BAB I PENGANTAR
1.1. Latar Belakang Kesejahteraan dan kemiskinan merupakan salah satu hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi jajaran pemerintahan Indonesia. Masyarakat miskin berada pada kondisi dimana mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Arsyad (2010) menjelaskan bahwa masyarakat miskin selalu berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam hal memenuhi kebutuhan dasar yaitu: tidak mampu melakukan usaha produktif, tidak mampu menjangkau sumber daya sosial ekonomi, tidak mampu menentukan nasibnya sendiri, tidak mampu membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah. Hal tersebut merupakan fenomena yang banyak dialami oleh penduduk di Indonesia. Angka kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi. Data BPS menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2013 mencapai 28,07
juta orang (11,37 %). Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang tingkat kemiskinannya tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari berita resmi statistik Jawa Tengah No. 40/07/33/Th. VII, 1 Juli 2013, jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Maret 2013 mencapai 4,733 juta orang (14,56%). Angka tersebut menunjukan prosentase penduduk miskin di Jawa Tengah lebih tinggi dari pada prosentase penduduk miskin Indonesia.
1
2
Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang tingkat kesejahteraan penduduknya masih tergolong rendah adalah Kabupaten Kebumen. Data kemiskinan di Kabupaten Kebumen berdasarkan data dari BPS ditampilkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Kemiskinan Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2010 Tahun Jumlah penduduk Prosentase penduduk Prosentase penduduk miskin miskin miskin Jawa Tengah Kab.Kebumen Kab.Kebumen 2005 137.095 29,83 20,49 2006 149.986 32,49 22,19 2007 162.301 30,25 20,43 2008 334.900 27,87 18,99 2009 309.600 25,73 17,48 2010 263.000 22,71 16,11 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Beberapa data tentang kemiskinan di Kabupaten Kebumen dilangsir oleh sejumlah media massa. Suara Merdeka 10 Februari 2011 melangsir berita bahwa Kabupaten Kebumen menduduki peringkat ketiga kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Berita terbaru dari Kebumen Ekspress 10 September 2013, sebanyak 690.275 warga dari 180.345 KK tergolong miskin. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat 26.915 KK dikategorikan warga sangat miskin, 35.763 dikategorikan warga miskin dan 49.514 dikategorikan warga hampir miskin, serta 68.153 KK dikategorikan menjadi warga rentan miskin. Data yang dimuat dalam Kebumen Ekspress merupakan data yang diperoleh dari Komite Kajian Kebijakan Daerah (K3D) Kebumen. Beberapa berita tentang kemiskinan di Kabupaten Kebumen ditampilkan pada Gambar 1.1.
3
Gambar 1.1 Berita tentang Kemiskinan di Kabupaten Kebumen yang Dilangsir Beberapa Media Massa Salah satu penyebab tingginya kemiskinan atau rendahnya kesejahteraan penduduk adalah tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang sangat dipengaruhi oleh jenis mata pencahariannya. Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah pedesaan dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik sebagai pemilik lahan ataupun buruh tani. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang menjadikan pertanian sebagai sektor mata pencaharian utama. Berdasarakan data potensi desa (Podes) tahun 2011, jumlah KK yang bekerja di bidang pertanian memiliki prosesntase sebesar 65,42%. Data tersebut menunjukan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Kebumen mengandalkan pertanian sebagai sumber pendapatan. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi. Wilayah pesisir tersebut terbagi dalam kawasan-kawasan yang masing-masing memiliki sektor unggulan. Beberapa potensi sumber daya alam wilayah pesisir yang dapat menjadi sektor unggulan di wilayah pesisir adalah pariwisata, pertanian, perkebunan, industri, dan perikanan. Salah satu wilayah di
4
Kabupaten Kebumen yang memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi adalah Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II. Diantara seluruh wilayah pesisir di Kabupaten Kebumen, pesisir SWP II memiliki karakteristik wilayah yang berbeda. Potensi yang menonjol dan menjadi sektor unggulan di pesisir SWP II Kabupaten Kebumen adalah sektor pertanian, perikanan dan pariwisata. Berdasarkan karakteristik wilayah pesisir, potensi pertanian yang dapat dikembangkan adalah pertanian lahan kering, kegiatan perikanan yang dapat dikembangkan adalah penangkapan dan pengolahan hasil perikanan laut serta budi daya perikanan payau, sedangkan potensi pariwisata yang dapat dikembangkan adalah pariwisata pantai. Hasil survey pendahuluan menunjukan terdapat beberapa potensi pada lokasi penelitian belum dikelola secara optimal. Terdapat beberapa lahan yang hanya ditanami rumput gajah bahkan ada yang dibiarkan menjadi lahan kosong. Kawasan pantai di SWP II juga belum dikelola secara optimal, kegiatan perikanan juga masih berupa kegiatan perikanan tradisional. Pemanfaatan lahan pada lokasi penelitian perlu dioptimalisasikan, untuk kepentingan masyarakat. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan bertujuan untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Pengelolaan sumber daya lahan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan.
Evaluasi lahan dan pembuatan zoning
berdasarkan hasil evaluasi lahan dapat dilakukan untuk mempermudah melihat sektor unggulan yang dimiliki oleh masing-masing kawasan di desa pesisir SWP II. Sektor unggulan pada masing-masing kawasan tersebut yang nantinya akan
5
dikembangkan dan menjadi strategi peningkatan perekonomian. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melalui diversifikasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan untuk Pertanian dan Pariwisata di Desa-Desa Pesisir pada Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II Kabupaten Kebumen.” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana klasifikasi desa pesisir berdasarkan tingkat perkembangannya? 2. Bagaimana kesesuaian lahan desa pesisir untuk pertanian lahan kering dan pariwisata pantai? 3. Dimanakah kawasan yang memiliki potensi sektor unggulan yang dapat menunjang kegiatan perekonomian? 4. Strategi diversifikasi apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa pesisir? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain. Beberapa judul penelitian yang relevan dengan penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1.2.
6
Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu Judul Tujuan Multi-criteria evaluation Identify suitable sites for approach to GIS-based development of Nile tilapia land-suitability (Oreochromis niloticus) farming in classification for tilapia Sitakunda Upazila (sub-district), farming in Bangladesh. Bangladesh, using GIS-based (Hossain et al., 2007) multi-criteria evaluation of water and soil quality,topography, infrastructure and socio-economic factors. Analisis Konsentrasi Menganalisis distribusi penduduk Kemiskinan di Jawa miskin di Jawa Tengah dan Tengah (Atmanti, dan menganalisis kesenjangan antar Hendarto. 2011) daerah di JawaTengah.
Analisis Persebaran, Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam di Kabupaten Kebumen Berdasarkan Bentuklahan. (Sulistiyaningrum, 2011)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Hasil The location and extent of tilapia farming areas on different suitability scales, i.e. most suitable (7,744 ha), moderately suitable (2,479 ha), and not suitable (838 ha). The results are encouraging in terms of tilapia culture development and suggest that grassland–agriculture areas could be used for sustainable development of tilapia farming to diversify the economic activities of rural communities.
Indeks Entropy Berdasarkan pada klasifikasi intensitas berdasarkan Theil distribusi, menunjukkan bahwa di Jawa Tengah ada beberapa daerah yang masuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan masih banyak penduduk miskin di beberapa daerah tersebut. Di Jawa Tengah terjadi konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial. Mayoritas daerah kota lebih maju dibandingkan dengan kabupaten. Mengetahui persebaran dan pola Neighbourhood Terdapat 31 obyek wisata yang tersebar di tiga bentuklahan, persebaran, potensi dan arah analysis, yaitu solusional, marin dan struktural. Pola sebaran obyek pengembangan obyek wisata alam Skoring, SWOT wisata pada bentuklahan marin mendekati seragam, pada di Kabupaten Kebumen bentuklahan solusional membentuk pola mendekati mengelompok (cluster), dan pada bentuklahan struktural mendekati random;Terdapat 5 obyek wisata alam dengan potensi tinggi, 17 obyek wisata alam dengan potensi sedang dan 9 obyek wisata dengan potensi rendah.; Pengembangan dilakukan dengan meningkatkan amenitas dan aksesibilitas
7
Judul Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan untuk Pertanian dan Pariwisata di Desa-Desa Pesisir pada Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II Kabupaten Kebumen
Tujuan Menganalisis klasifikasi desa pesisir berdasarkan tingkat perekonomiannya; menganalisis kesesuian lahan desa pesisir untuk pertanian lahan kering dan pariwisata pantai; formulasi spasial kawasan potensial untuk menunjang kegiatan perekonomian; menyusun strategi diversifikasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa pesisir.
Metode Matching, skoring, deksriptif spasial, analisis LQ dan SWOT
Hasil 60% desa pesisir di SWP II merupakan desa tertinggal,sedangkan 40% adalah desa tiak tertinggal. Lahan di SWP II bagian barat sesuai untuk pengembangan hutan rakyat, sedangkan di wilayah pesisir timur sesuai untuk pertanian dengan tanaman berakar pendek masa tanam yang singkat seperti cabai. Berdasarkan potensi kawasan, pada pesisir SWP II ditemukan beberapa sektor unggulan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan yang menunjang perekonomian. Kawasan tersebut adalah kawasan konservasi hutan rakyat, kawasan gisik dan pariwisata, kawasan perikanan dan pariwisata, kawasan pertanian dan agro wisata, kawasan perkebunan dan agro industri, serta terdapat kawasan human capital. Strategi diversifikasi untuk wilayah penelitian bagian barat lebih dikembangkan untuk mata pencaharian di bidang pariwisata, pengelolaan hutan rakyat, industri rumah tangga, peternakan dan perikanan. Sedangkan pesisir bagian timur diarahkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian lahan kering, pariwisata, peternakan, agrowisata dan industri rumah tangga.
8
1.4. Tujuan Penelitian Bertolak dari permasalahan yang diungkapkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis klasifikasi desa pesisir berdasarkan tingkat perkembangannya. 2. Menganalisis kesesuian lahan desa pesisir untuk pertanian lahan kering dan pariwisata pantai. 3. Formulasi
spasial
kawasan
potensial
untuk
menunjang
kegiatan
perekonomian. 4. Menyusun strategi diversifikasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa pesisir. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitti-peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa.
2. Memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Kebumen, dalam mengambil kebijakan mengenai pemanfaatan sumber daya lahan di wilayah pesisir.
3. Memberikan masukan kepada masyarakat mengenai strategi peningkatan perekonomian.