana tempat terjadinya, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Keterangan-keterangan yang merupakan jawaban dari pertanyaan menggunakan 5W + 1H dapat membantu menemukan pokok-pokok isi cerita. (Rujiyanto & Sudibyo, 2007: 7) b) Mengidentifikasi unsur-unsur cerita Menurut Suyatno, Saraswati, Wibowo, Sawali, dan Sujimat, unsur-unsur yang membentuk cerita di antaranya adalah tokoh, latar, tema, dan amanat. Tokoh dalam sebuah cerita dapat didiperankan oleh orang, binatang, dan tumbuhan. Tokoh cerita memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya baik, jahat, pemalas, dan rajin. Hal tersebut menggambarkan bagaimana kenyataan dalam kehidupan yaitu ada orang yang baik hati, tetapi ada juga yang hati atau perbuatannya tidak baik. (2008: 102) Tokoh berkaitan erat dengan karakter. Karakter seorang tokoh juga disebut dengan istilah perwatakan atau penokohan. Menurut Nur’aini dan Indriyani (2008: 58), penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Ada beberapa karakter perwatakan tokoh sebagai berikut: (1) Protagonis
19 Tokoh protagonis adalah tokoh yang mengembangkan peranan utama pada ceita. Biasanya tokoh protagonis menjadi tokoh idaman dalam cerita. (2) Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai pesaing atau penentang tokoh utama pada cerita. Tokoh antagonis merupakan
seseorang
yang
bermusuhan
dengan
tokoh
protagonis. (3) Figuran Figuran adalah tokoh yang kehadirannya mendampingi tokoh utama. Selain tokoh, di dalam cerita juga terdapat latar. Latar adalah segala hal atau keterangan yang berhubungan dengan tempat, waktu, dan suasana yang ada dalam cerita (Budi, dkk., 2004: 79). Misalnya: (1) Latar tempat
: di Sulawesi, di danau, di ruang tamu, dan sebagainya.
(2) Latar waktu
: bulan Desember, tahun 2015, pada sore hari, pada tengah malam, pada musim penghujan, dan sebagainya.
(3) Latar suasana
: saat perang, saat pesta, hening, ramai, senang, sedih, dan sebagainya.
Unsur pembentuk cerita yang lain yaitu tema dan amanat. Tema merupakan dasar atau inti cerita. Tema dapat ditentukan dengan menyimpulkan seluruh peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita. Sedangkan amanat adalah pesan moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat biasanya berupa saran, anjuran, seruan, ata pesan-pesan moral. Amanat dibedakan menjadi dua, yaitu tersurat dan tersirat. Tersurat, artinya dapat dibaca secara langsung di dalam cerita. Tersirat, biasanya tersermin pada perilaku dan ucapan tokoh cerita. (Suyatno, dkk., 2008: 148).
20 Langkah-langkah untuk menentukan latar dan amanat cerita yaitu sebagai berikut: (a) membaca cerita dengan seksama, (b) mencatat kata-kata penting, dan (c) menemukan unsur-unsur latar dan amanat dalam cerita. Sedangkan langkah-langkah untuk mengidentifikasi tema dan penokohannya yaitu; (a) membaca cerita dengan sungguh-sungguh, (b) memperhatikan dan mengingat tokohtokoh dalam cerita, (c) mencatat hal-hal yang banyak dibicarakan, dan (d) menemukan tema dan penokohannya. (Nur’aini & Indriyani, 2008: 107). c) Menyimpulkan isi cerita Menyimpulkan berarti mengambil inti atau pokok-pokok cerita. Menyimpulkan isi cerita dapat dilakukan dengan langkahlangkah berikut. (1) Membaca secara cermat keseluruhan isi bacaan untuk mengetahui pokok-pokok isi cerita anak. (2) Cermati dan ulangilah bagian akhir dari cerita tersebut. Biasanya simpulan dari suatu cerita terdapat pada bagian akhir. (3) Rumuskan, lalu tulislah menjadi sebuah kesimpulan. Pada saat menuliskan kesimpulan, perlu memerhatikan penggunaan tanda baca. Penggunaan tanda baca titik (.), titik dua (:), dan tanda seru (!) di antaranya sebagai berikut. (1) Tanda titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat. (2) Tanda titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Tanda titik dua juga digunakan dalam teks drama untuk memisahkan nama pelaku dengan kalimat yang diucapkan. (3) Tanda seru (!) digunakan dalam kalimat pernyataan yang berupa seruan atau perintah. (Lestari & Suparyanto, 2010: 165) Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD merupakan kecakapan atau kemampuan siswa kelas V SD dalam melakukan aktivitas
21 membaca secara kognitif yang menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan informasi dalam bacaan hingga dapat memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan terkait isi bacaan/teks cerita (pokok-pokok isi cerita, unsur-unsur sebuah cerita, dan menyimpulkan isi cerita) secara cepat dan tepat. 2.
Penggunaan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) a. Pengertian Strategi Pembelajaran Joni mengartikan strategi adalah ilmu atau kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga strategi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kiat memanfaatkan sumber belajar yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Rahim, 2009: 36) Startegi pembelajaran dijelaskan pula sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. (Santosa, dkk, 2007: 1.15) Dijabarkan lagi oleh Sumantri dan Permana (2001: 36), bahwa strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Disebutkan pula bahwa strategi pembelajaran adalah suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dan guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan sebagai iklim kondusif dalam pembelajaran seperti disiplin, kreatif, dan inisiatif. Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah serangkaian rencana cermat tentang pengelolaan proses belajar mengajar melalui hubungan lingkungan dan kondisi belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. b. Pengertian Strategi DRTA
22 Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pertama kali dikembangkan oleh Russel G. Stauffer pada tahun 1969 . Al Odwan dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of the Directed Reading Thinking Activity through Cooperative Learning on English Secondary Stage Students’ Reading Comprehension in Jordan” mengemukakan bahwa, “Directed Reading Thinking Activity: A strategy that is intended to develop students’ ability to read critically and reflectively.” (2012: 139). Pendapat tersebut di atas diperjelas lagi bahwa strategi pembelajaran DRTA atau Directed Reading Thinking Activity merupakan strategi untuk mengembangkan kemampuan membaca secara komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Strategi DRTA adalah strategi pembelajaran membaca yang dilakukan dalam pembelajaran membaca khususnya membaca intensif dengan melatih siswa untuk berkonsentrasi dan “berpikir keras” guna memahami isi bacaan secara serius. (Khomariah, 2013: 5) Rahim (2009: 48), menjelaskan pada sisi teknisnya dengan menyatakan bahwa dalam strategi DRTA, siswa diminta untuk memberikan prediksi tentang apa yang akan terjadi dalam suatu teks, kemudian dalam membuat prediksi siswa menggunakan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya tentang topik. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa
strategi
DRTA
merupakan
strategi
untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca secara komprehensif melalui kegiatan
membaca dan berpikir langsung atau dengan penuh
konsentrasi dan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk dapat memberikan prediksi tentang topik dalam suatu teks yang dibacanya. c. Langkah-langkah Strategi DRTA
23 Rahim
(2009:
48)
memaparkan
langkah-langkah
dalam
menggunakan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca pemahaman yaitu: 1) Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul Pada tahap ini guru menuliskan judul teks bacaan yang akan dibaca oleh siswa di papan tulis. Setelah itu guru menyuruh siswa memprediksikan isi teks bacaan yang akan dibaca berdasarkan judul tersebut. 2) Membuat prediksi dari petunjuk gambar Langkah yang dilakukan guru pada tahap ini adalah memajang gambar dari teks bacaan yang akan dibaca oleh siswa. Setelah itu suruhlah siswa memprediksi apa kira-kira isi dari teks bacaan yang akan dibacanya nanti. 3) Membaca bahan bacaan atau teks Menyuruh siswa membaca teks bacaan yang dibagikan guru berdasarkan pilihannya terhadap gambar yang dipilih oleh siswa tersebut. 4) Menilai prediksi dan menyesuaikan prediksi Setelah membaca teks tersebut guru melakukan penilaian terhadap hasil prediksi siswa, dengan cara mengajukan pertanyaan siapakah diantara kamu yang prediksinya tadi sama dengan teks bacaan yang baru saja dibaca. 5) Ulangi kembali semua prosedur (1-4) hingga semua bagian pelajaran diatas telah tercakup. 6) Membuat ringkasan sesuai dengan versinya masing-masing. El-Koumy dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of the Directed Reading-Thinking Activity on EFL Students’ Referential and Inferential Comprehension” menyatakan bahwa DR-TA sebagai sebuah strategi membaca terdiri dari 6 langkah berikut: 1) Guru menuliskan judul bahan bacaan pada papan tulis dan meminta siswa membacanya, 2) Guru meminta siswa untuk membuat prediksi-prediksi tentang judul bacaan, 3) Guru menuliskan daftar prediksi pada papan tulis dan memancing diskusi,
24 4) Guru mengajak siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk melengkapi diskusi, 5) Guru meminta siswa untuk membaca bahan bacaan di dalam hati dan menerima atau menolak prediksi mereka sendiri, 6) Guru meminta siswa untuk merefleksi prediksi-prediksi mereka. (2006) Puspita, L. (2008: 3.26) membagi langkah-langkah strategi DRTA menjadi 3 yaitu kegiatan pembelajaran prabaca, saat baca, dan pascabaca. Pada kegiatan prabaca guru mengelompokkan siswa, memperkenalkan topik, menyampaikan tujuan membaca, menyampaikan langkah belajar berupa pemfokusan pada judul bacaan yang dihubungkan dengan petunjuk gambar kemudian meminta siswa memprediksi isi bacaan. Pada kegiatan saat baca, siswa bersama-sama dengan guru melakukan kegiatan membaca dalam hati. Pada kegiatan pascabaca siswa menguji/merevisi prediksi awal, diskusi, dan menjawab pertanyaan secara individu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan langkah-langkah menggunakan strategi DRTA menjadi: 1) Memprediksi cerita berdasarkan petunjuk judul; 2) Pembentukan kelompok; 3) Memprediksi cerita berdasarkan petunjuk gambar; 4) Kegiatan membaca bahan bacaan; 5) Penilaian ketepatan prediksi; 6) Presentasi hasil prediksi kelompok; 7) Kesimpulan. d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi DRTA Disebutkan oleh Tolibin, terdapat beberapa kelebihan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) yaitu: 1) strategi DRTA ini berisi banyak jenis-jenis strategi membaca sehingga guru dapat menggunakan dan dapat memperhatikan perbedaan yang ada pada siswa, 2) strategi DRTA merupakan suatu aktivitas pemahaman yang meramalkan cerita hingga dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang sudah dibacanya,
25 3) strategi DRTA dapat menarik minat siswa untuk belajar, karena dalam strategi DRTA menggunakan berbagai metode yang tidak hanya melayani siswa secara audio-visual, tetapi juga kinestesis, 4) strategi DRTA menunjukkan cara belajar yang bermakna bagi siswa, sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan untuk hidup selanjutnya, 5) strategi DRTA dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran baik isi maupun prosedur mengajar. Selain memiliki banyak kelebihan, strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) juga memiliki kekurangan yaitu: 1) strategi DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien, 2) strategi DRTA mengharuskan penyediaan buku bacaan dan seringkali di luar kemampuan sekolah dan siswa, 3) melalui pemahaman membaca langsung, informasi tidak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya jika memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru. (2014: 41) Berbagai kelebihan dari strategi DRTA dapat menjadi kekuatan untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik namun adanya kekurangan bukan menjadi hal yang buruk dalam pembelajaran. Kekurangan dapat ditanggulangi dengan solusi-solusi yang baik, misalnya dengan dukungan dari sekolah untuk senantiasa meningkatkan penyediaan buku bacaan serta waktu dan usaha keras guru untuk melakukan banyak latihan bersama siswanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi DRTA merupakan strategi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca secara komprehensif melalui kegiatan membaca dan berpikir langsung atau dengan penuh konsentrasi dan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk dapat memberikan prediksi tentang topik dalam suatu teks yang dibacanya yang penggunaannya dengan langkah-langkah memprediksi cerita berdasarkan petunjuk judul, pembentukan kelompok, memprediksi cerita
26 berdasarkan petunjuk gambar, kegiatan membaca bahan bacaan, penilaian ketepatan prediksi, presentasi hasil prediksi kelompok, serta kesimpulan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti untuk menghindari adanya duplikasi penelitian. Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Muhammad Yusuf Kurniawan (2014) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)”. Penelitian yang dilakukan Muhammad Yusuf Kurniawan ini menyimpulkan bahwa strategi DRTA dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 03 Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu rata-rata nilai keterampilan membaca pemahaman pada pra-siklus sebesar 65,76 meningkat menjadi 83,71 pada siklus II, serta peningkatan persentase ketuntasan dari 25,71% menjadi 88,57%. Dalam penelitian ini terdapat persamaan variabel x dengan penelitian yang diajukan yaitu strategi DRTA dan persamaan variabel y yang meneliti tentang membaca pemahaman. Apabila diperhatikan lebih lanjut, ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti yaitu terletak pada subjek penelitian yaitu penelitian yang akan diteliti berada di SD Negeri 2 Jlegiwinangun, Kutowinangun, Kebumen sedangkan pada penelitian Kurniawan berada di Karanganyar. Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Rustyaningsih, dkk. (2013), dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi KWL pada Siswa Kelas V”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi KWL yaitu diperolehnya hasil aktivitas siswa meningkat dari 20,94 menjadi 34,02, keterampilan guru dari 2,2 menjadi 3,8, serta persentase ketuntasan klasikal pembelajaran membaca intensif dari 64,86% menjadi 97,30%. Penelitian yang kedua mempunyai persamaan pada variabel y yaitu keterampilan membaca. Perbedaannya terletak pada variabel x, pada penelitian Rustyaningsih, dkk., menggunakan strategi membaca KWL (Know - Want to Learned) sedangkan pada
27 penelitian yang akan diteliti menggunakan strategi DRTA. Perbedaan lain juga terletak pada subjek penelitian yaitu penelitian yang akan diteliti terletak di SD Negeri 2 Jlegiwinangun. Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh El-Koumy (2006) dengan judul “The Effects of the Directed Reading-Thinking Activity on EFL Students’ Referential and Inferential Comprehension”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi DRTA efektif dalam keterampilan pemahaman referensial dan inferensial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terdapat pada penggunaan strateginya yaitu strategi Direct Reading Thinking Activitiy sedangkan variabel y nya hampir sama tentang keterampilan pemahaman akan tetapi pada penelitian El-Koumy spesifik pada pemahaman referensial dan inferensial Bahasa Inggris. Penelitian relevan yang keempat dilakukan oleh Al Odwan (2012) yang berjudul “The Effect of the Directed Reading Thinking Activity through Cooperative Learning on English Secondary Stage Students’ Reading Comprehension in Jordan”. Dalam penelitiannya Al Odwan menyatakan bahwa menggunakan DRTA melalui pembelajaran kooperatif meningkatkan pemahaman membaca siswa karena aktivitas ini kaya akan tugas komunikasi dan menyediakan konsep, ide, saran, dan gaya berpikir baru. Persamaan dan perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu menggunakan strategi DRTA akan tetapi dilengkapi dengan pembelajaran kooperatif, dan pada variabel y nya membaca pemahaman pada Bahasa Inggris.
C. Kerangka Berpikir Pada umumnya karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar yaitu berpikir konkret dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka juga cenderung menyukai hal-hal yang menyenangkan dan selalu aktif berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa, dengan harapan konsepkonsep yang telah tertanam tidak mudah dilupakan.
28 Kegiatan membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, banyak siswa yang sulit mencapai tujuan membaca yaitu memahami isi bacaan. Kesulitan ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya karena pengajaran dari guru yang masih konvensional sehingga belum cukup efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa mudah merasa jenuh dalam melakukan aktivitas membaca, akibatnya hasil pemahaman terhadap bacaannya pun belum optimal. Dalam hal ini, guru sebagai pengendali kelas atau lingkungan belajar siswa memiliki peran yang cukup penting untuk dapat mengubah lingkungan belajar siswa menjadi kondusif dan efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam penyampaian materi membaca, dalam hal ini membaca pemahaman adalah dengan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan strategi pembelajaran yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) siswa akan berpikir kritis karena siswa membuat berbagai prediksi sebelum dan selama membaca. Adanya prediksi menjadikan siswa secara otomatis mempertanyakan pertanyaan mereka sendiri yang merupakan bagian dari proses pemahaman suatu teks. Rasa keingintahuan siswa terhadap kebenaran jawaban membuat siswa lebih cermat membaca teks sehingga menjadikan kegiatan membaca menjadi lebih bermakna. Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas dari guru serta dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Hal ini menjadikan pembelajaran membaca pemahaman tidak lagi menjenuhkan. Siswa akan antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar hingga selesai dan akhirnya tujuan belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dapat meningkatkan keterampilan
29 membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jlegiwinangun tahun ajaran 2014/2015. Bagan kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Guru masih mengajar dengan cara konvensioal, belum menggunakan strategi DRTA.
Guru menerapkan strategi DRTA pada siswa kelas V SDN 2 Jlegiwinangun.
Kondisi Akhir
Suasana belajar membosankan, siswa mudah jenuh, hasil membaca pemahaman belum optimal.
• Merangsang rasa ingin tahu siswa. • Memudahkan siswa menyelesaikan tugas dari guru. • Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. • Siswa lebih mudah paham, semangat, dan aktif untuk belajar.
Keterampilan membaca pemahaman dapat meningkat.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, kajian teori, penelitian yang relevan, serta kerangka berpikir, maka peneliti menentukan hipotesis tindakan yaitu jika penggunaan strategi Directed Reading Thinking
30 Activity (DRTA) dilaksanakan sesuai langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jlegiwinangun Tahun Ajaran 2014/2015.