BAB I PROFIL PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG 1.1. Sejarah Perusahaan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang merupakan salah satu dari sembilan unit bisnis yang dimiliki oleh PT Indonesia Power. Dengan demikian sejarah berdirinya UBP Kamojang akan sangat erat hubungannya dengan sejarah berdirinya PT Indonesia Power. Sejarah terbentuknya PT Indonesia Power dipicu oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang memandang perlunya deregulasi di sektor ketenagalistrikan yang ditindaklanjuti dengan Kepres No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit‐pembangkit listrik swasta. Menyikapi hal tersebut, Tahun 1994 PLN mencoba untuk lebih profesional dengan mengubah status perusahaan menjadi Persero. Setahun kemudian tepatnya 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan sebagai langkah untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut (indonesiapower.co.id, 2006b). Salah satu dari anak perusahaan adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa‐Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I, yang bergerak dalam usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik serta usaha terkait lainnya. Tanggal 3 Oktober 2000, lima tahun setelah berdirinya PLN PJB I, manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power sebagai upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan dalam waktu dekat. Walaupun baru tercatat sebagai satu perusahaan pada pertengahan 1990‐an, Indonesia Power telah mewarisi sejumlah aset berupa pembangkit dan fasilitas‐fasilitas pendukungnya. Dari pembangkit‐pembangkit tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit tertua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920‐an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa
secara historis usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia (indonesiapower.co.id, 2006b). Pembangkit‐pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati serta Bali. Dan secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sebesar 8.993 MW, sekaligus merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia. Selain itu, PT Indonesia Power juga memiliki satu unit bisnis yang bergerak dalam jasa pemeliharaan pembangkit serta tiga anak perusahaan yaitu PT. Artha Daya Coalindo, PT. Cogindo Daya Bersama, dan PT. Indo Pusaka Berau. UBP Kamojang sendiri merupakan unit bisnis yang mengelola pembangkit tenaga listrik energi panas bumi yang terbesar di Indonesia. UBP Kamojang memiliki 3 (tiga) Sub Unit Bisnis Pembangkitan, yaitu: PLTP Kamojang (140 MW), PLTP Darajat (55 MW), dan PLTP Gunung Salak (180MW). PLTP ini dibangun secara bertahap mulai dari tahun 1983 dan ditandai dengan peresmian unit 1 oleh Presiden Soeharto tanggal 7 Februari 1983. Selanjutnya Unit II dan III Kamojang beroperasi mulai pada bulan Juli dan November 1987. Tahun 1993 pembangunan PLTP Darajat dapat diselesaikan, kemudian menyusul PLTP Gunung Salak yang terdiri dari Unit I (1994), Unit II (1995), serta Unit III (1997). PLTP Gunung Salak pun telah mengalami upgrade kapasitas dari masing masing 55 MW menjadi 60 MW di tahun 2004 dan 2005. 1.2. Lingkup Bidang Usaha 1.2.1. Bisnis Utama Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utamanya di Pulau Jawa dan Bali. Pada tahun 2005, PT Indonesia Power tercatat telah memasok listrik ke sistem JAMALI (Jawa Madura dan Bali) sebesar 48.320 GwH (Gigawatt Hours) atau sekitar 48,34% dari produksi sistem Jawa Bali (Indonesia Power, 2006b). Selain itu kemampuan 2
pembangkit PT Indonesia Power juga dapat dilihat dari faktor kapasitas (Capacity Factor, CF) rata rata sebesar 62,07% dengan tingkat keandalan pembangkit yang ditunjukkan oleh Equivalent Availability Factor (EAF) di atas 86,12% (rata rata tahun 2005). Daya mampu per unit bisnis pembangkit PT Indonesia Power disajikan pada tabel berikut Tabel 1.1. Daya Mampu per Unit Bisnis Pembangkit UNIT BISNIS PEMBANGKITAN Suralaya Priok Saguling Kamojang Mrica Semarang Perak‐Grati Bali Total Indonesia Power Sumber: Indonesiapower.co.id, 2006a
TAHUN 2004 (MW) 2.852 1.026 697 333 298 1.098 673 244 7.221
TAHUN 2005 (MW) 2.984 1.048 761 333 301 1.143 762 321 1.653
JUNI 2006 (MW) 2.962 1.081 792 321 306 1.043 675 342 7.522
Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang merupakan satu satunya penyedia energi listrik yang berasal dari energi panas bumi di lingkungan PT Indonesia Power. Energi listrik dari panas bumi tersebut selanjutnya dikirimkan kepada P3B, sebagaimana energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit PT Indonesia Power lainnya, dan kemudian akan disalurkan ke dalam sistem jaringan listrik se‐Jawa Madura dan Bali (JAMALI). 1.2.2. Bisnis Pendukung Selain dari Bisnis Utama, PT Indonesia Power memiliki penghasilan dari bisnis pendukung, antara lain; jasa pemeliharaan unit pembangkit yang dikelola oleh satu unit bisnis yaitu unit bisnis jasa pemeliharaan, jasa jual beli pembangkit surplus/bekas, jasa commissioning, kalibrasi peralatan dan lain lain. Bisnis tersebut merupakan bisnis yang masih berhubungan dalam bidang kompetensi atau bisnis inti PT Indonesia Power, pun perusahaan berusaha mengembangkan bisnis lain memanfaatkan aset aset yang dimiliki oleh perusahaan. Bisnis ini antara lain adalah pengembangan agrobisnis yang berlokasi di saguling bekerjasama dengan PT. Mesa Inti Kebun, penjualan abu
3
batubara di suralaya, pengelolaan hewan ternak (sapi) di Mrica, penyewaan wisma wisma ataupun tanah yang terdapat di berbagai unit bisnis termasuk UBP Kamojang. 1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Visi, misi dan tujuan yang dimiliki oleh PT Indonesia Power UBP Kamojang merupakan turunan dari visi , misi dan tujuan PT Indonesia Power sebagai korporasi. Adapun visi, misi dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut : Visi: Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat dengan Lingkungan. Misi: Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan: •
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus‐menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
•
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
•
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
•
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
4
•
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.
1.4. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Indonesia Power UBP Kamojang ditetapkan berdasar SK no. 27/010/IP/2004 dan no. 28/010/IP/2004. Struktur tersebut merupakan struktur organisasi fungsional, di mana seorang General Manager membawahi fungsi fungsi manajer dan dua sub unit bisnis yang dipimpin oleh manajer unit. Fungsi fungsi manajer disusun berdasar bidang yang ada yaitu; Keuangan, Sistem dan SDM, Humas, Logistik, Pemeliharaan, Operasi dan Niaga, serta Perencanaan Evaluasi dan Enjiniring. Sedangkan manajer unit adalah manajer sub unit bisnis PLTP Gunung Salak dan manajer sub unit bisnis PLTP Darajat. Para manajer sendiri membawahi Supervisor Senior dan Supervisor. Adapun struktur organisasi secara lebih jelas dapat dilihat pada halaman berikut.
5
STRUKTUR ORGANISASI BERDASARKAN SK. NO. 27/010/IP/2004 PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN KAMOJANG
GENERAL MANAGER
SEKRETARIS
SPESIALIS TURBIN
SPESIALIS COMMISIONING / START UP SPESIALIS KINERJA UNIT PEMBANGKIT
AUDITOR
MANAJER OPERASI DAN NIAGA
MANAJER PEMELIHARAAN
MANAJER PERENCANAAN, EVALUASI & ENJINIRING
MANAJER LOGISTIK
MANAJER SISTEM DAN SDM
MANAJER KEUANGAN
MANAJER HUMAS
MANAJER UNIT PLTP GUNUNG SALAK
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
SEKRETARIS
STAF OPERASI
STAF PEMELIHARAAN
ENJINIR MESIN
SUPERVISOR SENIOR PERENCANAAN LOGISTIK
STAF PERENCANAAN SDM DAN FORMASI
SUPERVISOR SENIOR ANGGARAN
STAF PENGEMBANGAN USAHA
STAF OPERASI
STAF OPERASI
SUPERVISOR SENIOR PENGENDALI NIAGA
SUPERVISOR SENIOR PEMELIHARAAN MESIN
ENJINIR LISTRIK
SUPERVISOR SENIOR PENGADAAN BARANG&JASA
STAF KINERJA PEGAWAI DAN BUDAYA PERUSAHAAN
SUPERVISOR SENIOR KEUANGAN
SUPERVISOR SENIOR SEKR. DAN RUMAH TANGGA
STAF PEMELIHARAAN
STAF PEMELIHARAAN
SUPERVISOR SENIOR OPERASI
SUPERVISOR SENIOR PEMELIHARAAN LISRIK
ENJINIR KONTROL DAN INSTRUMENT
SUPERVISOR SENIOR GUDANG
STAF MANAJEMEN MUTU
SUPERVISOR SENIOR AKUNTANSI
SUPERVISOR SENIOR HUMAS
SUPERVISOR SENIOR OPERASI
SUPERVISOR SENIOR OPERASI
SUPERVISOR OPERASI A, B, C, D
SUPERVISOR SENIOR HAR. KONTROL & INSTRUMENT
ENJINIR KIMIA DAN LINGKUNGAN
SUPERVISOR SENIOR ADM. KEPEGAWAIAN
SUPERVISOR KIMIA DAN LINGKUNGAN
SUPERVISOR TOOLS
STAF KEUANGAN DAN ADMINISTRASI
SUPERVISOR SENIOR SISTEM INFORMASI
SUPERVISOR SENIOR PERENC. & EVA. OPERASI
SUPERVISOR SENIOR PENGEMBANGAN SDM
SUPERVISOR SENIOR K3 DAN KEAMANAN
SUPERVISOR SENIOR PERENC. & EVA. HAR.
SUPERVISOR OPERASI A, B, C, D SUPERVISOR SENIOR PEMELIHARAAN
Gambar 1.1. Struktur Organisasi PT Indonesia Power UBP Kamojang
SUPERVISOR OPERASI A, B, C, D SUPERVISOR PEMELIHARAAN MESIN
SUPERVISOR PEMELIHARAAN MESIN
SUPERVISOR PEMELIHARAAN LISTRIK
SUPERVISOR PEMELIHARAAN LISTRIK
SUPERVISOR HAR. KONTROL & INSTRUMENT
SUPERVISOR HAR. KONTROL & INSTRUMENT
SUPERVISOR TOOLS
SUPERVISOR TOOLS
SUPERVISOR UMUM
SUPERVISOR UMUM
6
MANAJER UNIT PLTP DARAJAT
1.5. Sumber Daya 1.5.1. Sumber Daya Manusia Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang memiliki 325 pegawai, yang terdiri dari 311 pegawai pria dan 14 pegawai wanita. Komposisi pegawai UBP Kamojang juga dibagi sesuai dengan fungsinya sebagai berikut; fungsi Pembangkit = 249 orang, fungsi Tata Usaha = 68 orang, fungsi Gudang = 6 orang, dan fungsi Wisma dan Rumah Dinas = 2 orang. Sedangkan berdasar bagiannya formasi pegawai UBP Kamojang dapat dilihat dalam grafik berikut : 90 76
60
51
50 43 31
30
20
19
18
14 2
1
at
SU
BP
Da
Sa l n.
SU
BP
G
da m st e Si
ra j
ak
m as
SD n
Hu
M
an ua
n aa Pe
re n
ca n
O
ng
st ik gi
da
Pe
n
Ke
el m
Lo
as lu Ev a
ar ih
Ni an id
pe
ra s
i
n aa
a ag
na m pi Pi
Au
di
to
n
r
0
Gambar 1.2. Grafik Struktur Pegawai per Bagian Sedangkan mayoritas tenaga kerja PT Indonesia Power UBP Kamojang adalah lulusan STM dan setara dengan tenaga Strata 1 hanya 23 orang dan Strata 2 sebanyak dua orang, Adapun komposisi tingkat pendidikan pegawai PT Indonesia Power UBP Kamojang secara lengkap adalah sebagaimana di bawah ini : 7
SD; 11 SMP; 13
SMEA ; 16
S-2; 2
S-1; 23 D-3; 14
SMA ; 36 ST ; 4
STM; 206
Gambar 1.3. Grafik Tingkat Pendidikan Pegawai 1.5.2. Sumber Daya Teknologi Sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi, PT Indonesia Power UBP Kamojang memiliki tujuh unit pembangkit, dengan perincian tiga unit di Kamojang, tiga unit di Gunung Salak, dan satu unit di Darajat. Berikut adalah spesifikasi teknis pembangkit yang berada di PLTP Kamojang : Tabel 1.2. Spesifikasi Teknis Pembangkit Kamojang
PARAMETER UNIT I UNIT II UNIT III Daya Terpasang 30 MW 55 MW 55 MW 0 0 Temperatur Uap Masuk Turbin 161,9 C 161,9 C 161,90 C Tekanan Uap 6,5 bar abs 6,5 bar abs 6,5 bar abs Aliran Uap Masuk 245 T/H 410 T/H 410 T/H Tekanan Condensor 0,133 bar abs 0,1 bar abs 0,1 bar abs Tekanan Output Generator 11,8 KV 11,8 KV 11,8 KV Frekuensi 50 Hz 50 Hz 50 Hz RPM Turbin 3000 3000 3000 Sumber : Manual Organisasi SMT PT. Indonesia Power UBP Kamojang revisi 01 tahun 2006
Unit Kamojang juga memiliki sarana teknologi yang digunakan untuk aplikasi program PROGEN yang terdiri dari : PROHAR (pemeliharaan/Pengembangan dari CMMS), serta aplikasi PRONIA (Niaga), PRO SDM (Sumber Daya Manusia), PROLAK (Tata Laksana Surat dan Kearsipan), PROANG (Program Anggaran), PROTAN (Program Akuntansi), dan AP‐AR‐CM (Account Payable ‐ Account Receivable ‐ Cash Management). Aplikasi aplikasi ini berbasis pada database ORACLE, dan khusus untuk program bidang keuangan telah menggunakan aplikasi ORACLE Finance yang akan terus dikembangkan dan diintegrasikan dengan program serta aplikasi lainnya. 8
Program‐program tersebut digunakan untuk pengelolaan energi pembangkit untuk mencapai efisiensi yang tinggi, pengelolaan SDM, manajemen pemeliharaaan, pengendalian barang digudang, pengadaan barang/jasa, pengelolaan keuangan, pengelolaan kearsipan dan pelaporan data keniagaan. 1.5.3. Sumber Daya Keuangan Sistem keuangan pada PT Indonesia Power adalah sentralisasi, semua pendanaan pada unit bisnis berasal dari dropping tunai kantor pusat. Dengan demikian gambaran posisi keuangan yang disajikan berikut merupakan gambaran PT Indonesia Power secara keseluruhan (Indonesia Power, 2006a). AKTIVA, Jumlah aktiva PT. Indonesia Power pada akhir tahun 2005 tercatat sebesar Rp. 58.805,47 Milyar. Pada akhir tahun 2005, aktiva tetap bersih tercatat sebesar Rp. 39,881,89 Milyar menurun sebesar 3,58% dari Rp. 41.362,43 Milyar pada akhir tahun 2004. Penurunan tersebut terutama berasal dari penyusutan rutin dan tertundanya penyelesaian beberapa program investasi antara lain rehabilitasi PLTD # Pesanggaran. Aktiva lancar perusahaan yang mencakup kas dan bank, piutang usaha, persediaan serta biaya dan pajak dibayar di muka, pada akhit tahun 2005 tercatat Rp. 18.149,109 Milyar meningkat sebesar 67,10% dari Rp. 10.861,505 Milyar pada akhir tahun 2004. Pada tahun 2005 penyertaan turun sebesar 79,34% dari Rp 77,88 Milyar tahun 2004 menjadi Rp. 16,094 Milyar pada tahun 2005. Sementara aktiva lain‐lain naik sebesar 33,095% dari Rp. 413,087 Milyar pada tahun 2004 menjadi Rp. 553,344 Milyar pada tahun 2005. Komponen yang mencatat penurunan terbesar dari aktiva perusahaan adalah pos aktiva dalam investasi jangka panjang, yang menurun sebesar 79,34% dari Rp. 77,882 Milyar pada tahun 2005, disebabkan beberapa proyek sedang dalam tahap pembangunan/penyelesaian, seperti proyek PLTG Pemaron dan rehabilitasi PLTU Priok 3 & 4, penyertaan modal pada PT. Indo Pusaka Berau yang saat ini telah menjadi anak perusahaan Indonesia Power.
9
EKUITAS, Pada akhir tahun 2005 jumlah ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp. 47.106,795 Milyar, meningkat sebesar 5,60% dari Rp. 44.609,732 Milyar pada akhir tahun 2004. KEWAJIBAN, Jumlah total kewajiban perusahaan pada akhir tahun 2005 tercatat sebesar Rp. 11.630,725 Milyar, meningkat dari Rp. 8.331,877 Milyar pada akhir tahun 2004. LABA USAHA, Perusahaan pada tahun 2005 membukukan laba usaha sebesar Rp. 3.913,121 Milyar, meningkat sebesar 35,51% dari laba usaha tahun 2004 sebesar Rp. 2.887,639 Milyar. 1.6. Tantangan Bisnis Sejak dipergunakan mekanisme niaga single buyer multi seller, semakin banyak pesaing yang muncul di sektor hulu industri listrik atau pada pasar pembangkitan energi listrik. Sampai dengan saat ini, PT Indonesia Power masih merupakan pemimpin pasar, namun pada akhir akhir ini telah terjadi trend penurunan terhadap pangsa pasar jawa bali yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Ini disebabkan PT Indonesia Power tidak melakukan penambahan kapasitas pembangkit pada pasar, dan kalaupun ada jumlahnya kalah dengan penambahan kapasitas yang dilakukan oleh perusahaan lainnya terutama Perusahaan Modal Asing (PMA). Menyikapi hal tersebut, PT Indonesia Power berupaya untuk melakukan penambahan kapasitas dengan terlebih dahulu mencari sumber pendanaan melalui Initiate Public Offering (IPO) dan telah dijadwalkan pada Semester II tahun 2007, bersamaan dengan IPO beberapa BUMN lainnya antara lain PT. Jasa Marga. Tentunya untuk mensukseskan IPO tersebut, PT. Indonesia Power harus dapat berbenah dan mempercantik diri untuk memikat para investor. Pembenahan yang dilakukan meliputi berbagai aspek perusahaan terutama yang terkait dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) didukung oleh budaya perusahaan yang diterapkan oleh seluruh pegawainya. Selain GCG, perusahaan juga akan terus meningkatkan kinerjanya dalam hal efisiensi dan 10
efektifitas pembangkitan maupun keuangan, disokong oleh sistem informasi yang handal. Ini dikarenakan perusahaan memahami betul keputusan yang tepat dan sesuai dengan prinsip prinsip GCG hanya dapat tercipta dengan adanya sistem informasi tersebut. Di sisi lain perusahaan juga menyadari adanya potensi pasar yang masih sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan permintaan yang cukup tinggi pula, namun sebagaimana pada negara berkembang lainnya, terdapat faktor negatif terhadap potensi tersebut yakni rendahnya tarif listrik sehingga tidak mampu mencapai level keekonomiannya, seperti yang ditunjukkan dalam estimasi perbandingan dalam grafik berikut.
Pertumbuhan Permintaan vs. Tarif Rata-rata (04-09)
10
8.5
25 8.4 7.6
8
21.4 7.3
20
6.7 5.9
6
13 8.3
4 10
2
5.8
4.9
Indonesia
China
6
2.5
10.2
10.5
1.9
1.9
15
12.4
10 1.6
1.5
1.5
6.2
5
3.9
0
0 Thailand
India
Malaysia Philippines
US
France
UK
Hongkong Germany
A v e ra g e T a rif f s U S c e n t s p e r kW h
E le c t ric it y D e m a n d C A G R 0 4 - 0 9 (% )
Japan
Gambar 1.4. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Permintaan dan Tarif Rata‐rata
11