BAB I. PENGANTAR
A.PENDAHULUAN
Pokok bahasan ini memberikan materi yang merupakan pengantar (dasar) bagi mahasiswa untuk memahami tentang ilmu penyakit tumbuhan, sehingga mahasiswa akan lebih mudah untuk mengikuti topik-topik yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Topik ini akan diberikan dalam 2 kali tatap muka (2 x 2 jam) dan setelah mengikuti kuliah dengan topik ini diharapkan mahasiswa sudah bisa mulai memahami tentang ruang lingkup ilmu penyakit tumbuhan dengan segala aspek-aspeknya.
B. PENYAJIAN
Pengertian Penyakit tumbuhan ditinjau dari sudut pandang biologi adalah penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologinya yang biasa. Tumbuhan yang sifatnya menyimpang dari biasanya disebut sakit. Apabila ditinjau dari sudut pandang ekonomi, penyakit tumbuhan adalah ketidakmampuan tumbuhan untuk memberikan basil yang cukup secara kuantitas maupun kualitas. Jadi dipandang dari sudut pandang ini, tumbuhan dikatakan sakit apabila penyimpangan itu disertai dengan berkurangnya basil, sehingga bunga tulip yang menunjukkan warna belang-belang karena terinfeksi virus tidak dapat dikatakan sakit, karena justru harganya yang lebih mahal, akan tetapi jika hal itu dipandang dari sudut pandang biologi maka bunga tulip tersebut dapat dikatakan sakit. Penyakit adalh suatu proses, yaitu ketidak mampuan bagian tumbuhan untuk menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya, sehingga istilah "tanaman diserang penyakit" adalah istilah yang tidak tepat. Penyebab penyakit disebut dengan nama patogen. Pada umumnya yang dimaksud sebagai patogen adalah terdiri atas jamur, bakteri, virus, nematoda, yang pada umumnya
Universitas Gadjah Mada
ukurannya bersifat mikroskopik dan lebih kecil dari tungau, serangga, dan binatang pengerat yang sering disebut dengan istilah hama. Penyimpangan pada tumbuhan (sakitnya tumbuhan) dapat disebabkan karena berbagai jasad mikroskopik yang menyerang pada tumbuhan, namun dapat juga disebakan karena adanya gangguan atau penyimpangan faktor lingkungan yang ekstrim. Dalam kaitannya dengan hal ini patogen yang berupa jasad hidup tersebut disebut dengan patogen biotik, sedangkan patogen yang berupa faktor lingkungan yang ekstrim dikenal dengan patogen abiotik.
Arti penting penyakit tumbuhan Penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian lewat beberapa jalan baik berupa kerugian langsung yang dirasakan oleh penanam yang berupa pengurangan kuantitas maupun kualitas hasil, peningkatan biaya produksi, dan pengurangan kemampuan usaha tani. Kerugian dapat juga terjadi secara tidak langsung yaitu serangkaian kerugian yang diderita oleh masyarakat seperti konsumen yang harus menanggung harga yang tinggi karena adanya kelangkaan barang, lesunya kegiatan perekonomian, dll. Pengurangan kuantitas hasil dapat terjadi karena tanaman yang sakit dapat mengalami kematian sehingga tidak mampu menghasilkan produk pertanian, atau tanaman yang sakit akan memberikan pruduksi yang lebih rendah karena adanya gangguan fisiologis ataupun kematian bagian tanaman. Selain itu penyakit dapat juga memperpendek umur produktif tanaman sehingga produksi juga akan menurun. Penyakit tertentu dapat juga menurunkan kualitas hasil, karena produk yang sakit akan memberikan penampakan yang lebih jelek sehingga kurang disukai oleh konsumen, meskipun sebenarnya secara kuantitas tidak ada penurunan. Untuk pengelolaan penyakit tumbuhan diperlukan suatu kegiatan yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti penggunaan pestisida, ataupun kegiatan pengelolaan yang lain. Hal irsi juga merupakan suatu tambahan biaya yang hams ditanggung oleh petani sehingga akan menambah biaya produksi. Kerugian akibat penyakit tumbuhan juga dapat terjadi pada saat produk pertanian sudah dipanen (penyakit pasca panen), sehingga akan menurunkan mutu, kadar gizi, atau bahkan juga menyebabkan kerusakan langsung pada produk yang sakit sehingga tidak bias dikonsumsi lagi.
Universitas Gadjah Mada
Beberapa patogen dapat juga menyebabkan produk tanaman yang terserang menjadi beracun, sehingga tidak dapat dikonsumsi, baik oleh manusia maupun ternak, karena akan menyebakan keracunan pada konsumen yang mengkonsumsinya. Penyakit-penyakit yang dianggap baru Dalam penyakit tumbuhan sering dikenal adanya penyakit-penyakit yang belum diketahui sebelumnya, sehingga sering timbul pertanyaan mengapa pada pada saat ini lebih banyak terdapat penyakit tumbuhan dibandingkan pada masa yang lalu. Penyakit yang baru dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain : Adanya penyakit yang masuk dari daerah lain, biasa disebut sebagai penyakit barn bagi daerah tersebut. Hal ini dapat terjadi karena semakin pesatnya system transportasi yang memungkinkan lalu lintas perdagangan dan pengangkutan produk pertanian atau bahan tanaman dari suatu daerah ke daerah yang lain, yang mempunyai kemungkinan membawa bibit penyakit sehingga dengan adanya pengangkutan tersebut juga ikut memindahkan bibit penyakit dari suatu daerah ke daerah lain yang sebelumnya masih bebas. Usaha pembuatan bibit unggul yang dilakukan oleh pemulia tanaman pada umumnya beroerientasi pada produksi yang tinggi, sehingga kadang-kadang mengesampingkan sifat lain yaitu ketahanan. Adanya tanaman yang rentan akan menyebabkan tanaman tersebut mudah terserang oleh patogen-patogen yang sebenarnya bukan merupakan patogen penting, sehingga akan menimbulkan gejala penyakit yang baru yang sebelumnya belum pemah ada. Adanya penyakit yang baru juga terjadi karena semakin tingginya perhatian dan pengetahuan. Jika pada masa-masa yang lalu adanya penyimpangan yang terjadi pada tanaman dianggap sebagai hal yang biasa, maka dengan semakin tambahnya perhatian dan juga pengetahuan maka akan dapat diketahui bahwa adanya penyimpangan tersebut ternyata disebabkan oleh adanya serangan patogen. Perkembangan penyakit juga dapat terjadi karena adanya perubahan system bercocok tanam, seperti penggunaan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, intensifikasi pertanian, penggunaan kultivar baru, penggunaan jarak tanam yang lebih rapat, dll.
Universitas Gadjah Mada
Penyakit-penyakit yang benar-benar baru sangat jarang kita temukan. Hal ini dapat terjadi karena adanya ras-ras fisiologi yang baru yang lebih virulen atau adanya ras baru yang mempunyai kisaran inang yang lebih luas, sehingga dapat menyerang pada tanamantanaman lain yang sebelumnya bukan merupakan inangnya. Sejarah Ilmu Penyakit Tumbuhan llmu Penyakit Tumbuhan berkembang seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk di dunia. Peningkatan jumlah penduduk tentu saja akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan bahan pangan. Dalam sejarah umat manusia penyakit tumbuhan telah berulangkali menimbulkan kerugian yang besar dan berpengaruh banyak dalam kehidupan manusia, sehingga hal ini mendorong terjadinya cabang ilmu pengetahuan yang baru yaitu Ilmu Penyakit Tumbuhan atau Fitopatologi (Phyton = tumbuhan, pathos = menderita, logos = ilmu) Pada awalnya orang mengira adanya penyakit tumbuhan adalah disebabkan karena adanya api suci "holy fire" yaitu suatu malaikat yang membawa api sehingga menyebabkan adanya kematian pada manusia. Namun pada akhirnya diketahui bahwa kematian manusia tersebut disebabkan karena mereka mengkonsumsi gandum yang terserang oleh ('laviceps purpurea yang dapat meracunui manusia dan menyebabkan kematian. Penyakit hawar daun kentang di Irlandia pada tahun 1844 yang disebabkan oleh Phytophthora infestans telah menyebabkan terjadinya bencana kelaparan, sehingga menyebabkan tejadinya emigrasi penduduk secara besar-besaran dan juga merupakan salah satu penyebab kalahnya Jerman dalam Perang Dunia I. Pada tahun 1942 dan 1943 telah terjadi bencana kelaparan yang menyebabkan kematian di Bangladesh yang disebabkan karena adanya penyakit hawar daun padi, sehingga menyebabkan terjadinya bencana kelaparan tersebut. Sesudah Perang Dunia 1 Amerika Serikat berusaha untuk menanam tanaman karet untuk mengurangi ketergantungan karet dari luar negeri dengan membuka perkebunan karet yang baru, namun ternyata perkebunan karet Amerika menjadi hancur akibat adanya serangan jamur Microsyclus ulei yang sebelumnya umum menyerang tanaman karet hutan di Brazil tanpa menimbulkan kerugian yang berarti.
Universitas Gadjah Mada
Di Indonesia beberapa penyakit tumbuhan yang telah menyebabkan kerugian yang cukup tinggi antara lain penyakit sereh pada tebu yang telah menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perkebunan tebu di Jawa sehingga mengancam kelangsungan hidup perusahaan, dan hal ini telah memicu munculnya berbagai Lembaga Penelitian. Penyakit karat daun kopi telah mengubah pola perkebunan kopi di Indonsia dari kebiasaan menanam kopi jenis arabika yang beraroma tinggi namun ketahanannya rendah, dan beralih ke kopi robusta yang mempunyai ketahahan tinggi terhadap karat daun kopi, meskipun mempunyai mutu yang lebih rendah dibandingkan kopi arabika. Dan akibat adanya penyakit karat daun kopi ini juga telah mengubah pola kehidupan masyarakat Inggris yang semua peminum kopi kemudian beralih menjadi peminum teh sampai sekarang. Kemunduran pertanian jeruk juga telah terjadi sejak tahun 1950-an di Jawa akibat adanya serangan penyakit CVPD, dan hal ini telah mendorong berkembangnya budidaya apel di daerah Jawa Timur. Berjangkitnya penyakit akar gada pada kobis telah menyebabkan lesunya pertanian kobis di Jawa Barat, dan hal ini telah mendorong berkembangnya pertanaman kobis di daerah Jawa Tengah. Perkembangan munculnya penyakit tumbuhan tersebut telah memicu para ahli botani untuk melakukan penelitian sehingga akhirnya muncul berbagai ahli dengan gelarnya masing-masing seperti Theoprastus (Yunani, 325 SM) dengan gelarnya "Bapak Ilmu Tumbuhan" karena tulisannya tentang berbagai penyakit tumbuhan seperti penyakit gosong, penyakit karat, penyakit busuk dan kudis. Dengan ditemukannya teleskope oleh Galileo dan Mikroskop oleh Robert Hooke telah membuka cakrawala ilmu penyakit tumbuhan karena kemudian orang mulai dapat mengamati jasad mikrobia. Di dalam bukunya Nova Plantarum Genera Michell (Inggris, 1729) telah berhasil mengahapus teori generatio spontania dengan melakukan pengamatan spora jamur. Persoon (1801) telah mendapatkan gelar sebagai "Bapak Mikologi" karenan penelitiannya tentang jamur. Pada tahun 1858 Julius Kuhn menulis buku Die Krankheiten der Kulturgewache yang merupakan buku ilmu penyakit tumbuhan pertama yang didasarkan atas peran jamur sebagai penyebab penyakit tumbuhan, sehingga beliau mendapat gelar sebagai `Bapak Fitopatologi Modem".
Universitas Gadjah Mada
Tentang adanya bakteri penyebab penyakit tumbuhan diperkenalkan pertama kali olrh Burril dan Walker, sedangkan virus penyebab penyakit tumbuhan diperkenalkan pertama kali oleh Adolf Mayer (1886) dan didukung oleh Ivanowski (1892). Di Indonesia penenlitian tentang penyakit tumbuhan mulai dilakukan sejak pertengahan abad 19. Penelitian penyakit tumbuahn banyak dilakukan di Kebun Raya Bogor dengan penelitian yang banyak dikenal adalah J. van Breda de Haan. Sejak tahun 1913 sampai 1936 Lembaga Penyakit Tumbuhan di Bogor menerbitkan laporan tahunan mengenai hama dan penyakit tanaman di Indonesia yang merupakan sumber ibnformasi dan dokumentasi yang sangat penting. Pada tahun 1960-an dengan adanya pendudukan Jepang dan Revolusi Fisik di Indonesia tidak ada penelitian tentang penyakit tumbuhan karena tidak adanya ahli penyakit tumbuhan (para ahli yang sebelumnya adalah orang Eropa dan Belanda telah pergi). Sekitar tahun 1960 hanya ada satu orang ahli ilmu penyakit tumbuhan yauitu Prof.Dr. Toyib Hadiwijaya yang menjadi Gurubesar Ilmu Penyakit Tumbuhan di IPB. Seiring dengan bertambahnya waktu, semakin bertambah pula ahli imu penyakit tumbuhan di Indonesia dan paga tangga 3-5 Agustus 1970 telah berhasil dibentuk Perhimpunan Fitopatologi Indonsia yaitu suatu organisasi profesi yang mewadahi para ahli ilmu penyakit tumbuhan.
Perkembangan konsep penyakit tumbuhan Konsep penyakit tumbuhan diawali dengan adanya konsep segitiga penyakit. Dalam konsep ini diketahui bahwa terjadinya penyakit tumbuhan sangat ditrentukan oleh tiga factor yaitu factor Lingkungan, Tumbuhan Inang, dan Patogen. Penyakit akan terjadi apabila ada Tumbuhan inang yang rentan, Patogen yang virulen dan faktor lingkungan yang mendukung untuk perkembangan patogen tetapi menghambat pertumbuhan inang. Konsep ini lebih banyak terjadi pada kondisi ekosistem yang masih alami, belum ada campur tangan manusia. Pada ekoisistem yang lebih tinggi yaitu pada system budidaya pertanian, pada system ini sudah ada campur tangan manusia yang dapat mengendalian ketiga faktor yang lain. Pada ekosistem ini berlaku konsep segi empat penyakit yaitu ada tambahan faktor manusia yang dapat mengatur tanaman inang dengan memilih jenis yang tahan, mempengaruhi
faktor
lingkungan
dengan
memanipulasi
lingkungan,
dan
mempengaruhi faktor patogen dengan usaha-usaha pengendaliannya.
Universitas Gadjah Mada
Dengan semakin berkembangnya system budidaya pertanian, berkembang pula konsep penyakit tumbuhan yaitu menjadi konsep piramida penyakit. Dalam hal ini factor waktui terjadinya interaksi antara tanaman inang, patogen dan lingkungan serta upaya manusia sangat dipengaruhi oleh lamanya terjadi kontak antara faktor-faktor tersebut. Semakin lama terjadinya kontak dalam kondisi yang saling mendukung, maka kemungkinan untuk terjadi penyakit juga akan semakin besar.
PENUTUP
Dari materi yang telah disampaikan ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari tentang ruang lingkup ilmu penyakit tumbuhan serta berbagai aspek yang memepngaruhinya, untuk kemudian dapat didiskusikan pada waktu terjadi tatap muka secara langsung, sehingga diharapkan dapat terjadi komunikasi secara dua arah sehingga mahasiswa juga dapat berperan secara aktif dan perkuliahan dapat berlangsung dengan baik.
REFERENSI
Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Academic Press, New york. 803p. Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. 754p. Walker, J.C. 1957. Plant Pathology. 2d Ed. McGraw-Hill, New York. 707p.
Universitas Gadjah Mada