1
BAB I PENGANTAR
1.1. Latar Belakang Lobster laut merupakan salah satu sumber daya hayati kelautan yang penting, baik secara lokal maupun global. Lobster merupakan bahan makanan populer yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga banyak dicari dan ditangkap secara global. Berdasarkan data statistik jumlah tangkapan lobster di dunia yang dipublikasikan oleh FAO, untuk tahun 1988 jumlah lobster yang ditangkap secara keseluruhan mencapai 205.000 ton yang didominasi oleh anggota dari 3 famili lobster yang memiliki nilai ekonomis tertinggi. Jumlah tangkapan untuk Famili Nephropidae (true lobster) mencapai 61% dari total tangkapan lobster, diikuti oleh Famili Palinuridae (spiny lobster) sebanyak 38%, dan Famili Scyllaridae (slipper lobster) sebanyak 1% (Holthuis, 1991). Dalam kurun waktu 21 tahun, jumlah tangkapan lobster di dunia mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 25%. Pada tahun 2009, jumlah tangkapan lobster di dunia mencapai 256.120 ton (FAO, 2011). Spiny lobster (Famili Palinuridae) merupakan kelompok lobster yang banyak ditangkap dan dibudidayakan di wilayah perairan selatan, termasuk di wilayah laut Indonesia. Famili Palinuridae terdiri atas 8 genera dan memiliki 46 spesies yang terdistribusi secara luas (Holthuis, 1991; Poore, 2004). Pada perairan Indonesia dapat ditemukan 3 genera anggota Famili Palinuridae yaitu Genus Palinustus, Panulirus, dan Puerulus. Dari ketiga genera tersebut, jenis lobster
2
yang memiliki potensi pengembangan dan nilai ekonomis yang baik adalah jenis yang termasuk dalam Genus Panulirus. Perairan Indonesia merupakan habitat bagi 6 jenis lobster bernilai ekonomis tinggi, yaitu Panulirus homarus, P. longipes, P. ornatus, P. penicillatus, P. polyphagus, dan P. versicolor (Girsang et al., 2007; Priyambodo & Sarifin, 2009). Pusat wilayah penangkapan dan budidaya jenis lobster ini meliputi perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, dan Lombok. Perairan Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu pusat wilayah penangkapan dan budidaya lobster di Indonesia dengan produktivitas yang tinggi. Lombok merupakan pionir dalam budidaya lobster di wilayah Indonesia Timur yang telah dimulai pada tahun 2000. Produksi lobster di Lombok dari sektor budidaya diperhitungkan mencapai sekitar 12,5 ton pada tahun 2008 (Priyambodo & Sarifin, 2009). Dari total produksi pada tahun 2008, sektor budidaya hanya menyumbangkan sebesar 3% (Priyambodo et al., 2011). Dengan demikian berarti total produksi lobster di Lombok mencapai sekitar 417 ton per tahunnya. Selain dari jumlah produksi yang tinggi, perairan Lombok juga dilaporkan memiliki seluruh 6 spesies Panulirus yang ada di Indonesia. Dari 6 spesies yang ada di Lombok, lobster hijau pasir (P. homarus) merupakan spesies yang paling banyak ditangkap dan dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Penangkapan P. homarus dilakukan terhadap individu dewasa maupun individu yang masih dalam tahap juvenil ataupun puerulus, khususnya di perairan selatan Lombok. Individu dalam tahapan juvenil dan puerulus dibudidayakan
3
dengan cara pembesaran menggunakan keramba apung. Jumlah tangkapan yang tinggi dan penangkapan non-selektif dikhawatirkan akan mengarah pada overfishing yang akan mempengaruhi stabilitas populasi P. homarus di perairan Lombok. Dengan demikian perlu dilakukan usaha pengelolaan penangkapan dan pengembangan budidaya lobster untuk menjaga stabilitas populasi P. homarus di alam. Dalam usaha pengelolaan penangkapan dan pengembangan budidaya lobster lebih lanjut diperlukan banyak informasi dan kajian mengenai lobster itu sendiri, meliputi aspek biologis, struktur populasi, dan molekularnya. Sebagai spesies komersial dengan nilai ekonomis tinggi, aspek biologis dan teknik budaya lobster P. homarus telah banyak dipelajari dan diketahui, namun informasi mengenai genotipenya belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai aspek molekular lobster untuk mengetahui variasi genetik dalam populasi P. homarus di Lombok yang dapat bermanfaat untuk menganalisis struktur genetik populasi, pengelolaan stok, dan pengembangan budidaya lobster di Lombok. Variasi genetik lobster dapat dianalisis dengan menggunakan teknik penanda molekular untuk mendeteksi adanya variasi genetik antar populasi maupun antar individu di dalam populasi. Salah satu jenis penanda molekular yang dapat digunakan adalah penanda Inter-Simple Sequence Repeats (ISSR). Menurut Spooner et al. (2005), ISSR merupakan fragmen DNA berukuran antara 100-3000 bp yang terletak diantara 2 region mikrosatelit yang memiliki sekuen dengan orientasi berlawanan. Keuntungan dari penggunaan penanda ISSR yaitu tidak
4
memerlukan informasi mengenai sekuen ISSR yang akan diamplifikasi, hanya memerlukan sampel DNA dalam jumlah sedikit, dan ISSR terdistribusi secara acak di banyak loci dalam genom sehingga dapat dihasilkan banyak fragmen ISSR dengan ukuran yang berbeda. Penanda ISSR telah berhasil digunakan sebagai alat untuk mendeteksi variasi genetik dalam populasi beberapa spesies Crustacea, seperti lobster air tawar dan kepiting (Schulz et al., 2004; Britto et al., 2011). Penanda ISSR belum pernah digunakan untuk mendeteksi variasi genetik spesies lobster laut. Penelitian mengenai variasi genetik populasi P. homarus di Lombok diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakter genotipe populasi P. homarus di Lombok. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam usaha pengelolaan stok dan pengembangan budidaya lobster di Lombok, serta mengkonfirmasi kemampuan penanda ISSR mendeteksi variasi genetik pada populasi lobster laut sebagai alat studi variasi genetik yang efisien.
1.2. Permasalahan Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana variasi genetik populasi lobster hijau pasir (P. homarus) di Lombok yang dideteksi dengan menggunakan penanda ISSR? 2) Populasi P. homarus di lokasi mana yang paling potensial untuk pengambilan bibit, pemilihan induk, dan konservasi?
5
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui variasi genetik populasi lobster hijau pasir (P. homarus) di Lombok dengan menggunakan penanda ISSR. 2) Mengetahui populasi P. homarus yang paling potensial untuk pengambilan bibit, pemilihan induk, dan konservasi.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variasi genetik populasi lobster hijau pasir (P. homarus) di Lombok yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha pengelolaan stok dan pengembangan budidaya lobster di Lombok. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat mengkonfirmasi kemampuan penanda ISSR untuk mendeteksi variasi genetik pada populasi lobster laut sebagai alat studi variasi genetik yang efisien.