BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani a.
Sarana Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 999) menyatakan bahwa sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Soepartono (2000: 6) mengemukakan bahwa Sarana olahraga adalah “terjemahan dari “facilities” yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani”. Soepartono (2000: 6) mengemukakan bahwa Sarana olahraga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu peralatan dan perlengkapan. Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, misalnya; peti lincat, palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda dan lain-lain. Perlengkapan (device), yaitu Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain atau sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya; bola, raket, pemukul dan lain-lain. Agus S. S (2004: 4) menyatakan bahwa sarana penjas atau alat pendidikan jasmani adalah “segala sesuatu yang diperlukan dalam
8
pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindahkan bahkan dibawa oleh pelakunya atau siswa. Antaralain adalah bola, raket, pemukul, tongkat, balok, raket tenis meja, gada, shuttle cock. Sarana atau alat sangat penting dalam memberikan motivasi peserta didik untuk selalu bergerak aktif, sehingga tujuan aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan. Sarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan bersifat mudah dipinda-pindahkan. b.
Prasarana Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 893) menyatakan bahwa Prasarana pendidikan jasmani adalah suatu yang diperlukan dalam pendidikan jasmani, yang bersifat semipermanen (perkakas) dan dapat dipindah-pindahkan maupun yang bersifat permanen (fasilitas) yang tidak dapat dipindahkan. Soepartono (2000: 5) mengemukakan bahwa prasarana berarti “segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan).” Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan.
9
Agus S. S (2004: 4) menyatakan bahwa Prasarana atau perkakas adalah “segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dapat dipindahkan (bisa semi permanen) tetapi berat dan sulit. Antaralain adalah matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis meja, trampolin. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak, kecuali kalau memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu bongkar pasang. Depdiknas
(2001:
28)
menyatakan
bahwa
prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang mendukung keterlaksanaan kegiatan pendidikan seperti gedung dan benda yang tidak dapat dipindahkan lainya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prasarana dalam pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang sifatnya bisa semi permanen ataupun permanen. Prasarana yang sifatnya semi permanen disebut perkakas sedangkan prasarana yang sifatnya permanen disebut fasilitas. 2. Tujuan Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Jasmani Agus S. S (2004: 4-5) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan jasmani bertujuan untuk: a) “Memotivasi siswa dalam pembelajaran.” Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat lebih memotifasi siswa dalam bersikap, berpikir, dan melakukan aktifitas jasmani atau fisik.
10
b) “Memudahkan gerakan.” Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang memadai, maka akan memperlancar siswa dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani. c) “Menjadi tolak ukur keberhasilan.” Maksudnya siswa dalam dengan adanya sarana prasarana akan mudah untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Misalnya alat ukur dalam lompat tinggi, stop watch. d) “Menarik perhatian siswa.” Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani maka akan menarik perhatian siswa untuk melakukan aktivitas olahraga dengan menggunakan alat. Sarana dan prasarana pendidikan jasmani mestinya tersedia di sekolah guna pembelajaran pendidikan jasmani. Keberadaan sarana dan prasarana sangat mempengaruhi cepat lambatnya siswa menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran pendidikan jasmani kurang maksimal bila tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, mengingat hampir cabang olahraga dan pendidikan jasmani memerlukan sarana dan prasarana yang beraneka ragam. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang salah satu ayatnya menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial emosional dan kejiwaan peserta didik. Ketentuan sarana dan prasarana diatur dalam peraturan menteri. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1) ruang kelas; 2) ruang perpustakaan; 3) Laboratorium IPA; 4) ruang pimpinan; 5) ruang guru; 6) tempat beribadah;
11
7) ruang UKS; 8) jamban; 9) gudang; 10) ruang sirkulasi; 11) tempat bermain/berolahraga Standar sarana dan prasarana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 42 ayat 2 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Depdiknas (2001: 20) yang menyatakan bahwa lahan/luas tanah yang diperlukan untuk mendirikan sekolah harus memenuhi kebutuhan antara lain ruang belajar, ruang perpustakaan, tempat bermain/ fasilitas olahraga, tempat upacara. Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa jenis, rasio dan diskripsi sarana tempat bermain/ berolahraga yaitu :
12
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Prasarana pendidikan jasmani N Jenis Rasio Diskripsi o 1 1. Minimum 3 meter persegi per peserta 1 Tempat didik bermain/Olah 2. Terdapat tempat bermain ukuran 20 X 15 raga meter permukaan datar memiliki drainase baik dan tidak terdapat pohon, saluran air atau benda lain yang mengganggu 3. Tempat bermain terletak ditempat yang tidak mengganggu pembelajaran dikelas. 4. Tempat bermain tidak digunakan untuk tempat parkir Sarana pendidikan jasmani No Jenis Rasio Diskripsi 1 Peralatan 1 set Minimum 6 bola bola voli 2 Peralatan 1 set Minimum 6 bola Sepak bola 3 Peralatan 1 set Minimum senam 1. Matras 2. Peti loncat 3. Tali loncat 4. Simpai 5. Bola plastic 6. tongkat 4 Peralatan 1 set Minimum atletik 1. Lembing 2. Cakram 3. Peluru 4. Tongkat estafet 5. Bak loncat
Depdikbud (1993: 20) yang menyatakan bahwa prasarana dan sarana ekstrakurikuler dan muatan lokal. Dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler diusahakan agar mengadakan sarana dan prasarana olahraga sesuai dengan kebutuhan.
13
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah merupakan hal yang vital, karena tanpa ada sarana dan prasarana menjadikan pembelajaran tidak berjalan dengan efektif dan efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran itu dapat tercapai, seperti pendapat di bawah ini: Agus S. S (2004: 1) mengemukakan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Namun diantara unsur-unsur di atas ada unsur yang sangat berperan dalam pembelajaran pendidikan jasmani,sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur penunjang keberhasilan pendidikan jasmani dan merupakan unsur yang paling menjadi masalah di mana-mana, khususnya di Indonesia. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sarana adalah alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran untuk kelancaran dan membantu pencapaian tujuan pendidikan jasmani dalam waktu yang pendek, dapat dipindah-pindahkan, harga lebih murah dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Sedangkan prasarana adalah segala jenis bangunan atau tempat yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani juga untuk aktivitas olahraga yang tidak dapat dipindah-pindahkan, pemakaian bisa dalam jangka waktu yang lama.
14
3. Prasyarat Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Jasmani Agus S. S (2004: 4-5) mengemukakan bahwa syarat sarana dan prasarana pendidikan jasmani adalah : a) ”Aman” unsur keamanan merupakan unsur paling pokok dalam pembelajaran pendidikan jasmani artinya keamanan dalam pembelajaran pendidikan merupakan prioritas utama sebelum unsur yang lain. b) ”Mudah dan murah” maksudnya adalah sarana dan prasarana tersebut mudah didapat/disiapkan/diadakan, dan jika membeli tidaklah mahal harganya, namun juga tidak mudah rusak. c) ”Menarik” artinya siswa senang dalam menggunakannya, bukan sebaliknya. d) ”Memacu untuk bergerak” dengan adanya sarana dan prasarana maka siswa akan lebih terpacu untuk bergerak karena menimbulkan tantangan bagi siswa. e) ”Sesuai dengan kebutuhan” dalam menyediakan sarana dan prasarana hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau penggunanya. f) ”Sesuai dengan tujuan” maksudnya jika sarana dan prasarana tersebut akan digunakan untuk mengukur kekuatan, maka harus sesuai dengan tujuan kekuatan tersebut yaitu mesti berkaitan dengan berat. g) ”Tidak mudah rusak” artinya jangan sampai sarana dan prasarana pendidikan hanya dapat digunakan dalam satu kali atau dua kali pakai saja. h) ”Sesuai dengan Lingkungan” maksudnya jangan sampai mengadakan sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang tidak cocok untuk situasi sekolah yang akan menggunakanya. Dari pendapat diatas maka hendaknya dalam pendidikan jasmani perlu adanya perencanaan sebelum melakukan pengadaan barang agar nantinya sarana dan prasarana yang ada dapat digunakan secara maksimal. Perencanaan teresbut dilaksanakan dengan cara memilih sarana dan prasarana yang aman, mudah, murah, menarik, memacu untuk gerak, sesuai kebutuhan, sesuai tujuan, tidak mudah rusak, sesuai lingkungan.
15
4. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Depdkbud (1995: 28-29) menyatakan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan mencakup kegiatan perencanaan kebutuhan barang, pengadaan barang, pemeliharaan barang, penghapusan barang. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Darah yang menyatakan bahwa pengelola barang wajib
melakukan pengamanan barang milik
daerah yang meliputi : a) Pengamanan administrasi antara lain pembukuan, inventarisasi, pelaporan, dan penyimpanan dokumen; b) Pengamanan fisik untuk mencegah penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang, hilangnya barang; c) Pengamanan fisik tanh dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan; d) Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan. Depdiknas
(2001:
29)
yang
menyatakan
bahwa
dalam
merencanakan kebutuhan sarana yang perlu dilakukan antaralain : menetapkan
kebutuhan
sarana
sesuai
dengan
kurikulum
dengan
memperhatikan jumlah siswa, memilih alat yang bias dibeli maupun yang dapat dikembangkan sendiri, pengadaan berdasarkan pada prioritas, catat dengan tertib dan menentukan penanggung jawabnya. Depdiknas (2001: 28) yang menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam merencanakan prasarana pendidikan antaralain : menetapkan kebutuhan sesuai prioritas, memasukan dalam RAPBS serta mencatat prasarana secara tertib dan akurat.
16
Depdikbud (1995: 28) yang menyatakan bahwa untuk merencanakan kebutuhan barang di sekolah dasar perlu diketahui beberapa hal diantaranya adalah : a) Pengisian kebutuhan barang sesuai perkembangan sekolah; b) Adanya barang yang rusak, dihapuskan, hilang dapat dipertanggungjawabkan; c) Adanya penyedia barang berdasarkan jatah; d) Menentukan persediaan barang pada tahun yanga akan datang. Depdikbud (1994: 28) yang menyatakan bahwa pengadaan barang di lakukan dengan cara : Pembelian sesuai dengan ketentuan yang berlaku, membuat sendiri (diproduksi oleh sekolah), penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain, penyewaan barang berdasarkan perjanjian sewa menyewa, pinjaman berdasarkan pada perjanjian pinjam meminjam, pemanfaatan barang yang tidak terpakai menjadi barang yang bermanfaat. Depdikbud (1998: 14) yang menyatakan bahwa apabila alat tidak tersedia disekolah maka guru harus memikirkan alat lain yang sesuai dan mudah dibuat dengan memanfatkan bahan-bahan yang mudah dibuat di daerah masing-masing, dan dapat melibatkan peserta didik melalui kegiatan kelompok maupun perorangan. Depdikbud (1997: 139) yang menyatakan bahwa penggunaan sarana dan prasarana dapat ditinjau : a) Fungsi utamanya yaitu penggunaan dengan tujuan pokok pengadaan; b) Fungsi tambahan yaitu penggunaan fungsi utama tetapi masih layak pakai; c) Daya guna dapat diketahui dari frekuensi dan lama pemakaian; d) Tepat guna dapat dinilai dari hasil kerja yang dilihat, dirasakan, atau diperoleh dari pemakaian. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di sekolah mutlak dilakukan oleh sekolah. Solusi pendanaan bisa dilakukan dengan kerja-sama dan hubungan yang baik antara sekolah dengan
17
pemerintah maupun masyarakat seperti yang telah di amanatkan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 tentang sistem pendidikan nasional yang salah satu pasalnya menyebutkan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Depdikbud (1997: 140) yang mengemukakan bahwa perawatan adalah kegiatan terus menerus untuk menjaga kondisi dan keutuhan sarana dan prasarana. Dalam merawat yang perlu diperhatikan adalah melihat jenis barang dan tempat penyimpanan. Depdikbud (1994: 28) yang menyatakan bahwa
pemeliharaan
adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan dan pengaturanagar semua barang selalu dalam kondisi baik, siap pakai agar berdaya guna dan berhasi guna. Pelaksanaan pemeliharaan terbagi dua macam yaitu perawatan berat untuk mencegah kerusakan berat dan perawatan ringan menanggulangi kerusakan ringan. Berdasarkan pendapat di atas hendaknya dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di sekolah harus melakukan pengelolaan secara tertib, tercatat, teratur, terencana serta lebih kreatif. Apabila pengelolaan dilakukan dengan baik maka pembelajaran jasmani akan dapat dilakukan secara lancar sesuai tujuan dan tepat sasaran.
18
5. Hakikat Pendidikan Jasmani dan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Rusli Lutan (2002: 15) yang menyatakan bahwa Pendidikan jasmani merupakan proses belajar bergerak dan belajar melalui gerak. Maksudnya selain belajar melalui gerak peserta didik juga diajar untuk bergerak, dengan pengalaman melalui gerak dan bergerak inilah akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya. Abdulkadir A (1992: 4) yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat
oleh
gangguan
kesehatan
dan
pertumbuhan
badan.
Pendidikan jasmani juga merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Agus S. S (2004: 9) mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran
jasmani,
mengembangkan
ketrampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan merupakan bagian itegral
dari
pendidikan
mengembangkan
aspek
secara
keseluruhan,
kebugaran
jasmani,
bertujuan
untuk
ketrampilan
gerak,
ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas
19
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP, 2009: 1). Jadi peran pendidikan jasmani meliputi berbagai usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani seseorang. BSNP, (2009: 1) menyatakan bahwa Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis,
ketrampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Adanya pendidikan jasmani bagi siswa akan memberikan, siswa kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Dari hal itu dapat dinyatakan bahwa pendidikan jasmani mempunyai daya tarik tersendiri bagi siswa. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang terkait jasmani, lewat pembelajaran jasmani dan bermuara pada jasmani pula, selain itu aspek intelektual dan emosioanal menunjukkan bahwa unsur rohani juga mendapat bagian yang seimbang. Tolak ukur
20
keberhasilanya terlihat dengan kemajuan sikap, tingkat kesegaran jasmani serta kualitas fisik atau dapat diukur melalui prestasi yang dicapai oleh siswa. b. Tujuan Pendidikan Jasmani Rusli Lutan (2002: 18) menyatakan bahwa tujuan ideal adalah bahwa program dan tujuan pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh bukan hanya aspek fisiknya saja, tetapi juga aspek lainya yaitu aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral. BNSP (2009: 2) yang mengemukakan
bahwa Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melelui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 6. Mengembangkan keteampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Abdulkadir A (1992: 8) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani ada beberapa macam : 1. Pendidikan jasmani memberikan bantuan kepada siswa untuk mengenal dunianya dengan kualitas-kualitasnya serta tempat dirinya didalamnya;
21
2. Meningkatkan kesenangan gerak, kepastian gerak dan kekayaan gerak; 3. Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani dan sosial serta kegairahan hidup; 4. Mensiagakan menghadapi tugas dan waktu senggang; 5. Membimbing kearah penguasaan kewajiban dengan matang sebagai pribadi yang kreatif bulat. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah pembelajaran jasmani dengan aktivitas jasmani sebagai objek pembelajaran, dapat memberi kesempatan yang lebih luas pada siswa untuk meningkatkan kesehatan, kesegaran jasmani, keterampilan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang olahraga, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, demokratis dan pada akhirnya mampu meningkatkan kulitas sumber daya menusia. c. Materi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD BSNP (2009: 2) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspekaspek sebagi berikut: 1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bolabasket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, beladiri, serta aktivitas lainnya. 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan dengan alat, ketangkasan tanpa alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan sema aerobic serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerakdi air, dan renang serta aktivitas lainnya.
22
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung. 7. Kesehatan, melalui penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khusunya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implicit masuk ke dalam semua aspek. 6. Diskripsi tentang Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah yang beralamat di SD N Pengkol, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo, DIY mempunyai visi dan misi. Visi Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah yaitu maju bersama dalam kebersamaan. Sedangkan misinya yaitu (1) Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam mencapai peningkatan mutu pendidikan. (2) Melaksanakan kegiatan pertemuan guru dan kepala sekolah
dalam
wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) yang berkelanjutan dan terprogram. (3) Membantu memecahkan masalah dan saling
meringankan beban antar sesama
sekolah anggota gugus. (4) Mengembangkan pola mekanisme pembinaan guru yang efektif dan efisien. (5) Mengembangkan hasil penataran / pelatihan sesama teman sejawat dalam meningkatkan mutu profesi guru. Tujuan Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah adalah difokuskan pada guru dan siswa. Adapun tujuannya adalah
23
memiliki guru yang berdedikasi tinggi terhadap tugas, memiliki guru yang inovatif dan kreatif, memiliki guru dan siswa yang berkualitas. Anggota Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah diantaranya adalah SD Negeri Pengkol, SD Negeri Mendiro, SD Negeri Sembungan, SD Negeri Gulurejo, SD Negeri Banarejo. SD Negeri Pengkol merupakan SD inti artinya segala kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan gugus dilaksanakan dan berpusat di SD ini. Sedangkan keempat SD lainya adalah SD imbas artinya segala kegiatan yang berkaitan dengan gugus didapatkan melalui SD inti. Untuk memperlancar program maupun kegiatan gugus maka dibentuklah kepengurusan. Ketua dipimpin oleh Ngatiyem, S.Pd. yang merupakan kepala sekolah SD Negeri Mendiro. Sekretaris dijabat oleh Sri Wiyanti, S.Pd. yang merupakan kepala Sekolah SD Negeri Banarejo. Bendahara dijabat oleh Murningsih, S.Pd yang merupakan kepala sekolah SD Negeri Pengkol.
Sedangkan Struktur Organisasi Gugus V UPTD
PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah dapat digambarkan sebagai berikut:
24
PEMBINA / ADMINISTRATIF KA UPTD PAUD DAN DIKDAS KECAMATAN LENDAH PEMBINA TEKNIS PENGAWAS TK / SD KETUA GUGUS SEKOLAH II
MASYARAKAT ORTU MURID KOMITE SEKOLAH KOORDINASI KOMITE DAN GUGUS
PKG
SEKRETARIS
BENDAHARA
KELOMPOK TEKNIS TUTOR INTI GURU PEMANDU
KKG KL I
KKPS
KKG KL II
KKG KL II
KKG KL IV
KKKS
KKG KL V
KKG KL VI
MATA PELAJARAN
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi KKG Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul “ Identifikasi Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani SD/MI di Gugus IV Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta” oleh Jawalludin tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan sarana dan prasarana
25
pendidikan jasmani SD/MI di gugus IV Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SD/MI yang berada di gugus IV Kecamatan Panjatan berjumlah 8 sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara observasi menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis diskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SD/MI gugus IV Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta masih ditemui sebagian sarana dan prasarana yang rusak. Namun sebagian besar sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SD/MI gugus IV Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kondisi baik. 2. Suharti tahun 2010 dalam penelitian yang berjudul ” Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD Gugus II tahun pelajaran 2009/2010 Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan SD gugus II Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dengan instrumen lembar observasi Penelitian ini adalah penelitian populasi yaitu semua SD Gugus II Tahun Pelajaran 2009/2010 di Kecamatan Sentolo Kabupaten
26
Kulonprogo. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif. Hasil penelitian secara komulatif
sarana dan prasarana
pendidikan jasmani olahraga dan Kesehatan telah cukup memenuhi kebutuhan proses pembelajaran sekolah masing-masing sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan Kesehatan yang diteliti. Menunjukakan bahwa sebagian besar sarana dan prasarana tersedia. Status kepemilikan sarana dan prasarana pada lima sekolah tersebut sebagian besar milik sendiri. Kondisi sarana dan prasarana yang ada sebagian besar dalam kondisi baik atau dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran. 3. Dwi Wuryani tahun 2010 dalam penelitian yang berjudul “Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD Gugus I Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo tahun pelajaran 2009/2010”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kondisi dan status kepemilikan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD Se-Gugus I Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo tahun pelajaran 2009/2010. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif dengan metode survei, dengan tekinik pengumpulan data dengan lembar observasi. Penelitian ini adalah penelitian populasiyaitu semua SD Negeri dan Swasta Se-Gugus II Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Tahun Pelajaran 2009/2010. Teknik analisis data dengan analisis diskriptif. Hasil penelitian menunjukan secara komulatif jumlah sarana dan prasarana pendidikan
27
jasmani olahraga dan Kesehatan telah dimiliki atau digunakan oleh sekolah. Jumlah sarana dan prasarana dari 67 macam sarana dan prasarana yang diteliti: SD Negeri Sentolo 2 Sebanyak 137 buah (50,75%), dan 49,25% tidak ada, SD Negeri Sentolo 3 Sebanyak 118 buah (47,76%), dan 52,24% tidak ada. SD Negeri Jlaban Sebanyak 477 buah (85,07%), dan 14,93%
tidak ada, SD Negeri Banguncipto
Sebanyak 167 buah (61,19%), dan 38,81% tidak ada, SD Negeri Ploso Sebanyak
80
buah
(41,79%),
dan
58,21%
tidak
ada,
SD
Muhammadiyah Bantar Sebanyak 151 buah (65,67%), dan 3% t4,33 tidak ada. Status Kepemilikan seluruh sarana dan prasarana yang dipergunakan pembelajaran pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan berstatus milik sendiri (MS) sebanyak 1097 buah (97,08%) Status meminjam (M) sebanyak 32 buah (2,83%), berstatus menyewa sebanyak 1 buah (0,09%).
Kondisi sarana dan prasarana sebanyak 908 buah
(80,35%) dalam kondisi baik, sedangkan jumlah sarana dan prasarana dalam keadaan rusak sebanyak 222 buah (19,65%). C. Kerangka Berpikir Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah mengalami kesulitan dalam hal sarana dan prasarana pendidikan jasmani. Banyak dijumpai kekurangan disetiap SD. Kondisi ini membuat pembelajaran pendidikan jasmani kurang sesuai dengan kurikulum pendidikan. Siswa mengalami kesulitan dalam menerima materi pendidikan jasmani dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan jasmani.
28
Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya penelitian menyangkut keberadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SD Se-Gugus V UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Lendah. Penelitian dilakukan dengan mensurvei sarana dan prasarana pendidikan jasmani. Survei dilakukan dengan cara mengisi instrumen mengenai keberadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani. Hasil survei ini akan disampaikan ke SD yang bersangkutan. Berdasarkan cara di atas diharapkan data tersebut dapat digunakan sebagai masukan bagi SD yang besangkutan untuk mengadakan perbaikan. Sekolah hendaknya dapat memenuhi atau menutup kekurangan yang ada. Cara menutup kekurangan dapat dilakukan dengan pengadaan, memodifikasi sarana prasarana ataupun memilih sistem pembelajaran yang tepat. Guru dituntut lebih kreatif dan mampu merawat sarana dan prasarana yang ada dengan baik agar sarana dan prasarana yang ada tidak mudah rusak. Apabila hal tersebut dilakukan maka harapanya adalah pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan lancar sesuai kurikulum dan sesuai juga hasilnya.
29