BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggung jawaban pengelolaan perusahaan, pada umumnya setiap perusahaan memerlukan laporan mengenai keadaan usahaanya, laporan tersebut biasanya disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang didasarkan pada aturan-aturan akuntansi.
2.1.1 Pengertian Laporan keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan selama satu periode. Selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai laporan keuangan. Menurut Jumingan (2007;4) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan, laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan ”.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya SAK “Standar Akuntasi keuangan” kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2007;2) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan.”
Sedangkan menurut S. Munawir (2004;5) laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”.
2.1.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;5) laporan keuangan ( Financial statement ) mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi. 2. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. 3. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahan dalam memperoleh laba. 4. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Mengungkap laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dan Standar Akuntansi Keuangan tentang tujuan dibuatnya laporan keuangan (2007;1.2) adalah: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: a. Aset; b. Kewajiban; c. Ekuitas; d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; e. Arus kas. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty (2002:4), sebagai berikut: 1. Investor
Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap risiko yang melekat dari hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. 2. Kreditor (pemberi pinjaman) Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Shareholders (Para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasahannya berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
oleh
karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.
2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Para pemakai laporan keuangan penting untuk mengetahui dan memahami sifat dan keterbatasan laporan keuangan. Dengan demikian diharapkan tidak akan terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Menurut S. Munawir (2004;6) Laporan keuangan dipersiapkan dengan maksud untuk memberikan laporan kemajuan (progress report) suatu perusahaan secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil suatu kombinasi dari: • Fakta yang telah dicatat (recorded fact) Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlahjumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost). • Prinsip-prinsip dalam kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (Accounting convention and postulate) Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapaan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip Akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principles), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan untuk keseragaman. • Pendapat Pribadi (Personal Judgment)
Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensikonvensi atau dalil-dalil dasar yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standard praktek, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil-dalil tersebut tergantung dari pada akuntan atu manajemen perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan sifat-sifat dari laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan memiliki keterbatasan yaitu: • Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan laporan yang final. • Laporan keuangan menunjukkan angka dalam Rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. • Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai Rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan oleh kenaikan harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. • Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir); misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas managernya dan sebagainya.
2.1.4. Jenis-jenis Laporan Keuangan Sebelum menganalisis dan menafsirkan suatu laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan harus terlebih dahulu mengetahui jenis laporan keuangan agar memperoleh pandangan menyeluruh yang baik. Jenis-jenis laporan keuangan adalah: A. Neraca ( Balance sheet ) Pengertian neraca menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;16) neraca adalah: “Laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai (aktiva, kewajiban dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu”.
Sedangkan menurut S. Munawir (2004;13) yang dimaksud dengan neraca yaitu: “Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu”. Untuk dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat disubklasifikasikan sebagai berikut: 1. Aktiva (Assets) Menurut S. Munawir (2004;14) yang dimaksud dengan aktiva adalah: Aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transksi dimasa lalu. Aktiva dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu; a. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikomsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Yang Termasuk kelompok aktiva lancar adalah: 1. Kas atau Uang tunai yang dapat digunakan atau untuk membiayai operasi perusahaan. 2. Investasi Jangka Pendek atau Surat-surat Berharga atau marketable securities, yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
3. Piutang Wesel, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. 4. Piutang Dagang, yaitu tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit. 5. Persediaan,
bagi perusahaan perdagangan pengertian persedian yaitu semua
barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufacturing persediaan yang dimiliki meliputi: persedian bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 6. Piutang Penghasilan atau Piutang yang masih harus Diterima, yaitu peng hasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembanyarannya, sehingga merupakan tagihan. 7. Persekot atau Biaya yang dibayar dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. b. Aktiva Tidak Lancar Menurut S. Munawir (2004;16) yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar adalah: “Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran perusahaan)”.
Adapun yang termasuk aktiva tidak lancar adalah: 1. Investasi Jangka Panjang, yaitu pemanfaatan dana dengan cara penanaman modal baik dalam bentuk investasi dengan tujuan untuk memperoleh tambahan pendapatan. 2. Aktiva Tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya kelihatan (konkrit) dan digunakan dalam operasi perusahaan yang bersifat permanen serta mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap antara lain: tanah yang diatasnya didirikan bangunan untuk operasi perusahaan, bangunan, baik bangunan untuk kantor, toko, maupun pabrik, mesin-mesin, investaris, kendaraan dan alatalat lainya. 3. Aktiva Tetap Tidak Berwujud, yaitu kekayan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan, yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud antara lain, hak cipta, merk dagang, goodwiil, dan sebagainya. 4. Beban yang ditangguhkan, yaitu menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang, atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Dengan demikian aktiva ini harus dihapuskan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan umur kegunaanya. Yang termasuk kelompok ini antara lain biaya pemasaran, diskonto obligasi, biaya pembukuan perusahaan, biaya penelitian, dan sebagainya.
5. Aktiva Lain-lain, yaitu menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya. Misalnya, gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya 3. Kewajiban Atau Hutang Menurut S. Munawir (2004;18) pengertian hutang adalah sebagai berikut: “Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Hutang Lancar Menurut S. Munawir (2004;18) yang dimaksud dengan kewajiban lancar adalah: “kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasanya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan”. Adapun yang termasuk hutang lancar antara lain sebagai berikut: 1. Hutang dagang, yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. 2. Hutang wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu dimasa yang akan datang. 3. Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas Negara.
4. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, yaitu sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan yang diterima dimuka, yaitu penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum direalisasi. b. Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan yang jangka panjang waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Adapun yang termasuk hutang jangka panjang, diantaranya: 1. Hutang obligasi. 2. Hutang hipotik, yaitu hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu. 3. Pinjaman jangka panjang yang lainya.
4. Modal Dalam perusahaan, masalah modal merupakan masalah yang tidak akan berakhir mengingat masalah itu mengandung banyak dan berbagai rupa aspek. Baik perusahaan besar maupun kecil untuk kebutuhan akan modal sangat diperlukan untuk dipergunakan dalam aktivitas usahanya. Besarnya modal yang dibutuhkan akan berbeda sesuai dengan besar kecilnya perusahaan.
Menurut S. Munawir (2004;190) pengertian modal adalah: “Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”. Sedangkan menurut Poltak yang dikutip pernyataanya oleh Bambang Riyanto (2001;18) yaitu: “Modal adalah kekuasaan untuk menggunakkan barang-barang modal. Denagan demikian modal ialah terdapat di neraca disebelah kredit. Adapun yang dimaksud barang-barang modal ialah barang-barang yang ada di dalam perusahaan yang belum dipergunakan, jadi yang terdapat dineraca sebelah debit”. B. Laporan Laba Rugi ( Income Statement ) Menurut S..Munawir (2004;26), pengertian laporan laba rugi adalah sebagai berikut: “Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu”.
Kegunaan laporan laba rugi Menurut S. Munawir (2004;27) laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara, sebagai contoh investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi untuk: a. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. b. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan.
c. Membantu menilai resiko atau ketidak pastian pencapaian arus kas masa depan. C. Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;18) laporan perubahan ekuitas yaitu sebagai berikut: “Bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada”. Unsur ekuitas ini dapat disubklasifikasi lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu: 1. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham (termasuk saham bila ada) 2. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen (ditahan). D. Laporan Arus Kas ( Statement of Cash Flow) Menurut S. Munawir (2004;157) laporan arus kas yaitu sebagai berikut: “Laporan arus kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut, dan menunjukan dimana sumber-sumber dan penggunaanya”. Sedangkan Menurut Jumingan (2007;96) laporan arus kas adalah sebagai berikut: “Laporan arus kas disusun untuk menunjukkan sumber perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya”.
E. Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Ashari dan Darsono (2005;25) catatan atas laporan keuangan yaitu sebagai berikut: “Catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi”.
2.2
Analisis Laporan Keuangan Untuk dapat mengetahui posisi dan keadaan serta perkembangan perusahaan,
perlu diadakan analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. melalui menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan dapat diketahui apakah posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan memuaskan atau tidak bagi pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut.
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;52) pengertiaan dari analisis
laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Analisis Laporan Keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri”.
Sedangkan Menurut S. Munawir (2004;34) pengertian analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisa mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan”.
2.2.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan adalah digunakan untuk mengukur dan
menentukan hubungan pos-pos yang ada dalam laporaan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan keuangan beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu. Selain itu analisa laporan keuangan juga sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihakpihak yang membutuhkan. Menurut S. Munawir (2004;37) tujuan analisis laporan keuangan adalah: “Setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan”.
Terlepas dari siapa yang akan menggunakan informasi keuangan, umumnya analisis atas laporan keuangan akan menyangkut usaha untuk mengetahui: 1. Kondisi likuiditas jangka pendek, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar untuk membiayai keinginannya sehari-hari. 2. Arus dana, yaitu untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Penggunaan asset, untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam memperoleh pendapatan dengan menggunakan asset yang ada. 4. Pengembalian dari investasi, yaitu untuk mengetahui apakah nilai pengembalian dari investasi pada suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga SBI (Surat Berharga Indonesia) misalnya. 5. Kinerja operasi perusahaan, melaui analisis laporan keuangan diharapkan dapat diketahui kemanpuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Analisis laporan keuangan pada dasarnya memiliki tujuan untuk dapat memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, dimana data yang disajikan oleh laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi.
2.2.3 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan. Metode dan teknik analisis dipergunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan setiap pos bila diperbandingkan dengan laporan beberapa periode untuk suatu badan usaha tertentu. Adapun metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan menurut S. Munawir (2004;36), ada dua metode yaitu;
a) Analisis Horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. b) Analisis Vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisi hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Adapun teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. b) Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. c) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi
penjualannya.
perongkosan
yang
terjadi
dihubungkan
dengan
jumlah
d) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. e) Analisis Ratio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. f) Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. g) Analisa Break-Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjulan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
2.3. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 2.3.1. Pengertian Modal Kerja Menurut S. Munawir (2004;114) ada tiga konsep atau defenisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu: 1) Konsep Kuantitatif Konsep ini menitik beratkan pada kwantum yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau
menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. 2) Konsep Kualitatif Konsep ini menitik-beratkan pada
kwalitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. 3) Konsep Fungsionil Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimilki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;107) modal kerja adalah: “Modal kerja diartikan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar sekaligus”.
Pentingnya Modal kerja
Menurut S. Munawir (2004;166) dalam bukunya menyatakan bahwa tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: a. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya. b. Menjamin
dimilikinya
kredit
standing
perusahaan
semakin
besar
dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. c. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen d. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya. e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. f. Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan
pengawasan terhadap modal kerja.
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tetapi untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah. Menurut S. munawir (2004;117) dalam bukunya menyatakan bahwa modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1. Sifat dan Type dari Perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. 2. Waktu yang dibutuhkan memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi menjadi barang yang siap untuk dijual. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagang. Syarat pembelian barang dagang atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang yang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagang, sebaliknya bila
pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persedian semakin besar pula. 4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. 5. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.
2.3.3 Sumber Modal Kerja Menurut S. Munawir (2004;120) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: a. Hasil Operasi Perusahaan, yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini akan menunjukkan jumlah modal kerja yang bersal dari hasil opersi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (inventasi jangka pendek)
Surat berharga yang dimilki oleh perusahaan untuk jangka pendek (market able securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. c. Penjualan Aktiva Tidak Lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. d. Penjualan Saham atau Obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. 2.3.4 Penggunaan Modal Kerja Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S. Munawir (2004;124) penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja sebagi berikut:
a. Pembayaran biaya atau ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagang, perlengkapan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang di timbulkan oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta panarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar. f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (drawing) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.
2.3.5 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi” (2002;107) menyatakan bahwa: “Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja disebut sumber modal kerja, sebaliknya transaksi transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja”.
Sedangkan Menurut S. Munawir (2004;113) dalam bukunya yang berjudul “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan bahwa : “Dalam melaporkan sumber dan penggunaan dana sering terdapat perbedaan tentang pengertian “dana” atau “fund”. Pengertian yang pertama dana diartikan modal kerja, baik dalam arti modal kerja bruto maupun modal kerja netto, sehingga dengan demikian laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan modal kerja dan perubahan unsur-unsur modal kerja selama periode yang bersangkutan. Pengertian yang kedua, dana diartikan sama dengan kas, dengan demikian laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode yang bersangkutan. Pengertian lain dari dana adalah sebagai net monetary assets, yaitu kas atau aktiva-aktiva lain yang mempunyai sifat sama dengan kas”.
2.3.6 Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal kerja Tujuan dari analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah untuk memberikan ringkasan transakasi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Informasi tentang sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting tidak hanya bagi manajemen perusahaan, tapi juga bagi kreditur, karena dengan mengetahui sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan yang bersangkutan akan dapat digunakan
sebagai dasar penelitian kebijakan manajemen dalam mengelola modal kerja dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh para kreditur. Menurut S. Munawir (2004;132) pada bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, yaitu sebagai berikut: “Tujuan utama penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja adalah untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja selama periode yang bersangkutan”.
Menurut Sudarsono dan edilius (2004;193),
tujuan analisis sumber dan
penggunaan yaitu sebagai berikut: “Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah untuk mengetahui bagaimana dana dipergunakan dan bagaimana memenuhi dana tersebut”. Dengan demikian yang dilaporkan adalah perubahan aktiva lancar dan hutang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaanya. Tekanan yang diberikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan hutang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukkan jumlah kas yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.
2.3.7 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Julianty (2002;116) laporan sumber dan penggunaan modal kerja dibagi ke dalam empat bagian, yaitu: a.
Format laporan
Laporan perubahaan posisi keuangan yang berbasis modal kerja mermberikan ringkasan mengenai aktivitas investasi dan pembelanjaan perusahaan. Secara khusus, laporan ini menggambarkan bagaimana modal kerja diberikan oleh aktivitas pembelanjaan perusahaan dan beberapa banyak modal kerja digunakan untuk aktivitas pembelanjaan dan jumlah modal kerja yang digunakan ditunjukkan sebagai penurunaan atau kenaikan modal kerja selama periode tertentu. b.
Sumber informasi Dibagi menjadi dua bagian, yaitu: • Sumber utama, yang terdiri atas laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan neraca komparatif. • Sumber informasi pendukung diperoleh dengan cara dengan cara mengadakan analisis terhadap perubahan rekening-rekening tak lancar.
c.
Langkah-langkah penyusunan laporan Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyusun laporan perubahan posisi keuangan basis modal kerja adalah sebagi berikut: 1.
Menghitung perubahan modal kerja selama periode tertentu.
2.
Menganalisis perubahan saldo rekening-rekening tak lancar, untuk menentukan sumber dan penggunaan modal kerja. Langkah ini dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut: a. Metode langsung (visual).
b. Metode kertas kerja (worksheet), baik tiga kolom maupun lima kolom. c. Menyusun laporan perubahan posisi keuangan basis modal kerja. d. Kegunaan laporan Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;122) laporan perubahan posisi keuangan perusahaan dapat memberikan 1.
informasi penting sebagai berikut:
Melaporkan aktivitas investasi dan pembelanjaan penting perusahaan yang menyebabkan perubahan modal kerja selama periode tertentu.
2.
Menjadi suplemen laporan laba rugi, perubahan laba ditahan dan neraca dengan menjelaskan alasan-alasan terjadinya kenaikan atau penurunan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
3.
Menyajikan sumber-sumber modal kerja utama perusahaan, baik yang berasal dari operasi maupun non operasi.
4.
Menyajikan penggunaan modal kerja utama perusahaan.
5.
Menjadi dasar bagi proses perencanaan.