BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan melalui satu kanal transmisi dengan tujuan untuk mengoptimalkan saluran transmisi tersebut. Dalam multiplex dikenal 2 cara multiplexing, yaitu analog dan digital. Untuk sistem analog, saat ini sudah tidak digunakan lagi. Saat ini yang digunakan adalah multiplex digital. Dalam multiplex digital dikenal 2 cara teknik multiplex, yaitu : SDH dan PDH. SDH merupakan standar yang digunakan dalam memultiplekskan berbagai sinyal kecepatan tinggi dengan kapasitas yang berbeda secara efisien dengan menggunakan jaringan transmisi sinkron. SDH muncul karena meningkatnya kebutuhan dari operator jaringan dan pelanggan untuk fitur-fitur yang tidak tersedia dalam sistem transmisi yang ada. SDH adalah struktur transmisi yang memiliki kecepatan bit yang sama pada masing-masing tingkat (orde). Dasar untuk SDH adalah STM-1. pada SDH, aksesnya secara langsung yaitu inputan 2 Mbps membentuk STM-1 (155,52 Mbps). Di dalam rekomendasi ITU-T G.707, Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan suatu teknologi yang mempunyai struktur transport secara hierarki dan didesain untuk mengangkut informasi (payload) yang disesuaikan dengan tepat dalam sebuah jaringan transmisi. Transmisi sinkron digital 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
merupakan proses multiplex sinyal tributari secara multiplexing sinkron yang rekontruksi sinyalnya melalui elemen jaringan SDH yaitu : Terminal Multiplexer, Add/Drop Multiplexer (ADM) atau Digital Cross-Connect (DXC) dan akhirnya ditransmisikan melalui jaringan optic.[1] Tabel 2.1 Level SDH Level
Bit
Rate Jumlah E1
Jumlah
SDH
(Mbps)
1
155,52
63
1920
4
622,08
252
7640
16
2.448,32
1008
30720
64
9.953,28
4032
122880
kanal
telepon
Transmisi SDH menggunakan Byte Oriented, yaitu pengiriman data dilakukan secara byte per byte. Dalam pengiriman data selalu ditambahkan byte-byte overhead dan byte-byte pointer yang berfungsi sebagai byte control. Susunan dari byte-byte tersebut merupakan satu frame. Sistem SDH juga mempunyai banyak byte-byte overhead yang disediakan sehingga penanganan jaringan yang berkaitan dengan sistem manajemen jaringan seperti : operation, maintenance, dan alarm management bisa dilakukan dengan baik sehingga kualitas transmisi bisa dijaga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
2.1.1 Struktur Frame Struktur Frame Dasar (STM-1) Struktur frame dasar SDH adalah tingkat STM-1 dengan bit rate 155,52 Mbps. Struktur frame ini terdiri dari tiga bagian yaitu : overhead, pointer dan payload. Frame STM-1 yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini terdiri dari sinyal informasi sebanyak 9 baris dengan 270 kolom. Masing-masing kolom terdiri dari 1 byte (8 bit) dimana 9 kolom pertama pada baris 1 terdiri dari FAS (Frame Alignment Signal) yang berfungsi sebagai sinkronisasi sinyal petunjuk awal dari sinyal frame STM-1. pada 261 kolom berikutnya pada baris 1 dipergunakan sebagai payload atau customer information.
Gambar 2.1 Struktur Frame SDH
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
RSOH (Regenerator Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi dengan beberapa perangkat pengulang atau regenerator line yang letaknya antara terminal multiplekser. MSOH (Multiplex Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi antar peralatan multiplekser di terminal. AU (Administrative Unit) Pointer Berfungsi untuk mengidentifikasi letak byte pertama dari payload. Payload : Area untuk membuat sinyal informasi (sinyal PDH) Payload adalah Container ditambah dengan path overhead (POH). Berukuran 9 x 261 byte untuk memuat sinyal PDH (2 Mbps s/d 140 Mbps). Informasi yang akan ditransmisikan ditampung dalam container ini. Dengan demikian byte informasi terpisah dari byte-byte overhead sehingga lebih memudahkan di dalam pengelolaan jaringan, karena semua byte yang berkaitan dengan manajemen jaringan berada di luar blok informasi (container). Hal yang demikian tidak terjadi di dalam sistem PDH dimana semua service bit berada di dalam blok informasi. Section Overhead (SOH) Blok SOH berisi byte-byte yang diperlukan untuk transmisi SDH secara handal, antara lain byte untuk sinkronisasi frame, byte untuk error checking, dan byte untuk keperluan operasional. Berukuran 8 x 9 Byte.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
SOH terdiri dari Multiplexer Section Overhead (MSOH) dan Regenerator Section Overhead (RSOH). Pointer (Ptr) Dengan teknik pointer, byte-byte informasi dapat diakses secara cepat tanpa melalui proses demultiplex secara lengkap seperti halnya yang terjadi pada PDH. 2.1.2
Struktur Multiplex SDH
Struktur multiplex SDH merupakan bagian dari suatu proses untuk membentuk STM-N. Jumlah kanal SDH terbentuk dari multiplexing SDH, yaitu dari hasil pembentukan 3(TU-12) x 7(TUG-2) x 3(TUG-3). Dari hasil tersebut diperoleh 63 E1. E1 menunujukkan bahwa sistem mempergunakan standar Eropa, dimana 1 E1 terdiri dari 30 kanal pembicaraan. Proses multiplexing pada sistem SDH dapat dilihat pada gambar di bawah ini, C12, C3 dan C4 adalah berbagai macam container yang telah ditetapkan oleh ITU yang berfungsi menyimpan sinyal alam sistem SDH. Sinyal-sinyal yang disalurkan melalui sistem SDH, pertama kali mengalami proses pemaketan yaitu sinyal tersebut dimasukkan ke dalam container (C) yang sesuai dengan struktur dalam sistem SDH.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Gambar 2.2 Struktur Multiplexing SDH Kemudian Container akan membentuk Virtual Container (VC) dengan cara menambahkan path overhead (POH) terlebih dahulu. Virtual Container inilah yang nantinya akan diolah dan diproses oleh sistem SDH. Masingmasing VC ditambahkan pointer untuk membentuk Tributary Unit (TU) sesuai dengan VC-nya. Penggabungan dari unit-unit tributary tersebut akan membentuk Tributary Unit Group (TUG). Dengan menambahkan overhead pada TUG akan terbentuk VC orde tinggi. VC-12 disebut dengan istilah VC orde rendah (LO-VC), sedangkan untuk VC orde tinggi (HO-VC) adalah VC-3 dan VC-4. Hasil multiplikasi dari VC orde tinggi akan membentuk Administrative Unit (AU). Untuk mendapatkan STM-N, yaitu dengan cara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
multiplikasi dari AUG yang dibentuk oleh hasil multiplikasi Administrative Unit (AU) Komponen dasar STM-N : Container (C) Container berfungsi sebagai penampung byte-byte informasi sinyal digital dalam jumlah yang telah ditetapkan. Setiap sinyal tributary akan disusun
ke
dalam
suatu
container
terlebih
dahulu
sebelum
ditransmisikan dalam struktur frame STM-1. Jadi, pengertian container adalah suatu kapasitas transmisi yang besarnya sudah ditentukan dan digunakan untuk keperluan transmisi sinyal tributary ke dalam jaringan sinkron. Durasi waktu setiap container adalah tetap yaitu sebesar 125 µs. Virtual Container (VC) Virtual Container (Payload) yaitu struktur informasi berupa container yang telah diberi byte-byte Path Overhead (POH). POH berfungsi untuk menjaga kualitas sinyal informasi yang akan diproses bersamaan dengan sinyal lainnya di tingkat path. VC merupakan struktur informasi yang tidak berubah selama transmisinya di dalam suatu path tertentu. Didalam POH terdapat byte-byte yang fungsinya memonitor dan mengendalikan container yang bersangkutan selama proses transmisi sinyal dari pengirim ke penerima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Virtual Container dibagi menjadi dua yaitu : Low Order Virtual Container (LO-VC), yaitu VC yang harus disusun lagi ke dalam VC yang lebih tinggi. High Order Virtual Container (HO-VC), yaitu VC yang langsung disusun ke dalam frame STM-1. VC bila ditambah TU Pointer akan membentuk Tributary Unit (TU). Tributary Unit (TU) TU merupakan bagian dari HO-VC semua VC kecuali VC-4 bisa digabungkan ke dalam satu VC yang lebih besar. Posisi VC yang kecil (LO-VC) di dalam VC lebih besar (HO-VC) sifatnya fleksibel. Untuk itu diperlukan pointer. Isi TU adalah LO-VC + pointernya (TU-pointer). Jenis TU = TU-12 dan TU-3. Tributary Unit Group (TUG) Sebelum digabung ke dalam HO-VC, beberapa TU terlebih dahulu digabungkan menjadi satu (multiplexing byte-by-byte), dan sinyal gabungan ini dinamakan TUG. Ada dua jenis TUG, yaitu : TUG-2 dan TUG-3. Administrative Unit (AU) AU merupakan struktur informasi yang memberikan fungsi adaptasi antara high order path layer dan multiplex section layer. AU-Ptr menunjukkan posisi HO-VC di dalam AU, sedangkan AU sendiri merupakan bagian dari frame STM-1, dimana posisi HO-VC bersifat fleksibel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Administrative Unit Group (TUG) AUG bisa dikatakan STM-1 tanpa SOH. Beberapa AU disusun secara byte interleaved menjadi satu AUG. 2.1.3
Elemen Jaringan SDH
Dalam Jaringan SDH terdapat beberapa elemen dasar yang didesain sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsinya.Spesifikasi dari struktur SDH sangat berpengaruh dalam spesifikasi elemen jaringan SDH dalam aplikasinya. Elemen dasar tersebut antara lain : 1. Terminal Multiplexer (TM) TM berfungsi untuk memultiplikasi sinyal-sinyal tributary ke dalam sinyal SDH, dan juga berfungsi sebagai interface antara sinyal PDH dan SDH. 2. Add Drop Multiplexer (ADM) ADM memiliki fungsi drop and insert, dimana sinyal tributari yang diturunkan dapat dimasukan sinyal tributari yang lain, sehingga kapasitas jalur utama tetap optimum. Jika ADM dihubungkan dengan ADM lain maka akan terbentuk topologi ring. 3. Digital Cross Connect (DXC) DXC berfungsi untuk melakukan cross-connect terhadap sinyal-sinyal tributari dan melakukan switching tributari dengan bitrate yang berbeda-beda sesuai dengan jalur yang diinginkan. Jika DXC dihubungkan dengan DXC yang lain maka akan terbentuk topologi ring by ring.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
4. Regenerator Regenerator memiliki tiga fungsi, yaitu retiming, regenerating dan reshaping (3R). Regenerator melakukan semua fungsi tersebut pada tingkat elektrik sehingga sinyal optik harus di ubah menjadi sinyal elektrik terlebih dahulu. 2.1.4
Arsitektur umum jaringan SDH Level yang paling tinggi, jaringan transport adalah n x STM-1 (n x
155 Mbps) yang dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (DXC). DXC ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi interkoneksi hubungan hubungan jalur kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan rutin maupun troubleshooting-nya.
Gambar 2.3 Arsitektur jaringan SDH Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring – ring STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran STM1 ke aliran E1 atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Mengacu pada gambar 2.3 jaringan SDH dibagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan transport dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatanperalatan DXC yang berlokasi di sentral -sentral telepon serta koneksi – koneksi kapasitas tinggi diantara sentral – sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang berlokasi di sentral – sentral telepon / kabinet – kabinet di jalanan yang merupakan penyedia lebar pita saluran bagi 2.2 Sistem Proteksi SDH Pada dasarnya istilah proteksi merupakan cara pengaturan dalam memindahkan trafik pada kanal utama ke kanal cadangan (back-up) ketika terjadi kegagalan transmisi pada jalur utamanya. Sistem proteksi merupakan cara untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi pada jaringan backbone. Sistem proteksi pada SDH ini terdiri dari berbagai macam, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan maupun faktor pertimbangan ekonomis. Pada jaringan kabel optik sistem proteksi dapat diterapkan pada perangkat hardware atau dalam sistem multiplexernya. Selain itu dapat juga diterapkan pada saat pemasangan core, dimana untuk kabel main proteksi dapat diterapkan dengan membuat core proteksinya. Didalam jaringan kabel optik selain pada hardware sistem proteksi dapat juga diterapkan secara software dimana jaringan yang tersedia (existing) di buat jalur proteksinya melewati jalur optik yang lain, sehingga saat jalur utama terganggu maka koneksi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
melewati jalur tersebut tidak terganggu karena sudah memiliki proteksi melewati jalur yang optik yang lain. Perangkat merupakan sebuah bentuk hardware dimana dalam proses pemakaiannya lama kelamaan akan dapat menimbulkan permasalahan tersendiri baik itu permasalahan yang berbentuk teknis ataupun non teknis. Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa sistem proteksi yang sudah biasa dipakai untuk memproteksi perangkat, yaitu :
MSP (Multiple Section Protection) Sistem MSP merupakan sebuah sistem yang umumnya digunakan untuk memproteksi card atau modul yang ada dalam sebuah perangkat.
SNCP (Subnetwork Connection Protection) Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan berbentuk ring.
MS-SP Ring (Multiplex Section-Share Protection Ring) 2.2.1. Multiple Section Protection Pada sistem proteksi perangkat dikenal sistem proteksi MSP (Multiple Section Protection). Sistem MSP ini sudah menjadi salah satu kebutuhan penting pada sistem proteksi perangkat dimana sistem ini bekerja secara otomatis ketika sistem main failure atau bermasalah. Sistem Proteksi MSP (Multiple Section Protection) terbagi dua yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
MSP Linear (1+1) 1 to 1 card protection Pada proteksi MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai main channel (working channel) yaitu kanal yang membawa trafik, sedang 1 kanal lagi digunakan sebagai protection channel yang hanya berfungsi sebagai kanal cadangan. Pada MSP 1+1, link pada bagian transmit selalu terhubung secara permanen dengan link transmit pada bagian proteksi, sehingga trafik ditransmisikan pada bagian main channel dan protection channel. Namun, pada sisi penerima terdapat selector yang akan memilih kanal yang mana trafik tersebut akan diterima.
Gambar 2.4 MSP 1+1
MSP non-linear (1+N), 1 to N card protection Sebuah card proteksi menjadi proteksi untuk N buah working card. Pada sistem ini memiliki kekurangan yaitu jika pada saat yang bersamaan terdapat dua card yang failure maka hanya satu card saja yang bisa diproteksi. Untuk menangani permasalahan seperti ini maka diperlukan kesiapan dari team provider maupun vendor dalam mempersiapkan spare card serta penggantiannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Gambar 2.5 MSP 1+ n
2.2.2
SNCP (Subnetwork Connection Protection) Subnetwork Connection Protection (SNCP) dapat digunakan untuk
proteksi sebagian dari link, misalnya pada satu link terdapat dua atau lebih segmen yang berbeda atau dapat digunakan pada satu link penuh transmisi. Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan berbentuk ring, maupun untuk koneksi point to point. Dalam implementasinya baik dalam topologi ring maupun point to point, konfigurasi
trafiknya
dapat
unidirectional
(satu
arah)
maupun
bidirectional (dua arah). Berbeda dengan MSP, apabila ada lebih dari dua titik yang akan mengimplementasikan SNCP, maka masing-masing span tidak saling mandiri. Misalnya terdapat tiga titik yaitu A, B dan C. Maka proteksi SNCP pada span antara A dan B (span AB), serta pada span antara B dan C (span BC) akan saling mengetahui. Apabila terjadi switch ke protection channel pada span AB maka span BC dapat mengetahui
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
bahwa terjadi fail pada span AB, begitu pula sebaliknya bila terjadi fail di span BC, maka span AB akan mengetahuinya. Proses untuk melakukan switch pada SNCP tidak memerlukan protokol tertentu seperti pada MSP dan MS-SPRing, namun cukup berdasarkan Alarm Indication Signal (AIS) yang diterimanya. Trafik dikirimkan melalui dua jalur, yaitu east dan west dimana salah satunya dipilih sebagai main channel dan yang satunya lagi sebagai protection channel, seperti yang terlihat pada gambar 2.6 (a). Pada bagian penerima terdapat selector untuk memilih dari kanal mana trafik akan diterima, apabila terjadi kerusakan pada kanal utama, maka selector akan berpindah untuk menerima trafik dari kanal proteksi. Sistem switching SNCP terdiri atas dua macam, yaitu single-ended switching dan dual-ended switching. Sistem single-ended ini mirip dengan sistem proteksi unidirectional pada MSP, yaitu apabila ada salah satu link pada main channel putus, maka hanya link tersebut yang akan pindah ke link proteksi, sedangkan link satunya yang tidak mengalami gangguan tidak akan pindah ke link proteksi. Sistem dual ended switch mirip dengan bidirectional switching pada MSP, apabila terjadi gangguan pada salah satu link pada main channel, maka kedua link pada main channel akan berpindah ke link proteksi, untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 2.6 (c) dan 2.6 (d).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 2.6 Single-ended dan dual-ended switching pada SNCP
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Disamping kelebihannya karena proses switch SNCP yang cukup simpel, SNCP mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding MSP, yaitu : a. Selain menggunakan media transmisi yang sama, SNCP juga dapat dilewatkan pada media transmisi yang berbeda , misalnya main channel
menggunakan
serat
optik
dan
protection
channel
menggunakan microwave link. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus dilewatkan pada media transmisi yang sama, yaitu serat optik. b. Kedua buah link, main channel dan protection channel, dapat menggunakan kapasitas yang berbeda. Misalnya main channel menggunakan serat optik berkapasitas STM-4, dan sebagai protection channel digunakan microwave link berkapasitas STM-1. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus menggunakan link yang mempunyai kapasitas sama.
Walaupun proteksi SNCP cukup handal, namun apabila digunakan dalam konfigurasi ring dengan kebutuhan trafik yang besar, SNCP mempunyai kendala yaitu keterbatasan jumlah kanal, karena itu untuk kebutuhan trafik yang besar (STM-16) dalam konfigurasi ring, digunakan sistem proteksi MS-SP Ring.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2.2.3
Multiplex Section-Share Protection (MS-SP Ring) MS-SP Ring digunakan pada jaringan bertopologi ring dan
berfungsi memproteksi traffic pada sinyal aggregate dari backbone jaringan transmisi SDH (biasanya proteksi ini digunakan minimum pada level STM-16), dan menjadi pilihan utama sebagai sistem proteksi untuk jaringan-jaringan utama dalam transmisi SDH. Setiap node pada arsitektur MS-SP Ring memerlukan penamaan atau penomoran dan sesuai dengan rekomendasi ITU-T G.841 jumlah maksimal node pada konfigurasi MS-SP Ring adalah 16. Tiap node diberi nomor yang berbeda antara 0 sampai 15 dan tidak boleh berurutan, antara node-node yang bersebelahan dapat saja secara acak. Gambar 2.7 menggambarkan contoh konfigurasi dan penomoran node pada ring SDH.
Gambar 2.7 Penomoran node-node pada ring SDH Pada tiap span, misalnya rentang antara node N dan D, byte-byte APS ditransmisikan secara dua arah. Pada sistem MS-SP Ring dua serat, tiap serat optik akan melewatkan protokol APS, berupa byte-byte APS.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Protokol APS pada kedua serat aktif, karena pada tiap serat terdapat working channel dan protection channel. Pada tiap span, misalnya rentang antara node D dan N, byte-byte APS ditransmisikan secara dua arah. Pada sistem MS-SP Ring dua serat, tiap serat optik akan melewatkan protokol APS, berupa APS. Protokol APS pasa kedua serat aktif, karena pada tiap serat terdapat working channel dan protection channel. Sedangkan pada MS-SP Ring empat serat, protokol APS hanya aktif pada dua serat optik yang mengangkut protection channel sedangkan pada working channel protokol APS serat tidak aktif. 2.2.3.1 MS-SP Ring Dua Serat Pada MS-SP Ring dua serat, tiap span pada ring SDH hanya memerlukan dua buah serat. Pada tiap serat, setengah dari kanal yang tersedia digunakan sebagai working channel, sedangkan setengah lagi dialokasikan sebagai protection channel. Misalnya suatu serat mempunyai kapasitas STM-16, maka trafik yang dilalukan hanya 8 AU-4, sedangkan 8 kanal dipergunakan untuk proteksi. Working channel pada tiap serat akan diproteksi oleh protection channel, dan mempunyai arah yang berlawanan dengan working channel tersebut. Hal ini memungkinkan working channel menghantarkan traffic pada dua arah yang berbeda (bidirectional). Gambar 2.8 menjelaskan bagaimana arsitektur dan pembagian kanal pada sistem proteksi MSSPRing dua serat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.8 MS-SPRing dua serat Dari gambar 2.8 di atas dapat dilihat bahwa pada MS-SP Ring dua serat, masing-masing serat membawa working channel, protection channel dan byte-byte SOH. Serat yang digunakan untuk incoming dan outgoing
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
tributari menggunakan serat yang berbeda, karena arah trafik yang dihantarkan berbeda. Apabila terjadi ring switch, maka trafik pada time slot yang membawa working channel akan dialihkan ke time slot yang membawa protection channel, yang mempunyai arah rambat yang berlawanan. Misalnya pada tiap span terdapat N buah AU-4, maka AU-4 dengan nomor 1 s.d. N/2 akan berperan sebagai working channel, sedangkan AU-4 dengan nomor (N/2)+1 s.d. N akan berperan sebagai protection channel. Protection channel yang menjadi cadangan working channel sudah disusun menurut aturan tertentu, misalnya working channel 1akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+1, dan working channel 2 akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+2 dan seterusnya. Selama ring switch, working channel yang arahnya menuju bagian dari jaringan yang gagal (failed span) akan dipindahkan ke protection channel pada node terdekat dengan failed span tersebut. Trafik yang dilewatkan pada protection channel, mempunyai arah yang berlawanan dengan trafik pada working channel semula, menjauhi failed span tersebut. Trafik yang dipindahkan ke protection channel, akan mengelilingi jaringan ring menuju node yang menjadi tujuannya. Secara lengkap proses ini dapat dilihat pada gambar 2.9.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Gambar 2.9 Proses switching MS-SP Ring dua serat Proses yang terjadi pada gambar 2.9 (a) dan 2.9 (b) dapat dijelaskan sebagai berikut : pada kondisi normal trafik dari A ke B maupun dari B ke A, dilewatkan melalui link A-B, begitu pula untuk trafik antara B-C dilewatkan link B-C, dan trafik antara A-C dilewatkan melalui link A-C. Kapasitas trafik pada tiap link adalah STM-4, sehingga trafik yang dilewatkan pada masing-masing link adalah 2 AU-4 dan kanal sisanya dipergunakan untuk proteksi. Saat terjadi failed pada link A-B yang membuat hubungan antara A dengan B terputus, multiplexer A, B, dan C mampu mendeteksi adanya failed pada link A-B, kemudian multiplexer A akan membuat hubungan (bridge) ke kanal proteksi 2 AU-4 cadangan untuk selanjutnya trafik akan dilewatkan melalui link A-C dengan menggunakan kanal proteksi. Multiplexer C yang mendeteksi adanya failed tersebut melalui byte-byte APS yang diterimanya, akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
melakukan switch pada kanal proteksinya sehingga membuat hubungan pass-trough pada level tributary untuk meneruskan trafik dari A menuju B ataupun sebaliknya. Multiplexer B yang juga mendeteksi adanya failed pada link A-B akan melakukan switch ke kanal proteksi untuk menerima trafik A, begitu pula sebaliknya untuk trafik yang akan dikirim dari C menuju A. 2.2.3.2 MS-SP Ring Empat Serat MS-SP Ring empat serat membutuhkan empat buah serat optik pada masing-masing span pada ring SDH. Working channel dan protection channel pada
MS-SP Ring empat serat ini dibawa oleh serat yang
berbeda. Dua untai serat optik membawa working channel, untuk masingmasing incoming dan outgoing tributari yang mempunyai arah rambat berlawanan, dan dua untai serat optik membawa protection channel dengan konfigurasi yang sama dengan working channel. Byte-byte SOH diberikan pada masing - masing serat optik, baik untuk working channel maupun protection channel, karena keduanya tidak berada dalam satu serat optik. MS-SP Ring empat serat dapat mendukung ring switching maupun span switching, meskipun tidak bersama-sama. Span switching dapat terjadi, karena protection channel pada suatu span hanya digunakan untuk memproteksi working channel pada span tersebut. Span switching amat berguna untuk mengatasi gangguan-gangguan yang hanya menyebabkan working channel pada suatu span gagal beroperasi, misalnya putusnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
serat optik pada working channel saja, dan kegagalan pada komponen elektrik di working channel. MS-SP Ring empat serat dapat dikonfigurasi ring switching tidak usah dijalankan, hanya menjalankan span switching (multiple span). Hal ini dapat terjadi karena pada perancangan awal, biasanya sebuah span antara dua node dapat berdiri sendiri atau dapat diisolasi dari span yang lain. Konfigurasi ini menambah pilihan mode operasi yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Arsitektur dan pembagian kanal dari MS-SPRing empat serat dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Gambar 2.10 MS-SP Ring empat serat 3.1 Network Management System (NMS) Network Management System (NMS) merupakan software yang berfungsi sebagai system administrasi jaringan khususnya jaringan backbone SDH. NMS yang digunakan dalam perancangan ini merupakan tipe NMS client yang didalamnya terdapat beberapa jenis tipe perangkat, diantaranya ALU, merupakan produk dari vendor jaringan PT Alcatel-Lucent Telecom Yang saling terintegrasi satu sama lain dengan jaringan-jaringan backbone SDH dari perangkat vendor jaringan lainnya. Untuk mengakses NMS yang ada diperlukan user id dan password user ini juga berguna untuk mengidentifikasi apabila sewaktu-waktu ada sirkit yang down dan terhapus dapat, untuk tampilan loginnya terlihat seperti pada gambar 3.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Gambar 2.11 Tampilan Login Alcatel-Lucent Client Selain berfungsi sebagai sistem administrasi jaringan NMS juga mendukung untuk suksesnya sebuah integrasi, dengan bantuan create circuit customer, deteksi alarm, beberapa simulasi test diantaranya test loop guna memastikan titik pusat dari suatu masalah integrasi baik masalah configurasi maupun perangkat fisik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
3.2 Element – Element pada NMS Pada NMS terdapat beberapa element – element diantaranya :
NE (Network Element) NE merupakan semacam lemari besi yang didalamnya terdapat beberapa slot, slot berguna untuk tempat menginsert card yang dapat di insert sesuai kebutuhan. Slot ini dapat diisi dengan tipe card yang berspesifikasi SDH atau juga dapat diisi dengan jenis card yang berspesifikasi ethernet,mulai dari slot dengan kapasitas E1 hingga level STM-N. Di bawah ini adalah contoh gambar 1678 Jakarta Alacatel-Lucent NMS.
Gambar 2.12 Rak 1678 Series
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Link Link Physical ini pada NMS adalah sebuah gambaran virtual jaringan fisik fiber yang mewakili kondisi sebenarnya di lapangan, biasa disebut juga ‘jaringan besar’ pada NMS. Di PT Mora Telematika, dalam menggelar jaringan fibernya menggunakan core STM-1, STM16 dan STM-64 Garis pada NMS yang berwarna hijau adalah garis yang menghubungkan antar NE satu ke NE yang lainnya yang merupakan gambaran koneksi dari NE satu ke NE yang lainnya, yang dilengkapi dengan kapasitas yang berbeda – beda, dengan satuan kapasitas STM1,STM-4 hingga STM-64. Satuan kapasitas sebagai jalur untuk menghantarkan trafik dari end to end. Di bawah ini contoh gambar link area Jakarta dan Jawa.
Gambar 2.13 Link Jawa Backbone
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Trail Merupakan jalur yang dibuat untuk untuk menghubungkan trafik dari drop asal ke drop port tujuan. Trail dibuat dengan menggunakan kapasitas Port STM-1 yang dipecah ke level E1, yang berjumlah 63 kali E1. Di bawah ini adalah contoh gambar Trail STM-1 yang di pecah E1 menjadi 63 E1.
3.3 Perancangan Proteksi SNCP Link Jakarta – Semarang Teknologi sistem proteksi ini merupakan sistem proteksi yang paling populer dan umum digunakan. Alasan yang PT. Mora Telematika Indonesia, melatarbelakangi penggunaan teknologi sistem proteksi Subnetwork Connection Protection ini, yaitu : a) Mudah diterapkan pada perangkat SDH b) Melibatkan Near end - Far end proteksi c) Dapat di terapkan pada kapasitas E1 (2Mb), DS3 (45Mb), dan STM1 (155Mb) Proteksi SNCP dapat diimplementasikan dengan mudah dibandingkan dengan metode proteksi yang lain misalnya MSP Ring dan MS-SP Ring, Jaringan layanan komunikasi terbentang di kota-kota sepanjang Jawa dengan media transmisi utama adalah serat optik dan gelombang mikro digital SDH STM-64. Mempertahankan performansi dan availabilitas sistem yang besar ini merupakan tantangan tersendiri, ada banyak faktor yang menjadi kendala diantaranya adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
gangguan-gangguan mekanisme seperti terputusnya phisik kabel serat optik, malfungsi pada perangkat multipleks yang digunakan, keterbatasan sumber daya manusia, kondisi geografis yang terkadang mempersulit kerja petugas lapangan, keterbatasan infrastruktur dan perangkat mulitipleksing, kondisi sosial budaya lingkungan penduduk setempat dan masih banyak lagi. Salah satu cara meminimalisasi hambatan-hambatan itu, terutama untuk meminimalisasi efek dari terputus atau rusaknya fisik kabel serat optik, yaitu dengan perancangan topologi jaringan transmisi yang mengakomodasi semua kemungkinan-kemungkinan terburuk dari suatu sistem transmisi, dengan tetap mengacu kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan teknis yang diterapkan pada teknologi jaringan SDH. selain itu, teknologi ini memungkinkan untuk menghadirkan kapasitas transmisi yang sangat besar, dan kemampuan sistem proteksi transmisi yang baik. Dengan teknologi proteksi SDH, semua kehandalan sistem transmisinya tetap terjaga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/