BAB II
DAMPAK YANG DITIMBULKAN PENCEMARAN KABUT ASAP AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN
A.
Pengertian Pencemaran dan Pencemaran Kabut Asap
Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu.16
Setiap kegiatan manusia akan menambah materi atau energi pada ligkungan. Apabila materi atau energi itu membahayakan, atau mengancam kesehatan manusia, miliknya atau sumber daya, baik langsung maupun tidak langsung dikatakan terjadi pencemaran. 17
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi ini. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat 16
Achmad Lutfi,2009. Pengertian Pencemaran.http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia-lingkungan/pencemaran lingkungan/pengertian-pencemaran/ diakses pada tanggal 5 Desember 2011 17
Daud Silalahi,Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia).Cet:3 (Bandung :PT.Alumni,2001) hal 154
Universitas Sumatera Utara
buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. 18 Manusia adalah merupakan satu-satunya komponen Lingkungan Hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mencegah terjadinya pencemaran. 19
Apabila Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur 18
Admin,Pencemaran Lingkungan Solusi dan Permasalahannya, http://www.peutuah.com/pencemaran-lingkungan-dan-solusi-permasalahannya/.diakses Jumat 10 Februari 2012 19 Admin,Ibid.
Universitas Sumatera Utara
maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia ataupun ekosistem lain yang berkaitan dengan manusia. 20
Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini, maka pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu:
1. Pencemaran tanah 2. Pencemaran udara 3. Pencemaran air
Sedangkan Pencemaran, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 1 ayat 14 menyatakan :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.21
20
Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan Iso 14001,(Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2001), hal.41. 21 UU No.23 Tahun 2009.http://birohukum.pu.go.id/peraturan/UU32-2009.pdf.diakses 10 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut disebut bahan pencemar atau polutan.22
Sedangkan yang dimaksud pencemaran kabut asap atau dengan kata lain pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pengertian lain menyebutkan bahwa Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. 23
Temuan penelitian United Nations Environment Programme (UNEP) menempatkan Jakarta di urutan ketiga sebagai kota yang tercemar udaranya setelah Bombay (India) dan Mexico City (Meksiko).24Menurunnya kualitas udara akibat terjadinya pencemaran di suatu wilayah seringkali baru dirasakan setelah 22
Arianto Sam, Pengertian Pencemaran, http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-pencemaran.html diakses pada tanggal 5 Desember 2011. 23 Putra,”Pencemaran Udara, Dampak dan Solusinya, http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya/ diakses pada tanggal 5 Desember 2011. 24 Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan : Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia, Cet.1,(Surabaya : Airlangga University Press,2004) hal.7
Universitas Sumatera Utara
dampaknya menyebabkan ganguan kesehatan pada makhluk hidup, terutama pada manusia. Untuk mengetahui terjadinya pencemaran udara secara dini, telah digunakan
berbagai
teknologi
pengendalian
pencemaran
udara
yang
membutuhkan biaya tidak sedikit.
Sesuai dengan defenisi pencemaran lingkungan dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1997 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Pasal 1 ayat (12), disebutkan bahwa pencemaran udara disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan dan letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas. 25
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar yang terdispresi ke udara dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tergantung keadaan geografi dan meterologi setempat.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh : 1. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin
25
Astri Nugroho, Bioindikator Kualitas Udara.Cet 1 (Jakarta : Universitas Trisakti,2005)
hal 8.
Universitas Sumatera Utara
2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gasgas vulkanik 3. Proses pembusukan sampah organik 4. Kebakaran hutan b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil 2. Debu/serbuk dari kegiatan industri 3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara 26
Berdasarkan terbentuknya, pencemaran udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pencemar udara primer, yaitu komponen pencemar udara mencakup 90 % dari jumlah komponen pencemar udara seluruhnya. Bentuk dan komposisinya sama dengan ketika dipancarkan, contohnya Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO), Hidrokarbon (HC), Sulfur Dioksida (SO), serta berbagai partikel. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda. Polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut oleh NO, SO, Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah CO. b. Pencemaran udara sekunder, yaitu pencemaran yang terbentuk karena berbagai bahan pencemar yang bereaksi satu sama lain sehingga
26
Wisnu Arya Wardhana,Dampak Pencemaran Lingkungan (Dengan Kata Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL),Edisi Revisi.(Yogyakarta: Andi Yogyakarta,2004) hal 28
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan jenis pencemaran baru yang justru lebih membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan bantuan katalisator seperti sinar matahari. Contohnya Ozon, Formaldehida dan Peroxy Acyl Nitrat (PAN). 27
Akhir-akhir ini mulai diupayakan pemanfaatan makhluk hidup sebagai indikator pencemaran udara. Hal ini dimungkinkan karena berbagai penelitian mengenai penggunaan indikator biologi untuk mengetahui berbagai pencemaran seringkali membutuhkan biaya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan indikator fisika kimia secara umum.
B.
Pengertian Pencemaran Lintas Batas
Kalau dahulu masalah pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan masalah lokal, sekarang menjadi masalah nasional bahkan internasional. 28 Membicarakan masalah pencemaran lintas batas, khususnya dalam pencemaran udara dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang menerangkan bahwa suatu pencemaran yang terjadi dalam suatu wilayah negara akan tetapi dampak yang ditimbulkannya oleh karena faktor media atmosfer atau biosfer melintas sampai ke wilayah negara lain.
27 28
Astri Nugroho, Op.Cit. hal.9 Jur.Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan.Cet 1 (Jakarta: Sinar Grafika,2005)
hal 13
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam pengertian lain menyebutkan pencemaran lintas batas atau lazim pula disebutkan sebagai transfrointer pollution 29 adalah :
“Pollution of which the physical is wholly or in part situated within the territory of one state and which has deleterious effects in the territory of another state”. (“Pencemar yang fisik yang seluruhnya atau sebagian terletak dalam wilayah suatu negara dan yang memiliki efek merusak di wilayah negara lain.”)
Menurut ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluution yang dimaksud dengan pencemaran lintas batas adalah :
“Transboundary haze poluution whose physical orgin in situated wholly or in port within the area under the national jurisdiction of one member state and which is transported into area under the jurisdiction of another member state.” 30 (“Polusi asap lintas batas adalah polusi asap yang asal fisik terletak seluruhnya atau sebagian dalam wilayah di bawah yurisdiksi nasional satu Negara Anggota dan yang diangkut ke wilayah di bawah yurisdiksi Negara lain Anggota.”)
Jadi, dapat diketahui bahwa pencemaran lintas batas ini terdapat pada dua wilayah yang pada satu sisi sebagai locus actus (tempat berlangsungnya peristiwa) didalam defenisi disebut sebagai situated within territory (terletak di dalam 29
Daud Silalahi,Op.Cit,hal.186 ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. http://www.aseansec.org/agr_haze.pdf. diakses 13 Februari 2012. 30
Universitas Sumatera Utara
wilayah) dan pada sisi lain terdapat wilayah sebagai locus demmy (tempat timbulnya kerusakan/kerugian) dalam defenisi lain apa yang memiliki efek merusak di wilayah negara bagian lain, atau yang disebut sebagai which has deleterious effects in the territory of another state. 31
Contoh kasus pencemaran lintas batas yang hingga kini masih menjadi masalah masyarakat internasional adalah kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan yang berdampak hingga kenegara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dari catatan Badan Penanganan Bencana Kalimantan Barat, sejarah bencana kabut asap yang terbesar terjadi pada tahun 1997 juga ditetapkan sebagai bencana nasional. Tercatat kebakaran hutan terbesar dalam sejarah di Indonesia telah menghanguskan hutan sebesar 11,7 Juta hektar. Terluas di Kalimantan 8,13 Juta Ha terbakar, disusul Sumatera 2,07 Juta Ha, Papua Barat 1 Juta Ha, Sulawesi 400 ribu Ha, dan pula Jawa 100 Ribu Juta Ha. Diperkirakan Indonesia mengalami kerugian US$10 miliar. Setelah 1997-sampai sekarang, kebakaran hutan masih terjadi, dan kerugian demi kerugian terus diperoleh. Akibat kabut asap, aktivitas warga hampir seluruh daerah menjadi lumpuh. Seperti pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa dalam beberapa pekan sampai kabut asap hilang. Belum lagi jasa transportasi seperti jasa pelayanan penerbangan dan bus harus memarkirkan kendaraannya di sejumlah terminal sampai beberapa pekan lantaran jarak pandang hanya mencapai 100 meter. Sejalan dengan kemunculan kabut asap itu, negara-negara tetangga seperti Malaysia dan 31
Lihat Arif, Pencemaran Transisional Akibat Kebakaran Hutan di Indonesia dalam Hubungannya dengan Prinsip Tanggung Jawab Negara, (Tesisi Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung,2000) hal.43.
Universitas Sumatera Utara
Singapura, menyampaikan protes terhadap pemerintah Indonesia yang dinilai tidak serius mengatasi kabut pembawa penyakit itu, karena "mau tak mau" penduduk kedua negara tersebut juga telah menghirup kabut tersebut. 32
Malaysia dan Singapura mendesak Indonesia untuk menyelesaikan masalah ini. Tetapi Indonesia tidak langsung setuju dengan permintaan Malaysia dan Singapura. Protes Malaysia dan Singapura ini didasarkan pada alasan bahwa kabut asap tersebut telah menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan pariwisata mereka. Pernyataan maaf secara resmi terhadap masalah ini sebenarnya sudah dikeluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Malaysia dan Singapura karena mereka belum merasa puas. Inti ketidakpuasan dari negara-negara ASEAN terutama Malaysia dan Singapura, Indonesia sampai saat ini belum meratifikasi The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) yang yang merupakan perjanjian tingkat regional pertama di dunia yang mensyaratkan sekelompok negara bekerja sama menanggulangi asap lintas batas akibat kebakaran hutan dan lahan. 33
Negara ASEAN lain sudah meratifikasi AATHP kecuali Filipina. Sampai dengan bulan Juli 2005, tujuh negara ASEAN telah meratifikasi yakni Brunei, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan Laos dan Kamboja. Untuk menyelesaikan persoalan pencemaran lintas batas ini sebaiknya
32
Agus Wahyuni,Cari Pawang Kabut Asap di Kalimantan Barat, http://www.borneotribune.com/sintang/cari-pawang-kabut-asap-di-kalimantan-barat.htmldiakses pada tanggal 21 Desember 2011 33 Suara Merdeka, Sabtu, 14 Oktober 2006, Gangguan Asap Tanggung Jawab kita. http://www.suaramerdeka.com/harian/0610/14/opi01.htm Diakses pada tanggal 12 Februari 2012
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan ketentuan hukum internasional, khususnya hukum kebiasaan internasional. Prinsip yang berkenaan adalah good neighbourliness. 34
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan di Kawasan ASEAN Kebakaran hutan bisa terjadi karena tiga hal yaitu : a. Kedatangan musim kemarau b. Karena ada sumber api buatan manusia c. Karena ada bahan bakar. 35
a.
Kedatangan Musim Kemarau Cuaca yang cukup panas akan menyulut reaksi oksidasi reranting pohon
kering yang saling bergesekan, akibat gesekan inilah yang akan menimbulkan percikan api dan terjadilah kebakaran tersebut dan terdapat juga perubahan musim kemarau dan musim hujan yang kadang tidak teratur kadang datang lebih cepat dan berakhir lebih lama, hal ini berkaitan dengan gejala El Nino-Southern Oscillation atau ENSO. b.
Karena ada Sumber Api Buatan Manusia Kebakaran
hutan
semula
dianggap
terjadi
secara
alami,
tetapi
kemungkinan manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka petak-petak pertanian di dalam hutan. Meskipun kebakaran telah menjadi suatu ciri hutan-hutan di Indonesia selama beribu-ribu tahun, kebakaran
35
Poskas Sagala, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi mula-mula pasti lebih kecil dan lebih tersebar dari segi frekuensi dan waktunya dibandingkan dua dekade belakangan ini. 36 c.
Karena ada Bahan Bakar Faktor-faktor terjadinya suatu kebakaran hutan dan lahan adalah
karena adanya unsur panas, bahan bakar dan udara/oksigen. Penyebaran api bergantung kepada bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log, tonggak dan cabang-cabang kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan. 37 Pembakaran pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi yang cepat dari suatu bahan. Dibanding dengan proses oksidasi yang lain misalnya penguraian, pemabakaran berlangsung jauh lebih cepat. Untuk itu setiap proses kebakaran, faktor-faktor bahan bakar, oksigen (udara) dan panas merupakan prasyarat yang harus ada dalam kondisi dan perbandingan yang tepat.38 Kebakaran hutan pada dasarnya merupakan penyalaan bahan-bahan organik kering yang ada didalam hutan, namun demikian tipe kebakaran yang terjadi sangat bervariasi. Jumlah, kondisi dan penyebaran bahan-bahan yang
36
Annas,Sebab Kebakaran Hutan, http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sebabkebakaran-hutan.html diakses Sabtu 11 Februari 2012. 37 Rioardi,Faktor Ketersedian dan jenis Bahan Bakar Terhadap Terjadinya Kebakaran Hutan, http://rioardi.wordpress.com/2009/02/26/faktor-ketersediaan-dan-jenis-bahan-bakarterhadap-terjadinya-kebakaran-hutan/ diakses Sabtu 11 Februari 2012. 38 Sumardi dan SM Widyastuti, Dasar-Dasar Perlindungan Hutan, (Jakarta : Gajah Mada University Press,2004) hal 2
Universitas Sumatera Utara
potensial dapat terbakar, kondisi cuaca, kondisi topografi, sangat menentukan tipe kebakaran dan akibat kerusakan yang terjadi. Apabila kondisi bahan bakar dan cuaca memungkinkan terjadinya penyalaan api dan kebakaran hutan terjadi, dikenal tiga tipe kebakaran hutan yaitu api permukaan, api tajuk dan api dalam tanah. 39 1.
Kebakaran Permukaan (surface fire) Kebakaran permukaan membakar bahan-bahan yang tersebar pada
permukaan lantai hutan, misalnya serasah, cabang dan ranting mati yang gugur, dan tumbuhan bawah. Dengan keberadaan O2 (air) Sangat melimpah, terlebih dibantu adanya angin, kebakaran permukaan bergerak relatif cepat sehingga tidak membakar semua bahan yang ada terutama humus. 2.
Kebakaran Dalam Tanah (ground fire) Kebakaran dalam tanah terjadi pada jenis tanah yang mempunyai lapisan
bahan organik tebal, misalnya gambut. Bahan bakar berupa tumpukan bahan organik yang tebal ini pada musim kemarau dapat menurun kadar airnya sehingga mudah terbakar bila ada api. Kebakaran yang terjadi tidak disertai adanya nyala api, sehingga yang tampak hanya asap mengepul pada permukaan lapisan gambut. 3.
Kebakaran Tajuk (crown fire) Kebakaran dapat terjadi pada lantai hutan dengan lapisan tumbuhan bawah
yang tebal dan kering. Seringkali ditambah banyaknya sisa kayu penebangan atau bahan mati lainnya. Kebakaran hutan ini akan sangat dengan cepat membakar bagian-bagian atas hutan, yang mengakibatkan kebakaran tajuk.
39
Sumardi dan SM Widyastuti, Op.Cit hal.167-170
Universitas Sumatera Utara
Sebab-sebab timbulnya kebakaran hutan sangat penting untuk diketahui guna merencanakan dan menentukan cara pencegahan serta pengendalian kebakaran hutan. Tiap-tiap daerah hutan mempunyai penyebab terjadinya kebakaran yang berbeda, tetapi pada umumnya secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 40 1. Kegiatan Manusia (a) Sengaja dibakar
Seringkali kebakaran hutan disebabkan oleh ulah dan kelalaian manusia seperti penebangan hutan secara liar, membuka lahan dengan
cara
membakar
pemilik
Hak
Pengusahaan
yang
dilakukan
Hutan
(HPH)
oleh perusahaan dalam
Hutan
Tanaman Industri (HTI), dan masyarakat pendatang yang tidak tahu cara penanganan lahan.
(b) Sisa Pembakaran Api berasal dari suatu pembakaran yang biasa dilakukan petani pada ladangnya yang terletak berdekatan dengan hutan. (c) Api Rokok Api dari korek api dan puntung rokok orang-orang yang lewat di dekat hutan, biasanya terjadi sepanjang jalan kaki orang atau mobil. (d) Api dari Kendaraan
40
Dodik Ridho Nurrochmat, Strategi Pengelolaan Hutan, (Jakarta :Pustaka Pelajar,2005)
hal.45
Universitas Sumatera Utara
Misalnya api yang berasal dari kereta api yang menggunakan bahan bakar batu bara, dapat menyebabkan keluarnya api atau batu bara dari cerobong asap. (e) Perladangan berpindah Di dalam perladangan berpindah, para peladang dengan sengaja menebangi pohon secara sporadis sebagai cara untuk menyiapkan lahan ladang. Pohon-pohon yang ditebangi ini setelah kering akan menjadi sumber bahan bakar yang siap untuk disulut api dan akan membakar seluruh areal yang akan dijadikan ladang, bahkan areal diluar bakal ladang pun ikut terbakar apabila tidak ada usaha pengendalian api. (f) Reboisasi Padang Alang-alang Di kawasan reboisasi padang alang-alang, penyiapan jalur ilar atau sekat bakar merupakan prasarana penting apalagi pada kawsan ini dijumpai masyarakat peladang berpindah atau kegiatan perburuan. Perburuan tidak legal sering memanfaatkan api untuk menjebak satwasatwa yang berlarian menghindari api. (g) Rekreasi, Berkemah dan Pembalakan Kegiatan rekreasi dan berkemah maupun pembalakn sering membuat perapian untuk keperluan memasak atau acara api unggun. Karena keteledoran atau belum dipahaminya sadar bahaya api-api yang mereka buat tidak dimatikan pada saat mereka meninggalkan lokasi tersebut. Pada musim kemarau disaat lantai hutan penuh dengan
Universitas Sumatera Utara
serasah kering akan sangat berbahaya bila meninggalkan api yang masih menyala. (h) Penggembalaan Demikian pula dengan pengembalaan, keteledoran atau tangan usil penggembala sering membuat api didalam hutan tempat mereka menggembala ternaknya. Ada juga pemikiran membuat kebakaran dengan maksud mempermudahkan rumput hijauan ternak. 2. Faktor Alam (a) Petir Kebakaran hutan dapat terjadi secara langsung karena ada pohon yang terbakar karena sambaran petir, atau secara tak langsung karena pohon mati yang tersambar petir menyediakan bahan bakar yang mudah terbakar. (b) Aktivitas Gunung Berapi Di daerah khatulistiwa, kebakaran hutan yang disebabkan oleh letusan gunung berapi sangat terbatas, kecuali pada daerah-daerah yang mempunyai aktivitas vulkanis yang aktif dan itu terbatas di sekitar puncak gunung. (c) Faktor Perubahan Alam Secara umum kita memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang-kadang mengalami gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lama dari biasaya. Hal in berkaitan dengan gejala El Nino-Southern Oscillation
Universitas Sumatera Utara
atau ENSO yang datang secara tidak beraturan dan dengan intensitas yang tidak sama pula.
D.
Dampak yang ditimbulkan dari Kebakaran Hutan di Kawasan ASEAN Secara umum dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan sangat
luas, antara lain kerusakan ekologi, menurunnya keanekaragaman sumber daya hayati dan ekosistemnya, serta penurunan kualitas udara. Dampak kebakaran menyangkut berbagai aspek, baik fisik maupun non fisik, langsung maupun tidak langsung pada berbagai bidang maupun sektor, berskala lokal, nasional, regional, maupun global.
Sebagian dapat disebutkan antara
lain pada aspek kesehatan, penurunan kualitas lingkungan hidup (kesuburan lahan, biodiversitas, pencemaran udara, dst.). Masalah global utama yang dihadapi adalah pemanasan suhu bumi, sedangkan dalam skala regional dan nasional lebih ditingkatkan pada dampak perubahan iklim. 41 Syumanda, menyebutkan adanya 4 (empat) aspek yang terindentifikasi sebagai dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan adalah : a. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi b. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan c. Dampak Terhadap Hubungan Antar negara
41
H.J Mukono,Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan, (Surabaya : Airlangga University Press,1997). Hal.44.
Universitas Sumatera Utara
d. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata 42 a.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya meliputi:
1. Terganggunya aktivitas sehari-hari, Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan. 2. Menurunnya produktivitas, Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. 3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan. Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian). 4. Meningkatnya hama, Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain. 5. Terganggunya kesehatan, Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan
42
Alamendah, Dampak Kebakaran Hutan, http://alamendah.wordpress.com/2011/08/27/dampak-kebakaran-hutan/.diakses 12 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain. 6. Tersedotnya anggaran negara, Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara. 7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa negara.
b.
Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan
Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah:
1. Hilangnya sejumlah spesies, selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. 2. Erosi, Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
Universitas Sumatera Utara
3. Alih fungsi hutan, Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang. 4. Penurunan kualitas air, Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis.
Terbakarnya
hutan
memberikan
dampak
hilangnya
kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan. 5. Pemanasan global, Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global. 6. Sendimentasi sungai, Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan. 7. Meningkatnya bencana alam, Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
c.
Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah
sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. d.
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung
ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai
Universitas Sumatera Utara
sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional. Menteri menimbulkan membahayakan
Kesehatan polutan
RI,
udara
kesehatan
menyatakan yang
manusia.
dapat
bahwa
kebakaran
menyebabkan
Berbagai
pencemar
hutan
penyakit
dan
udara
yang
ditimbulkan akibat kebakaran hutan, misalnya : debu dengan ukuran partikel kecil (PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, 43 dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain. 44 Gambut yang terbakar di Indonesia melepas karbon lebih banyak ke atmosfir daripada yang dilepaskan Amerika Serikat dalam satu tahun. Kontribusi kebakaran hutan dengan emisi CO2 pada GRK adalah sangat signifikan. Dampak peningkatan GRK ini adalah terjadinya pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim global yang pada akhirnya berdampak pada semua bentuk kehidupan di bumi. Hal itu membuat Indonesia menjadi salah satu pencemar lingkungan terburuk di dunia pada periode tersebut. Dampak kebakaran hutan 1997/98 bagi ekosistem direvisi karena perubahan perhitungan luas kebakaran yang ditemukan. Taconi, menyebutkan bahwa kebakaran yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar 1,62-2,7 miliar dolar. Biaya akibat pencemaran kabut asap sekitar 674-799 juta dolar; biaya ini kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya 43 44
Pramudya Sunu, Op.Cit. hal. 48. Ibid, hal. 49.
Universitas Sumatera Utara
yang terkait dengan emisi karbon menunjukkan bahwa kemungkinan biayanya mencapai 2,8 miliar dolar. 45
Salah satu penyebab deforestasi hutan adalah kasus kebakaran hutan, yang berdampak ganda disamping mempertinggi emisi CO2 ke atmosfer, juga
mengurangi
kemampuan
hutan
dalam
perannya
sebagai
fungsi
klimatologis atau rosot karbon. Dengan demikian secara global fungsi hutan terutama sebagai fungsi klimatologis (penyerap/ rosot karbon) dan fungsi ekologis (sebagai habitat biodiversitas) juga mengalami penurunan. Kedua fungsi hutan tersebut sangat erat kaitannya dengan kepentingan nasional maupun internasional.
45
Rici Sugianto,Dampak Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan Manusia, http://uripsantoso.wordpress.com/2010/09/08/dampak-kebakaran-hutan-bagi-kesehatan-manusia/ diakses pada tanggal 28 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara