BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Serdang Bedagai
Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan Serdang dimulai ketika terjadi perebutan tahta kesultanan Deli setelah Tuanku Panglima Paderap (pendiri kesultanan Deli) mangkat pada tahun 1723. tuanku Gandar Wahid, anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih tahta dengan tidak memperdulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya Tuanku Umar. Tuanku Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena cacat fisik, sementara Tuanku Umar terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang.
Melihat hal ini beberapa petinggi wilayah yakni Datuk Sunggal Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja Ulung Tanjong Morawa dan Kejuruan Lumu sebagai wakil Aceh menabalkan Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah Kejuruan Junjungan sebagai Sultan Serdang pertama pada tahun 1728. wilayah kesultanan ini berpusat di Kampung Besar tempat dimana ibunya, Tuanku Ampunan Sampali tinggal. Tuanku Umar atau Raja Osman akhirnya tewas saat pasukan kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir Sumatera Timur di tahun 1782. makam Tuanku Umar sampai kini masih ada di tengahtengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian dilanjutkan oleh putranya Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Sedangkan adiknya Tuanku Sabjana ditempatkan sebagai Raja
Universitas Sumatera Utara
Muda di kampung Kelambir pinggir Sungai Tuan. Di bawah kepemimpinan Tuanku Ainan, Kesultanan Serdang mengalami perkembangan dengan melebarkan wilayah kekuasaan hingga ke Percut dan Serdang Hulu. Kesultanan Siak memberi gelar ”Sultan” pada Tuanku Ainan di tahun 1814. istrinya adalah putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam. Anak-anak Tuanku Ainan membuka dan memimpin perkampungan-perkampungan baru.
Tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya, Tengku Sinar karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam pertempuran membantu mertuanya di Kampung Punggai. Tengku Sinar di Kampung Punggai. Tengku Sinar kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Bashar Shah. Pada zaman inilah Kesultanan Serdang mengalami kejayaan dengan perdegangan dan pemerintahan yang adil. Perjanjian dagang dengan Inggris dibuat tahun 1823. Tercatat ekspor ketika itu berjumlah 8.000 pikul terdiri lada, tembakau, kacang putih, emas dan kapur barus. Sedangkan Inggris memasok kain-kain buatan Eropa. Wilayah kekuasan sudah melebar mulai dari Percut, Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timur sampai Negeri Dolok. Sultan Serdang keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang kemudian bergelar Paduka Sri Sultan M. Basyarauddin Syaiful Alam Shah. Ia ditabalkan di tahun 1850 sesaat setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra keempat Tuanku Ainan. Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan wilayah jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan menembus kawasan Karo dan Batak Timur.
Ketika pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan Basyarudiin dengan tegas memihak pada Kesultanan Aceh dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh dengan wilayah kewajirannya meliputi Langkat hingga Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher tahun 1862. Di sisi lain, Sultan Basyaruddin berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki hubungan akrab dengan Belanda. Namun peperangan dengan Kesultanan Deli sempat pecah ketiak Serdang merebut kembali wilayah Denai. Demikian juga ketika Kesultanan Aceh mengirim 200 kapal perang untuk menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat, Sultan Basyaruddin turut membantu. Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin didukung oleh para raja dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung Kelambir: Raja Muda Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir Bedagai: Datuk Putera Raja Negeri Serdang Ahmad Yudha, Wajir Senembah: Kejuruan Seri Diraja Sutan Saidi.
Melihat perlawanan yang begitu kuat, akhirnya Belanda pada Agustus 1865 menurunkan ribuan pasukannya di Batubara dan Tanjung Balai. Penyerangan ini diberi sandi Ekspedisi Militer melawan Serdang dan Asahan. 30 September, pasukan Belanda sampai di Serdang dan langsung mengejar Sultan Basyaruddin yang bertahan di pedalaman, hingga akhirnya perlawanan tersebut dipatahkan pada 3 Oktober dan Sultan Basyaruddin ditawan Belanda. Belanda kemudian merampas tanah-tanah jajahan Serdang seperti Padang, Bedagai, Percut dan Denai. 20 Desember 1879, Sultan Basyaruddin mangkat di Istana Bogak, Rantau Panjang dan dimakamkan di dekat Stasiun Araskabu. Kesultanan Serdang diteruskan pada Tengku Sulaiman yang saat itu masih dibawah umur, 13 tahun. Ia ditabalkan menjadi Paduka Sri Sultan Tuanku Sulaiman Syariful Alam Shah. Untuk menghindari kekosongan kekuasaan pamannya Tengku Mustafa bergelar Raja Muda Sri Maharaja diangkat sebagai Wali Sultan. Penabalan ini dilaksanakan di Istana Tanjung Puteri, Bogak, Rantau Panjang. Pengangkatan ini tidak serta merta diakui oleh Residen Belanda. Mereka memberi 3 syarat jika Sultan Sulaiman ingin diakui yakni: Serdang tidak menuntut daerah-daerah yang telah dirampas Belanda, penetapan tapal batas antara Deli dan Serdang serta Sultan harus tunduk pada kekuasaan Belanda. Namun Sultan Sulaiman tidak perduli. Tahun 1882, Belanda memaksa agar sebagian wilayah Senembah diserahkan kepada Deli dengan imbalan Deli akan
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan kembali Negeri Denai. Sultan Sulaiman baru diakui pada tahun 1887 walau ia tetap tidak setuju atas tapal batas dengan Deli yang ditentukan Belanda.
Tahun 1891 Kontrolir Belanda, Douwes Dekker memindahkan ibukota Kesultanan Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu mengalami banjir. Namun Sultan Sulaiman tidak mau. Ia yang telah membangun istana Kota Galuh dan mesjid Sulaimaniyah di Persimpangan Tiga Perbaungan pada tahun 1886 justru pindah ke istana tersebut. Kota ini menjadi tandingan kota Lubuk Pakam karena sultan kemudian membangun kedai, pasar dan pertokoan sehingga ramai. Daerah-daerah taklukan Serdang yang dikuasai Belanda dijadikan perkebunan seperti di Denai, Bedagai, Senembah dan Percut. Seluruh perkebunan ini mengikat kontrak dengan Sultan Deli. Walau diakui namun kekuasaan sultan pelan-pelan dibatasi Belanda. Bahkan ketika pulang bertemu dengan Kaisar Jepang Tenno Heika Meiji Mutshuhito, tapal batas dengan Bedagai telah diperkecil Belanda. Belanda juga menghapus jabatan-jabatan penting kesultanan setelah yang menyandangnya meninggal dunia.
Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman, kesultanan Serdang membangun 2.000 bahu lahan persawahan lengkap dengan irigasinya. Kemudian di tahun 1903 didatangkan transmigran masyarakat Banjar untuk mengolahnya. Sultan juga membuka pabrik belacan dan sabun di Pantai Labu serta membuka perkebunan tembakau di Kuala Bali. Bank Batak dibangun Sultan di Bangun Purba sebagai penunjang roda perekonomian di Serdang. Di bidang pendidikan Sultan mendirikan sekolah Syairussulaiman di Perbaungan. Dalam buku Kronik Mahkota Kesultanan Serdang yang ditulis Tuanku Luckman Sinar Basarsyah, Sultan Sulaiman digambarkan orang yang anti Belanda. Misalnya Sultan Sulaiman adalah orang yang memperjuangkan agar rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan tembakau konsesi dibenarkan mengerjakan lahan untuk tanaman padi saat areal perkebunan dibelukarkan. Untuk memastikannya ia membuat kodefikasi tentang Hak Adat Rakyat Penunggu di tahun
Universitas Sumatera Utara
1922, hak ini membenarkan siapa saja yang memenuhi syarat untuk memperoleh hak jaluran. Sultan Sulaiman juga dikenal akrab dengan kesenian dan kebudayaan. Ia mendirikan teater ”Indera Ratu” yang membawakan cerita-cerita Melayu, India dan Barat. Sekali setahun teater ini menggelar pertunjukan ke berbagai pelosok Serdang untuk menghibur rakyat secara gratis. Sultan juga menghidupkan teater tradisional ”Makyong” dan wayang kulit jawa yang dihadiahkan oleh Sultan Hamengkubowono VIII. Biasanya kesenian ini digelar pada tiap hari raya di depan Istana Perbaungan.
Saat perang dunia kedua, Jepang yang masuk ke Serdang melalui Pantai Perupuk Tanjung Tiram, Batubara. Namun pasukan ini terkejut ketika masuk ke istana menemukan gambar Tenno Heika Meiji tergantung di dinding istana. Sejak itu hubungan Sultan Sulaiman dengan tentara pendudukan Jepang terjalin baik. Bahkan Sultan diberikan mobil dengan plat no. 1. jepang juga berjanji tidak akan mengambil pekerja paksa dari Serdang dengan syarat Serdang harus menyuplai beras ke markas-markas Jepang. Sultan Sulaiman juga segera mengibarkan bendera merah putih ketika mendengar proklamasi 17 Agustus 1945 melalui gubernur Sumatera Timur, TM Hassan, Sultan mengirimkan sebuah telegram kepada Presiden Soekarno yang menyatakan kesultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah Republik Indonesia dan dengan segala kekuatan akan mendukungnya. Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara Sumatera Timur (NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur menentang kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional
Universitas Sumatera Utara
Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur tidak bersedia. Akhirnya pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain UUDS Kesatuan yang berdasar dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan UUD 1945. Atas dasar itu kesultanan Serdang masuk dalam kabupaten Deli Serdang. Karena Sumatera Timur dibagi atas 5 afdeling, salah satu diantaranya adalah Deli dan Serdang. Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen serta terbagi atas 4 (empat) onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota di Medan, Bovan Deli beribukota di Pancur Batu, Serdang beribukota di Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota di Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh seorang kontrolir.
2.2 Sejarah Pemerintahan
2.2.1 Kronologis
Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan Tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu. Dasar pertimbangan untuk dilakukannya pemekaran adalah luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk sutu Kabupaten.
Kajian terhadap pemekaran wilayah pada masa itu telah sampai pada dikeluarkannya Keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor 02/DPRD/1992 tanggal 27 Februari
Universitas Sumatera Utara
1992 tentang Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang yang menetapkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang. Perencanaan pemekaran tersebut terhenti dan kembali bergulir pada saat reformasi terjadi tahun 1998. Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan di Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor: 129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, memberikan ruang yang semakin terbuka terhadap keinginan masyarakat untuk melakukan pemekaran. Beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam upaya pemekaran Kabupaten Deli Serdang yakni:
1) Badan Pendukung Pemekaran Kabupaten Deli Serdang (BPPKDS) Tahun 1992. 2) Panitia Pembentukan Kabupaten Deli (PPKD) tahun 1992. 3) Panitia pembentukan Pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (P3KSB) Tahun 2002.
BPPKDS merencanakan Kabupaten Deli Serdang di bagi menjadi dua Kabupaten sesuai dengan konsep pemekaran Tahun 1992 dengan usulan ibukota Kabupaten Pemekaran antara lain: Dolok Masihul, Sei Rampah dan Perbaungan. PPKD lebih menekankan pada pembentukan Kabupaten baru yakni Kabupaten Deli dengan ibukota Patumbak, sehingga tujuan dari diadakannya pemekaran tidak tampak, tetapi lebih pada keinginan untuk memisahkan diri dari Kabupaten Deli Serdang. P3KSB mengajukan konsep pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) yakni Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan kabupaten Serdang Bedagai sebagai kabupaten pemekaran dengan ibukota kabupaten Sei Rampah.
Universitas Sumatera Utara
Keinginan yang begitu besar dari masyarakat disikapi dengan arif dan bijaksana oleh Pemerintah kabupaten Deli Serdang dengan menyusun konsep dasar pemekaran Kabupaten dan melakukan kajian-kajian dalam rangka pemekaran tersebut. Berdasarkan penelitian dan masukan dari berbagai elemen masyarakat, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengusulkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 3 (tiga) yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk, Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai kabupaten pemekaran.
2.2.2 Dasar Hukum
Perjalanan panjang proses pemekaran Kabupaten Deli Serdang secara hukum dimulai dari ditetapkannya Keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor: 13/KP/Tahun 2002 Tanggal 2 Agsutus 2002 Tentang Persetujuan Pembentukan/Pemekaran Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya DPRD Propinsi Sumatera Utara melalui Keputusan Nomor: 18/K/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli Serdang. DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui Keputusan Nomor 26/K/DPRD/2003 Tanggal 9 Maret 2003 menetapkan Persetujuan Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah. Pertimbangan nama Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada sejarah dimana wilayah ini dahulu berada dalam wilayah Kesultanan Serdang dan Kesultanan Bedagai.
Menindak lanjuti Keputusan yang ada, Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Nomor: 136/6777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskan usul Pemekaran Kabupaten Deli Serdang, Nias dan Toba Samosir kepada menteri Dalam Negeri di Jakarta. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
persetujuan DPR RI, Presiden Republik Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara.
Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nomor 131.21-26 Tahun 2004 tentang Pengangkatan Penjabat Bupati Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara dan Mengangkat Bapak Drs. H. Chairullah S.IP, MAP sebagai Penjabat Bupati Serdang Bedagai. Atas nama Menteri Dalam Negeri Tanggal 15 Januari 2004 Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin melantik Bapak Drs. H. Chairullah S.IP, MAP sebagai penjabat Bupati Serdang Bedagai. Setelah Masa Transisi 1 (satu) tahun diangkat kembali Penjabat Bupati Drs. H. Kasim Siyo, Msi pada tanggal 3 Maret 2005 yang ditugaskan untuk melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) secara langsung maka terpilihlah Ir. H. T. Erry Nuradi, MBA menjadi Bupati dan Ir. Soekirman menjadi wakil Bupati Serdang Bedagai masa bakti 2005-2009.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi dalam 17 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan, didiami oleh penduduk dari beragam etnik/suku bangsa, agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lain-lain. Potensi sumber daya alam di Kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya: sektor pertanian, perkebunan dan perikanan serta sektor pariwisata. Sejak terbentuknya pemerintahan daerah yang baru, Sei Rampah merupakan Ibukota Kabupaten sebagai pusat pemerintahan, jaraknya dengan kota-kota kecamatan sangat bervariasi antara 7 Km s/d 51 Km. disamping Kec. Sei Rampah sebagai pusat kota, Kec. Perbaungan juga merupakan kota pusat perdagangan di kab. Serdang Bedagai yang diandalkan dimana kedua kecamatan ini menjadi indikator keberhasilan pertumbuhan pembangunan yang dilaksanakan. Kota-kota kecamatan yang
Universitas Sumatera Utara
letaknya relative jauh (diatas 50 km) antara lain, kec. Dolok Merawan, kecamatankecamatan lain jaraknya berkisar 7 sampai dengan 32 km. Adanya wacana pemekaran wilayah kecamatan, dimungkinkan beberapa kecamatan yang masih memiliki wilayah cukup luas berpeluang untuk dimekarkan. Diantaranya kecamatan Perbaungan, Sei Rampah dan Dolok Masihul. Hal ini sejalan dengan upaya untuk percepatan proses pelaksanaan pembangunan di daerah. 16
2.3 Deskripsi Desa Pagar Manik 2.3.1 Kondisi Geografis Desa Pagar Manik terbentuk dari 3 wilayah dusun yaitu Dusun I,II dan Dusun III. Semua dusun terletak di daerah perbukitan. Desa ini memiliki luas wilayah 192,9 Ha atau 1.929 Km2. Wilayah Desa Pagar Manik berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kulasar, Kecamatan Silinda Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tarean, Kecamatan Silinda Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Buaya, Kecamatan Silinda Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Silinda, Kecamatan Silinda Desa Pagar Manik Terletak pada ketinggian 192 m di atas permukan air laut. 2.3.1.1 Peruntukan Lahan
16
http://serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=108&Ite
mid=67
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Pagar Manik dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian:yaitu untuk lahan sawah (58 Ha), perkebunan (110 Ha) dan ladang (18 Ha). Secara rinci peruntukan atau pemanfatan lahan dapat dilihat pada table 1 berikut ini: Tabel 2.1 Luas Lahan menurut Peruntukan di Desa Pagar Manik Tahun 2008 No. Peruntukan Lahan
Luas (Ha)
Persentase
1
Sawah
58
30,06%
2
Tegalan/Ladang
18
9,33%
3
Perkebunan
110
57,02%
4
Kolam/Tambak
0,1
0,05%
5
Permukiman
4,4
2,28%
6
Perkantoran
-
-
7
Sekolahan
-
-
8
Pertokoan
-
-
9
Tempat Ibadah
0,2
0,1%
10
Makam
0,6
0,31%
11
Jalan
1,6
0,82%
12
Lain-lain
-
-
JUMLAH
192,9
100,00%
Sumber:Profil Desa Pagar Manik Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa lahan yang ada dimanfaatkan masyarakat untuk berkebun dan bersawah, dengan demikian dapat dketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda sumber mata pencahariannya adalah bertani baik berkebun maupun sawah. 2.3.1.2 Keadaan Lahan
Universitas Sumatera Utara
Sebagaian besar lahan pertanian berupa perkebunan/tegalan, terutama lahan-lahan yang ada di perbukitan, sedangkan pengairan untuk lahan pertanian cukup baik. Lahan yang ada di dusun II berupa tanah berpasir dengan warna abu-abu kehitaman dan cocok untuk untuk pengembangan usaha pertanian sawah, sedangkan lahan di perbukitan berupa tanah lempung sedikit berbatu dan berwarna kemerahan, cocok untuk pengembangan pertanian perkebunan dan peternakan.
2.3.2 Kondisi Demografis 2.3.2.1 Jumlah Penduduk Tahun 2007 jumlah penduduk Desa Pagar Manik sebanyak 1.114 jiwa . Pada Tahun 2008 jumlah penduduk menjadi 1.126 jiwa yang terdiri dari atas 543 jiwa laki-laki dan 583 jiwa perempuan. Kalau dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) desa ini dihuni oleh 291 KK. Dengan demikian diketahui dari tahun 2007 sampai tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah penduduk di Desa Pagar Manik, dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki.
2.3.2.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk terhadap luas lahan atau luas daerah. Kepadatan penduduk dinyatakan dengan satuan “jiwa/Km2” Jumlah penduduk
tahun 2008
diperbandingkan dengan
luas
lahan
dapat
menggambarkan kepadatan penduduk yaitu sebesar:1.126/1.929 X 1Jiwa/Km2=583,7 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Angka ini menggambarkan bahwa setiap 1Km2 lahan di desa Pagar Manik dihuni oleh 583,7 jiwa. Dengan demikian desa ini tergolong berpenduduk sangat padat. 2.3.2.3 Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin NO
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah penduduk (Jiwa) Laki-laki
Perempuan
Persentase
L+P
1
0-1
11
20
31
2,75
2
2-4
29
30
59
5,23
3
5-6
35
45
75
6,66
4
7-12
56
50
106
9,41
5
13-15
46
42
88
7,81
6
16-18
35
39
74
6,57
7
19-24
65
74
119
12,34
8
25-44
152
150
302
26,82
9
45 keatas
114
133
247
21,93
Jumlah
543
583
1126
100,00
Sumber:Profil Desa Pagar Manik Berdasarkan data komposisi penduduk menurut umur , ternyata penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki.
Keadaan ini merupakan akibat dari banyak
penduduk usia muda(usia produktif) yang merantau atau bermigrasi ke daerah lain. Para migrant yang berasal dari Desa Pagar Manik ini pada umumnya memilih daeah tujuan ke kota-kota besar seperti Jakarta, Medan dan kota-kota lainnya. Mulai Tahun 2000 an ada pula penduduk desa ini yang merantau ke Luar Negeri antara lain Malaysia. Keadaan yang
Universitas Sumatera Utara
demikian ini membuat desa kekurangan tenaga muda untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan desa dan perkawinan pada usia muda (17-19tahun) masih ada di desa ini.
2.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Kehidupan masyarakat Desa Pagar Manik sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Adapun suku-suku yang ada di Desa Pagar Manik adalah Batak Simalungun, Jawa dan sebagian Batak Karo dimana mayoritas adalah etnis Batak Simalungun. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (Lahir-dewasa/berumahtangga-mati), seperti upacara kelahirn, khitanan, perkawinan dan upacara-upacara dan upacara yang berhubungan dengan kematian, hamper selalu dilakukan oleh warga masyarakat . Selain itu tradisi sedekah bumi, bersih desa dan semacamnya sudah jarang dilakukan. Kegotongroyongan masyarakat masih kuat.
Kebiasaan menjenguk orang sakit
(tetangga atau sanak famili) masih dilakukan masyarakat. Biasanya ketika menjenguk orang sakit, bukan makanan yang dibawa, tetapi mereka mengumpulkan uang bersama-sama warga untuk kemudian disumbangkan kepada yang sakit untuk meringankan beban biaya. Kebiasaan saling membantu memperbaiki rumah atau membantu tetangga yang mengadakan perhelatan juga masih dilakukan. Semua it menggambarkan bahwa hubungan ketetanggaan di desa ini masih erat. Kesenian yang paling disukai warga desa ini adalah kesenian tradisional seperti wayang, ketoprak, keroncong dan reyog. Namun belakangan ini para pemuda cenderng lebih menyukai musik dangdut dan musik modern-modern lainnya. Kelompok-kelompok kesenian modern (band dan musik campur sari) tampak bermunculan. Di dalam desa ini pada awal
Universitas Sumatera Utara
tahun 2000 hingga sekarang beriri 1 kelompok kesenian modern, yaitu keyboard kelompok musik campur sari. Kondisi kesehatan masyarakat terolong cukup baik,trtama setelah adanya Puskesmas dan Polindes.
Namun demikian pada musim-musim tertentu warga masyarakat sering
mengalami gangguan kesahatan, teruama malaria. Keberdaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang selars dengan semakin baiknya perekonomian masyarakat. Kegiatan pengamanan(siskamling) desa secara bersama tergolong masih baik, meskipun tampak mulai mengendor. Kendornya kegiatan siskamling ditengari kara semakin banyak waktu yang digunakan oleh warga masyarakat untuk mencari nafkah(bekerja).
2.3.4 Sarana dan Prasarana Di desa ini telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan. Tabel 2.3 Prasarana Perhubungan No
Jenis Prasarana
Kualitas/Panjang
Keterangan
1
Jalan kabupaten
0,5Km
Sebagian rusak
2
Jalan Desa
3 Km
Sebagian Rusak
3
Jalan Dusun/Kampung
2 Km
Sebagian Rusak
4
Jembatan
3 unit
Sebagian Rusak
Sumber:Profil Desa Pagar Manik
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa segala sarana perhubungan yang ada di Desa Pagar Manik sedang berada dalam kondisi rusak sebagian, ini mengakibatkan banyak keluhan-keluhan masyarakat karena akses jalan yang digunakan sedang berada dalam kondisi rusak sehingga mempersulit warga untuk keluar dari kampong sebab akan memakan waktu yang lebih lama akibat kerusakan jalan. Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarkat adalah sepeda dan motor.
Didesa ini belum ada sarana transportasi umum seperti bus, mikrolet atau
sejenisnya. Jaringan listrik dari PLN semua sudah tersedia di desa ini, sehingga hampir semua rumah tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumahtangga.
Beberapa rumahtangga menggunakan pompa listrik untuk
mengambil air sumur.
2.4 Visi dan Misi Desa Pagar Manik 2.4.1 VISI Desa Pagar Manik Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Desa Pagar Manik yang di dukung pelayanan Pemerintahan yang baik serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam secara berkelanjutan. Visi pembangunan Desa Pagar Manik tersebut mengandung makna, bahwa pemerintah desa bersama masyarkat berkeinginan lima tahun kedepan kehidupannya lebih sejahtera baik sejahtera lahir maupun batin.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai keadaan yang sejahtera itu, diperlukan adanya pelayanan pemerintahan yang baik (demokratis, transparan, dan berkepedulian).
Selain itu, demi
mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan, maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas (sehat, cerdas dan produktif).
Tidak kalah pentingnya dari semua itu
pelestarian fungsi lingkungan sebagai upaya menjaga kualitas sumberdaya alam harus dilakukan. 2.4.2 Misi Desa Pagar manik 1. Membangun tata pemerintahan desa yang baik dengan bersendikan pada prinsip keterbukaan, tanggungjawab, saling percaya dan partisipasi masyarakat. 2. Meningkatan kualitas hidup menuju kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan dan berkeadilan. 3. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, terutama di sektor pertanian pangan dan perkebunan.
Universitas Sumatera Utara