BAB II Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH)
2.1.
Deskripsi
Synchronous
Digital
Hierarchy
(SDH)
merupakan
hirarki
pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh ITU-T. Dalam dunia telekomunikasi, rentetan pemultiplekan sinyalsinyal dalam transmisi menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (drop and insert) yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan transmisinya. Sebelum kemunculan SDH, standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH (Plesiochronous Digital Hierarchi) yang sudah lama ditetapkan oleh CCITT. Suatu jaringan plesiochronous tidak menyinkronkan jaringan tetapi hanya menggunakan pulsa-pulsa detak (clock) yang sangat akurat di seluruh simpul penyakelarnya (switching node) sehingga laju slip di antara simpul tersebut cukup kecil dan masih bisa diterima (1,544 Mbps). Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan suatu implementasi yang
5
6
paling sederhana karena bersifat menghindari pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan. Ternyata bahwa PDH tidak begitu cocok untuk mendukung perkembangan teknik pengendalian dan pemrosesan sinyal untuk masa kini yang makin banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Dalam PDH, sebuah peralatan transmisi tertentu umumnya hanya menangani dengan baik satu fungsi tertentu saja dalam jaringan, sementara dalam SDH, ada integrasi dari berbagai tipe peralatan yang berbeda-beda yang mampu memberikan kebebasan baru dalam perancangan jaringan. Sudah bukan merupakan berita baru bahwa SDH dapat dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar, pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan. SDH memiliki dua keuntungan pokok : fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi-konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan-kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload trafic-nya maupun elemen-elemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi. Tawaran-tawaran spesifik yang diciptakan oleh SDH diantaranya termasuk: * Self-healing; yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara otomatis tanpa interupsi layanan.
7
* Service on demand; provisi yang cepat end-to-end customer services on demand. * Akses yang fleksibel; manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke tempat-tempat pelanggan. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi.
2.2.
SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
2.2.1
Struktur Frame SDH
Struktur frame ini terdiri dari tiga bagian yaitu : overhead, pointer dan payload. Frame STM-1 yang ditunjukkan pada gambar 2.4 terdiri dari sinyal informasi sebanyak 9 baris dengan 270 kolom. Masing-masing kolom terdiri dari 1 byte (8 bit) dimana 9 kolom pertama pada baris 1 terdiri dari FAS (Frame Alignment Signal) yang berfungsi sebagai sinkronisasi sinyal petunjuk awal dari sinyal frame STM-1, pada 261 kolom berikutnya pada baris 1 dipergunakan sebagai payload atau customer information.
8
Gambar 2.1. Struktur Frame SDH
a. RSOH (Regenerator Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi dengan beberapa perangkat pengulang atau regenerator line yang letaknya diantara terminal multiplexer. b. MSOH (Multiplex Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi antar peralatan multiplexer di terminal. c. AU (Administrative Unit) Pointer Berfungsi untuk mengidentifikasi letak byte pertama dari payload. d. Payload Payload adalah area untuk membuat sinyal informasi (sinyal PDH) yaitu Container ditambah dengan path overhead (POH). Berukuran 9 x 261 byte untuk memuat sinyal PDH (2 Mbps s/d 140 Mbps). Informasi yang akan ditransmisikan ditampung dalam container ini. Dengan demikian byte
9
informasi terpisah dari byte-byte overhead sehingga lebih memudahkan di dalam pengelolaan jaringan, karena semua byte yang berkaitan dengan manajemen jaringan berada di luar blok informasi (container). Hal yang demikian tidak terjadi di dalam sistem PDH dimana semua service bit berada di dalam blok informasi. e. Section Overhead (SOH) Blok SOH berisi byte-byte yang diperlukan untuk transmisi SDH secara handal, antara lain byte untuk sinkronisasi frame, byte untuk error checking, dan byte untuk keperluan operasional. Berukuran 8 x 9 Byte. SOH terdiri dari Multiplexer Section Overhead (MSOH) dan Regenerator Section Overhead (RSOH). f. Pointer (Ptr) Dengan teknik pointer, byte-byte informasi dapat diakses secara cepat tanpa melalui proses demultiplexing secara lengkap seperti halnya yang terjadi pada PDH.
2.2.2
Komponen Dasar SDH
a. Container (C) Container berfungsi sebagai penampung byte-byte informasi sinyal digital dalam jumlah yang telah ditetapkan. Setiap sinyal tributary akan disusun ke dalam suatu container terlebih dahulu sebelum ditransmisikan dalam struktur frame STM-1.
10
Jadi, pengertian container adalah suatu kapasitas transmisi yang besarnya sudah ditentukan dan digunakan untuk keperluan transmisi sinyal tributary ke dalam jaringan sinkron. Durasi waktu setiap container adalah tetap yaitu sebesar 125 µs. b. Virtual Container (VC) Virtual Container (Payload) yaitu struktur informasi berupa container yang telah diberi byte-byte Path Overhead (POH). POH berfungsi untuk menjaga kualitas sinyal informasi yang akan diproses bersamaan dengan sinyal lainnya di tingkat path. VC merupakan struktur informasi yang tidak berubah selama transmisinya di dalam suatu path tertentu. Di dalam POH terdapat byte-byte yang fungsinya memonitor dan mengendalikan container yang bersangkutan selama proses transmisi sinyal dari pengirim ke penerima. Virtual Container dibagi menjadi dua yaitu : Low Order Virtual Container (LO-VC), yaitu VC yang harus disusun lagi ke dalam VC yang lebih tinggi. High Order Virtual Container (HO-VC), yaitu VC yang langsung disusun ke dalam frame STM-1. VC bila ditambah TU Pointer akan membentuk Tributary Unit (TU). c. Tributary Unit (TU) TU merupakan bagian dari HO-VC semua VC kecuali VC-4 bisa digabungkan ke dalam satu VC yang lebih besar. Posisi VC yang kecil (LOVC) di dalam VC lebih besar (HO-VC) sifatnya fleksibel. Untuk itu diperlukan pointer. Isi TU adalah LO-VC + pointernya (TU-pointer). Jenis TU = TU-12 dan TU-2.
11
d. Tributary Unit Group (TUG) Sebelum digabung ke dalam HO-VC, beberapa TU terlebih dahulu digabungkan menjadi satu (multiplexing byte-by-byte), dan sinyal gabungan ini dinamakan TUG. Ada dua jenis TUG, yaitu : TUG-2 dan TUG-2. e. Administrative Unit (AU) AU merupakan struktur informasi yang memberikan fungsi adaptasi antara high order path layer dan multiplex section layer. AU-Ptr menunjukkan posisi HO-VC di dalam AU, sedangkan AU sendiri merupakan bagian dari frame STM-1, dimana posisi HO-VC bersifat fleksibel. f. Administrative Unit Group (AUG) AUG bisa dikatakan STM-1 tanpa SOH. Beberapa AU disusun secara byte interleaved menjadi satu AUG.
2.2.3
Elemen Jaringan SDH
Dalam Jaringan SDH terdapat beberapa elemen dasar yang di desain sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsinya. Spesifikasi dari struktur SDH sangat berpengaruh dalam spesifikasi elemen jaringan SDH dalam aplikasinya. Elemen dasar tersebut antara lain : a. Terminal Multiplexer (TM) TM berfungsi untuk memultiplikasi sinyal-sinyal tributary ke dalam sinyal SDH, dan juga berfungsi sebagai interface antara sinyal PDH dan SDH. b. Add Drop Multiplexer (ADM)
12
ADM memiliki fungsi drop and insert, dimana sinyal tributari yang diturunkan dapat dimasukan sinyal tributari yang lain, sehingga kapasitas jalur utama tetap optimum. Jika ADM dihubungkan dengan ADM lain maka akan terbentuk topologi ring. c. Digital Crossconnect (DXC) DXC berfungsi untuk melakukan cross-connect terhadap sinyal-sinyal tributari dan melakukan switching tributari dengan bitrate yang berbeda-beda sesuai dengan jalur yang diinginkan. Jika DXC dihubungkan dengan DXC yang lain maka akan terbentuk topologi ring by ring. d. Regenerator Regenerator memiliki tiga fungsi, yaitu retiming, regenerating dan reshaping (3R). Regenerator melakukan semua fungsi tersebut pada tingkat elektrik sehingga sinyal optik harus di ubah menjadi sinyal elektrik terlebih dahulu.
2.2.4
Topologi Jaringan SDH
Topologi jaringan SDH adalah hubungan geometris unsur-unsur penyusun jaringan SDH, dalam hal ini Link dan NE. Topologi jaringan SDH sangat menentukan efisiensi, kehandalan, dan kinerja jaringan SDH. Topologi jaringan SDH diklasifikasikan menjadi topologi chain , star, tree, ring, dan mesh.
13
2.2.4.1 Topologi Chain Topologi Chain merupakan topologi jaringan dimana setiap NE terhubung dengan NE lain dalam satu garis lurus. Topologi ini mirip dengan topologi bus pada jaringan komputer.
Gambar 2.2. Topologi Chain
2.2.4.2 Topologi Star Topologi star merupakan topologi jaringan dimana ada sebuah NE yang bertindak sebagai sentral dan NE lain terhubung langsung dengan NE tersebut. Topologi star biasanya digunakan pada jaringan akses dimana tidak membutuhkan kehandalan dan kecepatan transmisi trafik, sifat-sifatnya antara lain:
Ada satu sentral yang berderajat lebih tinggi dibandingkan sentral lainnya, yaitu sentral utama
Hubungan antar sentral harus melalui sentral utama, dan tidak ada hubungannya langsung antar sentral yang sederajat.
Konsentrasi saluran besar dengan efisiensi saluran yang tinggi.
14
Gambar 2.3. Topologi Star
2. 2.4.3 Topologi Tree Topologi tree / Bus merupakan gabungan antara topologi dasar chain dan star. Topologi jaringan ini biasanya digunakan pada layanan broadcast seperti CATV, sifat-sifatnya antara lain:
Pusat dapat diletakan pada salah satu tempat.
Biaya jaringan minimum.
Tidak memiliki back up atau route alternative.
Serta pemasangan (installasi) yang relative cepat.
15
Gambar 2.4. Topologi Tree
2.2.4.4 Topologi Ring Topologi ring merupakan topologi dimana setiap NE terhubung dalam suatu jaringan dan membentuk lingkaran, sifat-sifatnya antara lain:
Pusat bisa terletak dimana saja.
Biaya jaringan relative lebih kecil
Memungkinkan adanya back up dan memberikan route alternative.
Gambar 2.5. Topologi Ring
16
2.2.4.5 Topologi Mesh Topologi mesh merupakan topologi dimana setiap NE terhubung dengan NE lainnya secara langsung, sifat-sifatnya antara lain:
Tiap sentral memiliki derajat yang sama.
Hubungan langsung tanpa adanya sentral transit, sehingga lebih cepat.
Konsentrasi saluran agak berkurang dan efisiensi saluran lebih rendah dibandingkan topologi star.
Gambar 2.6 Topologi Mesh
Penggunaan dari berbagai macam topologi jaringan itu dipilih sesuai dengan keadaan dan faktor-faktor tertentu, namun dari berbagai macam bentuk topologi tersebut yang umum digunakan atau paling banyak digunakan pada jaringan SDH adalah topologi Bus dan Ring, hal ini dikarenakan fleksibilitasnya yang lebih tinggi, dimana jumlah trafik yang didrop pada
17
suatu lokasi tertentu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan yang sesungguhnya pada lokasi tersebut dan kapasitas trafik pada topologi ini dapat disesuaikan atau diatur secara terus menerus. Selain dari segi fleksibilitasnya secara konfigurasinya topologi ring juga mempunyai keuntungan lain, yaitu kehandalan jaringan dan efisiensi biaya.
2.2.5
Sistem Proteksi SDH
Pada dasarnya istilah proteksi merupakan cara pengaturan dalam memindahkan trafik pada kanal utama ke kanal cadangan (back-up) ketika terjadi kegagalan transmisi pada jalur utamanya. Sistem proteksi merupakan cara untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi pada jaringan backbone. Sistem proteksi pada SDH ini terdiri dari berbagai macam, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan maupun faktor pertimbangan ekonomis. Pada jaringan kabel optik sistem proteksi dapat diterapkan pada perangkat hardware atau dalam sistem multiplexernya. Selain itu dapat juga diterapkan pada saat pemasangan core, dimana untuk kabel main proteksi dapat diterapkan dengan membuat core proteksinya. Didalam jaringan kabel optik selain pada hardware sistem proteksi dapat juga diterapkan secara software dimana jaringan yang tersedia (existing) di buat jalur proteksinya melewati jalur optik yang lain, sehingga saat jalur utama terganggu maka koneksi yang melewati jalur tersebut tidak terganggu karena sudah memiliki proteksi melewati jalur yang optik yang lain.
18
Perangkat merupakan sebuah bentuk hardware dimana dalam proses pemakaiannya lama kelamaan akan dapat menimbulkan permasalahan tersendiri baik itu permasalahan yang berbentuk teknis ataupun non teknis. Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa sistem proteksi yang sudah biasa dipakai untuk memproteksi perangkat, yaitu :
MSP (Multiple Section Protection) Sistem MSP merupakan sebuah sistem yang umumnya digunakan untuk memproteksi card atau modul yang ada dalam sebuah perangkat.
BSHR (Bi-directional Self Healing Ring) Proteksi tipe ini adalah tipe proteksi secara topologi. Dimana untuk mencapai availability jaringan operator harus membentuk topologi ring. Pada topologi ini trafik melewati suatu rangkaian seri node-node yang terinterkoneksi antara satu dengan lainnya.
2.2.5.1 Multiple Section Protection Pada sistem proteksi perangkat dikenal sistem proteksi MSP (Multiple Section Protection). Sistem MSP ini sudah menjadi salah satu kebutuhan penting pada sistem proteksi perangkat dimana sistem ini bekerja secara otomatis ketika sistem main failure atau bermasalah. Sistem Proteksi MSP (Multiple Section Protection) terbagi dua yaitu :
MSP Linear (1+1) 1 to 1 card protection
19
Pada proteksi MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai main channel (working channel) yaitu kanal yang membawa trafik, sedang 1 kanal lagi digunakan sebagai protection channel yang hanya berfungsi sebagai kanal cadangan. Pada MSP 1+1, link pada bagian transmit selalu terhubung secara permanen dengan link transmit pada bagian proteksi, sehingga trafik ditransmisikan pada bagian main channel dan protection channel. Namun, pada sisi penerima terdapat selector yang akan memilih kanal yang mana trafik tersebut akan diterima.
MSP non-linear (1+N), 1 to N card protection Sebuah card proteksi menjadi proteksi untuk N buah working card. Pada sistem ini memiliki kekurangan yaitu jika pada saat yang bersamaan terdapat dua card yang failure maka hanya satu card saja yang bisa diproteksi.
2.2.5.2 Bidirectional Self Healing Ring (BSHR) Proteksi Bidirectional Self Healing Ring (BSHR) merupakan suatu bentuk proteksi dimana memerlukan topologi sebagai landasannya. Sistem proteksi BSHR dirancang untuk memproteksi beberapa node yang dirancang saling berhubungan sehingga pada saat satu node atau routing failure maka trafik yang berjalan akan melewati node dengan routing yang berbeda. Klasifikasi dari BSHR dapat dikelompokan menjadi :
Point-to-Point
20
Pada topologi ini trafik melewati suatu rangkaian seri node-node yang terinterkoneksi antara satu dengan lainnya. Trafik berisi sinyal seperti voice, data, dan video dapat di-insert atau dicuplik oleh node manapun dalam rangkaian. Dua terminal ujung disebut dengan terminal node dan dapat berupa terminal multiplexer SDH. Keuntungan dari sistem ini memungkinkan provider untuk menghemat anggaran karena dalam system point to point memungkinkan untuk melakukan pemasangan proteksi melalui kabel optik yang sama tetapi menggunakan core yang berbeda. Kelemahan system point to point adalah ketika kabel optik yang didalamnya sudah terdapat main dan proteksi dengan core yang berbeda suatu saat putus maka harus disiapkan jalur baru atau menunggu kabel yang putus tersambung.
Ring Jaringan ring menghubungkan beberapa node ADM (Add/Drop Multiplexer) dalam sebuah loop tertutup. Konfigurasi ini memiliki kehandalan dalam hal proteksi yaitu dengan mekanisme self healing yang dapat beroperasi dengan cepat ( < 50 ms ) apabila terjadi gangguan pada jaringan.
SNCP (Sub Network ConnectionProtection) Sistem proteksi SNCP biasa dikenal dengan sistem proteksi Path Proteksi (PPS) merupakan path proteksi yang dapat digunakan pada struktur jaringan yang berbeda-beda, seperti pada jaringan mesh, ring, point-to-point dan sebagainya. Sistem SNCP ini dapat bekerja pada Low order dan High order
21
path pada SDH. Karena yang sifatnya dedicated dalam memproteksi trafik, maka proteksi SNC 1+1 bersifat broadcast transmit dan selective received. SNCP memiliki beberapa tipe aplikasi pada sistem proteksinya : Revertive dan Non-revertive. Pada non-revertive mode, sinyal data akan tetap berada pada link proteksi walaupun kondisi alarm atau fault telah kembali normal. Sebaliknya pada mode revertive, sinyal data dapat kembali ke working line saat alarm atau fault kembali normal, tinggal bergantung pada Wait time to restore. Tipe Switching berdasarkan arah (Tx/Rx) Uni-directional line switching Switching line working ke protection hanya terjadi pada satu jalur transmisi saja, yaitu Tx saja atau Rx saja. Tentu saja kondisinya adalah jika hanya salah satu sisi transmisi saja yang putus. Bi-directional line switching Switching line working ke protection terjadi pada kedua sisi transmisi, hal ini umum terjadi dimana Tx dan Rx masih dalam satu line FO yang sama.
2.3.
Evolusi Jaringan PDH ke SDH
Karena format transmisi SDH dirancang untuk mengatasi keterbatasan PDH, maka semua perusahaan telekomunikasi memang ditantang untuk memperkenalkan transmisi SDH ke dalam jaringan-jaringan PDH yang sudah mereka bangun lebih dulu. Isu yang penting adalah masalah keseimbangan
22
antara keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh SDH dan hambatan biaya dalam investasi jaringan. Untuk itu diperlukan strategi mengenai evolusi jaringan dari PDH ke SDH. Ada tiga alternatif utama, yang masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Perusahaan telekomunikasi mungkin perlu untuk mengadopsi suatu strategi campuran sebagai jawaban yang terbaik bagi kondisi lingkungannya masing-masing. Tiga alternatif tersebut adalah : * Top-down (metode level atau layer) * Bottom-up (metode pulau atau branch) * Paralel (Metode overlay) Metode lapisan teristimewa relevan dengan perusahaan layanan telekomunikasi yang masih memperkenalkan digitalisasi pada level trunk dari jaringan yang dimilikinya atau bagi yang membutuhkan untuk mendukung layanan-layanan baru pada lapisan-lapisan yang lebih atas dari jaringanjaringan antar urban (sebagai contoh untuk koneksi MAN-MAN). Tujuan pokoknya adalah penghematan biaya untuk transportasi kapasitas besar dalam menangani pertumbuhan lalu lintas komunikasi. Dalam strategi ini introduksi untuk SDH dimulai pada level tulang punggung / supernode level dengan sedikit simpul-simpul yang dihubungkan dengan sistem-sistem STM-16 atau STM-4 SDH. Interkoneksi ke suatu jaringan PDH adalah dengan sebuah gateway (gerbang penghubung), umumnya pada portport cross connect dan persediaan port-port cross connect yang memadai
23
untuk mendukung semua fungsionalitas PDH dan SDH yang diperlukan. Ini merupakan suatu aspek yang penting dari perencanaan jaringan. Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang lebih rendah ke SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana keuntungan-keuntungan SDH paling dapat dijamin. Dengan demikian SDH memberikan keuntungan secara penuh bagi lapisan-lapisan yang lebih tinggi dan secara selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah. Strategi dengan metode pulau adalah memasang SDH pada simpulsimpul jaringan pada level tengahan maupun level bawah, yakni menyediakan pulau-pulau SDH untuk komunitas tertentu (sebagai contoh pusat-pusat perdagangan dan finansial). Dengan pendekatan lapisan, dibutuhkan gatewaygateway untuk jaringan PDH. Pada level ini, beberapa cross-connect utamanya akan menjadi produk-produk
pitalebar
(wideband),
menginterkoneksi
sistem-sistem
transport STM-1 melalui antarmuka-antarmuka 155 Mbps (atau 140 Mbps melalui sebuah antarmuka gateway), dengan menyalurkan dan memadukan fasilitas pada VC level 1, 2 dan 3 yang dibawa dalam kecepatan 2 Mbps atau 1,5 Mbps. Melalui metode paralel, SDH diinstalasi dalam sebuah jaringan overlay (yang ditumpang-tindihkan) di samping jaringan PDH nya dalam beberapa simpul. Tujuannya adalah untuk mengimplementasikan layananlayanan baru tertentu (seperti videoconferencing dan interkoneksi LAN/LAN)
24
serta memperoleh keuntungan dari semua fungsi SDH sesegera mungkin, dan menyediakan perbaikan-perbaikan dalam hal kualitasnya. Gateway bagi jaringan PDH masih dibutuhkan, meskipun ada segregasi (pemisahan) antara layanan-layanan lama dan baru antara fasilitasfasilitas SDH dan PDH. Penting juga bahwa semua peralatan yang diperlukan untuk menyediakan fungsionalitas SDH secara penuh dalam SDH yang ditumpang-tindihkan ini sudah dipasang. Strategi ini menarik bagi perusahaan telekomunikasi dengan pertumbuhan lalu lintas komunikasi yang cepat, dan bagi yang berharap untuk menambahkan fungsionalitas SDH (sebagai contoh, untuk menawarkan premium services; yakni pemanggil/penelpon yang ditarik biaya pulsa dengan tarif khusus, yang biasanya diterapkan pada layanan-layanan informasi) selagi mereka menambah kapasitas jaringannya.
2.4.
Implikasi Layanan
Untuk memaksimumkan keuntungan-keuntungan teknologi SDH yang dapat diraih, sangatlah perlu untuk mempertimbangkan lapisan-lapisan yang berbeda yang ada dalam suatu jaringan telekomunikasi. Ada dua lapisan jaringan layanan di atas jaringan transport multiguna, yang mana SDH menyediakan suatu layanan transportasi aliran bit yang sifatnya transparan. Artinya bahwa jaringan transport itu sendiri tidak menyadari isi dari payload yang dibawa dari A ke B (sebagai contoh, apakah suatu jalur telekomunikasi sedang membawa suara atau data).
25
Aplikasi-aplikasi pelanggan yang baru dan layanan-layanan dengan nilai tambah muncul pada lapisan jaringan layanan pada level yang lebih tinggi dan dapat mengambil bentuk yang sulit untuk diramalkan (seperti aplikasi-aplikasi multimedia). Bagian bawah dari kedua lapisan layanan ini umumnya mencakup jaringan-jaringan layanan dasar dan jaringan-jaringan overlay layanan khusus. jaringan-jaringan layanan-merupakan suatu area dari evolusi yang lebih dapat diprediksi. Jaringan-jaringan layanan dasar mencakup aplikasi-aplikasi suara, ISDN dan radio bergerak (mobile), seperti GSM, mengingat jaringan-jaringan overlay untuk layanan-layanan khusus (sebagai contoh jalur sewa 64 kbps yang disediakan untuk pelangganpelanggan kelompok perusahaan/industri). Pola-pola pertumbuhan lalu lintas suara (telepon) umumnya stabil, tetapi layanan-layanan yang berkembang dengan
pesat
seperti
GSM
dalam
beberapa
kasus
mengharuskan
pembangunan dari jaringan transport overlay sepanjang maupun di atas jaringan multiguna. Dalam kondisi normal, karakteristik yang memang sudah menjadi sifat dari suatu jaringan yang sudah ada seyogyanya harus membuat overlay ini, yang sifatnya lebih merupakan suatu perkecualian daripada suatu keharusan. Ketika sebuah layanan baru diperkenalkan melalui area geografis yang luas, hal ini tentunya tidak diperlukan untuk menggandakan jaringan-jaringan overlay untuk dirancang dan diimplementasikan. Perencanaan jaringan yang tepat pada tingkat-tingkat awal dari suatu proyek dapat menjamin bahwa
26
jaringan transport multiguna dari awalnya akan dapat menghubungkan sebagian besar pelanggan-pelanggan potensial. Layanan-layanan barunya dapat juga dikaitkan dengan aplikasiaplikasi jaringan cerdas (IN; Intelligent Network), jaringan data atau jaringan bergerak (mobile). Tak seperti lapisan-lapisan layanan, evolusi dari lapisan jaringan transport agak sulit diprediksi, tetapi umumnya dapat dicirikan dengan kondisi pertumbuhan keseluruhan yang perlahan-lahan, dengan fase yang bersifat periodik terhadap pertumbuhan yang cepat.
2.5
Pengenalan Ethernet over SDH (EoS)
Ethernet over SDH (EoS) terdiri dari satu bagian standarisasi industri baru yang telah dikembangkan untuk mendapatkan hasil lebih optimal dalam kontrol lalu lintas Ethernet over SDH. Secara teori standarisasi EoS ini memungkinkan komunikasi antar jaringan ke jaringan lain dengan penggunaan bandwidth yang lebih efisien melalui mekanisme prioritas traffic, share bandwidth. Semua fitur ini sudah terintegrasi di dalam satu perangkat SDH yang dapat terhubung dengan perangkat ethernet lain. Beberapa bagian penting dalam pembentukan sebuah konfigurasi EoS antara lain :
GFP (Generic Framing Procedure) Standar ITU-T G.7041, prosedur umum perantara antara frame SDH dengan frame ethernet. Ada dua tipe GFP, yaitu GFP-F
27
digunakan oleh Ethernet MAC frame atau IP / PPP, dan GFP-T untuk digunakan dalam media transmisi fiber atau ESCON / SBCON.
LCAS (Link Capacity Adjustment Scheme) Standar ITU-T G.7042, berdasar pada penggunaan kapasitas link yang dapat disesuaikan sesuai permintaan untuk meningkatkan dan menurunkan kapasitas container dalam jaringan SDH.
VCAT (Virtual Concatenation) Peruasan dari standarisasi G.707,dimana adanya penggabungan dari VC orde rendah ke VC yang lebih tinggi (VC-12, VC-3, VC-4). VCAT memungkinkan beberapa individu SDH saluran bergabung menjadi saluran yang lebih besar dari ukuran yang telah ditentukan untuk diberikan payload.
2.5.1
Keuntungan Jaringan EoS Ada beberapa keuntungan yang dapat diraih jika suatu jaringan SDH yang ada menggunakan EoS, antara lain :
Kehandalan – EoS menempatkan byte overhead dalam setiap frame, terus menerus memonitor untuk masalah yang mungkin mempengaruhi performance sinyal.
Recovery – Perlindungan switching otomatis memiliki standar wajib laju kurang dari 50 ms.
28
Bandwidth
management
–
Dengan
adanya
struktur
LCAS
memungkinkan bandwidth dapat diatur sesuai penggunaan.
2.6 Jenis Alarm pada Jaringan SDH dan EoS Pada SDH adanya sistem fault management sangat membantu bila suatu saat ada kejadian yang harus mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Adapun klasifikasi alarm pada SDH, yaitu :
1. Critical (red) 2. Major (orange) 3. Minor (yellow) 4. Warning (blue)
Selain pengelompokan alarm ada beberapa jenis alarm yang mengindentifikasi adanya gangguan yang terjadi pada sistem : 1. LOS (Loss Of Signal) Perangkat tidak dapat menerima input sinyal dengan baik atau jauh dari link budget. Carrier-nya tidak diterima dengan baik. Biasanya disebabkan oleh putusnya jaringan transmisi (FO). 2. LOF (Lost Of Frame) Terminal End Point mendeteksi adanya kehilangan frame yang ada dalam container
29
3. AIS (Alarm Indication Signal) – Upstream failure Indikasi sinyal alarm. AIS dikirim dari NE pertama yang tidak menerima sinyal (menerima LOS) kepada NE – NE yang dilalui hingga NE End Point akan menerima alarm ini sebagai akibat dari sinyal atau data yang ditransmisikan tidak dapat diterima oleh End Point. 4. RDI (Remote Defect Indication) Terminal End Point tidak menerima data, maka End Point mengirim alarm RDI ke NE Terminating Point (NE yang mentransmisikan data). 5. SSF (Server Signal Fail) Karena terjadi LOS, maka NE Connection point akan mengirim indikasi SSF melalui DCN. 6. Signal Degraded Penurunan kualitas dan power level dari sinyal optic namun masih dalam toleransi 7. Unequiped Alarm ini terjadi jika sebuah cross-connect tidak complete 8. TU Path AIS (Tributary Unit Path Alarm Indication Signal) Alarm ini terjadi apabila terdapat jalur yang bermasalah pada suatu sirkit E1 9. EXC Alarm ini terjadi apabila ada kerusakan atau anomaly pada suatu card pada jaringan SDH.