BAB I PERAWATAN LUKA OPERASI
Kasus Ny. S. (50 tahun) di rawat di bangsal bedah dengan diagnosa medis apendiksitis perforasi. Saat ini adalah ke empat post operasi. Saat Ners P melakukan perawatan luka tampak luka masih basah dan mengeluarkan pus. Ners P menggunakan saline untuk membersihkan luka Ny. S, kemudian melakukan perawatan luka dengan taknik antiseptik. Ners P menekankan kepada Ny. N untuk meningkatkan asupan makanan tinggi protein agar proses penyembuhan luka sempurna tidfak ada komplikasi.
Key Word 1. Apendiksitis perforasi 2. luka operasi dan perawatannya 3. penyembuhan luka 4. diet tinggi protein PEMBAHASAN KULIT Pengertian Kulit Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga- rongga dan lubang-lubang masuk. Anatomi dan Fisiologi Kulit Epidermis
Stratum Korneum Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mangandung zat keratin.
Stratum Lusidum Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Stratum Granulosum Terdiri atas sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut taerdapat
hanya 2-3 lapisan yang sejejar dengan permukaan kulit.
Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri atas 5-8 lapisan.
Stratum Basal / Germinativum Sel-selnya terletak di bagian basal / basis, sel stratum germinativum menggantikan sel-sel diatasnya dan merupakan sel-sel induk.
Dermis Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis, dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis, tetapi batas ini tidak jelas hanya yang diambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri atas dua lapisan: 1. Bagian atas, Pars papilaris ( Startum papilar) 2. Bagian bawah, Retikulans ( stratum retikulans) Kedua lapisan tersebut terdiri atas jaringan ikat longgar yang tersusun dan serabut-serabut, serabut kolagen, serabut elastis dan serabut retikulus.
Serabrut kolagen berfungsi untuk memberikan kekuatan kepada kulit.
Serabut elastis berfungsi untuk memberikan kelenturan kepada kulit.
Serabut retikuler terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis Subkutis terdiri atas kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti terdesak ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak (penikulus adiposus) gunanya sebagai shok breker = pegas / bila tekanan trauma mekanis yang menimpapada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan lemak dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Fungsi kulit
Melindungi tubuh terhadap luka mekanis, kimia dan termis karena epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar memberikan perlindungan terhadap kulit.
Pertahanan terhadap mikroorganisme patogen.
Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah.
Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar.
Alat indera melalui persarafan sensorik dan tekanan temperatur nyeri.
Sebagai alat rangsang rasa yang datang dari luar yang dibawa oleh saraf sensorik dan motorik ke otak.
APENDIKSITIS PERFORASI Pengertian Apendiksitis Perforasi Apendiksitis perforasi merupakan veriformis yang menyertai semua lapisan dinding organ / radang apendiks yang berkembang menjadi peritonitis / abses, yang ditandai dengan nyeri hebat dan menjalar sampai superfisial perut, 24 jam setelah onset dan terus beranjut. (Kumpulan Ilmu Bedah; UI) Tanda dan gejala pendiksitis perforasi Gejala •
Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah.
•
Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merapakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
•
Demam tinggi dan konstipasi
•
Bayi yang mengalami apendiksitis akan gelisah, mengantuk dan anoreksia.
•
Mereka yang sudah usia lanjut gejala-gejalanya tidak senyata yang lebih muda.
Tanda •
Tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
•
Demam kurang dari 38°C, kekakuan otot, nyeri tekan dan lepas, nyeri
alih dan tanda-tanda proas serta abturator positif. •
Pada bayi mungkin membutuhkan sediasi, terdapat nyeri lokal. (Ilmu Bedah ; EGC ed 7)
Komplikasi pada apendiksitis a. Perforasi Terjadi pada 20 % pasien. Rasa sakit yang bertambah, demam tiinggi, rasa nyeri yang menyebar dan jumlah leukosit yang tinggi merapakan tanda kemungkinan terjadinya perforasi. b. Peritonitis Difus atau umum, peritonitis ini merapakan salah satu akibat perforasi. Pertonitis disertai rasa sakit yang semakin hebat, rasa nyeri, kembung, demam dan keracunan. c. Abses apendiks Merapakan sebab lain dari perforasi. Terasa suatu massa lunak di kuadran kanan bawah atau di daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon tetapi dapat berkembang menjadi rongga yang mengandung nanah. d. Pileflebitis (tromboplebitis septik vena portal) Ini akan mengakibatkan demam tinggi, panas dingin, menggigil dan ikterus. (Ilmu Bedah ; EGC ed 7) Pengobatan pada apendiksitis a. Persiapan sebelum operasi 1. Kalau diagnosis tidak pasti, maka pasien harus diamati dan diperiksa abdomen serta pelvisnya pada interval waktu tertentu. Tak ada gunanya memperpanjang observasi lebih beberapa jam. Tak ada yang boleh diberikan melewati mulut. Analgetik ditunda sampai ada keputusan bila pasiennya tak merasa sakit. 2. Selang nasogatrik dimasukkan kalau abdomen kembung atau kalau pasien mengalami toksik (keracunan). 3. Anak muda yang menderita apendiksitis sederhana sering tak perlu mendapatkan tambahan cairan IV dan elektrolit. Bayi, lanjut usia
dan pasien yang sakit parah harus diganti apa yang kurang sebeleum dilakukan operasi. 4. Kalau diperkirakan ada perforasi atau pieleplebitis maka diberikan antibioktika IV. 5. Demam tinggi, terutama pada anak kecil harus ditumnkan sebelum anak diberi anestesi. b. Operasi 1. Apendiktomi merapakan satu-satunya pengobatan apendiksitis sederhana atau apendiksitis perforasi yang disertai peritonitis kalu tersedia fasilitas serta personalitas yang akurat. Kalau tidak, sebagai gantinya diberikan antibiotika IV dosis tinggi. 2. Apendiks dibuang kalau apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotika. Drainase tak berguna kecuali terdapat abses yang berbatas tegas. 3. Abses apendiks diobati dengan antibiotik IV. Massanya mungkin mengecil atau abses memerlukan drainase dalam jangka waktu berapa hari.apendiktomi dilakukan apabila abses didrainase atau dilakukan operas! elektip sesudah enam minggu sampai tiga bulan. c. Perawatan sesudah operasi 1. Apendiksitis sederhana pada hari pertama pasien sudah mulai berjalan. Tak perlu dilakukan pengisapan nasogartik. Antbiotika tak diperlukan. Cairan IV dihentikan kalu cairan oral sudah mulai diberikan pada hari kedua atau ketiga. Diet diberikan dengan cepat. Katartik dan enema yang kuat merupakan kontraindikasi. Pasien meninggalkan rumah sakit dalam 3-5 hari sesudah operasi dan sudah dapat aktis kembaliseperti semula dalam jangka waktu tiga minggu. 2. Apendiksitis perforasi. Pengobatan tergantung dari berat tidaknya penyakitnya.
Biasanya
diperlukan
pengisapan
nasogatrik,
antibiotika untuk 5-7 hari dan pemberian cairan IV untuk jangka waktu yang lama. Pasien yang penyakitnya kritis memerlukan perawatan yang intensif.
(sumber: Ilmu Bedah Chaodore R.S. EGC ed. 7) LUKA Pengertian Luka Luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga pemisahan jaringan yang semula normal ( sumber : Bachsinar, Bob, 1992, Bedah Minor, Penerbit Hipokrates Jakarta) Mekanisme penyembuhan luka Ada tiga fase dalam penyembuhan luka 1. Fase Initial atau pembersihan •
Hari 1
•
Hari 2-6
: Deposisi
jendal
:dimakan pembuangan + pembersihan
( fagosit berlangsung bail jika ada enzim proteolitik )
2. Fase fibrolasi Hari2-6 •
Penjendalan
•
Migrasi dan proliferasi
•
Jaringa grasnulasi
humoral seluler kumpul setelah hari ke 3 dipacu oleh hexosamin
jar granulasi
fibrosit
kologen
fobroblas
•
Jarinag kolaegen
•
Jaringan cicahix atau parut keloid
serabut
timbul dipacu oleh hidroxiprolin hipertrofi
membentuk
3. Fase kontraksi parut Akhir hari ke 6 •
Cicahix
•
Neovaskulaarisai
•
Epitelisasi
•
Luka dangkal
Kontraksi
luka menutup tertutup kerak ( alarm )
Klasifikasi Luka Terdapat banyak cara mengklasifikasikan luka. Sistem klasifikasi luka menggambarkan status integritas kulit, penyebab beraatnya luka pada kerusakan jaringan, kebersihan luka atau menggambarkan kualitas luka. Klasifikasi luka berdasarkan status integritas kulit •
Luka terbuka Luka melibatkan bagian dalam kulit atau membran mukosa. Penyebab : trauma oleh benda atau obyek tajam (irisan pembedahan, luka tembak) Implikasi pada penyembuhan : goresan pada kulit menyebabkan tubuh terbuka terhadap masuknya mikroorganisme. Kehilangan darah dan cairan tubuh terjadi melelui luka. Fungsi dari bagian-bagian tubuh menurun.
•
Luka tertutup Luka tidak melibatkan sistem integritas kulit Penyebab : bagian dari tubuh mengalami benturan oleh benda tumpul, keseleo, ketegangan atau serang lambat pada tubuh (patah tulang, sobekan pada organ dalam) Implikasi pada penyembuhan : luka mungkin akan menyebabkan penderita mengalami pendarahan dalam. Fungsi dari bagian tubh akan menurun.
Klasfikasi luka berdasarkan penyebab •
Disengaja Luka dihasilkan karena terapi
Penyebab : irisan pembedahan, injeksi jarum ke dala bagian tubuh Implikasi pada penyembuhan : irisan biasanya dilakukan dalam teknik aseptik untuk meminimalkan infeksi sekitar - luka biasanya lembut dan bersih. •
Tidak disengaja Luka yang timbul tidak diharapkan Penyebab : injury traumatik (luka pisau, luka bakar) Implikasi pada penyembhan luka : terjadi dalam kondisi yang tidak steril. Tapi / sekitar luka sering bergerigi / tidak halus.
Klasifikasi berdasarkan beratnya luka •
Sperficial / permukaan Luka hanya melibatkan lapisan epidermis kulit. Penyebab : hasil dari pergesran lapisan kulit ( abrasi, luka bakar tinggat I, pencukuran) Implikasi pada penyembuhan : hasil goresan beresiko terhadap infeksi. Luka tidak melibatkan kerusakan jaringan maupun organ di bawahnya. Suplay darah masih utuh.
•
Penetrasi / luka akibat benda tajam Menusuk luka melibatkan goresan pada lapisan epidermiss dan dermis serta organ atau jaringa yang lebih dalam. Penyebab : benda atau instrument asing masuk ke bagian dalm jaringan tubuh, biasanya tidaak disengaja (luka tembak) Implikasi pada penyembuhan : terhadap resiko tinggi infeksi karena benda asing telah terkontaminasi. Luka mungkin menyebabkan pendarahan luar dan dalam.
Kerusakan dalam temporer
atau permanen yang mengakibatkan penurunan fungsi. •
Perforasi / lubang pada tubuh Penetrasi luka dimana benda asing masuk dan berdiam di organ internal.
Penyebab : benda atau instrument asing masuk ke bagian dalam jaringan tubuh. Implikasi pada penyembuhan : terhadap resiko tinggi Meksi- injury alami tergantung pada lubag dalam organ. Sumber Fundamental ofNurring, Potter Perry
Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka : 1.
Nutrisi Penyembuhan luka normalnya membutuhkan nutrisi yang menunjang. Proses fisiologi dalam penyembuhan luka tergantung pada ketersediaan protein, vitamin (terutama vitamin A dan C ) dan mineral-mineral seperti seng dam tembaga. Kolagen adalah bentuk protein dari asam amino yang diperoleh dengan fibroblas dari protein dalm makanan. Vitamin C dibutuhkan untuk sintsetis kolagen. Vitamin A mengurang efek negatif steriod dalam penyembuhan luka. Beberapa elemen dibutuhkan untuk epitelisasi ( Zinc → seng ), sintetis kolagen ( zinc ) dan rantai serat kolagen (cooper → tembaga).
2.
Usia Walaupun jumlah proses penyembuhan pada klien usia lanjut menurun, aspek-aspek fisiologis dalam penyembuhan tidaak berubah dari dewasa muda. Masalah yantg mundul dalam proses penyembuhan berkaitan dengan usia lebih sulit diamati seperti kekuranag nutrisi, respon individu terhadap stress dan lungkunganm setelah pembedahan perawat mengkaji faktor-faktor yang berpebgaruh terhadap penyembuhan luka pda klien usia lanjut. Fundamental of Nursing: Potter Perry
ASUHAN KEPERAWAATAN PAPA PASIEN LUKA
Pengkajian
Ada dua maacam yaitu : pengkajian untuk luka tidak terawat dan luka terawatt. •
Pengkajian pada luka yang tidak terawat ( untreated wuonds ) biasanya dijumpai seketika setelah terjadi injury ( seperti pada kecelakaan atau UGD) a.
Kaji kondisi klien. Tetapkan adanya kebersihan jalan nafas, nafas yang adekuat dan adanya pulsasi karotis.
b.
Kaji ukuran dan keparahan luka. Jika parah panggil ambulans atau jika berada di UGD beri tahu dokter.
c.
Inspeksi perdarahan luka. Jumlah perdarahan tergantung dari tipe dan lokasi
luka.
Luka
penetrasi
mungkn
dapat
menyebabkan perdarahan dalam. d.
Inspeksi benda asing yang terdapat pada luka (tanah, pecahan kaca, sobekan kain dan substansi asing lainnya)
e.
Kaji injury yang berkaitan seperti fraktur, perdarahan dalam, injury tulang belakang, atau trauma kepala.
f.
Jika luka terkontaminasi dengan material asing, tetapkan kapan klien mendapat suntikan
tetanus, toxoid. Tetanus anti toxin
diperlukan jika sudah dilakukan setelah yang lalu.
Pedoman perawatan a.
Kontrol perdarahan hebat dengan cara menekan luka dan elevasi extremitas.
b.
Cegah infeksi dengan menbersihkan atau dengan menyiram abrasi / laseerasi dengan air dan tutup luka dengan perban bersih atau steril, jka memungkinkan.
c.
Kontrol pembengkakan dan nyeri dengan memberikan es pada luka dan jaringan luka struktur.
d.
Jika terjadi perdarahan hebat aatau jika diduga terjadi perdarahan dalam dan jika perlatan emergency tersedia, kaji klien untuk tandatanda shock.
•
Pengkajian pada luka yang terawat a.
Penampilan Inspeksi warna luka dan area sekitar serta pinggiran luka.
b.
Ukuran Ukuran
yang
tercatat
dan
lokasi
dehisensi
jika
ada.
Jika penyembuhan luka dengan sekondary intension, ukur panjang, lebar dan kedalaman dalam cm. c.
Drainase Observasi lokasi, warna konsistensi, bau dan derajat saturasi dari perban. Catat no saturasi gause aatau diameter drainase dari gause
d.
Bengkak Dengan memakai sarung tanag steril, palpasi ketegangan pinggir luka dan kerapihan jaringan, bengkak kecil sampai sedang normal terjadi pada tahap awal dari penyembuhan luka.
e.
Nyeri Perkirakan nyeri post operatif dari berat ke sedang selama 3-5 hari. Nyeri hebat yang menetap atau serangan nyeri hebat yang mendadak mungkin mengindikasikan adanya hemoragik internal atau infeksi.
f.
Saluran atau pembuluh Inspeksi keamanan dan posisi saluran, jumlah dan karaakter drainase dan fungsi kumpulan aparatus, ika ada.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan untuk klien dengan luka beresiko luka yang meluas perlu penunjang penyembuhan luka, untuk ttiehc'e^ah komplikasi dan mengajari klien perawatan diri. Tergantung pada pengkajian data yang diperoleh dan status kesehatan klien. Berikut beberapa diagnosa NANDA : 1. Resiko tinggi mengalami infeksi ; terkait dengan kerusakan integritas kulit. Contoh insisi, ulserasi kaki, pentrose drain 2. Nyeri berkaitan dengan a.
Insisi yang terinfeksi
b.
Bengkak sekunder pada sendi untuk luka di lutut
3. Resiko tinggi untuk gangguan integritas kulit terkait dengan
a.
Membuka untuk saluran sekresi contoh mengeringkan tistula, astomy pentrose drian.
b.
Perubahan nutrisi kurang dari pada yang diperlukan tubuh.
c.
Gangguan mobilitas fisik.
4. Gangguan gambran tubuh / diri, terkait: a.
Perubahan struktur tubuh contoh kehilangan payudara, luka parut karena luka bakar.
b.
Perubahan fungsi tubuh contoh ostomy.
5. Kecemasan terkait dengan kurangnya pengetahuan (perawatan insisi dan drainase)
Perencanaan
Fokus
perawat
pada
intervensi
yang
dilakukan
untuk mendukung
penyembuhan luka, mencegah infeksi, mengkatkan kesehatan dan koping, dan mencegah luka lebih lanjut dan komplikasi. Contoh kriteria outcome : 1. Memelihara keadaan normal atau tanda-tanda vital. 2. Mencapai waaktu penyembuhan luka yang dimanifestasikan penurunan inflamasi dan drainase luka dan terbebas dari drainase purulen. 3. Beraktifitas hidup sehari-hari dengan minimal atau tanpa nyeri. 4. Memelihara intake harian yang adekuat untuk penyembuhan. 5. Memelihara yang intak di sekitar drainase. 6. Merencanakan aktvitas normal pada saat-saat yang ditentukan. 7. Menunjukan cara perwatan luka sebagai suatau instruksi. 8. Melaporkan pemahaman dari instruksi. 9. Menyatakan tanda-tanda komplikasi yang perlu diperhatikan oleh perawat atau ahli fisik.
Implementasi, meliputi:
1. Mencegah infeksi pada luka, ada dua aspek untuk mengkontrol infeksi pada luka -
Mencegah masuknya mikroorganisme
-
Mencegah transmisa payogen melalui darah ke atau dari klien ke orang lain.
2. Membersihkan luka, meliputi Memindahkan debris contoh : bahan-bahan asing, jaringan mati, bakteria, mikroorganisme lain. Antimokrobia yang sering di gunakan : povidine, iodien ( bethadine ), H2O2 3 % alkohol 70 5 dan dakins solution. 3. Balut luka -
Mempunyai tujuan melindung luka dari injury mekanis
-
Melindung luka dari kontaminasi mikrobia.
-
Memberi kelembaban bagi luka
-
Memberi isolasi suhu
-
Untuk menyerap cairan atau debcis luka
-
Unti mencegah terjadinay hemoragi
-
Untuk
menginiobilisaikan
daerah
luka
serta
memfasilitasi
penyembuhamn luka -
Untuk memberi kenyamanan klian.
Proes keperawatan pada pasien pasca operai:
Keseimbangan cairan Pasien pasca operasi umumnya oliguria tetapi juga kurang toleran terhadap air, sehingga pemberian cairan yang tidak diimbangi dengan diuresis akan manyebabkan kelebihan cairan dahn tubuh. Kebutuhan cairan pasca operasi 2000-2500 mL dalam bentuk infuse.
Keseimbangan asam basa Asidosis : disebabkan kekurangan Na secara berlebihan, dikendalikan dengan pemberian NaHCO3. Alkalosis
:
disebabkan
kehinlangan
cairan
lambung
dan
gangguan pernafasan, dikendalikan dengan pemberian kalium. ASEPTIK ANTISEPTIK Pengertian Antikeptik : zat-zat yang dapat membunuh / menghambat pertumbuhan kuman, digunakan pada jaringan hidup khusus, seperti kulit dan selaput lender. Ada dua jenis, yaitu : 1. Sporosidal (membunuh spora)
2. Non sporosidal Terbagi atas : 1. Alcohol 2. Halogen dan senyawanya Yaitu : yodium, povidin yodium ( polyvinyl iodine ), yodoform ( obat kuning ), klorheksidin. 3. Oksidenisa Yaitu : kalium permanganate, perihidrol. 4. Logam berat dan garamnya Yaitu : merkuri klorida ( sublimate), merkurokrom (obat merah) 5. Asam Yaitu: asam borat 6. Tumnan fenol Yaitu trinitrofenol ( asam pikrat), heksoklorofen ( p-Hiso Hex ) 7. Basa ammonium kuarterner (quats ) Yaitu : etakridin (rivanol)
Sumber : Bachsinar, Bob, 1992, Bedah Minor, Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Penggunaan antiseptic 1. Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi. 2. Meyuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang. 3. Menyuci tangan, terutama pada luka kotor. 4. Sterilisasi alat bedah. 5. Mencegah infeksi pada perawatan luka. 6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi. 7. Mengobati infeksi local Contoh : pada mulut, telinga, tengkorak dan kulit. Sumber : Bachsinar, Bob, 1992, Bedah Minor, Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Aseptis adalah suatau keadan bebas hama / bakteri. Antiseptis adalah tindakan untuk membebashamakan suatu bahan, alat ataupun ruangan untuk mencegah sepsis. Antiseptik adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman.
Cara sterilisasi 1) Pemanasan a.
Tanpa tekanan -
Pemanasan basah Dilakukan dengan merebus dalam air mendidih dengan temperature ≥ 100 °C selama 15-30 menit. Alat-alat yang direbus dalam keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air.
-
Pemanasab kering Dilakukan dengan menggunakan oven dengan temperature 170 °C (160-180 °C) dalam waktu 1-2 jam.
-
Flamer Berarti menbakar dengan spiritus atau alcohol 96 %. Bahan bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih dan kering dan \ diletakkan pada tempat dari aluminium atau bahan tahan karet.
b.
Dengan tekanan -
Autoklaf Dilakukan dengan menggunakan uap bertekanan 750 mmHg dan temperature 120 °C selama 10-15 menit. Alat-ala t yang tidak terbungkus hanya membutuhkan waktu 15 menit, tetapi bungkusan lipatan linen memerlukan waktu 30 menit.
2) Kimiawi -
Tablet formalin Dengan menggunakan tablet formalin. Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke dalam tempat
tertutup rapat minimimun 24 jam. -
Gas etilen oksida Cairan / gas etilen oksida dapat membunh spora, bakteri, virus dan jamur pathogen dalam waktu 3 am atau lebih. Sifatnya toksik, mudah terbakar dan harus digunakan dalam dalam autoklaf khusus. Cara ini baik untuk alat yang tidak panas.
3) Radiasi Dengan menggunakan daya radiasi sinar-X atau sinar ultraviolet. Bisa juga dengan radiasi sinar gamma dosis tinggi yang biasanya bersumber dari kobalt.
Sumber: KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Editor: Mansjoer Arif, et.al. Ed. 3, cet. 1, Jakarta, Media Aesculapius, 2000