BAB II AGAMA DAN KESEHATAN JIWA A. Agama 1. Pengertian Agama Agama adalah merupakan salah satu aspek yang terpenting bagi kehidupan manusia, karena agama bagi manusia merupakan undangundang dasar dan pedoman hidup (way of life).1 Agama juga mengajarkan cara-cara yang telah ditentukan Allah untuk kehidupan manusia lewat ajaran-ajaran yang dibawa Rasul dan Nabi, manusia baik hubungannya dengan Tuhan, alam, diri sendiri dan orang lain.2 Menurut
W.J.S.
Poerwadarminta
agama
adalah
segenap
kepercayaan (kepada Tuhan, dewa dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaannya itu. Dalam ensiklopedi Indonesia diuraikan tentang agama dan beberapa definisi tentang agama sebagai berikut : •
Menurut para ahli ilmu jiwa, agama dipahami sebagai berikut L Fazer mendefinisikan agama sebagai upaya mencari keridhaan atau kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, yaitu kekuasaan yang diyakini manusia dapat mengendalikan, menahan dan menekan kekacauan kehidupan manusia. Menurut James Martineau agama adalah kepercayaan kepada yang hidup abadi di mana diakui bahwa dengan pikiran dan kemauan Tuhan, alam ini diatur dan dilakukan manusia diperbuat. Sedangkan bagi Margeret agama adalah keadaan jiwa atau lebih tepat keadaan emosi yang berdasarkan kepercayaan akan keserasian diri dengan alam semesta.3 Dari ketiga definisi ini mengandung unsur bahwa agama merupakan proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari pada manusia.
•
Pemerintah Departemen Agama pada masa Presiden Soekarno mengusulkan definisi agama adalah jalan hidup dengan kepercayaan
1
Moh. Rifa'i, Perbandingan Agama, Wicaksana, Semarang, 1970, hlm. 17 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 2001, hlm. 45 3 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 24 2
13
14 kepada Tuhan Yang Maha Esa berpedoman kitab suci dan dipimpin oleh seorang Nabi.4 •
Menurut H. A. Mukti Ali Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang masa esa dan hukum
yang
diwahyukan
kepada
utusan-utusan-Nya
untuk
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.5 •
Al Syihristay dalam bukunya al-Milal wa al-Nihal berpendapat bahwa agama adalah ketaatan serta kepatuhan dan terkadang bisa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal dan perbuatan di akhirat)
•
Al-Tahawy dalam kasysyaf isthilahat al furun menyebutkan agama adalah institusi Tuhan yang mengarahkan orang-orang yang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.6
•
Keith A. Robert menyatakan bahwa agama membantu individu untuk mengatasi kebingungan dengan menyajikan penjelasan dan strategi untuk mengatasi keputusasaan.7
•
Emile Durkheim dari Perancis “Religion is on inter dependent whole composed of beliefs and rites (faith and practices) related to sacred things, unites adherents in a single community known as a church” (agama adalah suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling bersandar yang satu pada yang lain, terdiri dari akidah-akidah (kepercayaan) dan ibadat-ibadat semuanya dihubungkan dengan hal-hal yang suci.
•
Ogburn dan Nimkhoff dari Florida University “Religion is a system of beliefs, emotional attitude and practices by means of which a group of people attempt to cope with ultimate problem of human life” (agama adalah suatu pola akidah-akidah, sikap-
4
Mustahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 3 5 Ibid, hlm. 4 6 Muhammad Yusuf Musa, Islam: Suatu Kajian Komprehensif, Rajawali, Jakarta, 1988, hlm. 3 7 Djamani, Agama dalam Perspektif Sosiologi, Alfabeta, Bandung, 1993, hlm. 17
15 sikap emosional dan praktek-praktek yang dipakai oleh sekelompok manusia untuk mencoba memecahkan soal-soal ultimate dalam kehidupan manusia).8 •
Dalam kamus The Advanced learner’s Dictionary of current English : Religion : Belief in the existence of supernatural ruffling power, the creator and controller of the universe, who has given to man a spiritual nature which continues to exist after the death of body”. (agama adalah mempercayai tentang adanya kekuatan kodrat yang maha mengatasi, menguasai, menciptakan, mengawasi alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani supaya dapat hidup terus setelah mati tubuhnya).9
•
Agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipenuhi.
•
Agama adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.10
•
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun yang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi yang lain dengan tujuan untuk memberikan tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Agama mencakup unsur kepercayaan kepada yang gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan yang gaib tersebut.11 Hubungan yang baik oleh psikologi agama Abdul Azis Ahyadi secara lebih spesifik diartikan sebagai “kehidupan dunia dalam”. Seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.12 Bila demikian, maka agama merupakan sesuatu yang alamiah dan
natural dalam diri manusia dan berakar kuat dalam perasaan, kesadaran dan fitrahnya. Kepercayaan itu merupakan kebutuhan jiwa yang selalu 8
Mudjahid Abdul Manaf, op. cit., hlm. 3 Mackbub Nurhasyim, Sejarah Agama, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang, 1994, hlm. 3 10 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, 1985, hlm. 10 11 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 15 12 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm. 165 9
16 membayangi manusia sepanjang hidupnya, karena itu kebutuhan yang harus dipenuhi seperti kebutuhan-kebutuhan jiwa yang alamiah yang lain.13 2. Fungsi Agama bagi kehidupan manusia Ditinjau dari kesehatan jiwa, dari pengalaman para ahli ilmu jiwa dengan pasien-pasien di klinik jiwa yang menderita kesukaran emosi dan gangguan jiwa, serta hasil-hasil penyelidikan ilmiah yang dilakukan terhadap tingkah laku dan sikap seseorang terbukti bahwa gangguan jiwa terjadi antara lain akibat dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan yang dirasakannya.14 Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi orang akan merasakan tidak enak, gelisah dan kecewa. Untuk menghilangkan rasa yang tidak enak itulah kebutuhankebutuhan harus terpenuhi sebab selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi, kegelisahan itu akan terasa kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu : a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani (fisik) seperti makan, minum, seks dan sebagainya b. Kebutuhan rohani (psikis dan sosial)15 agama merupakan salah satu kebutuhan psikis dan rohani manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia yang merindukan ketenteraman dan kebahagiaan. Kebutuhan psikis manusia akan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah tidak akan terpenuhi kecuali dengan agama. 16 Kebutuhan yang pertama atau kebutuhan primer dalam pandangan agama, kebutuhan primer tidak dipelajari oleh manusia, sudah fitrahnya sejak lahir. Tapi diakui bahwa semua makhluk akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya, karena merasa cemas dan gelisah apabila tidak dipenuhi, untuk menghilangkan rasa cemas Allah menjamin bahwa tidak ada satu makhluk yang hidup pun yang tidak ada rezikinya.17 13
Muhammad Yusuf Musa, op. cit., hlm. 6 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, op. cit., hlm. 25 15 Ibid. 16 Moh. Sholeh Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Pustaka Palajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 25 17 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, op. cit. hlm. 26 14
17
Kebutuhan manusia yang kedua yaitu kebutuhan jiwa sosial tidak dirasakan oleh makhluk hidup lainnya. Kebutuhan psikis dan sosial itu banyak dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, dan suasana di sekitarnya.18 Akan tetapi dalam keragaman dan perbedaan kebutuhan-kebutuhan jiwa manusia yang banyak, ada juga kebutuhan jiwa yang dirasakan oleh tiap-tiap orang, baik sebagai orang kecil, besar, tua, muda, kaya, miskin, maupun sehat atau terganggu kesehatan jiwanya yaitu kebutuhankebutuhan yang akan mendorong serta mengendalikan perbuatan dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tersebut antara lain : a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam hidup manusia, karena seseorang itu membutuhkan rasa ingin disayangi dan dicintai orang yang nantinya akan membawa kepada rasa bahagia, tandanya dicintai orang antara lain diperhatikan, dihargai dan ditolong apabila mengalami kesusahan. Maka orang yang merasa dicintai oleh banyak orang itu akan merasa tenang karena ia merasa tidak dibenci dan dimusuhi, tapi bagi orang yang merasa tidak dicintai orang lain, hidupnya akan penuh kecurigaan, ia akan curiga kepada setiap tindakan orang, baik tindakan-tindakan orang itu terlihat merugikan maupun menguntungkannya, karena ia berkeyakinan bahwa orang tidak akan berbuat baik kepada orang yang dibencinya. Akan tetapi jika yang kehilangan rasa kasih sayang itu orang yang percaya kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang maka tak akan merasa kesepian, tidak akan belap dunia dimatanya, karena masih ada satu sumber kasih sayang yang tak pernah hilang yaitu pegangan abadi Allah SWT.
18
Ibid., hlm. 28
18 b. Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan jiwa yang kedua dan penting pula dalam hidup adalah rasa aman, setiap orang ingin merasa bahwa hidupnya tidak dirongrong oleh siapa saja, orang ingin merasa bahwa tidak ada ancaman apapun terhadap dirinya. Kebutuhan akan rasa aman itulah yang menenangkan hari dan aman, tentram akan mendorong orang untuk selalu berusaha mencari rizki dan perlindungan. Disinilah peranan agama yang sangat penting, karena ajaran agama memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut atau cemas menghadapi hidup ini. ajaran-ajaran agama menunjukkan cara-cara yang harus dilakukan dan menjelaskan hal-hal yang harus ditinggalkan, supaya dapat mencapai rasa aman. Selanjutnya diajarkan pula bagai mempersiapkan diri dengan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi tindakan-tindakan yang mengganggu kesenangan orang lain, supaya rasa aman itu tetap terjamin. Mengingat kebutuhan jiwa akan rasa aman itu perlu, maka dengan adanya rasa kepercayaan kepada Allah, yang akan memberikan ketenangan jiwa. Kepercayaan tersebut akan menghindarkan orang dari perbuatan kejam, keji dan penyelewengan, sehingga akan terhindarkan dari gangguan jiwa. c. Kebutuhan akan rasa harga diri Setiap orang baik anak kecil, orang dewasa maupun orang tua pasti membutuhkan harga diri yaitu ingin dihargai dan diperhatikan, rasa kurang mendapat penghargaan itu adalah sangat sakit karena orang itu kurang dihargai, dihina atau dipandang rendah oleh orang lain, maka akan berusaha mencari jalan untuk mempertahankan harga dirinya. Lain halnya bagi orang yang percaya kepada Allah SWT, walaupun dalam kehidupan sehari-hari kurang mendapat penghargaan dari orang lain, tetapi tidak akan sampai kehilangan harga dirinya
19 sama sekali karena masih ada Allah SWT yang dapat memberikan kompensasi dari perasaan berharga itu, karena seseorang yang mulia di sisi Allah SWT bukan karena rupa, tidak memandang pengkat, kedudukan, tetapi rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, maka orang itulah yang dipandang berharga dan terhormat oleh Allah SWT. d. Kebutuhan akan rasa bebas Kebutuhan akan rasa bebas juga salah satu kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup manusia. Dasar-dasar pokok kesehatan mental menuntut agar setiap orang dapat merasa bebas mengungkapkan apa yang terasa dan bebas berusaha mencapai yang diingininya. Kalau dikatakan bahwa orang harus dapat merasa bebas atau merdeka berpendapat, mengeluarkan rasa hati dengan perkataan atau tindakan, tidak berarti bahwa tiap orang bebas berbuat dan memperlakukan orang lain semaunya akan tetapi bebas dalam batasan-batasan yang tidak mengganggu hak dan kepentingan orang lain. e. Kebutuhan akan mengenal Setiap orang tidak mau tinggal diam saja, ketika berhadapan dengan hal-hal yang samar, ia ingin tau dan berusaha mempelajari sampai terjawab semua hal yang menjadi keraguan terhadap jiwanya. Kebutuhan akan mengenal itulah yang membawa kemajuan yang mendorong orang untuk mempelajari segala sesuatu yang bertemu dalam hidupnya. f. Kebutuhan akan rasa sukses. Rasa sukses atau berhasil juga termasuk kebutuhan yang terpokok dalam hidup. Setiap kegagalan membawa kepada rasa tidak enak, baik kegagalan itu mengenai hal-hal yang kecil, apabila orang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya mungkin akan menyebabkan seseorang itu menjadi putus asa, pesimis, apatis, tidak bersemangat, hilang
20 kepercayaan kepada diri sendiri dan selanjutnya akan takut menghadapi kesukaran apapun dalam hidupnya. Karena sebelum menghadapi kesukaran itu sudah membayangkan kegagalan terlebih dahulu. Bagi orang yang percaya kepada Allah SWT dan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai takdir yang harus dipercayai oleh manusia, bahwa di dalam suatu kegagalan pasti ada kesuksesan karena mungkin dengan adanya kegagalan itu ada hikmahnya,. Apabila orang dapat menerima kegagalan dengan tenang, maka akan berusaha memahami, menganalisa sebab-sebab kegagalan atau tidak suksesnya dalam usaha itu. 19 Fungsi agama bagi kehidupan manusia yaitu : a. Agama memberi bimbingan dan petunjuk dalam hidup b. Agama adalah penolong dalam kesukaran c. Agama menenteramkan batin d. Agama mengendalikan moral.20 e. Agama menyajikan dukungan moral dan sarana emosional, pelipur di saat manusia menghadapi ketidakpastian dan frustasi. f. Agama mengesahkan, memperkuat dan mensucikan nilai dan norma masyarakat yang telah mapan, dan membantu mengendalikan ketenteraman, ketertiban stabilitas masyarakat.21 Menurut Dr. Zakiah Daradjat fungsi agama dapat mewarnai kepribadian seseorang, sehingga agama itu benar-benar menjadi pengendalian dalam kehidupan di kemudian hari agar dapat hidup dengan tenang dan bahagia lahir dan batin.22
19
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1968, hlm. 13-14 20 Moh. Sholeh Imam Musbikin, op. cit., hlm. 43 21 Djamani, op. cit., hlm. 85 22 Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak, Dimas, Semarang, 1993, hlm. 42
21 B. Kesehatan Jiwa atau Mental 1. Pengertian Kesehatan Jiwa/Mental Sebagai sebuah disiplin keilmuan di bidang psikologi kesehatan jiwa atau hygiene mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan jiwa/mental
yang
bertujuan
untuk
mencegah
dan
mengobati
(menyembuhkan) individu dari gangguan kejiwaan.23 sebagai kondisi kejiwaan manusia kesehatan jiwa/mental memiliki banyak pengertian. Hal ini disebabkan karena adanya pemaknaan kesehatan jiwa/mental yang melatarbelakangi oleh konsep-konsep empirik tertentu yang merupakan bagian dari teori-teori kesehatan jiwa. Di balik keanekaragaman konsep mengenai kesehatan jiwa beberapa ahli mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan jiwa. Saparinah Sadli sebagaimana dikutip oleh Bastaman24 mengemukakan tiga orientasi kesehatan jiwa yaitu a. Orientasi klasik : Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisien kegiatan-kegiatan sehari-hari. b. Orientasi penyesuaian diri : Seorang dianggap sehat mentalnya bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang lain serta lingkungan sekitarnya. c. Orientasi pengembangan potensi : Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga ia dihargai oleh orang lain dan juga dirinya sendiri.25
23
Kartini Kartono, Jenny Andani, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm. 3 24 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologis Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 132 25 Ibid. hlm. 133
22 Sementara itu Zakiah Daradjat mengemukakan tentang kesehatan jiwa, dengan beberapa definisi yaitu : a. Kesehatan jiwa/mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguhsungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk menciptakan hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.26 b. Kesehatan jiwa/mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara
fungsi-fungsi
jiwa
serta
mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).27 c. Kesehatan jiwa/mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi bakat dan pembawaan yang maksimal mungkin sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguangangguan dan penyakit jiwa. d. Kesehatan jiwa/mental adalah terhindarnya seseorang dari gejalagejala gangguan dan penyakit jiwa dapat menyesuaikan diri dapat memanfaatkan dan membawa kepada kebahagiaan bersama untuk tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.28 Selanjutnya rumusan yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Bustaman, ia merumuskan ada empat pola wawasan kesehatan jiwa dengan masing-masing orientasinya sebagai berikut : a. Pola wawasan yang berorientasi simtomatis, di mana mental yang sehat ditandai dengan bebasnya seseorang dari gejala-gejala gangguan kejiwaan. (Neurosis, gangguan kepribadian) atau penyakit kejiwaan tertentu (psikosis)
26
Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm.
136 27 28
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1982, hlm. 13 Moh. Sholeh Imam Musbikin, op. cit., hlm. 25
23 b. Pola wawasan penyesuaian diri yang menekankan pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri sebagai unsur utama dalam kesehatan jiwa c. Pola wawasan pengembangan potensi pribadi di mana mental yang sehat terjadi apabila individu mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga mendapatkan manfaatnya. d. Pola wawasan berorientasi agama, berpandangan bahwa agama atau kerohanian memilih daya yang tepat menunjang kesehatan jiwa dan kesehatan jiwa diperoleh sebagai hasil dari keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan serta penerapan ajaran agama dalam hidup.29 Atas dasar keempat pola ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tolok ukur kesehatan jiwa ada empat yang meliputi : a. Bebas dari gangguan dan penyakit kejiwaan b. Mampu menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan.30 c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi seperti kemampuan, bakat, sifat,
ketrampilan
sehingga
menjadi
benar-benar
aktual
dan
31
bermanfaat.
d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta berupaya menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari.32 2. Kesehatan Jiwa dalam Islam Dalam Islam pengembangan kesehatan jiwa terintegrasi dalam pribadi seseorang pada umumnya, yaitu dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan dari kondisi pribadi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial serta matang pula ketuhanannya dan ketaqwaannya kepada Tuhan yang maha esa. Sikap dan tingkah lakunya benar-benar merealisasi nilai-nilai keislaman yang mantap dan teguh. otaknya yang terpuji dan bimbingannya terhadap masyarakat membuahkan rasa ketuhanan, 29
Hanna Djumhana Bastaman, op. cit., hlm. 134 Moh. Sholeh Imam Musbikin, op. cit., hlm. 23 31 Ibid. hlm. 24 32 Hanna Djumhana Bastaman, op. cit., hlm. 134 30
24 rasa kesatuan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Suatu tipe manusia ideal dengan kualitas-kualitasnya mungkin sulit dicapai tetapi dapat diatasi melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar aktif dan terencana.33 Sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam surat as-Ra’d ayat 11.
ﺎﺮ ﻣ ﻐﻴ ﻳ ﻪ ﻟﹶﺎ ﻣ ِﺮ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻦ ﹶﺃ ﻪ ِﻣ ﻧﺤ ﹶﻔﻈﹸﻮ ﻳ ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻪ ﻦ ﻭ ِﻣ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ ﻴ ِﻦﺑ ﻦ ﺕ ِﻣ ﺎﻌ ﱢﻘﺒ ﻣ ﹶﻟﻪ ﻦ ﻢ ِﻣ ﻬ ﺎ ﹶﻟﻭﻣ ﺩ ﹶﻟﻪ ﺮ ﻣ ﻮﺀًﺍ ﹶﻓﻠﹶﺎﻮ ٍﻡ ﺳ ﻪ ِﺑ ﹶﻘ ﺩ ﺍﻟﱠﻠ ﺍﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ ﻢ ﺴ ِﻬ ِ ﻧﻔﹸﺎ ِﺑﹶﺄﻭﺍ ﻣﺮﻐﻴ ﻳ ﻰﺣﺘ ﻮ ٍﻡ ِﺑ ﹶﻘ (11 : ﺍ ٍﻝ )ﺍﻟﺮﻋﺪﻦ ﻭ ﻭِﻧ ِﻪ ِﻣﺩ Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Qs. ar-Ra’d : 11) 34 Ayat
ini
menunjukkan
bahwa
Islam
mengakui
kebebasan
berkehendak dan menghargai pilihan pribadi untuk menentukan apa yang terbaik baginya, dalam hal ini manusia diberi kebebasan untuk segala upaya guna meningkatkan diri dan merupakan nasib sendiri dan barulah setelah itu hidayah dari Allah akan tercurah padanya. Sudah tentu upaya-upaya dapat meraih hidayah dari Allah SWT itu harus sesuai dengan berdasarkan Al-Qur'an dan al-Hadits, selain itu dalam Islam kebebasan bukan merupakan kebebasan tak terbatas karena niat tujuan dan cara-cara harus sesuai dengan nilai-nilai agama dan normanorma yang berlaku. 3. Jenis-jenis gangguan kejiwaan Zakiah Daradjat menegaskan bahwa gangguan kejiwaan merupakan kumpulan-kumpulan dari keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental, keabnormalan tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 33 34
ibid. hlm. 150 Departemen Agama, Al-Qur'an dan terjemahnya, hlm. 370
25 Neurosis (gangguan jiwa) dan psikosis (sakit jiwa).35 Gejala-gejala keabnormalan dari kedua golongan gangguan kejiwaan tersebut di antaranya adalah ketegangan batin (tension), rasa putus asa, dan murung gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (kompulsif), histeria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran buruk, dan sebagainya.36 Antara neurosis dan psikosis memiliki perbedaan. Neurosis merupakan suatu keadaan yang lebih ringan dari pada sakit jiwa (psikosis). Orang yang menderita neurosis mengetahui tingkat kesukarannya, tidak demikian halnya dengan penderita psikosis, disamping itu penderita neurosis tidak tampak pada mereka, ditambah pula bahwa mereka pada umumnya hidup dalam kenyataan. Lain halnya dengan penderita psikosis kepribadian mereka dalam berbagai segi terguncang dan tidak sesuai.37 Menurut Kartini Kartono, faktor penyebab terjadinya neurosis dan psikosis yaitu : a. Faktor organis atau somatis : misalnya terdapat kerusakan pada otak dan proses dementia. b. Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadian yang tidak harmoni seperti beban psikis yang ternyata jauh lebih berat dari melampaui kesanggupan memikul beban tersebut. c. Faktor lingkungan atau sosial, faktor-faktor pergaulan dan masyarakat luas dari hari ke hari mengalami dinamika yang berat, sehingga usahausaha untuk melakukan penyesuaian diri yang sangat sulit.38
35
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, op. cit., hlm. 33 Ibid. hlm. 34 37 Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hlm. 59 38 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan kejiwaan, Rajawali press, Jakarta, 1986, hlm. 9 36
26 4. Upaya untuk mencapai kesehatan jiwa Berawal dari definisi kesehatan jiwa yang berbeda-beda sesuai dengan bidang dan pandangan masing-masing maka upaya pencapaiannya juga beragam. Kartini Kartono berpendapat ada 3 prinsip pokok untuk mendapatkan kesehatan jiwa yaitu : a. Pemenuhan kebutuhan pokok Setiap individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhankebutuhan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan timbullah ketegangan-ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhankebutuhan terpenuhi; dan cenderung baik/makin banyak, jika mengalami frustasi atau hambatan-hambatan. b. Kepuasan Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat psikis, ingin merasa kenyang, aman terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya, dalam artian ingin puas di segala bidang. Kemudian timbullah sense of importance dan sense of mastery, (kesadaran nilai dirinya dan kesadaran penggunaan) yang memberi rasa senang, panas, dan bahagia. c. Posisi dan status sosial Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman/assurance, keberanian dan harapan-harapan di masa mendatang. Orang akan menjadi optimis dan bergairah karenanya. Individuindividu yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa dirinya tidak aman, merasa senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi ketakutan, tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan pada hari esok; jiwanya senantiasa bimbang dan tidak imbang.39
39
Kartini Kartono, Jenny andani, op. cit., hlm. 29-30
27 Zakiah Daradjat berpendapat kehilangan ketenteraman batin itu, disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan, kegagalan, karena perasaan tertekan, baik yang terjadi di rumah tangga, di kantor maupun di dalam masyarakat. Hasan
Langgulung
mensyaratkan
bahwa
untuk
mencapai
kebahagiaan ada dua syarat : Iman dan amal. Iman adalah percaya kepada Allah, Rasul-Rasul, malaikat, kitab-kitab, hari kiamat dan qodlo, qodar. Ini semua berkaitan dengan kebahagiaan akhirat. Syarat kedua : amal, amal yaitu perbuatan, tindakan, tingkah laku yang termasuk lahir dan batin yang nampak dan yang tidak nampak. Amal jasmani atau amal hati. Amal itu ada 2 macam : amal ibadah (derational acts) yaitu amal yang khusus dikerjakan untuk membersihkan jiwa untuk kebahagiaan jiwa itu sendiri, adapun jenis amal yang kedua yaitu yang berkaitan dengan manusia lain seperti amal dalam perekonomian, kekeluargaan, warisan, hubungan kenegaraan politik, pendidikan nasional, kebudayaan dan lainlain.40 Apabila kedua hal tersebut (iman dan amal) jika dijalankan, maka akan mendapat balasan dari Allah, sebagaimana firman Allah dalam AlQur'an surat al-Baqarah ayat 25 :
ﺭ ﺎﻧﻬﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄﺤِﺘﻬ ﺗ ﻦ ﺠﺮِﻱ ِﻣ ﺗ ﺕ ٍ ﺎﺟﻨ ﻢ ﻬ ﺕ ﹶﺃﻥﱠ ﹶﻟ ِ ﺎﺎِﻟﺤﻋ ِﻤﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﺼ ﻭ ﻮﺍﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺸ ِﺮ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺑﻭ ﺎﺎِﺑﻬﺘﺸﻮﺍ ِﺑ ِﻪ ﻣﻭﺃﹸﺗ ﺒﻞﹸﻦ ﹶﻗ ﺎ ِﻣﺭ ِﺯ ﹾﻗﻨ ﻫﺬﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﺯﻗﹰﺎ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺮ ٍﺓ ِﺭ ﻤ ﻦ ﹶﺛ ﺎ ِﻣﻨﻬ ِﺯﻗﹸﻮﺍ ِﻣﺎ ﺭﹸﻛﱠﻠﻤ (25 : ﻭ ﹶﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺎِﻟﺪﺎ ﺧﻢ ﻓِﻴﻬ ﻫ ﻭ ﺮ ﹲﺓ ﻬ ﹶﻄﺝ ﻣ ﺍﺯﻭ ﺎ ﹶﺃﻢ ﻓِﻴﻬ ﻭﹶﻟﻬ Artinya : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (Qs. al-Baqarah : 25)41
40
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Pustaka al-Husna, Jakarta, 1986, hlm.
41
Departemen Agama RI., hlm. 12
44