Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur dari daerah penelitian.
2.1 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN KUTAI Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang sangat penting, yaitu meliputi daerah seluas + 60.000 km2 dan ketebalan mencapai 14 km. Cekungan Kutai yang terdiri dari endapan Tersier merupakan cekungan terbesar dan terdalam di Indonesia bagian timur. Cekungan Kutai terletak di tepi bagian timur dari paparan Sunda, yang dihasilkan sebagai akibat dari gaya ekstensi di bagian selatan Lempeng Eurasia (Howes, 1977 op.cit. Allen & Chambers, 1998).
Gambar 3. Geologi daerah Kalimantan Timur (Paterson et al., 1997)
Cekungan yang berumur Tersier ini terletak di paparan Sunda yang dibatasi oleh Zona Sesar Bengalon dan Sangkulirang pada bagian utara. Pada bagian selatan dibatasi
7
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
oleh Zona Sesar Adang sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir Paleogen hingga sekarang (Allen dan Chambers, 1998). Di sebelah barat, Cekungan Kutai dibatasi oleh “Central Kalimantan Ranges” berupa metasedimen berumur Kapur yang telah terangkat dan terdeformasikan, sedangkan dibagian timur Cekungan Kutai terbuka dan menerus ke selat Makasar. Pada Tersier Awal Cekungan Kutai dan Cekungan Barito merupakan satu cekungan besar berarah utara timur laut – selatan barat daya. Cekungan tersebut mulai terpisah setelah pengangkatan blok Meratus, dicirikan oleh kelurusan zona Patenoster yang dikontrol oleh sesar Adang dan disebut sebagai South Kutai Boundary Fault (Ott, 1987). Pemisahan ini diduga terjadi selama Miosen Tengah, berdasarkan fasies yang berbeda pada lapisan sedimen antara kedua Cekungan dari Miosen Akhir sampai Resen (Biantoro dkk, 1992).
2.2 STRUKTUR CEKUNGAN KUTAI Secara umum, sesar-sesar dan struktur yang mempengaruhi pembentukan Cekungan Kutai dapat dilihat dalam gambar 4, yang menunjukkan struktur geologi dari Cekungan Kutai menurut Allen dan Chambers (1998).
Gambar 4. Geologi Regional Cekungan Kutai dan sekitarnya (Allen dan Chambers, 1998)
8
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Pengangkatan tinggian Kuching pada kala Oligosen Akhir telah mengubah arah umum sedimentasi di Cekungan Kutai dengan dimulainya fase regresi utama dari barat ke timur. Sedimentasi delta mencapai puncak perkembangannya pada kala Miosen Akhir hingga Pliosen. Pengendapan delta yang cepat pada Miosen Tengah mulai membebani endapan lempung tebal dan mengakibatkan masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil. Akibatnya masa lempung mencuat, berdiapirik menerobos sedimen regresif diatasnya, membentuk sruktur antiklin yang sempit, memanjang dan sejajar dengan garis pantai. Antiklin – antiklin sempit ini dipisahkan oleh sinklin – sinklin yang lebar, berlangsung setahap demi setahap, beruntun bersamaan dengan progradasi pengendapan delta. (Samuel dan Muchsin, 1976; van de Weerd dan Amin, 1992). Beberapa peneliti seperti Ott (1987), Biantoro dkk., (1992)., Satyana dkk., (1999) mengemukakan bahwa pembentukkan antiklinorium Samarinda berkaitan dengan proses pengangkatan tinggian Kuching, landslide, diapirisme (Gambar 5, 6, dan 7).
9
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Gambar 5. Model pembentukan struktur Cekungan Kutai (Biantoro, dkk., 1992).
10
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Gambar 6. Rekonstruksi penampang Cekungan Kutai dari Oligosen hingga Miosen Awal (Menurut Ott, 1987).
Gambar 7. Rekonstruksi penampang Cekungan Kutai dari Miosen Tengah Awal hingga Resen (Menurut Ott, 1987).
11
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Struktur yang terdapat di Cekungan Kutai pada saat ini adalah berupa antiklinorium yang berarah relatif utara-selatan, namun pola ini berubah menjadi relatif baratdaya-timurlaut di Cekungan Kutai bagian utara. Perubahan ini dipengaruhi oleh keberadaan dua buah sesar besar di utara dan di selatan Cekungan Kutai (Biantoro, dkk., 1992). Struktur geologi yang berkembang di Cekungan Kutai bagian utara didominasi oleh antiklinorium dan sistem sesar anjak (Gambar 8) akan tetapi, masih banyak pula ditemukan sesar-sesar normal dan sesar-sesar mendatar. Biantoro dkk., (1992) berpendapat bahwa sesar-sesar anjak tersebut dapat diketahui melalui interpretasi penampang seismik yang merupakan struktur inversi.
Gambar 8. Pola struktur yang berkembang di Cekungan Kutai bagian utara (menurut Biantoro dkk., 1992).
2.3 STRATIGRAFI CEKUNGAN KUTAI BAGIAN UTARA Geologi daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi Cekungan Kutai bagian utara dan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem Indonesia lembar Sangata hasil penelitian Sukardi dkk. (1995) yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG) Bandung tahun 1995.
12
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Berdasarkan kolom stratigrafi umum dari peta geologi lembar Sangata (menurut Sukardi dkk., 1995) pada tabel 1, satrigrafi Cekungan Kutai bagian utara dari tua-muda adalah sebagai berikut :
Stratigrafi daerah penelitian
Tabel 1. Kolom stratigrafi umum Cekungan Kutai bagian utara berdasarkan peta geologi lembar Sangatta (Sukardi dkk., 1995).
¾ Formasi Tallabar terdiri dari batugamping berwarna putih sampai kuning muda, pejal, bagian bawah berlapis. Umur Eosen Akhir-Miosen Tengah (Buchan dkk, 1971 op.cit. Sukardi dkk., 1995). Lingkungannya ditafsirkan laut dangkal. Tebal Formasi diperkirakan beberapa ratus meter, sedang di lokasi tipe Sungai Tallabar sampai 2000 m. Formasi ini tertindih secara selaras oleh Formasi Tendehhantu. Nama Formasi berasal dari Laupold (1931, op.cit. Buchan dkk., 1971 op.cit. Sukardi dkk., 1995). ¾ Formasi Lembak terdiri atas perselingan napal dan batugamping. tebal lapisan batugamping 25-125 cm dan napal berkisar antara 1-12 m. bagian bawah dari formasi ini lebih banyak mengandung lapisan batugamping dan ke arah atas terlihat napal makin tebal. pada bagian tengah dan atas terdapat retas basal.
13
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
struktur turbidit (interval A, B, dan C) terlihat pada batugamping. kandungan fosil yang diselidiki oleh Pertamina (1975), menunjukkan umur Oligosen AkhirMiosen Awal. Lingkungan pengendapannya adalah laut dalam. tebal lebih kurang 800 meter. hubungan dengan Formasi Balikpapan adalah menjemari. ¾ Formasi Maluwi terdiri dari batulempung, batulempung pasiran dengan sisipan napal, serpih kelabu, serpih pasiran, sedikit karbonan, ke arah atas berangsur menjadi batugamping dengan sisipan napal dan batulempung abu kecoklatan. Di banyak tempat, ditemukan konkresi lempung gampingan yang kaya akan fosil, berumur Miosen Tengah bagian bawah. Lingkungan pengendapan ditafsirkan sebagai endapan neritik/paralik lagun sampai neritik dangkal. ¾ Formasi Tendeh-hantu terdiri dari batugamping terumbu muka, batugamping koral dan batugamping terumbu belakang, setempat berlapis, kuning muda, pejal dan
berongga
berumur
Miosen
Tengah
bagian
atas.
Lingkungan
pengendapannya ditafsirkan laut dangkal, tebal kurang lebih 300 meter, berhubungan menjemari dengan Formasi Menumbar. ¾ Formasi Menumbar terdiri dari perselingan batulumpur gampingan dengan batugamping di bagian bawah dan di bagian atas batupasir masif mengandung glaukonit, dan memperlihatkan perlapisan silang-siur. Batulumpur gampingan, kelabu, lunak, mengandung foram menunjukkan umur Miosen Tengah bagian atas – Miosen Akhir bagian bawah. Lingkungan pengendapan neritik dalam-luar dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. ¾ Formasi Balikpapan terdiri dari batupasir, batulempung, batubara dan batugamping. Pada perselingan batupasir kuarsa, lempung dan lanau memperlihatkan struktur silang-siur. Setempat mengandung sisipan batubara. Batulempung berwarna kelabu, getas, mengandung muskovit, bitumen dan oksida besi. Berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir dengan ketebalan Formasi kurang lebih 2000 meter. Lingkungan pengendapan muka-dataran delta. ¾ Formasi Golok terdiri dari Napal sisipan batugamping dan batulempung. Napal berwarna coklat kekuningan, setempat pasiran, lunak, berbutir halus sampai sedang. Lempung dan batugamping banyak mengandung fosil berumur Miosen Akhir – Plio Plistosen. Ketebalan Formasi kurang lebih 1325 meter. ¾ Endapan Aluvium terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur.
14