Bab II Dasar Teori
Keberdaan jaringan utilitas seperti jaringan air minum, air kotor, telepon, listrik dan lain-lain harus dapat diinformasikan dengan baik. Hal ini guna menunjang eksistensi sebuah gedung, khususnya tuntutan terhadap pelayanan utilitas yang semakin hari semakin meningkat, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan yang semakin beragam. Maka diperlukan suatu sistem yang dapat membantu hal tersebut agar terwujud dengan menggunakan suatu manajemen gedung yang berbasis sistem informasi 3D.
Dengan sistem teknologi dijital tersebut maka penerapan konsep database grafis dengan atribut yang terintegrasi secara dijital dapat direalisir, dimana kedua jenis data ini disimpan dalam
perangkat keras komputer (hardware) sehingga
penyimpanan tidak memakan ruang yang besar. Melalui program-program aplikasi yang ada maka data grafis dan atribut dapat diambil kembali (retreave) dari basis data yang telah dibangun untuk melakukan analisis-analisis dengan pelaksanaan yang relatif mudah dibandingkan kalau harus dilakukan dengan sistem konvensional. Penyajian grafis (peta) dan tabulasi (pelaporan) hasil analisis dapat dilakukan dengan cepat melalui media layar komputer (softcopy) atau media cetak (hardcopy).
2.1. Manajemen Gedung 2.1.1 Pengertian Manajemen Gedung Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini.
Definisi Manajemen menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel : Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
7
2. Menurut R. Terry : Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. 3. Menurut James A.F. Stoner : Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Menurut Lawrence A. Appley : Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain. 5. Menurut Drs. Oey Liang Lee : Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6. Menurut Mary Parker Follet Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. 7. Menurut Richard N. Ottaway Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Namun dari sekian banyak definisi tersebut, ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen, yaitu : Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
8
Sedangkan pengertian Gedung, yaitu: segala hasil perwujudan manusia dalam bentuk bangunan, yang mengandung keutuhan atau kesatuan dengan agama (ritual) dan kehidupan budaya masyarakat, yang tercakup dalam bangunan yaitu kemampuan merancang, dan membangun (Dasar Arsitektur,1998).
Jadi dengan demikian, pengertian tentang Manajemen gedung, yaitu: suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya pada segala hasil perwujudan manusia dalam bentuk bangunan, yang mengandung keutuhan atau kesatuan dengan agama (ritual) dan kehidupan budaya masyarakat, yang tercakup dalam bangunan yaitu kemampuan merancang, dan membangun.
Dalam Manajemen gedung banyak sekali kegiatan yang dilakukakan, dari pengelolaan hingga pemeliharaan. Hal tersebut dilakukan agar kualitas dan nilai gedung tetap baik. Berikut akan dibahas tentang salah satu bagian dari Manajemen gedung yaitu Building Maintenance (Pemeliharaan Gedung). Terdapat berapa aspek yang harus dilakukan dalam memelihara sebuah gedung, antara lain :
1. Dekorasi gedung Untuk menambah kenyamanan suatu gedung, diperlukan sebuah tambahan nilai estetika pada gedung dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan dekorasi ini meliputi: -
Eksternal Decoration (Lingkungan di sekitar gedung) Internal Decoration (Di bagian dalam gedung)
2. Fabric Kegiatannya mengurusi bagian gedung yang meliputi bagian dinding, atap, struktur item tambahan (misalnya tiang, dll), dan mengatur tentang fiitings dan fixtures hingga internal finishes (mempercantik interior dan eksterior).
9
3. Services Pelayanan adalah kegiatan dari manajemen gedung yang berhubungan dengan hubungan sosial antara pengurus gedung dengan pengguna fasilitas gedung. Pelayanan tersebut meliputi : -
Plumbing dan Drainage
-
Heating dan ventilating
-
Lifts dan Escalators
-
Electrical
4. Utilities Dalam kegiatan ini meliputi pengontrolan dan pemeliharaan utilitas sehingga apabila terjadi keluhan dari pengguna gedung maka dapat dilakukan penanganan secepatnya. Kegiatan ini berkaitan erat dengan teknnologi dan sistem informasi. Utilitas yang ada dalam sebuah manajemen gedung antara lain sebagai berikut: -
Gas
-
Electricity
-
Fuel oil
-
Solid fuel
-
Water rates
-
Effluents and drainage charges
5. Cleaning Sudah jelas bahwa kegiatan ini adalah mengelola kebersihan gedung, dan semua item yang mendukung kenyamanan gedung. Kebersihan yang harus tetap terjaga antara lain pada jendela, external dan internal surfaces. 6. Administrative Cost Pelayanan yang ditawarkan kegiatan ini adalah pengaturan tambahan pendukung fungsi utama gedung antara lain: -
Services attendants
-
Laundry
-
Porterage (layanan pemberiaan tenaga untuk membawakan barang pengguna gedung)
-
Security staff (sistem keamanan)
-
Rubbish disposal
-
Property management 10
7. Overheads Yaitu pengelolaan dalam aspek lainnya yang cukup berhubungan dengan kelangsungan aktifitas gedung, diantaranya adalah asuransi properti dan rating gedung.
2.1.2 Kegiatan Maintanance Gedung Dari pembahasan sebelumnya, dapat diketahui batasan akan kegiatan dalam memelihara sebuah gedung. Berikut ini dipersempit lagi cakupannya menjadi pemeliharaan gedung dan pemeliharaan utilities listrik.
2.I.2.1 Maintanance Fisik Gedung Gedung digunakan untuk melakukan aktifitas pribadinya. Inilah fungsi dasar sebuah gedung. Namun seiring berkembangannya, fungsi konvensional gedung tersebut semakin berkembang dan kebutuhan akan kenyamanan gedung semakin tinggi.
Sebuah gedung menurut ilmu arsitektur harus memiliki bagian-bagian penting seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Struktur inti sebuah gedung (www.art.edu.id)
11
Seiring meeningkatnyaa kebutuhann akan kebeeradaan geddung yang m multifungsi, hal ini terkait denngan semakiin terbatasnnya lahan yang y terseddia maka beerikut ini disajikan d berbagai jennis gedung oleh Gambbar 2.2.
Gam mbar 2.2 Jen nis Bangunaan berdasarkan Ketingggian dan Jumlah Lanta ai
(www.art..edu.id)
Dalam gam mbar 2.2 menunjukkan adanya pem mbagian geddung yang bbertingkat dan d tidak bertingkat. Setiap geddung yang bertingkat dibagi mennjadi per laantai, di tiaap lantai m ruaangan-ruang gan. Setiapp ruangan m mewakili fu ungsinya tersebut akkan dibagi menjadi masing-maasing. Ruanggan yang suudah memiliiki fungsi teertentu makka pemeliharraan dan pengelolaannnya juga berbeda b karrena item dan d strukturrnya pasti ddisesuaikan dengan fungsinya.
2.1.2.2 Maiintanance Utilitas U Fungsi geddung atau bangunan b a adalah aspeek yang akkan diwadaahi dalam struktur, s sehingga peembahasannnya wajib dilakukan d untuk u mengeetahui persyyaratan-persyaratan tertentu yanng harus dippenuhi olehh ruang. Karrena menenttukan ruangg maka struk ktur dan konstruksi yang dibenntuk oleh bangunan b harus h mempperhatikan persyaratan n ruang. m fungsi jikaa kegiatan di dalamny ya tidak Bangunan tidak akann berhasil mewadahi 12
difasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada bangunan yang sangat tergantung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut di atas.
Dari beberapa utilitas yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya maka penulis hanya akan membahas tentang utilitas listrik, sesuai dengan studi penelitian ini.
Utilitas listrik adalah sebuah perangkat kegunaan yang terstruktur dari proses distribusi listrik di sebuah fasilitas tertentu. Untuk memahami tentang listrik, perlu kita ketahui terlebih dahulu pengertian dari arus. Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (dari kata Perancis : intensite), dengan kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun akan hilang. Dari arus itulah dapat diketahui keberadaan listrik.
Satuan yang sering digunakan dalam menunjukkan kelistrikan adalah Ampere (satuan yang menyatakan arus listrik) atau Voltage (satuan yang menyatakan tegangan listrik).
Pembatasan
elemen
atau
komponen
listrik
pada
rangkaian
listrik
dapat
dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat menyerap energi dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga diklasifikasikan menjadi dua yaitu komponen atau elemen yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal ini induktor atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan atau kumparan dengan simbol L, dan komponen pasif yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal ini adalah kapasitor atau sering juga dikatakan dengan kondensator dengan simbol C.
Berbicara mengenai rangkaian listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari pengertian dari rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana 13
disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Dengan kata lain hanya dengan satu lintasan tertutup saja kita dapat menganalisis suatu rangkaian. Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari titik yang dimaksud dan kembali lagi ke titik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh.
Gambar 2.3 Perjalanan Listrik hingga sampai ke pengguna
(www.juniorcitizen.org.uk)
Setelah listrik sampai ke sebuah gedung maka menjadi tanggung jawab pengelola gedung untuk mengontrol pemakaiannya dan menangani permasalahan yang terjadi. Proses detailnya dapat dilihat pada gambar 2.3 tentang perjalanan listrik dari pusat pengolahan sumber listrik menjadi listrik dan dapat disalurkan hingga ke pengguna.
2.2 Sistem Informasi Tiga Dimensi 2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Tiga Dimensi Untuk dapat lebih memahami konsep dasar dari pada sistem informasi, kita dapat menggunakan pendekatan sistem dan subsistem, serta dengan memahami makna dari informasi dan elemen-elemen yang menyusun sistem tersebut.
• Sistem Istilah sistem dapat kita definisikan sebagai kumpulan dari sejumlah elemen-elemen penyusun sistem yang terkait dan terintegrasi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem yang dimaksudkan bukanlah merupakan sistem yang hanya 14
terdiri atas satu modul tunggal saja. Sistem umumnya tersusun atas sejumlah sistemsistem atau modul-modul yang lebih kecil, yang kita kenal dengan sebutan subsistem. Contohnya, sistem informasi perusahaan, terdiri atas beberapa subsistem seperti, sistem informasi akuntansi, sistem informasi pemasaran, sistem informasi personalia, dan sistem informasi produksi.
Subsistem-subsistem yang menyusun sebuah sistem, memiliki batasannya masingmasing, namun tetap saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan yang sama. Interaksi yang menghubungkan antar subsistem yang satu dengan subsistem yang lain disebut antarmuka subsistem (interface) atau penghubung sistem.
• Informasi Informasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk yang lebih berarti dan memiliki nilai, hasil dari pengolahan data melalui suatu proses tertentu. Data merupakan bahan mentah yang siap diolah menjadi informasi. Jadi, sistem informasi dapat kita artikan sebagai kumpulan dari pada sejumlah elemen-elemen yang siap untuk menerima data sebagai bahan mentah sistem, mengolah atau memproses data tersebut sedemikian rupa untuk nantinya menghasilkan informasi dan pengetahuan (knowledge) bagi pengguna sistem informasi tersebut.
Sejumlah elemen-elemen yang dimaksudkan di atas, yang terdapat dalam sistem, tentu saja saling terintegrasi satu dengan yang lainnya, dan masing-masing elemen memberikan manfaat tersendiri bagi tercapainya tujuan sistem informasi yang kita bentuk.
Ada lima komponen sistem informasi yaitu hardware, program (software), basis data, procedures, dan people. 1. HARDWARE Perangkat keras atau hardware merupakan peranti-peranti fisik seperti komputer dan printer. Pada komponen yang satu ini, kita mengenal istilah-istilah input hardware, processing hardware, storage hardware, dan output hardware. Input hardware digunakan untuk mentransmisikan data ke processing dan storage hardware. Peralatan yang paling populer untuk memasukkan data yaitu kombinasi antara keyboard dan layar monitor. Layar monitor dianggap sebagai bagian dari input 15
hardware karena digunakan untuk memeriksa apakah data yang akan dimasukkan telah diketik. Di samping jenis input hardware di atas, terdapat juga input hardware lainnya yaitu mouse, scanner, voice recognition device, hardwriting recognition device, machine data input (mis : modem), light pen, dan bar code reader. Processing hardware meliputi peralatan yang bertugas untuk menghitung, membandingkan dan melaksanakan instruksi-instruksi khusus. Dalam CPU (Central Processing Unit) terdapat control unit, ALU (Arithmetic Logic Unit), dan system memory yang kadangkadang disebut main memory.
Processing hardware dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu mainframe computer, minicomputer, dan microcomputer. Tetapi sekarang pengelompokan ini sudah agak kabur karena sering terjadi overlap di antara pengelompokan tersebut. Ada dua jenis magnetic storage hardware yaitu disk dan tape. Disk storage banyak digunakan sebagai medium storage dalam industri sistem informasi. Disk storage terdiri atas tracks dan sectors yang merupakan tempat menyimpan data secara magnetik. Data dibaca dan direkam dengan menggunakan read/write heads. Tape storage merupakan storage yang berbentuk magnetic tape. Keuntungannya yaitu harganya relatif lebih murah, sedangkan kerugiannya yaitu data hanya dapat diakses secara berurutan.
Jenis storage hardware lainnya adalah optical storage hardware. Keuntungan optical disk ialah mempunyai kapasitas yang tinggi, compact, dan durable storage. Sedangkan kerugiannya adalah sulit untuk merubah data, dan lebih mahal.
Ada tiga macam optical storage hardware, yaitu CD-ROM (compact disk – read only memory), WORM (write-once/read-many), erasable optical disks. Jenis output hardware yang banyak digunakan yaitu printer. Output device lainnya adalah voice output, plotter dan layar monitor. Layar monitor dapat juga digolongkan sebagai input device. Plotter mempunyai fungsi yang lebih rumit sehingga dapat digunakan untuk membuat grafik, diagram, peta, microfiche, dan microfilm.
2. PROGRAM Program atau software adalah sekumpulan instruksi yang memungkinkan perangkat keras untuk dapat memproses data. Ada dua jenis software, yaitu program sistem dan 16
program aplikasi. Program sistem dapat dibagi ke dalam tiga klasifikasi,yaitu : (1)sistem operasi, (2)program utilitas, dan (3) program khusus. Sebuah komputer dapat memiliki satu atau lebih sistem program.
Dalam program utilitas termasuk program pilih-dan-gabung (sort-and-merge) yang akan memilih data sesuai dengan urutan alfabet, numerik, atau beberapa cara pengguna lainnya atau akan menggabungkan serangkaian data atau serangkaian file data. Program utilitas pemindahan digunakan untuk memindahkan data atau program dari satu media ke media lain. Kategori program sistem ketiga adalah yang dimaksud untuk meningkatkan kemampuan sistem operasi dan memberikan layanan khusus kepada program aplikasi.
3. BASIS DATA Database merupakan data-data utama yang digunakan dalam sistem informasi untuk mewujudkan keluaran yang dikehendaki.
4. PROSEDUR Yang dimaksud dengan prosedur adalah sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki.
5. ORANG Komponen yang satu ini ditujukan bagi semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan, dan penggunaan keluaran sistem informasi.
Kebutuhan akan informasi yang cepat sangat dibutuhkan sekarang. Informasi yang cepat dibutuhkan sebuah sistem yang juga mendukung. Kebutuhan akan peta pada awalnya dari sebuah sistem informasi dua dimensi dan seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan yang multifungsi maka sistem informasi yang sedang dikembangkan adalah sistem informasi tiga dimensi (3D). Sistem ini mempunyai komponen vektor X,Y, dan Z. Komponen X dan Y merupakan bidang dua dimensinya dan ditambahkan komponen Z sebagai pembentuk tiga dimensinya yaitu tinggi.
17
Gambar 2.4 Visualisasi sistem informasi tiga dimensi (www.cityu.edu)
Gambar 2.4 merupakan salah satu hasil dari visualisasi tiga dimensi untuk mengelola sebuah gedung, yang penulis ambil dari sebuah website tentang sebuah perusahaan jasa pelayanan untuk manajemen gedung.
Sistem yang umumnya digunakan di berbagai negara termasuk di Indonesia adalah sistem informasi dua Dimensi (2D), yaitu menggunakan persil tanah sebagai entitas dasar. Sistem informasi dengan menggunakan persil 2D sebagai entitas dasar dianggap
memiliki
keterbatasan
dalam
mengakomodasi
perkembangan-
perkembangan dari pemanfaatan tanah saat ini. Beberapa keterbatasan yang paling mendasar adalah seperti di bawah ini (Stoter, 2004) :
a. Ruang yang dikenai suatu hak tidak terdaftarkan atau tidak tergambarkan dalam sistem khususnya dalam sistem kadaster. Walaupun hak-hak dari suatu properti diketahui namun untuk bangunan bertingkat dengan penggunaan multi fungsi, fungsi dari tiap tingkat tidak diketahui b. Tidak ada informasi spasial (bentuk geometrik dan lokasi) dari hak-hak yang terdaftar sehingga apakah properti tersebut merupakan konstruksi di atas atau di bawah permukaan tanah tidak dapat diketahui. c. Sistem informasi saat ini menyediakan informasi mengenai pemilik yang memiliki hak atas suatu unit persil atau unit properti, namun tidak dapat memperlihatkan secara jelas posisi unit-unit tersebut dalam suatu properti.
18
Berikut penulis tampilkan tentang perbandingan data grafis dua dimensi dengan data grafis tiga dimensinya:
Gambar 2.5 Pemodelan dari peta dua dimensi menjadi tiga dimensi (www.itc.nl)
Keterbatasan–keterbatasan di atas membuat sistem informasi 2D tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada dunia nyata, sehingga diperlukan suatu sistem informasi 3D yang dapat mengatasi berbagai keterbatasan tersebut. Selain keterbatasan sistem informasi 2D, sistem informasi 3D menjadi penting karena beberapa faktor, yaitu (Stoter, 2004) :
a. Nilai suatu properti menjadi semakin tinggi b. Jumlah terowongan, jaringan pipa dan kabel baik air, listrik, telpon, maupun saluran pembuangan, tempat parkir bawah tanah, pusat pembelanjaan, bangunanbangunan di atas jalan, serta bangunan-bangunan bertingkat dengan multi fungsi lainnya bertambah secara berarti; dan c. Perkembangan teknologi 3D seperti 3D GIS, 3D Planning juga memungkinkan terwujudnya kadaster 3D.
Sistem informasi tiga dimensi digunakan untuk mengatur objek utilitas yang berada di atas permukaan juga di bawah permukaan seperti jalur pipa bawah tanah, kabel telekomunikasi, kabel televisi, pipa air dan jalur utilitas lainnya yang membutuhkan pemetaan utilitas tiga dimensi dan basis data tiga dimensi. Sistem informasi dua dimensi tentu tidak dapat mengolah objek yang telah disebutkan.
19
2.2.2 Visualisasi Umum Model Tiga Dimensi Seperti yang telah dijelaskan pada sistem sinformasi tiga dimensi, hal yang sangat erat hubungannya dengan sistem informasi adalah data spasial. Dalam sistem informasi, data spasial terbagi menjadi dua format yaitu: 1. Data Vektor Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
2. Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
20
Gambar 2.6 Konsep Data Spasiaal Bentuk Raster R dan Vektor V (Muh hally Hakim,2006)
Gambar 2.66 menjelaskkan tentang perbanding gan antara bentuk b dataa raster deng gan data yang berbentuk vektorr. Pemodelaan setiap bentuk data didasarkan d ppada visualisasi real worldnya.
Masing-m masing form mat data mempunyai m i kelebihann dan keku urangan.
Pemilihan format dataa yang diguunakan san ngat terganttung pada ttujuan peng ggunaan, data yang tersedia, voolume dataa yang dihaasilkan, kettelitian yangg diinginkaan, serta kemudahann dalam anaalisa. Data vektor relaatif lebih ekkonomis dallam hal uku uran file dan presisii dalam lookasi, tetappi sangat su ulit untuk digunakan dalam ko omputasi matematik. Sedangkann data raster biasanyaa membutuhhkan ruangg penyimpaanan file yang lebih besar dan presisi lokkasinya lebiih rendah, tetapi t lebihh mudah dig gunakan secara mateematis.
Dalam sisttem inform masi tiga dim mensi, ben ntuk raster tentu tidakk dapat dig gunakan. Selain kekuurangannyaa yang telahh disebutkan n di atas, data d raster ttidak mengg gunakan besaran araah untuk prrosesnya. Padahal sisteem informaasi tiga dim mensi memb butuhkan arah untukk menghubbungkan data d spasiaal dan datta non-spassialnya meengingat
21
pemanfaataannya lebih banyak untuk monitoring dan maintanance objek yang memiliki jalur tertentu.
2.2.3 Hubungan Data Grafis dan Data Atribut Dalam upaya menyediakan informasi yang lengkap dan terpadu dalam suatu sistem informasi pertanahan, maka data spasial yang terbentuk harus dapat dihubungkan dengan data atributnya. Untuk dapat dilakukan koneksi antara obyek di peta dengan data atributnya maka diperlukan ID atau kata kunci (key) yang unik sebagai penghubung.
Gambar 2.7 Visualisasi Link data grafis dan atribut (www.cityu.edu)
Dapat dilihat pada gambar 2.7 bahwa dapat muncul tampilan seperti itu jika data grafis dan data atributnya telah terhubung, dapat digunakan untuk proses analisis kegiatan selanjutnya.
22
2.3 Kaitan Manajemen Gedung dengan Ilmu Kadaster Pengertian Kadaster telah banyak mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan teknik, tujuan dan pengadministrasian pendaftaran tanah di berbagai negara di dunia. Salah satu pengertian kadaster yang diberikan oleh komisi 7 Federation International des Geometres (FIG) tahun 1995, tentang The FIG Statement on the Cadastre, dinyatakan bahwa : ”Cadastre is normally a parcel based, and up to date land information system containing a record of interest in land (e.g. rights, restriction and responsibilities). It usually includes a geometric description of land parcel linked to other record describing the nature of the interests. The ownership or control of those interests, and often value of the parcel and its improvements. It may be established for fiscal purposes (e.g. valuation and equitable taxation), legal purposes (conveyancing), to assist in the management of land and the land use (e.g. for planning and other administrative purpose), and enables suitable development and environmental protection.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem kadaster bisa diartikan sebagai sistem informasi pertanahan yang berisi gambaran geometrik atas bidang tanah yang dihubungkan dengan catatan-catatan yang menggambarkan keadaan tanah tersebut. Atas hal tersebut maka terdapat dua hal yang penting dan harus ada dalam suatu kegiatan kadaster yaitu (Dale & Mc Laughin, 1988) :
1. Kegiatan pengukuran dan pemetaan, yang menghasilkan peta. Kegiatan ini untuk dapat mengidentifikasi dan
menjelaskan setiap obyek
kadaster sehingga jelas letak/posisi dan batas-batasnya. 2. Kegiatan pendaftaran/pencatatan, yang menghasilkan daftar/register. Kegiatan ini untuk menghasilkan catatan-catatan berupa data yang dapat menjelaskan keadaan suatu obyek kadaster seperti status, subyek/pemilik, penggunaannya, dan lain sebagainya.
Berdasarkan fungsinya, kadaster dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu legal cadastre, fiscal cadastre dan multipurpose cadastre . Penjelasan dari ketiga jenis kadaster adalah sebagai berikut (Dale & Mc Laughin, 1988) :
a. Legal Cadastre/Juridical Cadastre (Kadaster Hukum/Legal), merupakan bentuk kadaster yang memiliki fungsi utama untuk kepastian hukum atas bidang tanah/lahan. Kadaster ini memuat segala sesuatu yang berhubungan 23
dengan aspek hukum, seperti hak-hak apa yang terdapat dalam suatu lahan, kewajiban pemilik/pemakai lahan dan lain-lain. b. Fiscal cadastre (kadaster fiskal/pajak), merupakan bentuk kadaster yang memiliki fungsi utama sebagai informasi keuangan/finansial. Kadaster fiskal diambil dari istilah fiskal yang berarti keuangan, dan memuat nilai atas lahan, pajak atas lahan, maupun land use dari lahan tersebut. c. Multipurpose cadastre (kadaster Multiguna), merupakan konsep kadaster yang digunakan untuk berbagai tujuan. Mutipurpose cadastre merupakan jawaban ideal pada saat ini, terutama sebagai masukan (input) sekaligus tools di dalam perwujudan
sistem administrasi
pertanahan
yang
baik
dan
modern.
Multipurpose cadastre merupakan gabungan dari legal cadastre dan fiscal cadastre, dimana di dalamnya termuat seluruh aspek mengenai kadaster, yang meliputi aspek hukum (hak-hak atas tanah), aspek keuangan (nilai atas tanah dan pajak atas tanah) dan aspek lainnya seperti perijinan, land use, maupun konsep pengembangan lebih lanjut.
Jadi terdapat dua komponen yang penting dalam kadaster yaitu tanah dan obyek yang ada pada tanah. Untuk komponen tanah akan diatur dalam kegiatan Land Management. Sedangkan untuk komponen obyek pada tanah, didalamnya mengandung tentang info obyek baik 2D atau 3D. Dan obyek tersebut akan diatur dalam kegiatan Object Management. Karena didalam obyek tersebut mengandung berbagai informasi sehingga agar dapat dimanfaatkan dengan baik maka dibutuhkan sebuah sistem informasi yang sesuai dengan dimensi geometrisnya, sistem informasi 2D atau 3D.
Salah satu obyek yang berada pada tanah adalah obyek yang dikenal dengan prasarana, yang lebih dikenal dengan istilah infrastruktur. Gedung merupakan salah satu bagian dari infrastruktur. Ilustrasi diagram tentang hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.8.
24
Kadaster • Tanah •
Land Management
Obyek pada tanah
Object Management
Info Obyek (2D, 3D)
Gambar 2.8 Struktur dasar sistem kadaster
Untuk mengetahui info obyek yang ada pada tanah,dalam hal ini adalah gedung, harus mengetahui obyeknya dengan dilihat dari dua tinjauan yaitu dari tinjauan pengguna dan tinjauan fisik obyeknya. Tinjauan pengguna dapat dilihat dari aspek kepuasaan pengguna, sedangkan dari tinjauan fisik dapat dilihat dari fisik gedung langsung dan penunjang gedung yang lainnya.
25