BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN AHOK
2.1 Pengantar Bab ini membahas jenis tindak tutur yang digunakan Ahok saat berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan topik permasalahan APBD dengan DPRD DKI Jakarta. Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Searle (dalam Geoffrey Leech, 1993: 164—165) mengklasifikasikan tindakan ilokusi didasarkan pada berbagai kriteria yaitu sebagai berikut. (1) asertif (assertives): pada ilokusi ini terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni, mereka termasuk kategori bekerja sama. Tetapi ada beberapa perkecualian: misalnya membual biasanya dianggap tidak sopan. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional. (2) direktif (directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur; ilokusi ini, misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam kategori kompetitif karena itu mencakup juga kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang secara intrinsik memang sopan. (3)
16
17
komisif (commissives): pada ilokusi ini terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan menawarkan, berkaul. Jenis ilokusi ini cenderung berfungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur tapi pada kepentingan petutur. (4) ekspresif (expressives): fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat,
memberi
maaf,
mengecam,
memuji,
mengucapkan
belasungkawa. Sebagaimana juga dengan ilokusi komisif, ilokusi ekspresif cenderung menyenangkan, karena itu secara instrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi-ilokusi ekpresif seperti mengecam dan menuduh. (5) deklarasi (declarations): berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian an4ara isi proposisi dengan realitas, misalnya, mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat. Searle mengatakan bahwa tindakan-tindakan ini merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus.
2.2 Tindak Tutur Asertif Tindak tutur asertif, yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi
yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan
(suggesting), mengeluh (complaining), mengklaim (claiming), membual (boasting). Data yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur, maka tindak tutur
18
asertif yang digunakan Ahok selama bertutur sebanyak 27 tuturan, dan untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa kutipan data di bawah ini. Tuturan: Sayangnya anggota DPRD itu mengira ga ada Gubernur yang berani, berani melawan seluruh parpol, berani seluruh Indonesia, saya siap. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang dengan judul “Ahok bongkar triliunan dana siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas termasuk tindak tutur ilokusi asertif, karena pada tuturan di atas Ahok (penutur) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkannya sehingga dia harus bertanggung jawab atas tuturan tersebut, yaitu jika seluruh parpol dan seluruh Indonesia melakukan perlawanan terhadap seluruh kebijakan yang dibuat oleh penutur maka penutur harus siap untuk menghadapi mitra tutur tersebut yaitu melawan seluruh Indonesia dengan bukti tuturan “melawan seluruh Indonesia, saya siap”, dan tuturan di atas juga termasuk tuturan yang mengandung makna menyatakan (stating) pendapat penutur tentang mitra tutur atau penilaian penutur terhadap mitra tutur dengan bukti tuturan “DPRD itu mengira ga ada gubernur yang berani”. Tuturan tersebut mengandung maksud bahwa mitra tutur (DPRD) beranggapan tidak mungkin seorang gubernur (penutur) berani ribut melawan orang yang sama-sama memiliki jabatan penting di DKI Jakarta. Dengan adanya tuturan seperti ini, penutur menginginkan mitra tutur melakukan atau mengetahui sesuatu tentang penutur, yaitu penutur berani melawan mitra tutur walaupun kedua belah pihak memiliki kedudukan sama penting dalam pemerintahan, bahkan penutur
19
mengaitkan pihak ketiga (seluruh Indonesia) dalam mempertahankan kedudukan dan citra diri penutur. Berdasarkan konteks tuturan, penutur dan mitra tutur sama-sama memiliki status yang sama sehingga tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan yang dapat menjadi sebuah ancaman terhadap mitra tutur. Tuturan sejenis dapat dilihat di bawah ini.
Tuturan: Kalau saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit untuk rakyat untuk apa saya jadi gubernur? Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas juga termasuk tuturan asertif karena pada tuturan di atas Ahok (penutur) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dituturkannya yaitu selama penutur berstatus sebagai gubernur maka penutur harus membuktikan kebenaran tuturannya yaitu mengamankan uang rakyat Indonesia tetapi tuturan di atas memiliki makna sebagai tuturan bersifat bualan (boasting) yang digunakan penutur dalam mempertahankan harga diri dan kedudukannya. Keinganan penutur dilihat dari isi tuturan yaitu “Kalau saya disumpah jadi gubernur tidak mengamankan duit untuk rakyat untuk apa saya jadi gubernur?”. Kenyataan dari tuturan tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya karena dalam kenyataannya penutur belum melaksanakan atau menunjukkan kebenaran dari tuturan tersebut. Penutur dalam tuturan tersebut menginginkan mitra tutur (DPRD) untuk melakukan atau mengetahui sesuatu terkait
20
tuturan tersebut. Berdasarkan konteks maka tuturan tersebut menjadi sebuah ancaman untuk mitra tutur dan sebuah janji penutur untuk pihak ketiga (masyarakat).
Tuturan: Gila beli UPS kok 5,2 Miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu? Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif, karena merupakan tuturan yang mengandung makna ketidakpercayaan penutur terhadap yang dilakukan mitra tutur (DPRD), penutur mengklaim (claiming) tindakan mitra tutur tersebut dengan bukti tuturan “gila beli UPS kok 5,2 miliar di sekolah? Jenis UPS apa itu?”. Penutur tidak percaya dengan harga sedemikian hanya untuk membeli UPS sekolah yang ada di Jakarta. Penutur mengklaim karena harga UPS tidak sebanding dengan keadaan bangunan sekolah di Jakarta yang pada umumnya masih banyak yang rusak, dan harga tersebut tidak layak hanya untuk membeli UPS. Dengan tuturan tersebut maka penutur (Ahok) terikat atas kebenaran apa yang telah dituturkan atau harus bisa membuktikan bahwa yang dilakukan mitra tutur adalah kurang tepat, untuk membeli UPS tidak semahal yang dituturkan mitra tutur. Berdasarkan konteksnya, tuturan tersebut ditujukan untuk mitra tutur (DPRD) maka tuturan tersebut merupakan sebuah tuturan yang merendahkan kedudukan mitra tutur.
Tuturan: Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan saya begitu kasar, sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan. Kalau anda punya
21
data bagus, betul. Silahkan lawan saya, masa satu orang saja takut. Saya buka kesempatan, tapi saya juga, akan buka data anda untuk melawan. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas termasuk jenis tuturan ilokusi asertif, dikatakan demikian karena penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkannya sehingga penutur harus mempertanggungjawabkan tuturannya, yaitu penutur harus siap melawan mitra tutur (tim kerjanya), karena penutur telah mempersilahkan atau memberikan kesempatan mitra tutur untuk melawan penutur. Berbeda dengan tuturan sebelumnya, tuturan di atas merupakan sebuah tuturan yang memiliki makna menyarankan (suggesting) mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai keinginan penutur tersebut. Dengan bukti tuturan “Jadi kalau Bapak/ Ibu ketemu salah dengan saya begitu
kasar, sakit hati sama saya, lawan saya. Silahkan”. Penutur
menyarankan mitra tutur untuk melawan, jika memang mitra tutur memiliki data yang bagus untuk melawan, tetapi penutur juga akan
melawan mitra tutur
jika dia
memiliki data yang lengkap. Dengan tuturan tersebut maka penutur mengharapkan suatu tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Berdasarkan konteks, bahwa penutur memiliki jabatan tertinggi dibandingkan mitra tutur, maka tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan perintah dengan bukti tuturan “lawan saya. Silahkan” tetapi tuturan tersebut juga sebagai ancaman untuk mitra tutur karena jika
22
penutur melawan penutur, maka penutur juga akan melawan mitra tutur dengan bukti tuturan “tapi saya juga, akan buka data anda untuk melawan”.
Tuturan: Bagaimana anda yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolaholah tidak ada masalah dan mengatakan dari dulu juga sama garagara kamu aja e-bajeting - e- bajeting bikin rumit gitu loh, kan diomongin kan di TV, di mana-mana seolah saya yang salah ga bisa komunikasi. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan tuturan ilokusi asertif karena tuturan tersebut penutur (Ahok) terikat atas kebenaran yang telah dituturkan. Penutur harus bertanggungjawab atas tuturan tersebut, dimana penutur harus membuktikan bahwa yang salah selama ini adalah mitra tutur (DPRD) dan tindakan yang dilakukan mitra tutur adalah tindakan yang menjatuhkan citra diri penutur. Berbeda dengan tuturan sebelumnya, tuturan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna mengeluhkan (complaining) tindakan mitra tutur. Penutur menginginkan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan terhadap tuturan tersebut. Tuturan tersebut mengandung makna bahwa mitra tutur dianggap telah menjatuhkan kedudukan atau harga diri penutur dengan bukti tuturan adalah “kan diomongin kan di TV, di manamana seolah saya yang salah ga bisa komunikasi”. Namun, dengan bertutur demikian maka kedudukan mitra tutur juga telah dijatuhkan oleh penutur yang membeberkan bahwa mitra tutur telah menghilangkan jejak bukti dengan mengcrop
23
uang pokok-pokok pikiran (pokir) yang membuat jumlah APBD DKI menjadi besar, dan setelah bukti tersebut dihilangkan maka mitra tutur menyatakan bahwa penutur yang bersalah atas masalah tersebut, dengan bukti tuturan penutur “Bagaimana anda yang mengcrop uang pokir-pokir ini bisa seolah-olah tidak ada masalah”. Maka tuturan tersebut adalah tuturan yang bertujuan untuk menjatuhkan citra diri mitra tutur. Berdasarkan konteks, bahwa penutur dan mitra tutur sama-sama memiliki jabatan penting maka tuturan tersebut merupakan tuturan yang bersifat menjatuhkan citra diri mitra tutur, demi kenyamanan dalam bekerja sama, tidak selayaknya kedua pihak tidak saling menjatuhkan dan sudah seharusnya sama-sama memelihara citra diri, tetapi melalui bukti tuturan tersebut, kedua belah pihak tidak saling menghargai kedudukanya.
2. 3 Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah bentuk tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan atau tindak tutur yang memiliki makna memerintah mitra tutur atau melakukan sesuatu untuk penutur yang bersifat verbal dan nonverbal. Misalnya, memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasihati (advising), dan merekomendasi (recommending). Dari data yang telah diperoleh bentuk tindak tutur direktif dapat dilihat pada kutipan data berikut ini.
24
Tuturan: Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau perlakuan yang tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu lintas, itukan jelas. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir drama APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan salah satu jenis tuturan direktif karena dalam tuturan tersebut penutur memerintah atau meminta mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta) melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Tuturan di atas juga memiliki makna menasihati (advising) mitra tutur untuk melakukan sesuai yang diinginkan penutur yaitu mitra tutur mengikuti peraturan yang telah ada dalam mendukung kinerja yang telah dibuat oleh penutur, salah satunya tindak nyata yang diinginkan penutur adalah mitra tutur tidak membuang sampah sembarangan dan mengikuti peraturan lalu lintas untuk menghindari ibukota banjir dan padat dengan kendaraan, bukti tuturannya adalah “Bagi saya untuk warga tentu kita untuk himbau perlakuan yang tertib ya, jangan buang sampah, jangan motong arah-arah lalu lintas”, dan dengan tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan hal tersebut, dengan demikian tujuan dari penutur akan tercapai. Berdasarkan segi konteks, tuturan tersebut merupakan sebuah perintah karena penutur memiliki wewenang untuk menasihati atau memerintah mitra tutur. Status penutur lebih tinggi daripada mitra tutur dan tuturan tersebut tidak mengandung unsur paksaan untuk mitra tutur karena tidak ada yang dirugikan dari tuturan tersebut.
25
Tuturan: Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80rb kan saya kerja auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya mari anda awasin, anda lapor kepada saya kalau masih ada yang kecolongan saya akan kunci itu. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor kerja Ahok di Balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu untuk penutur, melalui tuturan yang memiliki maksud untuk menasihati (advising) mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta), dengan bukti tuturan “Jangan cuma marah-marah ini substansinya gitu loh, saya sedang menyalamatkan uang anda saya ga mampu mengawasi 80.000 kan saya kerja auditornya satu orang ga sanggup urusin itu banyak, ya mari anda awasin, anda lapor kepada saya kalau masih ada yang kecolongan”. Penutur menasehati supaya warga DKI Jakarta jangan hanya marah-marah atau menuntut pemerintahannya tanpa ikut ambil bagian dalam membentuk Jakarta yang damai dan terlepas dari kemiskinan sedangkan yang diawasi pemerintah begitu banyak sedangkan jumlah pemerintah sangat terbatas. Untuk itu Ahok menginginkan warga DKI Jakara melapor ke mitra tutur jika ada yang kecolongan dari dana APBD DKI Jakarta. Dari segi konteks, penutur memiliki kedudukan lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan tersebut memiliki makna memerintah.
26
Tuturan: Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun yang pernah terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan. Kalau dia staff langsung dia di nonjobkan, suruh dia ke diklat baca buku, semua tunjangan dicopot. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan salah satu data yang termasuk dalam bagian tuturan direktif karena tuturan tersebut meminta mitra tutur (peserta rapat) untuk melakukan sesuatu untuk penutur. Tuturan tersebut mengandung makna memerintah (commanding) mitra tutur. Penutur memerintahkan BUMN untuk mencari orang yang terlibat dalam pengalihan barang, setelah menemukan orang tersebut maka segala tunjangan akan diberhentikan
serta menonaktifkan orang tersebut, bukti tuturan
“Saya ingin BUMN bersihkan semua, pak! Bapak cari siapa pun yang pernah terlibat dipengalihan barang itu, di staffkan”. Bagi mitra tutur tuturan (BUMN) tersebut adalah sebuah tuturan yang bersifat memerintah tetapi bagi pihak ketiga (orang yang dicari yang terlibat dalam pengalihan barang) tuturan tersebut bersifat sebuah ancaman karena pihak ketiga akan distaffkan dan tunjangan pribadi akan dicopot. Berdasarkan konteksnya, untuk mitra tutur ini merupakan sebuah perintah dari penutur sedangkan untuk pihak yang ketiga (orang yang akan dicari) ini merupakan sebuah ancaman terhadap harga diri dan kedudukan atau statusnya.
27
Tuturan: Tolong Pak, siapkan. kalau ini disiapkan, gugatan harus disiapkan ya bu Ayu, kalau siapkan gugatan bahwa mereka itu menurut versi kita menipu kita yang kop itu semua. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan diklasifikasikan ke dalam tuturan direktif karena dalam tuturan tersebut tersirat makna memohon (requesting) atau tuturan yang meminta lawan tutur melakukan sesuatu untuk penutur melalui tuturan yang memiliki maksud memohon atau dengan tuturan yang lebih sopan. Penutur memohon kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu yaitu menyiapkan gugatan untuk melawan pihak ketiga (DPRD) dengan bukti tuturan “Tolong Pak, siapkan”. Jika berdasarkan status atau kedudukan, penutur tidak perlu meminta tolong untuk melakukan hal tersebut karena memang mitra tutur sudah selayaknya melakukan hal tersebut, tetapi dalam tuturan di atas penutur meniadakan statusnya dalam bertutur, dan mematuhi kesantunan dalam berkomunikasi. Berdasarkan konteks tuturannya maka tuturan tersebut merupakan sebuah perintah karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.
Tuturan: Orang bilang saya komunikasi kurang baik dengan DPRD. Saya komunikasi baik kok, DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami, saya punya bukti CCTV kok. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD DKI Jakarta”.
28
Tuturan di atas merupakan tindak tutur direktif karena tuturan tersebut memberi pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu, melalui tuturan yang memiliki maksud untuk merekomendasikan (recommending) mitra tutur. Dalam tuturan di atas penutur merekomendasikan mitra tutur untuk melihat CCTV yang mendukung keinginan penutur bahwa DPRD (pihak ketiga) sering datang ketempat kerja penutur dan keadaan mereka selama ini baik-baik saja, bukti tuturannya adalah “DPRD sering datang, lihat saja CCTV kami”. Tuturan tersebut bertujuan untuk meyakinkan mitra tutur atas apa yang telah dituturkan oleh penutur dan untuk mempertahankan citra diri penutur. Berdasarkan segi konteksnya kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut berubah makna menjadi sebuah suruhan atau perintah untuk mitra tutur.
2.4 Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), dan memuji (praising). Data yang terkumpul menunjukkan
ada
beberapa tuturan yang termasuk tuturan ekspresif. Berikut data yang tergolong tuturan ekpresif. Tuturan: Boleh ga DPRD ikut campur?Ya ga boleh, dia cuma mengawasin yang masuk akal dan tidak masuk akal, itu urusan kita. Dia
29
tugasnya ngawasin kita terus Muslemdang, saya harap tahun ini Muslemdang harus jalan Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan ekspresif karena dalam tuturan tersebut penutur mengekspresikan sikap psikologisnya terhadap mitra tutur (DPRD) melalui tuturan yang mengandung makna menyalahkan (blaming) mitra tutur. Bukti tuturan “Boleh ga DPRD ikut campur? Ya ga boleh, dia cuma mengawasin”. Disaat bertutur, penutur juga mengekspresikan dengan senyuman yang bermakna sinis.
Dalam
tuturannya penutur tetap mempertahankan kedudukan dan citra diri penutur. Tuturan di atas menyatakan keadaan mitra tutur (DPRD) seharusnya tidak boleh ikut campur dalam membuat APBD, tugas dari DPRD hanya sebagai pengawas tetapi pada kenyataannya mitra tutur ikut ambil bagian dalam pembuatan APBD tersebut. Penutur menyalahkan keikutsertaan dari mitra tutur. Dengan adanya tuturan tersebut, kedudukan penutur jelas lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur dalam pembuatan APBD DKI Jakarta. Berdasarkan konteks, penutur dan mitra tutur sama-sama memiliki kedudukan yang sama penting maka tuturan tersebut merupakan sebuah ancaman untuk mitra tutur.
Tuturan: Habis seperti itu, justru Pak Jokowi orangnya agak unik nih,beliau putusin, kalau begitu kita pecat saja, supaya kita buktikan tanpa nya kita bisa. Sebelumnya saya sudah mau sikat di 2013 kan? Pak Jokowi bilang jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua
30
Mendagri presiden pun bukan orang kita nih, jadi jangan dulu donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau masuk kan waktu itu pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga. Tapi pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai oleh Aviani Malik di kantor kerja Ahok di balai kota, dengan judul “Akhir Drama APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan jenis tuturan ekpresif, penutur mengungkapkan sikap atau perasaannya terhadap mitra tutur melalui tuturan yang memiliki makna memuji (praising) atau memberikan apresiasi terhadap tindakan atau apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Dalam tuturan di atas penutur memuji tindakan pak Jokowi yang unik. Maksud tuturan di atas adalah saat penutur (Ahok) akan melakukan perlawanan atau membeberkan semua kesalahan terkait APBD DKI Jakarta pada tahun 2012, namun pada saat itu penutur (Ahok) berstatus sebagai wakil gubernur Bapak Jokowi. Malah pak Jokowi yang melarang untuk melakukakannya dengan alasan waktu yang belum tepat dengan bukti tuturan “Pak Jokowi bilang jangan, polisi bukan teman yang jelas jaksa semua Mendagri presiden pun bukan orang kita nih, jadi jangan dulu donk, 2014 kan saya sudah dapat nih, kan mau masuk kan waktu itu pak Jokowi pasti capres gitu loh, saya sudah mau hajar juga. Tapi pak Jokowi bilang tunggu saya nyebrang dulu katanya”. Berdasarkan konteksnya maka tuturan tersebut termasuk sebuah pujian karena kedudukan penutur lebih rendah daripada mitra tutur, dan tuturan juga tidak menjatuhkan kedudukan atau harga diri mitra tutur.
31
Tuturan: Lalu 2014 dengan begitu bangga tidak bisa masuk pak, semua ga mau input, waktu itu BPKD wah gini-gini terus, ya sudah copot. Masukin pak Heru, makasih pak Heru sama bu Tuty partner tim anggaran ini. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan jenis tindak tutur ekspresif, melalui tuturan tersebut penutur mengekspresikan perasaan dan sikap terhadap mitra tutur melalui tuturan yang mengandung maksud berterima kasih (thinking) untuk mitra tutur karena telah melaksanakan keinginan penutur dengan bukti tuturan “makasih pak Heru sama bu Tuty partner tim anggaran ini”. Penutur berterimakasih kepada tim kerjanya karena mau ikut ambil bagian dalam upaya pembuatan e-bajeting APBD DKI Jakarta yang sebelumnya tim BPKD membuat lama proses e-bajeting sehingga penutur segera ambil bagian dalam proses pembuatan e-bajeting tersebut dengan mengikutsertakan mitra tutur dan dengan keikutsertaan mitra tutur maka penutur berterima kasih akan hal tersebut. Berdasarkan konteksnya, penutur memiliki status atau kedudukan lebih tinggi daripada mitra tutur karena tuturan tersebut menunjukkan ungkapan rasa terima kasih atasan kepada bawahan.
2.4 Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, atau tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu,
32
dan biasanya tuturan ini bersifat menyenangkan mitra tutur. Misalnya, berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Data yang telah diklasifikasikan
maka yang termasuk tindak tutur komisif adalah sebagai
berikut. Tuturan: Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau memang saya ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini. Mungkin punya jiwa punya roh untuk mati martil, senang saya. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan tindak tutur komisif, dalam tuturan di atas penutur akan melakukan sesuatu untuk mitra tutur (masyarakat DKI Jakarta) melalui tuturan yang bersifat memberi sebuah janji (promising) dalam mempertahankan hak mitra tutur, penutur mempertaruhkan nyawanya. Penutur menyatakan janji dengan bukti tuturan “Dengan senang dan bangga saya untuk mati untuk ini kalau memang saya ditakdirkan untuk mati martil untuk urusan ini”. Secara tersirat penutur rela mati martil hanya untuk urusan atau masalah APBD DKI Jakarta jika memang terbukti penutur yang bersalah. Dalam mempertahankan harga diri dan kedudukan penutur bertutur dengan mempertaruhkan nyawanya.
Berdasarkan konteks tuturan, maka
tuturan tersebut merupakan sebuah janji penutur untuk mitra tutur dan pihak ketiga (masyarakat DKI Jakarta) karena penutur memiliki jabatan atau status tertinggi dibandingkan mitra tutur.
33
Tuturan: Ini kalau SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu- ibu, Bapak ibu salah kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk penjara itu SKPD loh Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas merupakan data yang tergolong jenis tindak tutur komisif karena dalam tuturan tersebut penutur telah mendorong mitra tutur untuk melakukan sesuatu melalui tuturan yang memiliki maksud menawarkan sesuatu (offering) untuk mitra tutur yaitu mitra tutur tidak akan masuk penjara jika kasus APBD terbongkar, tetapi SKPD yang akan dipenjarakan. Dengan adanya tuturan tersebut maka mitra tutur tidak akan mengalami ketakutan lagi dalam melaksanakan keinginan penutur. Dalam tuturan tersebut tmemiliki makna yang menyatakan kebebasan atau menawarkan sesuatu keadaan yang lebih baik untuk mitra tutur, dengan bukti tuturan adalah “SKPD merasa saya mengancam Bapak-bapak, Ibu-ibu, Bapak ibu salah kalau sampai ini kasus dibongkar yang masuk penjara itu SKPD loh” dalam mempertahankan citra diri, penutur telah menjatuhkan kedudukan atau citra diri orang ketiga (SKPD). Berdasarkan konteksnya dimana penutur memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi daripada mitra tutur maka tuturan tersebut adalah sebuah janji untuk mitra tutur. Tuturan: Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan saya atau dipihak saya. Saya ga maksa, sederhana saja kok, kalau bapak merasa benar masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah ikut dah, saya sendiri.
34
Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tindak tutur komisif, sama halnya dengan tuturan di atas, penutur mendorong mitra tutur untuk melakukan suatu hal. Dalam tuturan di atas mengandung maksud menawarkan atau menyatakan sesuatu kepada mitra tutur yaitu, mitra tutur bisa memilih untuk melawan penutur atau ikut bekerja sama dengan penutur, dengan bukti tuturan sebagi berikut “Bapak-Ibu tinggal pilih mau ikut lawan saya atau dipihak saya”. Penutur juga memberikan sebuah tantangan atau perlawanan kepada mitra tutur, yaitu melawan penutur jikalau mitra tutur merasa benar, maka penutur akan melawan mitra tutur dengan bukti tuturan “kalau bapak merasa benar masa melawan satu orang aja merasa takut? Orang partai ga usah ikut dah, saya sendiri”. Berdasarkan konteks tuturan maka tuturan tersebut adalah sebuah tuturan perintah, karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur.
2.5 Tindak Tutur Deklarasi Tindak tutur deklarasi adalah bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Misalnya, mengucilkan (excomunicating), menghukum (sentencing), memecat (dismissing), dan mengangkat (appointing). Data yang terkumpul membuktikan bahwa ada beberapa tuturan yang termasuk tindak tutur deklarasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan tindak tutur di bawah ini.
35
Tuturan: Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. Anggaran begitu besar, kita bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah 46% hancur. Apa ga goblok? Konteks: Tuturan Ahok saat memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas adalah salah satu jenis data tindak tutur deklarasi karena dalam tuturan tersebut penutur menghubungkan kenyataan yang sebenarnya melalui tuturan yang memiliki maksud mengucilkan (excommunicating) mitra tutur dengan bukti tuturan “Ga heran, dinas pendidikan itu paling goblok. anggaran begitu besar, kita bayangin lagi duit begitu banyak, di Jakarta itu sekolah 46% hancur.” Dalam mempertahankan kedudukannya penutur langsung menyebutkan merek atau nama (dinas pendidikan) yang dituju, ini adalah salah satu bukti bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengucilkan. Dalam tuturan tersebut penutur tidak mempertahankan citra diri dan kedudukan dari mitra tutur, dan penutur juga tidak berusaha dalam mengikuti kaidah kesantuan dalam berbicara melalui pilihan kata yang digunakan saat bertutur. Tuturan seperti di atas jika didengarkan oleh anak-anak di Indonesia maka sangat dikhawatirkan akan dicontoh dan digunakan saat berkomunikasi, inilah salah satu bentuk kekhawatiran orangtua di Indonesia. Berdasarkan segi konteks nya maka dimana kedudukan atau status penutur lebih tinggi dari mitra tutur, tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan ancaman untuk mitra tutur. Dengan tuturan tersebut maka mitra tutur akan melakukan sesuatu
36
sesuai dengan keinginan penutur atau penutur akan melakukan sesuatu kepada mitra tutur.
Tuturan: Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini xl itu rumus paling mudah itu. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas termasuk tuturan deklarasi, penutur memberitahukan atau menghubungkan tuturan tersebut terhadap kenyataan dari tindakan mitra tutur. Penutur
bertutur
melalui
tuturan
yang
memiliki
maksud
mengucilkan
(excommunicating) mitra tutur untuk mempertahankan dan tetap menjaga citra diri penutur, dengan bukti tuturan “Itu dia ga ngerti plus ini, minus ini” dan penutur memperjelas mengucilkan kedudukan mitra tutur dengan tuturan “xl itu rumus paling mudah itu”, untuk menjaga citra diri mitra tutur tidak seharusnya penutur bertutur demikian, karena tuturan tersebut dapat merusak hubungan mitra tutur dan penutur dan harga diri mitra tutur jadi buruk untuk masyarakat Indonesia. Berdasarkan segi konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki status dan kedudukan yang sama penting maka tuturan tersebut termasuk tuturan yang mengucilkan mitra tutur atau dengan kata lain meminimalkan kedudukan dan status mitra tutur.
37
Tuturan: Soal APBD ini semua pak wali , tolong ini proyek paling besar ini, permainannya lumayan gede loh Pak, wali kota bagian Barat ini paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan, bayangkan aja kebudayaan juga sama ini. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas adalah jenis tuturan deklarasi yang memiliki maksud tuturan untuk mengucilkan mitra tutur, dengan bukti tuturan sebagai berikut “Wali kota bagian Barat ini paling gila ini, termasuk sekolah, pendidikan,” karena tuturan tersebut langsung menunjuk mitra tutur secara langsung, dan dengan tuturan tersebut mitra tutur tidak memiliki pilihan karena penutur langsung menyebutkan nama atau instansi yang dimaksudkan, jika diteliti dari segi konteksnya, dimana penutur memiliki kedudukan atau status lebih tinggi dari mitra tutur, maka tuturan tersebut menjadi sebuah ancaman bagi mitra tutur.
Tuturan: Kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak terlibat, hari ini saya staffkan Bapak. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas salah satu bentuk tindak tutur deklarasi, penutur menghubungkan tuturan tersebut dengan kenyataan yang akan diterima oleh penutur melalui tuturan yang memiliki maksud menghukum (sentencing) langsung mitra
38
tutur, dari tuturan tersebut juga tidak memiliki banyak tindakan yang bisa dilakukan oleh mitra tutur, terbuki dari tuturan “kalau Bapak ga bisa jawab ini kalau bapak terlibat, hari ini saya staffkan bapak”. Dalam mempertahankan keinginannya penutur atau untuk mmpertahankan citra diri penutur langsung mengambil keputusan untuk menstaffkan mitra tutur. Dalam hal ini juga penutur tidak mempertahankan kedudukan mitra tutur karena penutur langsung bertutur seperti itu di depan khalayak umum, dan dampak dari tuturan tersebut adalah semakin rendahnya kedudukan mitra tutur didepan pihak ketiga (tim kerja yang lainnya). Berdasarkan segi konteksnya, kedudukan penutur lebih tinggi dari kedudukan mitra tutur, maka tuturan tersebut dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur. Tuturan: Nah disitulah saya lihat ini pasti keras ini, saya paksa kalau kalian ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat lagi. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas di klasifikasikan dalam data jenis tuturan deklarasi karena tuturan tersebut mengandung maksud memecat (dismissing) dan tuturan tersebut memberikan dampak kepada mitra tutur untuk melakukan keinginan dengan bukti tuturan “saya paksa kalau kalian ga mau ikutin saya e-bajeting saya akan pecat lagi”. Tuturan tersebut secara tersirat telah memaksakan mitra tutur untuk melakukan keinginan penutur dan mitra tutur tidak memiliki pilihan lain kecuali dipecat dari kedudukan mitra tutur. Dalam mempertahankan keinginan penutur, maka penutur
39
memberikan pilihan yang berat untuk dilakukan mitra tutur. Jika dinilai dari segi konteks, dimana kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra tutur maka tuturan tersebut dikatakan sebagai ancaman untuk mitra tutur. Tuturan: Ya saya marah, saya ga berani minta maaf untuk orang-orang seperti itu, dan menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet itu masih lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta maaf, saya berpikir setelah beberapa orang komentar khawair anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu,ya sudah kalau gitu untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang korup, yang gajinya kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak mental anak-anaknya. Konteks: Tuturan Ahok saat sedang memimpin rapat dengan tim kerjanya dengan judul “Basuki TP (Ahok) Beberkan Permainan Anggaran Siluman APBD DKI Jakarta”.
Tuturan di atas merupakan tuturan deklarasi yang ditunjukkan melalui tuturan yang memiliki maksud mengangkat (appointing), atau mempertahankan kedudukan atau mempertahankan citra dirinya di depan banyak orang. Bukti tuturan tersebut adalah sebagai berikut “menurut saya kata-kata saya yang pake toilet-toilet itu masih lebih halus, udah saya halusin itu lalu kenapa saya minta maaf, saya berpikir setelah beberapa orang komentar khawatir anak-anak kebiasaan menggunakan kalimat itu, ya sudah kalau gitu untuk orang tua yang khawatir saya harus mau minta maaf, tapi sebetulnya harusnya kita harus lebih khawatir orang tua yang korup, yang gajinya kecil, hidupnya mewah itu lebih merusak mental anak-anaknya.” Tuturan tersebut mengandung makna melindungi penutur dari apa yang telah dilakukan, yaitu meminta
40
maaf kepada mitra tutur, dan penutur menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan yaitu minta maaf bukan untuk DPRD melainkan untuk masyarakat, dimana penutur meminta maaf gegara menggunakan bahasa toilet saat sedang rapat dengan DPRD. Jika dilihat dari konteksnya dimana penutur dan mitra tutur memiliki kedudukan sama-sama penting, maka tuturan tersebut memiliki arti mengangkat harga diri atau kedudukan penutur dimata mitra tutur.
Tuturan: Saya Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur, tapi seluruh Indonesia bisa menilai sendiri. Konteks: Tuturan Ahok saat diwawancarai dalam acara Metro siang dengan judul “Ahok Bongkar Triliunan Dana Siluman APBD DKI Jakarta”. Tuturan di atas dikategorikan tindak tutur deklarasi. Dalam tuturan tersebut penutur memberikan kenyataan tuturan tersebut melalui tindakan yang akan dilakukan dan tuturan tersebut mengandung maksud berpasrah (resigning) atas apa yang dilakukan oleh penutur dan ini adalah salah satu cara penutur dalam mempertahankan keinginannya, dari tuturan tersebut dapat diartikan bahwa tuturan tersebut menggambarkan keberserahan penutur jika keinginan penutur tidak dilakukan oleh pihak kedua (tim kerja) bukti dari keberserahan penutur adalah “Saya Lebih baik saya disingkirin jadi gubernur”. Jika dilihat dari segi konteksnya, penutur memiliki kedudukan lebih tinggi maka tuturan tersebut adalah tuturan yang menyatakan keberserahan atau menjatuhkan kedudukan atau status penutur.