MATERI KULIAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
BAB I PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 1
A. PENDAHULUAN Pembahasan pengertian mengenai pembangunan, untuk menghantarkan pada
istilah
perpaduan
komunikasi
dan
pembangunan
menjadi
Komunikasi
Pembangunan (KP), walau sebelumnya adalah istilah Jurnalisme Pembangunan (JP), kemudian muncul istilah Komunikasi Penunjang Pembangunan (KPP). Istilah Jurnalisme pembangunan (JP) lahir dari Institut Pers, tepatnya ketika Press Foundation of Asia menyelenggarakan Kursus Latihan Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di Manila pada 1968, yang mencerminkan penekanan ganda dari JP, yaitu: (1) pembangunan ekonomi di Asia, (2) teknik penulisan yang jelas mengenai hal itu. Para peserta kursus tersebuut sepakat untuk menyebut diri mereka sebagai jurnalis pembangunan yang penuh kesadaran akan berperan sebagai bagian dari usaha bangsa mereka dalam mengembangkan sumber-sumber ekonomi dan bukan sekadar pencatat suatu kejadian ekonomi (Vittachi, dalam Nasution, 2002: 2-3). Pada masa yang kurang lebih bersamaan dikenal pula apa yang disebut sebagai komunikasi penunjang pembangunan (development support communication) yang bersumber dari kalangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Development Programme (UNDP) di Bangkok.
B. PENGERTIAN PEMBANGUNAN Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa (Rogers, dalam Rogers, 1985: 2).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 2
Terdapat berbagai macam tolok ukur pembangunan, yakni sebagai berikut. 1.
Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas Negara setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya, produktivitas diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).
2.
Kemudian timbul keinginan unutk memasukkan aspek pemerataan dalam ukuran pembangunan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemerataan diukur dengan melihat berapa persen dari PNB diraih oleh 40% penduduk miskin, 40% penduduk golongan menengah, dan 20% penduduk terkaya. Cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah Negara adalah menggunakan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life Index), dengan tiga indicator: (1) rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun; (2) rata-rata jumlah kematian bayi; (3) rata-rata dan persentase buta dan melek huruf. Criteria keberhasilan pembangunan yang paling baru, dimasukkan faktor kerusakkan lingkungan sebagai faktor yang mennetukan.
3.
Tolok ukur pembangunan yang berhasil ditambah lagi, yakni faktor keadilan sosial. Faktor ini bukan hanya berdasarkan pertimbangan moral, tetapi berkaitan dengan kelestarian pembangunan (diadaptasi dan disarikan dari Budiman, 2000: 2-8). Pembangunan adalah proses sosial yang direkayasa, yang kata intinya
adalah perubahan sosial, dan rekayasa sosial model pembangunan terjadi secara besar-
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 3
besaran di Negara Dunia Ketiga. Ada banyak konsep pembangunan. Misalnya menyamakan pembangunan dengan modernisasi. Pendukung teori pembangunan disebut developmentalis yang lazim berpegang pada ekonomi klasik. Teori pertumbuhan dari Rostow yang dipakai sebagai kebijakan ekonomi Indonesia selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru juga berasal dari developmentalis. Dari kalangan developmentalis ini pula berkembang dependency theory (teori ketergantungan, dependensi). Teori dependensi mula-mula menemukan bentuknya di Amerika Latin era 50-an. Pencetus teori ini adalah Raul Presbisch mengklaim bahwa ekonomi duia secara fundamental terbagi pada pusat yang merupakan Negara industry maju dan pinggir (periphery) yang merupakan Negara industry pertanian. Teori terakhir dari kaum developmentalis adalah global economic development (pembangunan ekonomi global). Teori ini berbicara tentang perubahan sosial melalui rekayasa sistem ekonomi-politik global (Rakhmat, 1999: 49-50). Secara lebih mendalam dari pengertian dasarnya, pembangunan merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bermacam-macam konteks, dan seringkali digunakan dalam konotasi politik dan ideology tertentu. Ada banyak kata yang mempunyai peramaan makna dengan kata pembangunan, yakni perubahan sosial, pertumbuhan, progress, dan modernisasi (Fakih, 2006: 13-14). Pembangunan dalam lintasan sejarah, sebagai sebuah upaya penataan ekonomi sebuah Negara, bisa ditelusuri dalam kurun waktu yang lama. Bahkan pemikiran Adam Smith yang disusun abad ke-18 masih dijadikan rujukan bagi pembangunan ekonomi, khususnya Negara-negara maju yang mengidentifikasi ekonominya sebagai mazhab kapitalis (Yustika, 2002: 1).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 4
Sejak awal gagasan pembangunan yang mulai marak dijalankan setelah Perang Dunia II itu memiliki dua tujuan penting, khususnya lewat program Marshal Aid (sering juga disebut Marshal Plan). Pertama, pembangunan dipakai sebagai alat untuk menyebarkan tata ekonomi tunggal dunia (dengan pelopor Amerika Serikat), dimana model ini mendasarkan diri pada mekanisme pasar dan liberalisasi perdagangan. Kedua, pembangunan juga memiliki tujuan politis untuk memahami peta pembangunan dunia yang berlangsung saat ini (Yustika, 2002: 1-2). Penyeragaman proyek pembangunan tidak mungkin terjadi bila tidak ditopang oleh agen atau lembaga internasional yang memiliki kompetensi tinggi untuk melakukannya. Misalnya, IMF (International Monetary Fund) dan World Bank, lembaga keuangan yang dibentuk pada saat berlangsungnya Konferensi Bretton Woods, sebagai mediator penyebaran gagasan sistem tata ekonomi dunia dalam ide fordisme (filsafat pembangunan yang menuntun setiap Negara dalam menjalankan program ekonomi (Yustika, 2002: 2-3). Fordisme sebagai gagasan pembangunan memiliki kaki yang kokoh melalui keberadaan World Bank dan IMF. Ekspansi gagasan tersebut menjalar secara cepat, sehingga sejak decade 1960-an lembaga multilateral tersebut telah memberikan peranan kunci (key role) dalam pembangunan di banyak Negara berkembang, khususnya Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Peranan tersebut sebagian besar mengambil bentuk lewat instrument Utang Luar Negeri (ULN) (Yustika, 2002: 4). Manajemen pembangunan saat ini tengah mengalami proses transformasi paradigm dari pemerintahan (government) ke tata pemerintahan (governance). Di tingkat
Negara
munculnya
paradigm tata pemerintahan
dilatarbelakagi
oleh
ketidakpuasan public terhadap model pembangunan sosial ekonomi yang dimonopoli
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 5
oleh peran Negara (state-dominated) di Negara-negara sedang berkembang maupun blok sosialis (Rosyadi, 2010: 2). Adanya pergeseran paradigm dari government menjadi governance muncul beberapa definisi istilah tentang governance (tata pemerintahan): 1.
Bank Dunia mendefinisikan tata pemerintahan sebagai cara menggunakan kekuasaan dalam mengelola sumber daya sosial dan ekonomi dari sebuah Negara. Tiga aspek penting tata pemerintahan: (a) bentuk rezim politik; (b) proses menggunakan kewenangan dalam pengelolaan; (c) kapasitas pemerintah untuk merancang dan menyusun, melaksanakan kebijakan dan menjalankan berbagai fungsi.
2.
UNDP
(United
Nations
Development
Programme)
meninjau
tata
pemerintahan sebagai penggunaan kewenangan administrasi politik, dan ekonomi untuk mengelola masalah-masalah Negara disetiap tingkatan. 3.
OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pendidikan) menunjuk tata pemerintahan sebagai pemanfaatan kewenangan politik dan praktik pengawasan terhadap sebuah masyarakat dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya masyarakat untuk pembangunan sosial ekonomi.
4.
Institute of Governance, Ottawa merinci cakupan tata pemerintahan meliputi bebagai lembaga, proses, konvensi disebuah masyarakat yang menentukan bagaimana kekuasaan digunakan, bagaimana keputusan yang memengaruh masyarakat dibuat, dan bagaimana beragam kepentingan di akomodasikan dalam berbagai keputusan.
5.
Lembaga Adiministrasi Negara (LAN) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
memberikan
batasan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
tata
pemerintahan
sebagai
berikut:
Hal 6
penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif di antaranya domain-domain Negara, swasta, dan masyarakat (Rosyadi, 2002: 3-4). Pengalaman di banyak Negara sedang berkembang (Negara Dunia Ketiga) beberapa dasawarsa yang lewat memperlihatkan perlunya sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi, jika upaya-upaya pembangunan akan berpeluang mencapai tujuannya. Beberapa dari prasyarat itu adalah administrasi Negara atau birokrasi yang sehat, efektif, jujur, dan efisien, adanya kapasitas birokrasi untuk merumuskan, meyerap, dan melaksanakan rogram-program serta proyek-proyek pembangunan; struktur politik yang demokratis; dan adanya suatu iklim cultural yang endukung tujuan-tujuan pembangunan seperti keadilan sosial, pemerataan ekonomi dan demokrasi politik (Cleveland dan Lubis, 1990: 9-10). Prakondisi lainnya bagi pembangunan yang efektif adalah kebebasan pers, jaminan yang benar-benar kokoh tentang kebebasan berbicara, kebebasan mimbar akademik di perguruan tinggi, dan presentase yang berarti pada anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk dunia pendidikan (Cleveland dan Lubis, 1990: 10). Negara penerima bantuan harus memiliki birokrasi yang bersih, jujur, efektif, dan efisien. Ini merupakan hal yang paling penting untuk keberhasilan setiap program pembangunan. Buktinya setelah beberapa dasawarsa pelaksanaan bantuan pembangunan, kebanyakan Negara sedang berkembang yang miskin lebih bergantung pada bangsa-bangsa pemberi bantuan (Cleveland dan Lubis, 1990: 13-14). Sebuah falsafah baru bantuan luar negeri mestinya juga timbul dari pemikiran ulang atas kendala-kendala structural dan cultural bagi pembangunan, yang
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 7
didasarkan pada prinsip-prinsip pemerataan universal dan hak-hak asasi manusia. Seandainyapun elit kekuasaan berniat baik, proses pembangunan itu sendiri menciptakan
perubahan-perubahan,
ketimpangan,
ketidakadilan,
ketidaksamaan
kesempatan dalam hal pendidikan. Para anggota elit penguasa dan teman-temannya, juga mereka yang telah kaya, menjadi lebih kaya serta berkuasa (Cleveland dan Lubis, 1990: 14). Pembangunan yang tidak benar-benar dilandasi prinsip pemerataan yang lebih baik di antara anggota masyarakat, dan tidak didsarkan pada akses yang lebih terbuka dan seimbang bagi peluang dan hal-hal lain yang disinggung di atas, serta elit penguasa tidak secara murni dimotivasi oleh dan mengabdi kepda prinsip-prinsip ini, pembangunan akan melahirkan ketimpangan-ketimpangan, ketidakadilan sosial dan ekonomi, penindasan terhadap hak-hak asasi manusia dan demokrasi serta bentukbentuk kebebasan lainnya. Pembangunan ekonomi semata-mata tidaklah cukup. Distribusi yang lebih merata dari hasil-hasil pembangunan adalah penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan dalam arti yang sebenarnya (Cleveland dan Lubis, 1990: 14-15). Pertumbuhan bukanlah semata-mata berarti pertumbuhan ekonomi. Dalam pengertiannya yang lebih mendalam pembangunan harus diusahakan sebagai upaya menyeluruh untuk memenuhi semua kebutuhan dan aspirasi manusia untuk hidup sesuai martabat kemanusiaannya, materiil maupun spiritual, secara intelektual dan bahkan juga artistiknya (Cleveland dan Lubis, 1990: 15). Pembangunana menjadi suatu konsep yang sarat nilai (value Loaded). Pembangunan di dalam artian ini menyangkut proses penyampaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin meningkat. Karenanya, dapat dimengerti kalau pengertian
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 8
pembangunan menjadi culture specific, dan time specific. Artinya pengertian pembangunan dapat berbeda dari kultur atau Negara yang satu dengan yang lain; dari situasi yang satu ke situasi yang lain; dari periode yang satu ke periode yang lain (Moeljarto, 1995: xi). Pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi. Dengan kata lain, pembangunan menyangkut suatu proses perbaikan. Batasan pembangunan yang tampaknya bebas dari kaitan nilai tersebut di dalam realitasnya menimbulkan interpretasi yang seringkali secara diametric bertenntangan satu sama lain sehingga mudah menimbulkan kesan bahwa realitas pembangunan pada hakikatnya merupakan self projected reality (Moeljarto, 1995:n3). Rentangan perbedaan mulai terbentang muali dari perbedaan persepsi tentang hakikat pembangunan yang harus dicapai (indicator ekonomi klasik vrsus indicator neoekonomi); perbedaan proses tentang hakikat proses hakikat pembangunan itu sendiri (teori konflik versus teori ekuilibrium); perbedaan pendapat mengenai penahapan dan jalur pembangunan (unilinear versus multilinear, necessity model versus possibility model); perbedan persepsi tentang keseimbangan antarbangsa di dalam proses pembangunan (dependency model versus difusionisme); perbedaan pandangan tentang keseimbangan antara manusia dengan lingkungan hidupnya (limits to growth versus model of doom); perbedaan pandangan tentang pemilikan faktor produksi (capitalist mode of production versus sosialist mode of production); perbedaan dalam strategi pembangunan (pertanian versus industry: big push strategy versus unbalanced growth strategy), dan sebagainya (Moeljarto, 1995: 3-4).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 9
Soal yang tampak hangat selalu muncul dalam berbagai diskusi saat ini adalah apakah pembangunan membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat supaya dapat berhasil. Dengan partisipasi aktif dimaksudkan ikut sertanya rakyat secara bergairah, merasa bahwa pembangunan yang dijalankan bukan sekadar paksaan dari yangberkuasa saja, melainkan juga miliknya sendiri. Pembangunan yang diinginkan adalah pembangunan materiil (misalnya hanya pembangunan ekonomi) dan pembangunan spiritual (pembangunan kualitas dari manusia-manusia yang ada dalam masyarakat tersebut (Budiman, 2006: 25). Kenyataan menunjukkan bahwa pada taraf perkembangan masyarakat yang sudah majemuk, pembagian pembangunan seperti itu sulit dilakukan. Pada taraf perkembngan ekonomi yang tidak ditopang oleh adanya manusia-manusia yang kreatif, tidak akan bisa maju (Budiman, 2006: 25). Pembangunan sebagai perubahan menuju pola-pola masyarakat yang lebih baik dengan ilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya, juga memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebihterhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, dalam Dilla, 2007: 57). Pembangunan sebagai suatu istilah teknis, yang berarti masyarakat di Negara-negara sedang berkembang dari kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan (Seers, dalam Dilla, 2007: 57). Pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial, di mana ide-ide baru diperkenalkan pada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per kapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 10
organisasi sosial yang lebih baik. Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat sistem sosial (Rogers dan Shoemaker, dalam Dilla, 2007: 58). Pembangunan sebagai suatu jenis proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat untuk kemajuan sosial dan materiil (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan, dan kualitas lainnya yang dihargai) bagi mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Rogers, dalam Dilla, 2007: 58). Pembangunan masyarakat dirumuskan sebagai suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri ataupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya (PBB/United Nations, dalam Dilla, 2007: 59). Pembangunan adalah proses perubahan yang bersifat multidimensi menuju kondisi yang semakin mewujudkan hubungan yang serasi antara kebutuhan (needs) dan sumber daya (resources) melalui pembangunan kapasitas masyarakat untuk melakukan proses pembangunan. Rumusan tentang pembangunan merupakan derivasi dari dua paradigm yang bersaing keras sejak decade 1960-an, yaitu paradigm modernisasi dan paradigm dependensi. Secara sederhana paradigm modernisasi diartikan sebagai suatu perubahan yang bersifat linear, dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern (Bjorn, dalam Dilla, 2007: 59-60). Yang dimaksud paradigm dalam konteks ini adalah konstelasi teori, nilai, dan tema pemikiran untuk memahami kondisi sejarah dan keadilan sosial bagi kerangka konsepsi makna realitas sosial (Dilla, 2007: 56).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 11
Dominasi sebuah paradigm sangat menentukan pemilihan dan penggunaan teori pendukungnya. Jadi teori tersebut merupakan hasil sintesisi paradigm yang berhubungan dengan kekuatan dan kekuasaan tertentu (Dilla, 2007: 56). Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya Perang Dunia I. dengan merdekanya bangsa-bangsa yang tadinya berada di bawah jajahan Negara colonial, maka sejak saat itu pulalah mereka mulai berkesempatan untuk memebenahi nasib masing-masing dalam arti membangun Negara dan kehidupan rakyatnya (Nasution, 2002: 23). Para pemikir pembangunan di kala itu, seolaholeh begitu yakin bahwa masalah keterbelakangan atau ketertinggalan yang terdapat di Negara miskin dapat diatasi dengan penerapan (yang kurang lebih secara mekanistik) sistem ekonomi dan politik yang ada di Barat ke Negara-negara Dunia Ketiga (Servaes, dalam Nasution, 2002: 25). Paradigma (dapat diartikan sebagai pola atau model berpikir yang didukung oleh sejumlah teori) pembangunan yang berlaku pada masa itu, yang juga dikenal sebagai paradigm modernisasi, memandang pembangunan merumuskan keadaan keterbelakangan dalam bentuk perbedaan yang dapat dilihat (observable), dan kuantitatif antarnegara-negara miskin dan kaya di satu pihak, dan antara sector tradisional dengan sector modern di Negara-negara itu sendiri. Jarak yang terdapat antara Negara kaya dengan Negara miskin itu hendak dijembatani melalui pembangunan yang diartikan sebagai suatu proses peniruan (imitative process) dalam tahapan-tahapan yang begitu rupa sehingga bertingkat (gradual) pula sector-sektor yang ada maupun negaranya sendiri pada masyarakat tradisional akan memiliki kualitas yang modern (Nasution, 2002: 25-26).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 12
Praktiknya, ternyata modernisasi amat berbentuk westernisasi, dalam arti Negara baru itu harus mengikuti dan menyalin sepenuhnya model dari Barat. Model pembangunan yang dibutuhkan Dunia Ketiga pada saat sekarang, menurut Schramm, bukanlah suatu model Dunia Ketiga atau model tiga benua, lebih pada suatu rangkaian (seri) model nasional yang dibuat oleh bangsa yang bersangkutan, yaitu: 1. Didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh mengenai kebutuhan nasional, 2. Bergerak pada kecepatan berapa saja yang layak 3. Diarahkan menuju arah yang dipersepsikan oleh negara sebagai tujuannya. Singkatnya, suatu jawaban terhadap pertanyaan: negara macam apa yang ingin anda bangun? (Nasution, 2002: 26-27). Tujuan umum (goals) pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia, komponenkomponen dari yang terbaik, atau masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan. Sedangkan tujuan khusus (objectives) pembangunan adalah tujuan jangka pendek, biasanya dipilih sebagai tingkat pencapaiaan sasaran dari suatu program tertentu. (Suld dan Tyson, dalam Nasution, 2002: 28) Target pembangunan adalah tujuan-tujuan yang dirumuskan secara konkret, dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan sumber-sumber yang tersedia, yang ditegakkan sebagai aspirasi antara suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir pembangunan. (Nasution, 2002: 28)
C. PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi dikenal kaya sebagai tradisi penelitian dan diadaptasikan kepada Dunia Ketiga untuk mengembangkan kebutuhan, bagaimana mengembangkan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 13
penelitian komunikasi untuk menyelesaikan permasalahan tersendiri, dan menghasilkan produk penemuan, sehingga penelitian komunikasi memiliki kontribusi dalam pengembangan komunikasi pembangunan (diadaptasi, Melkote, 1991: 19) Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner. Artinya pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam ilmu komunikasi berasal dari dan menyangkut berbagai disiplin (bidang keilmuan) lainnya seperti linguistik, politik, sosiologi, psikologi, antropologi, dan ekonomi. Selain itu, ilmu komunikasi dipandang sebagai ilmu terapan yang banyak dilandasi oleh ilmu-ilmu sosial dasar serta pengembangan landasan sendiri ilmu komunikasi. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dapat dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi, dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara, baik secara verbal (dalam bentuk kata-kata baik lisan dan tulisan) ataupun nonverbal (tindakan dalam bentuk kata-kata, misalnya gestur, sikap, tingkah laku, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk lainnya yang mengandung arti). Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara langsung (berbicara secara tatap-muka) dan tidak langsung (penyampaian informasi melalui media). Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak lahir kedunia. Tindakan komunikasi ini terus-menerus terjadi
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 14
selama proses kehidupannya. Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatus” yang artinya “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, komunikasi berarti suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Pengertian lain, komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”. Ada suatu aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi” (A person cannot not communicate). Secara teknis, itu berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan. Apa yang anda tunjukkan atau tempatkan sehingga terlihat jelas memang merepresentasikan anda. Anda adalah “suatu pertunjukan-pesan yang berjalan” (Willamson, 1977). Satu-satunya pesan yang penting dalam berkomunikasi adalah pesan yang berasal dari proses penafsiran (Redding
dan Sanborn, 1964). Sejalan dengan
perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi-definisi yang diberikan para ahli pun menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan, dan konteksnya yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai gambaran, Frank E.X. Dance (1976) dalam bukunya Human Communication Theory antara lain menginventarisasi 126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan berbagai ahli. Sekian banyak pengertian dan definisi komunikasi, berikut adalah diantaranya:
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 15
1.
Theodorson ann Theodorson, 1969: Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada yang lain atau yang lainnya, terutama melalui simbol-simbol.
2.
Osgood et.al., 1957: Dalam pengertian yang sangat umum, kita melihat komunikasi jika satu sistem, sebuah sumber, memengaruhi yang lain, si tertuju, dengan pemanipulasian simbol-simbol alternatif, yang dapat disebarkan melalui saluran yang menghubungkan keduanya.
3.
Gerbner, 1967: Komunikasi dapat didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan.
4.
Hovland, Janis dan Kelly, 1953: Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orangorang lainnya (khalayak).
5.
Barelson dan Steiner, 1964: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan emosi, keahlian, dan lainnya.
Steiner, 1964:
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan emosi, keahlian, dan lainnya. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya. 6.
Lasswell, 1960: Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat atau hasil apa”. (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 16
7.
Gode, 1959: Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki dua orang atau lebih.
8.
Barnlund, 1964: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurai
rasa
ketidakpastian,
bertindak
secara
efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego. 9.
Reusch, 1957: Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
10.
Weaver, 1949: Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi-definisi itu masing-masing memberikan penekanan arti yang
berbeda. Definisi dari Hovland, Janis dan Kelley menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang terjadi antara satu orang dengan orang-orang lainnya. Definisi ini juga memberikan penekanan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. Menurut Barelson dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian. Hal yang disampaikan adalah informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, sedangkan cara
penyampaiannya melalui penggunaan simbol-simbol. Simbol-simbol yang
dimaksud dapat berbentuk kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya. Definisi dari Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang yang dijadikan sasaran penerima),
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 17
melalui sasaran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima) definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi Komunikasi dari Gode memberikan penekanan pada proses “penularan” pemilikan. Yakni dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki satu orang kemudian (setelah komunikasi) menjadi dimiliki menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Kata penularan lebi tepat digunakan dalam konteks definisi ini dibandingkan dengan distribusi ataau pembagiian karena, apa yang dimiliki seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan menjadi berkurang baik kualitas ataupun kuantitasnya setelah dikomunikasikan kepada orang-orang lainnya. Bagi Barnlund, komunikasi adalah upaya atau tindakan yang mempunyai tiga tujuan: untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak secara efeektiif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego. Menurut Ruesch, komunikasi adalah proses menjalin hubungan. Yakni menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Sementara itu, definisi komunikasi dari Weaver memberikan penekanan pada upaya atau kegiatan seseorang dalam memengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi-definisi
itu
menunjukkan
bahwa
komunikasi
mempunyai
pengertian yang luas dan beragam.masing-masing definisi mempunyai penekanan arti dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. Namun demikian, ada beberapa pengertian pokok yang tampak didalamnya, yakni:
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 18
1.
Komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan itu lazimnya terjadi secara berurutan.
2.
Pesan merupakan produk utama komunikasi. Pesan disini berupa lambanglambang yang menjelaskan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bentuknya dapat bermacam-macam. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku, dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya.
3.
Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang, atau banyak orang. Pengertian banyak disini menunjukkan bahwa jumlahnya besar dan mungkin tidak dapat dihitung.
4.
Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.
Contoh-contoh definisi, sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu, diperoleh gambaran bahwa pengertian komunikasi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1.
Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 19
tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak “statis”, tetapi “dinamis” dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terusmenerus. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktorfaktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (melalui bentuk, isi dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi. 2.
Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian “sadar” disini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang terkendalikan atau terkontrol, bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. Tujuan komunikasi mencakup banyak hal tergantung dari keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya.
3.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelakunya yang terlibat Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi, dua orang atau lebih, sama-sama ikut terlibat dan samasama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 20
4.
Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukandengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dlam komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk katakata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tidak hanya menyangkut kata-kata yang digunakan, tetapi juga nada atau intonasinya. Selain bahasa verbal, juga
ada
lambang-lambang
yang
bersifat
nonverbal
yang
dapat
dipergunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerakan tangan, kaki, atau bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lainnya. Penggunaan lambang-lambang nonverbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang disampaikan. 5.
Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan itu tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proposional oleh masing-masing pelaku yang terliat dalam komunikasi. Apa yang kita terima, nilai besar kecilnya tergantung pada apa yang kita berikan.
6.
Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya adalah, bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, telex, video-text, dan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 21
lainnya. Kedua faktor itu (waktu dan tempat) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam brkomunikasi. Landasan Teori Ilmu Komunikasi: Secara implisit maupun eksplisit, kita telah meramu berbagai kenyataan sosial dan mencari elemen-elemen pokok untuk merumuskan Landasan Ilmiah Komunikasi. Yang mencuat sebagai masalah sentral dari komunikasi dalam proses pembangunan ialah faktor manusia dan perubahan sosial. Dua masalah ini erat katannya dengan keyakinan dan nilai sosial budaya, struktur sosial, percatauran penyebaran informasi dan pembauran, dan sistem pengaturan kelambagaan politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Objek Materiil ilmu komunikasi ialah perilaku manusia, yang dapat merangkum perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Objek formalnya ialah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok masyarakat, dan pengaturan kelembagaan. Pengamatan berbagai pengalaman dan penelitian, komunikasi dapat diteropong dari dua perspektif. Pertama, adalah komunikasi sebagai kiat atau profesi yang bersifat praktis dan berorientasi pada pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan tugas pekerjaan. Perspektif kedua, adalah komunikasi sebagai ilmu atau teori, dan fokus utamanya adalah analisis dan konseptualisasi serta mengembangkan metode dan pendekatan pencarian ilmiah (scientific inquiry) Selain landasan ilmiah, komunikasi juga memerlukan landasan filsafat atau philosophical foundations. Hal ini dapat dipahami, karena komunikasi mendambakan kebersamaan, musyawarah, dialog, yang semuanya ini memerlukan saling menghormati
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 22
dan mempercayai seperti yang telah diuraikan terdahulu. Semuanya ini erat hubungannya dengan keyakinan, nilai, dan norma sosial budaya. Para ilmuan komunikasi dengan orientasi psikologis dapat menggunakan konstruk instrumental dan teoretis yang saling berbeda antara satu ilmuan dengan yang lainnya. Meskipun para ilmuan ini sejalan dalam persepektif umum dan penghampiran mereka terhadap fenomena komunikasi manusia, mereka teteap saja harus memilih diantara berbagai konseptualisasi teoretis dari alat-alat penyaring yang bersifat internal itu. Setidak-tidaknya ada selusin pendekatan teoretis yang berbeda untuk studi tentang persepsi saja. Komunikasi sebagai Ilmu Terapan: Komunikasi sebagai kegiatan manusia, apalagi kalau dikaitkan dengan kegiatan pembangunan, dalam praktiknya banyak menyinggung dan terpaksa harus memperhitungkan soal-soal nilai dan norma sosial budaya, seperti yang telah dipaparkan dibagian muka. Maka percaturannya menjadi sangat menarik, karena di satu pihak komunikasi tetap harus menjaga objektivitas ilmiah atau scientific objectivity. Namun, di pihak lain harus juga menjaga pertimbangan nilai atau value judgement yang secara objektif memang mengacu pada kenyataan sosial budaya. Kebudayaaan adalah komunikasi, dan komunikasi adalah kebudayaan. Bangsa-bangsa Asia telah menciptakan kebudayaan yang demikian agungnya, maka mereka pasti telah memiliki dan mampu mengembangkan konsep dan sistem komunikasi tertentu yang khas. Ilmu komunikasi merupakan Ilmu Terapan. Artinya ia menerapkan asasasas ilmiah, teori, generalisasi dan penemuan ilmiah dari ke empat ilmu sosial dasar yang telah melandasinya. Tidak bisa dibayangkan seorang ilmuan atau pakar
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 23
komunikasi, yang bergerak pada dataran praktis sekali pun, jika ia tidak memahami atau menguasai prinsip-prinsip ilmu sosial dasar, karena yang menjadi inti perhatiannya sehari-hari adalah perilaku manusia dan perubahan sosial.
D. PERSPEKTIF KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Tujuan komunikasi pembangunan ialah untuk memajukan pembangunan. Pembangunan memerlukan agar rakyat yang mempunyai kadar
kenal huruf serta
pendapatan yang rendah dan cirri sosio-ekonomi yang berkaitan dengannya, mestilah diberitahu tentang adanya teknologi dan ide-ide baru yang patut diterapkan oleh mereka. Motivasi merupakan unsur yang paling penting dalam komunikasi pembangunan. Menerapkan model teori Sanders (1958) dalam menganalisis pembangunan masyarakat, kita bisa melihat komunikasi dari empat perspektif, yaitu komunikasi sebagai proses, metode, program, dan gerakan sosial. Komunikasi sebagai proses, harus kita pelajari, misalnya melalui prinsip dan teori perubahan sosial, kebudayaan implisit dan eksplisit, dinamika hubungan kekuasaan atau hubungan silang budaya, termasuk koorperasi-akomodasi-persaingankonflik, teori sosialisasi dan ekulturasi (pemasyarakatan dan pembudayaan). Sebagai metode, komunikasi harus kita dalami antara lain melalui teori kontrol sosial, teori pengembangan masyarakat, teori belajar,teori formasi dan perubahan sikap, kecenderungan perilaku, motivasi dan kognisi, termasuk teori selektivitas dan perbedaan individu. Komunikasi sebagai program perlu kita pelajari dengan memanfaatkan dan memperkembangkan teori dinamika kelompok, teori managemen, analisis sistem, teori
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 24
dan teknik evaluasi dan pengukuran, untuk mengetahui hasil (output) pengaruh (effect) dan dampak (impact). Untuk memahami komunikasi sebagai gerakan sosial (sosial movement), antara lain kita bisa minta pertolongan teori-teori sosiologi politik, psikologi sosial khususnya psikologi massa termasuk pendapat umum, perilaku kelompok dan perilaku massa. Juga teori tentang problema dan aksi sosial, teori manfaat, dan kepuasan sosial (uses and gratification). Uraian terakhir tentang ilmu dan teori yang melandasi komunikasi sebagai proses, metode, program, dan gerakan sosial, adalah untuk menunjukan betapa kompleks liku-liku komunikasi. Pengembangan teori, apalagi paradigma, sangat sedikit. Uji coba dan replikasi teori pokok hamper nyaris tak terdengar. Umumnya penelitian bersifat eksploratif atau menguji hipotesis terapan yang praktis. Ini disebabkan karna masih kurangnya data dasar (baseline), dan pengetahuan teoritis awal tentang sistem komunikasi kita sendiri, dan banyaknya masalah terapan yang mendesak. Fisher menggunakan istilah perspektif. Ia menyebutkan empat buah perspektif yaitu mekanis, psikologis, interaksional, dan pragmatis, sebagai katagori yang menghimpun teori-teori komunikasi yang sejenis. Tentu saja ada beberapa konsep yang tidak masuk ke dalam salah satu diantara perspektif tersebut. Perspektif psikologis tentang komunikasi manusia telah melahirkan banyak masalah dan petunjuk baru, yang menandai sejumlah besar upaya penelitian dibidang komunikasi manusia dalam tahun-tahun terakhir ini. Sebagian permasalahan yang diajukan dalam perspektif psikologis merupakan masalah konseptual yang agak rumit, yang belum terpecahkan secara tuntas.
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 25
Barangkali implikasi yang paling penting dari perspektif interksional bagi studi komunikasi manusia adalah adanya penyempurnaan pemberian penekanan pada metodelogi penelitian. Implikasi yang pertama yang mencakup pemahaman yang disempurnakan tentang peran yang akan dijalankan oleh peneliti.
E. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI Para ahli komunikasi berpendapat bahwa Ilmu Komunikasi adalah termasuk salah satu ilmu sosial dan merupakan Ilmu Terapan. Karenanya Ilmu Komunikasi sifatnya intersidipliner atau multidisipliner. Hal ini disebabkan objek materilnya sama dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama yang termasuk Ilmu Sosial/Ilmu Kemasyarakatan. Sejarah Komunikasi, sebenarnya sama dengan sejarah peradaban manusia, yakni telah dimulai sejak Tuhan menciptakan Adam dan Hawa di muka bumi ini. Namun demikian, hingga kini tidak ada dokumentasi yang menjelaskan bagaimana bentuk dan corak komunikasi nyang terjadi saat itu, atau beberapa generasi setelah Adam dan Hawa. Baik dalam bentuk bahasa ataupun lambang-lambang dan tanda-tanda komunikasi lainnya. Sejarah perkembangan komunikasi yang lebih jelas diperkirakan dapat ditelusuri sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang, menurut Rogers, sejarah perkembangan komunikasi dapat dibagi dalam empat era perubahan: era komunikasi tulisan, era komunikasi cetakan, era telekomunikasi, dan era komunikasi interaktif. Era komunikasi tulisan diperkirakan dimulai ketika bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan dimulai sejak penemu mesin cetak “hand press” oleh
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 26
Gutenberg pada 1456. Era telekomunikasi diawali dengan ditemukannya alat telegraph oleh Samuel Morse pada 1844. Era keempat, era komunikasi interaktif, mulai pada pertengahan abad ke-19. Pada saat itu, tepatnya tahun 1946, ditemukian “Mainframe Computer” ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat. Sejarah perkembangan Ilmu Komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman Yunani Kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan Ilmu Komunikasi dapat dibagi dalam empat periode. Pertama, dalah periode tradisi retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknologi komunikasi yang terjadi sejak 1960-an hingga sekarang. Di Indonesia, pendidikan Ilmu Komunikasi baru dimulai pada 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Peta perjalanan komunikasi, meurut Wimall Dissayanake (1984) terbagi atas tiga fase. Pertama, pemikiran komunikasi dikuasai oleh Aristoteles, Berlo, Osgood, Weaver, dan Shannon. Rumusan mereka tentang komunikasi menitikberatkan pada upaya mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan. Untuk bisa memperngaruhi, perlu orang yang mengetahui kompenenkompenen komunikasi. Selanjutnya, datanglah Lasswell dengan modelnya : who-say what-in which channel-to whom-with what effect. Sementara itu, Berlo mengatakan: source-messagechannel-receiver (S-M-C-R), begitu juga Osgood, Weaver, dan Shannon menyajikan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 27
model-model lain. Meskipun model-model mereka saling berbeda, tetapi asumsi-asumsi dasarnya sama. Gagasan awal dari Aristoteles yaitu adanya: (a) komunikator, (b) pesan, dan (c) penerima, telah diperpanjang oleh Lasswell menjadi: (a) who says, (b) what to, (c) whom through what, (d) channels with what, and (e) effect. Model komunikasi ini sarat dengan asumsi yang intinya adalah: Jika komunikastor menentukan gagasan atau pesan, kemudian diarahkan pada khalayak pilihannya, melalui saluran atau media yang dimilikinya atau dikuasainya, maka akan keluar hasil yang diinginkan. Dari komunikastor ke khalayak, hanya ada satu jalan, dengan arus satu arah pula. Inilah paradigm lama yang bertumpu pada konsepsi linear, yang menggambarkan proses komunikasi sederhana seolah berjalan menurut garis lurus, seperti: (a) boleh menciptakan, (b) untuk diteruskan kepada, (c) yang akan meluncur lewat, (d)dan akhirnya akan menelurkan, (e) sesuai dengan harapan (a) semula. Pengamatan praktik maupun ilmiah membuktikan bahwa pandangan atau paradigma lama tentang komunikasi yang sudah lama bertengger lebih dari setengah abad itu, kini sudah berlalu. Melalui kajian dan penelitian mutakhir, model linear dikecam habis. Ternyata, media tak sanggup mengubah sikap dan perilaku, begitu kata Lazarsfeld. Konstruksi model linear terlalu gegabah menyederhanakan kompleksitas proses komunikasi. Pendekatan behaviorisme pun diobrak-abrik, sebab tidak selamanya individu merespons stimulus yang datang pada dirinya. Lagipula, individu bukanlah satuan yang terpisah dari pikiran orang lain dan lingkungannya. Makna pesan tidak sekedar ditentukan oleh komunikator, tetapi oleh peserta-peserta
komunikasi.
Karena
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
protes-protes
inilah,
Schramm,
akhirnya
Hal 28
menyatakan: it is misleading to think of the communication process as starting somewhere and ending somewhere. It is endless. Paradigma baru ini berangkat dari pengalaman yang telah lama menunjukan dengan jelas bahwa apa yang selama ini digolongkan sebagai variable penyela (intervening variables) sesungguhnya justru merupakan variabel penentu atau variable bebas (determining factors atau independent variables). Yang selama ini kita anggap sebagai variabel penyela itu, terutama ialah faktor manusia, termasuk struktur sosial-politik, pandangan dan pengorganisasian kelompok, keyakinan dan nilai sosial-budaya baik eksplisit maupun implicit. Dengan demikian diakui, bahwa komunikasi tidak lagi berasumsi memainkan peran tunggal atau bebas (independent) dalam pembangunan. Apalagi dalam perubahan sosial. Faktor manusia (human factors) mulai diakui lahirnya komunikasi arus dua langkah atau langkah ganda, yang kemudian lebih popular dengan istilah komunikasi dua arah (two-way communication). Dalam kiat komunikasi, terutama kiat komunikasi pembangunan, yang diutamakan dalam komunikasi dua arah bukan hanya pesan, tetapi juga arusnya yang dua arah itu. Kalau pesan yang dipentingkan, maka yang keluar hanya perintah, pengarahan atau petunjuk yang sudah jelas tanpa diskusi atau komunikasi sekalipun. Tetapi manakala arusnya yang diutamakan dalam komunikasi dua arah, maka yang terjadi adalah alternative pendapat, saran dan cara-cara pemecahan masalah yang tumbuh dari keinginan bersama. Maka, lahirlah model baru yaitu model konvergensi. Model ini berlandasan konsepsi komunikasi sosial sebagai proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian dan kesepakatan antara dua individu atau,
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 29
dua kelompok, atau lebih, dan bukan satu orangatau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan kekuasaan atau kewibawaannya kepada orang lain. Pada dasarnya, model konvergensi komunikasi, telah menetralisasi pandangan lama tentang komunikasi yang bercorak linear. Model linear komunikasi dimulai dengan penentu kebijakan atau program merumuskan kebutuhan pembangunan, kemudian mengembangkan dan merencanakan isi pesan komunikasi, dan selanjutnya menyalurkan lewat media massa, pemimpin-pemimpin tingkat bawah, agen-agen pemasaran dan petugas-petugas lapangan kepada masyarakat lokal/desa atau khalayak sasaran. Model lama tersebut selain dinamakan model linear, juga ada yang menyebutkan sebagai model transportasional, kerena menganggap pesan komunikasi sebagai barang bawaan yang diangkut dari kendaraan satu ke kendaraan berikutnya. Sesungguhnya, model baru komunikasi yang mementingkan dialog dua arah, yang memberi peran dan tanggung jawab sama kepada Semua yang terlibat, baik komunikator, perantara maupun penerima, untuk mencapai kesepakatan dalam pemecahan masalah bersama, lebih tepat kalau dinamakan model komunikasi sirkular (circular model). Alasannya, komunikator tidak hanya memberi pesan, tetapi juga menerima pesan umpan balik dari khalayak. Demikian pula perantara yang bertindak selain sebagai penyambung pesan komunikator juga berperan sebagai filter atau penyaring. Sedangkan penerima atau khalayak karena kesempatan yang tersedia baginya dan tanggung jawab serta peran yang dilimpahkan kepadanya, juga bisa bertindak sebagai penafsir dan penerjemah kebutuhan riil dan aspirasinya untuk dicerna oleh komunikator. Dengan demikian benar-benar komunikator bisa berfungsi sebagai encoder dan decoder sekaligus.
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 30
Sebaliknya, khalayak juga bisa bertindak selain sebagai decoder juga menjadi encoder. Gambaran proses komunikasi tidak lagi bagaikan garis lurus ala Lasswell atau model matematik ala Shanon dan Weaver, tetapi merupakan lingkaran tiada ujung dan pangkal, karena ujungnya bertemu dengan pangkal. Dan pangkal berbaur dengan ujungnya. Saluran komunikasi termasuk komunikator perantara bukan lagi menjadi penyalur dati atas, tetapi juga penyalur efektif dari bawah. Model dianggap sebagai penggambaran tentang suatu bagian atau sebuah realita yang sengaja dibuat sederhana dalam bentuk-bentuk grafik. Semua model berusaha menunjukan elemen-elemen utama dari setiap struktur atau proses, dan hubungan antarelemen-elemen tersebut. Deutch (1966) menyatakan keuntungankeuntungan dipakainya model dalam ilmu sosial karena: Pertama, model-model itu memiliki fungsi mengorganisasi dengan mengurut-ngurutkan dan menghubungkan satu sistem dengan sistem lainnya, serta dengan memberikan kepada kita gambaran menyeluruh. Salah satu aspek dari itu adalah, bahwa model menyajikan sebuah gambaran umum tentang suatu jajaran keadaan-keadaan tertentu yang berbeda-beda. Kedua, model-model itu membantu kita menjelaskan sesuatu, dengan menyajikan informasi secara sederhana. Tanpa model, informasi itu bisa sangat rumit atau berarti ganda. Ini menyebabkan model mempunyai fungsi heuristic, karena dapat menuntun peneliti sampai pada titik utama (kunci) dari sebuah proses atau sistem. Ketiga, dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian. Model ini sedikitnya bisa menjadi dasar bagi pernyataan
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 31
kemungkinan, kemungkinan terhadap berbagai alternative, dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian. Ada beberapa model yang hanya menggambarkan struktur dari sebuah fenomena. Dalam pengertian demikian, sebuah diagram tentang kompenen-kompenen radio dapat saja dianggap “struktural.” Tetapi ada juga model-model yang diangap “ fungsional” menggambarkan sitem-sistem dalam pengertian energy, doronganndorongan dan arahnya hubungan antarbagian dan pengaruh satu bagian terhadap bagian lainnya. Komunikasi bisa merupakan salah satu atau keseluruhan dari: sebuah tindakan terhadap orang lain; sebuah interaksi dengan orang lain, dan sebuah reaksi terhadap orang lain. Ada kalanya pembuat-pembuat model menunjukan adanya dua proses tambahan yaitu “encoding” (pada bagian pengirim dalam model itu) dan “decoding” (pada bagian penerima). Encoding berarti pesan diubah bentuk menjadi sebuah bahasa atau kode yang cocok untuk alat pengirim yang dipakai terhadap penerima yang dituju. Decoding berarti perubahan kembali pesan itu utnuk mendapatkan arti yang dikandungnya. Pada percakapan antar dua orang, fungsi encoding dilaksanakan olah alat-alat bicara dan (pada komunikasi nonverbal) otot-otot untuk membuat gerak-gerik tertentu. Dalam hal ini indra, pendengaran dan pengelihatan melaksanakan fungsi decoding. Dalam komunikasi massa, encoding bisa berupa transformasi teknis yang diperlukan untuk mengirim sinyal-sinyal, juga pemilihan kata-kata, gambar atau format secara sistematis sesuai dengan prosedur dan tujuan yang ingin didapatkan dari audience (khalayak). Pada banyak model, digunakan konsep “feedback” (umpan balik).
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 32
Secara umum, model itu mengartikannya setiap sebagai proses dengan mana isi si komunikator memperoleh informasi tentang bagaimana si penerima yang ditujunya menerima pesannya. Informasi tersebut dapat membantu mengubah tingkah laku komunikasi yang sedang atau akan berlangsung. Dalam situasi komunikasi tatap-muka, umpan balik ini bisa berupa pertanyaan, permintaan untuk mengulangi suatu ucapan, gerak-gerik, respons-respons, dan sebagainya. Dalam komunikasi massa, umpan balik yang demikian biasanya diganti dengan riset-riset terhadap audiens, angka-angka penjualan dalam bentuk grafis, audiens di studio-studio, berbagai uji-coba (tryouts), surat-surat atau telepon. Tetapi dapat juga berbentuk respons langsung dari atasan, rekan, sahabat dan kontak personal lainnya. Banyak istilah-istilah dasar dalam komunikasi yang mempunyai arti berbeda jika
dipakai
dalam
komunikasi
massa.
Kita
perlu
mengetahui
perbedaan
karakteristikdari komunikasi massa. Definisi yang sering dikutip berbunyi: Komunikasi massa terdiri dari lembaga-lembaga dan teknik-teknik dengan mana kelompokkelompok khusus menggunakan peralatan-peralatan ternologis (pers media cetak, radio, film, media online, dan sebagainya) untuk menyebarkan isi simbolik pada audiens yang banyak jumlahnya, heterogen dan terpisah-pisah. (Janowitz, 1968). Definisi tersebut memperlihatkan sebagian besar variasi-variasi dan tambahan-tambahan yang harus kita perhatikan. Si “pengirim” dalam komunikasi massa selalu merupakan bagian dari sebuah kelompok yang terorganisasi, dan seringkali merupakan anggota dari sebuah lembaga yang punya fungsi lain selain komunikasi. Si “penerima” selalu seseorang, tetapi juga dapat dilihat oleh si pengirim sebagai suatu kelompok atau kumpulan orang dengan beberapa atribut-atribut umum tertentu.
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 33
Salurannya tidak lagi terdiri dari hubungan antarmanusia, alat-alat ekspresi atau pancaindra, tetapi mencakup alat-alat dan sistem penyebar yang berdasarkan teknologi. Sistem-sistem memiliki kompenen sosial, karena tidak terikat pada hokum, adat istiadat dan harapan-harapan masyarakat. Susunan tentang pendekeatan demikian itu dapat dihubungkan dengan: pertama, dominasi pihak yang etrtarik pada efek dan keefektifan; kedua, konsistennya dengan rangsangan-tanggapan (stumulus-respons) dari pengolahan dan pelajaran tingkah laku yang sifatnya fundamental bagi psikolog; dan ketiga, tumbuhnya keinginan untuk menyusun pengetahuan yang telah didapat dalam riset komunikasi massa. Model “pengiriman-saluran-pesan-penerima” yang sederhana dengan cepatnya dirombak sepanjang tahun 50-an sesuai keinginan para pelajar komunikasi interpersonal (antarpersona) maupun komunikasi massa. Perubahan-perubahan itu memerhatikan beberapa aspek penting dari komunikasi massa. Salah satunya adalah keinginan untuk menyertakan secara lebih lengkap, dan sebagai kompenen utama, elemen umpan balik. Sejalan dengan itu, maka mulailah dikenal proses komunikasi yang tidak linear (berupa garis lurus satu arah). Proses komunikasi menjadi sirkuler, berulangulang dan membentuk spiral, karena perubahan yang ditimbulkan oleh komunikasi akan menimbulkan suatu “lentingan” pada titik-titik dan tingkatan yang berbeda dengan pada saat dimulainya proses komunikasi. Perkembangan besar yang kedua berkaitan dengan kenyataan bahwa si penerima biasanya menerima dengan efektif, menginterpretasikan atau menahan pesanpesan. Dalam model matematik terdahulu, ketidakefisienan komunikasi dianggap
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 34
disebabkan oleh “noise” (gangguan) dalam sistem, Karena criteria sukses tidaknya sebuah komunikasi diukur dari tujuan si pengirim. Model buatan Gerbner dalam Melkote (1991), menyajikan pemecahan masalah yang melihat adanya kepentingan sis sumber (source) dan hakikat dari ketidakefisienan. Ia menekankan adanya sifat transaksional pada komunikasi, dan tergantungnya arti yang diperoleh pada asumsi-asumsi serta pengetahuan si penerima, dan tergantungnya arti pesan pada konteks peristiwa di mana komunikasi itu berlangsung.
Materi Kuliah Komunikasi Pembangunan
Hal 35