BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam periode 2004 – 2009, pembiayaan defisit APBN melalui utang menunjukkan adanya pergeseran dominasi dari pinjaman luar negeri menjadi Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 UndangUndang Nomor 24 tahun 2002, definisi Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat berharga Syariah Negara (SBSN), memiliki peran yang sangat penting dalam pembiayaan APBN. Setiap tahunnya pembiayaan melalui SBN (netto) selalu meningkat seiring dengan meningkatnya pembiayaan untuk mendukung pembangunan nasional. Untuk memenuhi target pembiayaan tersebut, Pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi sumber pembiayaan dari dalam negeri melalui penerbitan SBN berdenominasi Rupiah. Namun dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti keterbatasan daya serap pasar SBN dalam negeri, pembentukan benchmark atas SUN Indonesia dalam denominasi USD, kebutuhan untuk meningkatkan cadangan devisa, dan membayar kewajiban dalam valuta asing yang jatuh tempo, maka Pemerintah memutuskan untuk menerbitkan SUN dalam valuta asing sejak tahun 2004.
1
2
Sampai
dengan
akhir
tahun
2009,
komposisi
portofolio
SBN
berdenominasi rupiah masih mendominasi pada portofolio SBN yang mencapai 80% dan sisanya adalah SBN berdenominasi valuta asing yaitu US dollar dan Japan Yen sebesar 20%. Jumlah SBN berdenominasi valuta asing terus meningkat setiap tahunnya secara proporsional seiring dengan bertambahnya jumlah SBN berdenominasi rupiah.
Dengan meningkatnya porsi SBN dalam valuta asing maka risiko nilai tukar pada portofolio SBN cenderung meningkat. Dengan menganut sistem nilai tukar bebas mengambang, penerbitan instrumen investasi seperti Obligasi Negara dalam Valuta Asing sangat memiliki risiko terhadap nilai tukar valas dari penerbitan SBN valas. Fluktuasi nilai tukar juga dapat menjadi pertimbangan bagi investor. Apabila mata uang suatu negara berfluktuasi tajam dan mengalami depresiasi, maka investor cenderung tidak tertarik untuk berinvestasi di negara tersebut, begitupun sebaliknya.
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
3
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Pada dasarnya, imbal hasil obligasi memiliki kaitan dengan kemungkinan gagal bayar (probability of default). Penggunaan Credit Default Swap yang merupakan instrumen credit derivative dalam yang banyak dijadikan acuan utama atau leading indicator dalam mengukur resiko default.
Penulis menfokuskan penelitian ini yaitu untuk melakukan analisis dan pembahasannya apakah variabel-variabel ekonomi seperti perubahan kurs, tingkat inflasi, dan Credit Default Swap dapat mempengaruhi imbal hasil obligasi negara dalam valuta asing selama periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada USD, Tingkat Inflasi, dan Credit Default Swap Terhadap Imbal Hasil Obligasi Negara dalam Valuta Asing”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Apakah perubahan nilai tukar rupiah pada USD berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi Negara dalam valuta asing.
4
2. Apakah perubahan tingkat inflasi berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi Negara dalam valuta asing. 3. Apakah perubahan nilai Credit Default Swap berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi Negara dalam valuta asing. 4. Apakah variabel-variabel seperti perubahan kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS), tingkat inflasi, dan nilai Credit Default Swap berpengaruh secara (bersama-sama) simultan terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam Valuta Asing.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak meluas dan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penulis menentukan batasan permasalahan dalam penelitian ini yaitu pembahasan dibatasi pada indikator ekonomi seperti Nilai Tukar Rupiah pada USD, tingkat Inflasi, dan Credit Default Swap (CDS) beserta pengaruhnya terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam Valuta Asing seri INDO-14 yang diterbitkan tanggal 10 Maret 2004 dan mempunyai jatuh tempo tanggal 10 Maret 2014. Penentuan periode waktu analisis (sampling) dari tanggal 1 Januari 2005 hingga 31 Desember 2009.
5
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh dari nilai tukar Rupiah pada USD, tingkat Inflasi, dan Credit Default Swap terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam Valuta Asing secara parsial. 2. Menganalisis pengaruh nilai tukar Rupiah pada USD, tingkat Inflasi, dan Credit Default Swap terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam Valuta Asing secara simultan.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada pembacanya antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini tidak hanya sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana, tapi yang terpenting adalah penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 2. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan penerbitan Surat Utang Negara dalam valuta asing berikutnya agar tercipta penerbitan yang efisien dalam hal pengeluaran APBN.
6
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pembelajaran dalam penelitian berikutnya.