Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Negara-negara ASEAN dikarunia dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk kaya akan mineral dan sumber energi. Negara-negara ASEAN juga memiliki sumbangan yang besar terhadap cadangan mineral tertentu untuk dunia. Pertumbuhan ekonomi regional dan global didorong oleh permintaan sumber daya mineral di banyak negara . Hal ini menyediakan insentif dan kesempatan untuk negara-negara anggota ASEAN untuk memasarkan cadangan mineral mereka. Di tahun-tahun ini, peningkatan konsumsi dari negara-negara Asia, seperti Tiongkok dan India telah mengangkat pesat permintaan mineral dunia dan harganya. Mineral sangat dibutuhkan di peradaban manusia modern. Kekayaan mineral sebagai aset dapat menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan bahwa pertambangan sebagai industri yang akan terus menerus berekspansi selama 20 sampai 30 tahun kedepan untuk memenuhi permintaan dari industri produksi, agrikultur, sektor teknologi, dan manufaktur. Permintaan mineral di ASEAN telah meningkat tajam sejak tahun 1990-an dengan industri mineral yang berkembang pesat seperti, nikel, tembaga, timah, dan zinc. Pada tahun 2014, Indonesia, diantara negara-negara penyedia terbesar akan sumber daya alam di dunia, memberlakukan pelarangan terhadap ekspor bijih mentah, khususnya bijih nikel, untuk mendukung pertumbuhan industri pengolahaan domestik, bahkan mampu mengguncang industri nickel Tiongkok lebih dari 2 milyar dollar per bongkar muat di pelabuhan Tiongkok. Pelarangan bijih nikel dapat memicu guncangan besar terhadap industri nikel secara global lebih dari 5 tahun kedepan. Industri berbasis baja stainless di Tiongkok yang membuat semuanya dari peralatan memasak hingga mobil adalah industri yang paling terkena dampaknya. Pelarangan yang sudah direncanakan dengan matang diharapkan menjadi tonggak pendongkrak pendapatan negara dari sektor mineral. Faktanya, Tiongkok sangat bergantung terhadap bijih nikel dari
3
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun Indonesia untuk memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) hanya memiliki stok 20 hingga 30 juta ton bijih nikel yang semakin menurun untuk menyuplai industri NPI di negaranya. Para pakar memprediksi bahwa produksi NPI Tiongkok akan menurun drastis dikarenakan persediaan bijih yang terbatas. Ada 2 jenis bijih yang dapat digunakan sebagai bahan baku NPI yaitu nikel laterit dan nikel sulfida. Bijih nikel laterit memiliki kadar nikel lebih kecil dibandingkan nikel sulfide sehingga saat ini pembuatan nikel didominasi oleh nikel sulfide. Akan tetapi, cadangan bijih nikel di dunia didominasi oleh bijih laterit. Indonesia memiliki cadangan bijih laterit terbesar ketiga di dunia setelah Filipina dan New Caledonia. NPI menjadi solusi jangka panjang. Kemunculan NPI pertama kali didorong oleh hraga Ni yang meningkat. Permintaan primary nikel akan terus menerus dikarenakan perannya sudah disubtitusi oleh NPI. NPI sekarang menyumbang 30 % dari konsumsi nikel Tiongkok dan merepresentasikan 25 % dari persediaan dunia. Bijih nikel sebagai sumber utama NPI Tiongkok diimpor dari Indonesia dan Filipina. Ironisnya, bijih nikel yang diimpor dari Indonesia menyumbang 60 % dari impor bijih mentah Tiongkok, menurut konsultan WoodMackenzie. Bijih nikel yang diimpor dari Indonesia pada umumnya memiliki kualitas yang lebih tingi dibandingkan bijih nikel yang diimpor dari Filipina dengan komposisi Ni diatas 1,5 %. Selain itu, bijih nikel Filipina memiliki permasalahan terhadap kelangsungan suplainya dikarenakan faktor cuaca atau musim Angin Monsoon. Filipina tidak bisa berkutik dengan permasalahan kadar Ni dan cuaca, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada subtitusi untuk bijih nikel dari Indonesia. Sementara itu, pasar baja stainless dunia terus berkembang dari tahun 2013 sampai mencapai angka diatas 15 %, menurut Metal Bulletin Research. Laju pertumbuhan ini sangat kuat sehingga berdampak pada perkembangan industri manufaktur pada negara Amerika, Eropa, Jepang, dan China. Perkembangan industri manufaktur tentunya akan menjadi pendorong kuat berkembangnya industri baja stainless. Faktanya, Tiongkok adalah konsumen utama baja stainless global, tercatat pertumbuhan
6 % pada tahun 2013
dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya 2,9 %. Momentum ini dapat
4
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun berlangsung dan menjadi kesempatan emas untuk tahun-tahun kedepannya. Pasar baja stainless dapat mendorong permintaan NPI hingga overdemand yang berbanding terbalik dengan produksi NPI yang terus menurun akibat persedian bijih nikel yang ketat. Sehingga, pasar baja stainless menjadi peluang yang amat besar bagi Indonesia mengembangkan industri hulu dan hilir dari industri baja, termasuk pabrik NPI. Seperti pertimbangan yang telah disebutkan, ide dari prarancangan pabrik NPI ini adalah memproses bijih nikel Indonesia yang berkualitas dan sangat banyak cadangannya menjadi intermediet yang murah bagi industri baja untuk mengikuti permintaan dunia yang terus berkembang. Menurut Baostel, perusahaan besar baja di Tiongkok, penggunaan NPI dapt memotong biaya produksi baja stainless tipe 200 sebesar 385-513 USD per satu ton baja stainless yang diproduksi dibandingkan menggunakan primary nickel. Keunikan dari prarancangan pabrik ini ialah mensinergikan pabrik dengan perkebunan kelapa sawit lokal dengan demikian meningkatkan perekonomian lokal. Sedangkan, kelapa sawit menjadi komoditas yang paling stabil dan terbesar di Sulawesi Tenggara. Sehingga, tidak perlu dikhawatirkan untuk permasalahan suplainya. Perkebunan kelapa sawit akan menghasilkan limbah kulit kelapa sawit. Kulit kelapa sawit inilah yang akan dijadikan bio reduktor bagi proses reduksi bijih laterit. Selain itu, slag atau limbah padatan yang terbentuk akan didinginkan dan dapat dignakan sebagai bahan baku pabrik semen seperti yang sudah dilakukan oleh PT.Indoferro di Cilegon, material konstruksi, bahkan dengan kandungan tertentu dapat dijadikan pupuk. Sedangkan, emisi karbon yang besar akan diproses menjadi precipitated calcium carbonate (PCC) sebagai produk yang bernilai jual tinggi. Harga PCC relatif stabil karena merupakan grade makanan dan farmasi. Jadi, dengan usaha-usaha yang dilakukan tersebut pabrik ini dapat mencapai prinsip zero-waste. Berikut tujuan-tujuan khusus prarancangan pabrik ini, seperti di bawah ini : 1. Memperkuat industri baja stainless di Indonesia sehingga mengurangi ketergantungan negara kita terhadap bahan baku baja dari Tiongkok.
5
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun 2. Memperkuat Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community yang sudah mulai. 3. Mengeliminasi perbedaan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya daerah Indonesia Timur (Sulawesi Tenggara). 4. Memotivasi para engineer muda untuk memberikan solusi atas pabrik pengolahan mineral berbasis teknologi pirometalurgi yang bersifat energi intensif dan produksi emisi karbon yang tinggi.
B. Tinjaun Pustaka 1. Pemilihan Proses Produksi nikel dari bijih laterit telah dilakukan lebih dari 100 tahun lamanya. Produksi dimulai dari memproses bijih garnieritic dari New Caledonia. Bagaimanapun juga, sampai sekarang suplai nikel dunia masih didominasi oleh bijih sulfida dibandingkan bijih oksida. Akan tetapi, cadangan bijih sulfida terus menipis. Hal ini menyebabkan kecenderungan teknologi perkembang untuk mengolah bijih oksida. Salah satu bijih oksida yang dimaksud ialah laterit. Ekspansi produksi nikel selama 10 tahun terakhir datang dari teknologi pengolahan bijih laterit. Variasi pengolahan laterit dibagi dalam dua kategori, yaitu proses pirometalurgi dan proses hidrometalurgi. Umumnya proses pirometalurgi dibagi tiga tahap, yaitu pengeringan, reduksi, dan pelelehan. Sedangakan, untuk hidrometalurgi atau proses leaching di industri menggunakan proses Caron dan High Pressure Leaching Acid (HPAL). (1) Proses Pirometalurgi Pada proses pyrometalurgi ini, dilakukan reduksi pellet bijih nikel laterit dengan menggunakan rotary kiln. Ore yang akan direduksi menggunakan parameter proses reduksi terbaik yaitu temperatur reduksi 1100°C dengan holding time 1 jam yang sebelumnya sudah melalui proses grinding hingga mencapai diameter 6-15 mm. Proses reduksi bijih nikel laterit dalam rotary kiln dilakukan dengan tujuan meningkatkan kadar Fe (besi) dan Ni (nikel) yang ada di dalam bijih. Rotary kiln yang digunakan untuk proses reduksi dalam proses ini menggunakan bahan bakar batubara
6
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun bituminous berukuran 80 - 100 mesh yang dihembuskan bersamaan dengan udara pembakaran menggunakan Pulverized Coal Burner (Shofi, 2013). Proses Pirometalurgi sangat cocok untuk bijih yang kaya akan garnierit atau jenis saprolit. Bijih ini mengandung cobalt dan besi yang lebih rendah dari laterit jenis limonit. Sedangkan batasan umpan proses ini adalah ratio Ni/Co sebesar 40. Secara konvensional, proses pirometalurgi berlangsung dengan cara mengeringkan bijih, kemudian dikalsinasi dalam rotary kiln dengan keberadaan karbon dan dilelehkan di furnace. Proses pirometalurgi merupakan proses yang mengonsumsi energi yang tinggi dikarenakan kebutuhan energi untuk mengeringkan bijih nikel dan energi untuk melelehkan padatan hingga 1600 oC. Biasanya mengunakan bahan bakar fosil dan listrik. Titik leleh padatan merupakan fungsi rasio SiO2/MgO dan perbedaan kandungan Fe2O3 dalam umpan padatan. Bijih yang memiliki titik leleh yang tinggi (SiO2/MgO ratio either <2 or >2.5) sangat cocok untuk memproduksi ferronikel. Bijih nikel yang memiliki rasio SiO2/MgO yang intermediet (2,5-3,5) sangat korosif pada jalur furnace dan membutuhkan flux agar dapat dilelehkan dengan baik. Bagaimanapun juga, para pakar yakin bahwa pirometalurgi memiliki capital cost yang rendah dibandingkan hidrometalurgi. Sedangkan, kelemahan proses ini juga tidak bisa mengambil cobalt murni. Pada umumnya, proses ini menjadi tidak ekonomis karena harga bijih yang mahal. (2) Proses Caron Dikembangkan pada 1940-an, proses Caron adalah yang tertua untuk memproses bijih limonit. Proses, yang memanfaatkan pencucian dengan amonia pada tekanan atmosfer untuk mereduksi bijih, memiliki dua keunggulan utama atas proses HPAL: menghindari suhu tinggi dan tekanan dan daur ulang lixiviant (reagen) tersebut. Namun, belum menjadi teknologi yang matang karena permintaan energi yang tinggi dan recovery logam yang rendah dibanding HPAL ~ 80% nikel dan ~ 55% untuk kobalt. ( King, 2005).
7
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun Untuk memproduksi high grade oxide ore, menolerir kandungan Mg lebih dari HPAL. Biaya terlalu besar untuk jenis smectite. Suhu operasi produksi mencapai 700oC (biaya energi besar). Proses ini sebenarnya merupakan gabungan dari hidrometalurgi dan pyrometalurgi. Banyak kendala dalam optimasi proses, sehingga tidak ada harapan besar pada perkembangan proses Caron.
Gambar 1. 1 Caron Process Pada proses ini bijih terlebih dahulu direduksi sebelum dilakukan proses leaching dengan menggunakan amonium karbonat dalam tekanan atmosfir, kemudian recovery nikel dari larutan leaching (pregnant leach solution) diperoleh dengan cara menguapkan larutan tersebut sehingga terbentuk endapan nikel karbonat, setelah melalui beberapa proses tambahan kadar nikel yang bisa didapat adalah sekitar 77-90% Ni. (Handaru, 2008.) Proses Caron dapat digunakan untuk bijih laterit berjenis limonit atau campuran limonit dengan saprolit. Proses dilakukan dengan mengeringkan dan mereduksi bijih nikel. Kemudian, nikel metalik yang terbentuk dari proses reduksi akan di leaching dengan larutan ammonia. Tingkat recovery nikel dan cobalt akan menurun seiring dengan komposisi saprolit yang 8
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun meningkat di umpan masuk karena terjebak di matriks silikat dan akan relatif susah direduksi. Proses ini juga dapat menolerir kandungan Mg yang lebih tinggi dibanding proses HPAL. Proses Caron memiliki beberapa kelemahan. Proses Caron melibatkan proses pirometalurgi pada awal proses yang membutuhkan energi yang intensif. Sedangkan, proses belakangnya membutuhkan reagen yang bervariasi. Tingkat recovery nikel dan cobalt lebih rendah dibandingkan dengan proses HPAL. Para pakar menyakini proses Caron akan lebih ekonomis dibandingkan HPAL jika harga biji laterit jauh lebih murah, (3) Proses HPAL High Pressure Acid Leaching (HPAL), yaitu salah satu proses hidrometalurgi yang bertumpu pada pelindian menggunakan asam sulfat. Agar lebih efektif, pelindian dilakukan pada temperatur 240 – 270 oC dan tekanan tinggi. Metode ini memiliki persen perolehan logam yang lebih besar (lebih efektif) dibanding proses lainnya. Hanya saja, metode ini membutuhkan asam sulfat dalam jumlah besar. Kebutuhan asam sulfat ini tidak hanya menaikkan biaya untuk pembuatan dan operasi pabrik asam sulfat tetapi juga kurang ramah lingkungan karena asam anorganik yang digunakan dapat berdampak buruk dan senyawa-senyawa sulfat dalam limbah cair sulit untuk terdegradasi secara alamiah di alam. Proses HPAL ini menemui banyak masalah yang berkenaan dengan korosi dan scaling pada autoclave dan berakibat pada tingginya biaya perawatan. Penerapan proses HPAL juga membuthkan modal (capital expenditure) yang tinggi. Hingga saat ini, kemungkinan penerapan pelindian pada tekanan atmosfer terus dipelajari dan reagen pelindi yang paling banyak digunakan dalam proses ini adalah asam sulfat. Namun dibandingkan dengan proses HPAL yang berlangsung selektif terhadap besi, pelindian dalam tekanan atmosfer dengan reagen pelindi asam sulfat mempunyai selektifitas terhadap besi yang rendah. Proses HPAL membutuhkan bijih laterit berjenis limonit. Pressure leaching yang dilakukan terjadi dalam autoclaves yang dilapisi oleh titanium. Temperatur operasi berkisar dari 245 sampai 270 oC. Kemudian,
9
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun campuran padatan dan cairan dipisahkan dengan counter-current decantation (CCD). Menurut pengalaman para pakar akan proyek HPAL, mereka meyakini bahwa HPAL memiliki capital cost yang relatif tinggi, Jadi, bijih nikel yang dominan berjenis limonit lebih cocok menggunakan hidrometalurgi. Sedangkan, bijih nikel yang dominan saprolit lebih cocok menggunakan pirometalurgi. Para pakar menyebutkan proyek yang ekonomis setidaknya mampu memproduksi 40.000 ton nikel per tahun membutuhkan 800.000 ton bijih nikel untuk cadangan 20 tahun. Untuk HPAL, membutuhkan grade nikel minimum 1,3 %.
Gambar 1. 2 HPAL Process Pertimbangan Proses Kematangan teknologi dapat mempengaruhi nilai ekonomi suatu proyek. Dimana resiko berbanding lurus dengan biaya investasi proyek tersebut. Resiko suatu teknologi meningkat seiring tingginya derajat inovasi teknologi tersebut. Resiko diterjemahkan dalam dua faktor, yaitu waktu untuk mencapai kapasitas desain dan kapasitas produksi akhir dalam presentase dari kapasitas desain. Sebagai contoh, tiga proyek pengolahan nikel laterit di Australia yang menggunakan teknologi HPAL memiliki biaya bangunan dan operasi yang mahal dikarenakan perusahaan harus menyediakan biaya asuransi terhadap resiko yang mungkin terjadi. Sedangkan, proyek berbasis pirometalurgi sudah sering dibangun semenjak
10
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun tahun 1950 hingga kini. Namun, tidak dipungkiri pirometalurgi memiliki sifat energi intensif dan emisi karbon yang tinggi. Seiring perkembangan jaman masalah-masalah ini dapat diatasi dengan baik. Keuntungan utama produksi NPI dari proses metalurgi adalah produk NPI merupakan bahan baku yang murah bagi industri baja. Jadi, dapat disimpulkan meskipun pirometalurgi memiliki hasil produk dengan kemurnian rendah terbentuknya NPI sebagai produk dibandingkan proses lainnya, namun diversifikasi produk selain ferronickel diperlukan dalam pasar yang membutuhkan sumber nickel yang cukup murah untuk produksi stainless steel dengan tipe seri tertentu. Dari segi capital cost-nya penerapan proses pirometalurgi jauh lebih rendah dibandingkan dengan proses hidrometalurgi. Keberadaan NPI sebagai produk intermediet sangatlah penting untuk keberlanjutan industri nikel dunia, yang kini masih dikuasai oleh China. Proses Pirometalurgi merupakan satu-satunya cara untuk memproduksi NPI dari low-grade nickel ore yang kaya di Indonesia. Proses pirometalurgi ini membutuhkan minimasi pada emisi karbon yang dihasilkan dan efisiensi energi yang dibutuhkan. Sedangkan
proses
hidrometalurgi cenderung mengembangkan teknologi untuk mendaur-ulang pelarut yang bersifat beracun dan ini relatif sulit karena parameter optimasi yang berkaitan dengan pelarut sangatlah banyak dibandingkan dengan optimasi energi. Dari segi peralatan, hidrometalurgi sangatlah butuh biaya tinggi, contohnya harga Titanium Autoclave dengan kapasitas besar untuk industri cukup mahal. Permasalahan ini yang perlu diatasi melalui tugas akhir ini dengan berbagai perkembangan teknologi pada dewasa ini. Salah satunya dengan pengembangan teknologi biomass cofiring yang mengurangi penggunaan batubara denga mencampurnya dengan biomass (arang kulit kelapa sawit) dan CO2 utilization yang menerap emisi karbon lalu mereduksinya menjadi produk samping yang memilki nilai tambah. Berikut perbandingan proses hidrometalurgi dan pirometalurgi yang tertera pada Tabel 1.1
Tabel 1. 1 Perbandingan Proses Hidrometalurgi dan Pirometalurgi 11
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun
Faktor
Hidrometalurgi Pirometalurgi
Catatan
Solven yang digunakan pada Enviromental Risk
Tinggi
Rendah
hidrometalurgi adalah asam sulfat dan senyawa beracun lainnya. Pada hidrometalurgi,
Technology Risk
Tinggi
Rendah
menangani asam sulfat pada tekanan dan suhu tinggi. Pada pirometalurgi, nickel
Metal Recovery
Tinggi
Rendah
banyak hilang dalam debu yang terhembuskan dan terbawa oleh slags.
Kebutuhan Energi
Pirometalurgi membutuhkan Rendah
Tinggi
energi 3-4 kali lebih besar dari hidrometalurgi. Pirometalurgi membutuhkan biaya besar pada proses
Operating Cost
Rendah
Tinggi
reduksi yang meggunakan batubara yang cukup banyak untuk membangitkan panas. Contohnya, harga Titanium
Capital Cost
Sangat Tinggi
Rendah
Autoclave dengan kapasitas besar untuk industri cukup mahal. Hidrometalurgi
Jenis Ore
limonit
saprolit
membutuhkan spesifikasi bijih dengan kandugan Mg rendah, sebaliknya
12
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun pirometalurgi butuh kandungan Mg tinggi.
2. Market Analysis Potensi Pasar Sumber daya nikel dunia terdiri dari 70% nikel laterit dan 30% nikel sulfide, sedangkan produksi dunia 60% berasal dari nikel sulfide dan 40% dari nikel laterit. Endapan nikel laterit di Indonesia mengikuti sebaran batuan basa dan ultrabasa. Total sumber daya bijih nikel laterit di Indonesia berdasarkan data Neraca Sumber Daya Mineral dari Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, tahun 2012 adalah 3.398.269.997 ton dan total cadangan sebesar 18.723.558 ton. Di Pulau Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara memiliki potensi bijih nikel terbesar di Indonesia, dengan total sumber daya sebesar 27.421.301 ton dan total cadangan 11.674.940.000 ton. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai sumber laterit nikel terbesar ketiga dunia setelah Kaledonia Baru dan Filipina.
Gambar 1. 3 Sebaran Batuan Ultrabasa dan Lokasi Sumber Daya dan Cadangan Nikel Laterit di Indonesia (Geomagz.com)
13
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun
Gambar 1. 4 Sumberdaya Laterit Nikel Dunia (Dalvi,2004) Indonesia dan Filipina termasuk Negara produsen terbesar dalam memasok nikel laterit dunia. Berdasarkan data produksi pertambangan nikel global di tahun 2011, produksi nikel mengalami kenaikan 10% menjadi 1,7 juta ton yang didukung oleh tingginya kenaikan produksi nikel di Brazil dan Canada. Di tahun 2012, produksi pertambangan nikel dunia diperkirakan naik 7% terutama didorong oleh beberapa proyek nikel laterit, termasuk di Indonesia dan Phillipina. Proyek-proyek ini menaikkan pasokan nikel laterit yang akan digunakan untuk industry nickel pig iron (NPI) yaitu feronikel kelas rendah, sebagai bahan alternative yang lebih murah untuk memproduksi stainless steel. Pada tahun 2013 Indonesia mengekspor 64,8 juta wet metrik ton batuan nikel di mana 91,3% diekspor ke Cina. Batuan yang diekspor ini adalah batuan nikel yang belum diolah dengan kadar di bawah 2%. Sedangkan saat ini Pemerintah Indonesia sudah menetapkan UndangUndang Minerba 2009 yang menyatakan bahwa mineral yang boleh diekspor harus memiliki kadar minimum 4%, sehingga perusahaan tambang berorientasi ekspor mineral mentah harus membangun pabrik pengolahan 14
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun (smelter) untuk meningkatkan nilai tambah produk mineral sebelum di ekspor ke Negara lain. Hal ini berdampak pada produksi NPI di China yang menjadi berkurang karena kekurangan sumber daya nikel mentah. Dengan demikian ini akan menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel yang memiliki posisi strategis untuk mendukung industri NPI. Permintaan Pasar Pada 2007, produksi stainless steel melebihi 7,550,000 ton, dimana jumlah tersebut 15 kali daripada produksi tahun 2000. Pada 2008, meskipun pasar stainless steel lemah tapi produksi meningkat hingga 8,600,000 ton dapat dilihat pada Gambar 1.5. Pertumbuhan produksi stainless steel di China akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi NPI.
Gambar 1. 5 Produksi Stainless Steel di China (Xinfang, Jiang) Pada 2007, NPI berkontribusi kira-kira 90,000 ton/bulan untuk kebutuhan produksi stainless steel di China.
15
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun
Gambar 1. 6 Biaya Nikel dari Berbagai Macam Sumber Pada Gambar 1.6 menunjukkan keuntungan yang besar dalam penggunaan nickel pig iron dan harganya tidak mungkin lebih rendah. Jadi dapat disimpulkan harga NPI cukup stabil. Konsumsi NPI diperkirakan pada tahun 2008 sebesar 180,000250,000 ton/bulan. NPI yang digunakan pada umumnya dengan grade 58%, sedangkan grade 1-2% untuk stainless steel. Diperkirakan tahun-tahun selanjutnya akan bertambah besar, karena produksi NPI di China yang menurun karena pelarangan ekspor bijih mentah dari Indonesia dan kebutuhan sumber nikel murah untuk produksi stainless steel yang terus meningkat tiap tahunnya. Kapasitas yang Sudah Ada
16
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi FerroNickel dan Nickel Pig Iron Dunia
Kapasitas Optimum Kapasitas produksi yang optimum dilihat dari efek berlakunya Undang-Undang Minerba 2009 yang menyatakan bahwa mineral yang boleh diekspor harus memiliki kadar minimum 4%, sehingga membuat Indonesia harus bisa menghasilkan mineral yang memiliki nilai tambah dan dapat memenuhi kebutuhan di pasar dunia. Pada saat ini di Indonesia baru memiliki sedikit pabrik pengolahan NPI, diantaranya PT Indoferro yang terletak di Cilegon memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun, PT Sulawesi Mining Investment akan mengoperasikan smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 300.000 ton per tahun. Konsumsi NPI maksimum di Tiongkok pada tahun 2008 sebesar 180.000 – 250.000 ton per bulan dan akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan penurunan produksi NPI di Tiongkok akibat pelarangan ekspor
17
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun bijih mentah dari Indonesia, sedangkan kebutuhan sumber low grade nickel untuk produksi stainless steel di Tiongkok semakin bertambah tiap tahun yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Selain itu, jika dilihat dari pabrik yang sudah ada di Indonesia yaitu PT Indoferro yang sudah berjalan dari tahun 2006, dapat menghasilkan NPI dengan kapasitas 250.000 ton per tahun. Sehingga pabrik yang akan dibangun memiliki kapasitas 250.000 ton per tahun.
3. Pemilihan Lokasi Pabrik akan didirikan di Jl. Padamarang, Desa Tambea, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan koordinat 4 ° 13'37.0 "S 121 ° 35'34.0" E seperti pada Gambar 1.7. Pemilihan lokasi Pabrik sudah mempetimbangkan jarak aman dari pemukiman penduduk sekitar 7 km, kurang lebih berjarak 1 km dari perairan, dan dekat dengan sungai Hoku-Hoku. Pertimbangan jarak ini dilakukan agar masyarakat di sekitar pabrik tidak terganggu dengan adanya pendirian pabrik tersebut. Keberadaan pabrik di Sulawesi Tenggara juga sejalan dengan tujuan ketiga dari misi pemerintah Sulawesi Tenggara dimana penambahan nilai tambah dari sumber daya alam melalui peningkatan investasi. Intinya adalah dengan keberadaan pabrik di lokasi ini dapat mempercepat pembangunan Indonesia bagian Timur sehingga menunjang pula program pemerintah pusat untuk meratakan pendapatan daerah.
18
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun
Gambar 1. 7 Lokasi Pabrik Profil Kolaka menurut BPS 2013 : Kabupaten : Kolaka Geografi dan Iklim Luas
: 6,918.38 km2
Kecamatan
: 20
Desa
: 168
Ketinggian
: 0-500 m dari permukaan laut
Petugas Keamanan
: 1582 personil (paling besar daripada kabupaten)
Populasi dan Tenaga Kerja Laju pertumbuhan rerata
: 2,44 % / tahun
Populasi penduduk berumur 15 tahun dan lebih di Sulawesi Tenggara menurut aktivitasnya, 2010-2012 Siap Kerja
: 1.016.957 orang
Kerja
: 975.879 orang
19
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun Mencari Pekerjaan
: 41.078 orang
Populasi berumur 15 tahun dan lebih di Sulawesi Tenggara yang sedang mencari kerja menurut status pendidikan, 2012 Tidak/Belum Tamat SD
: 2433 orang
SD
: 3676 orang
SMP
: 4965 orang
SMA
: 15440 orang
SMK
: 4821 orang
Diploma/Sarjana
: 9743 orang
Ketersediaan Bahan Baku Lokasi pabrik sangat dekat dengan area pertambangan hanya sejauh 1-3 km. Lokasi pertambangan berada di Pomaala, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pemasaran Lokasi pabrik dipilih berdasarkan konsep raw material oriented dikarenakan mengejar harga bijih mentah yang relatif lebih murah. Beberapa usaha berada di dekat pasar, agar pasar dapat melihat mereka dengan mudah. Seperti halnya Indoferro yang terletak di Cilegon dikarenakan dekat dengan pabrik Krakatau Steel. Namun, ini tidak menjadi kendala dikarenakan tujuan utama pabrik didirikan di Sulawesi Tenggara adalah mengurangi biaya produksi. Beberapa strategi marketing akan dilakukan agar mampu menarik pasar seperti berikut : 1. Perusahaan akan menawarkan rewards kepada konsumer yang memiliki kontrak jangka panjang. Misalnya saja, konsumer akan menghabiskan 1 juta dollar untuk membeli produk pabrik dan perusahaan menawarkan potongan 10% dalam bentuk barang ataupun jasa, bukan berupa potongan harga.
20
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun 2. Perusahaaaan akan secara aktif memasarkan produk dan mengajukan promosi dengan surel resmi ke perusahaan calon konsumer, misalnya saja perusahaan Baosteel di Tiongkok. Komunikasi melalui surel adalah cara termurah perusahaan berhubungan dengan calon konsumer sehingga perusahaan tidak memerlukab biaya tambahan. Sehingga, penting juga adanya website resmi agar konsumer dapat menghubungi perusahaan dengan mudah. Website yang baik adalah website yang mampu membuat konsumer mudah menemukan perusahaan dan produk apa yang perusahaan jual. Sebagai tambahan, fasilitas pendistribusian produk termasuk faktor yang penting. Lokasi pabrik berada sangat dekat dengan pelabuhan dan dekat Teluk Bone. Jalur pelayaran yang umum dari Sulawesi Tenggara ke Tiongkok adalah melalui Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Cina Selatan. Di rute ini, kapal hanya dapat menurunkan muatan di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Tiongkok, dan Taiwan. Tabel 1. 3 Pelabuhan di Sulawesi Tenggara No. Name 1 Bau-Bau Port 2 Kolaka Port 3 Langgara Port 4 Nusantara Raha Port 5 Nusantara Kendari Port 6 PT. Antam, UBPN Port
Location Jl. Yos Sudarso No. 5, Telp 0402-2821184 Jl. Dermaga No.1 Kab. Kolaka, Telp 0405-22583 Konawe Selatan District Jl. Kompleks Pelabuhan Raha, Telp 0401-2521033 Jl. Konggoasa No.1 Kendari, Telp 0401-3121087 Pomaala, Kolaka District
Lokasi geografis Lokasi pabrik kira-kira sejauh 7 km dari area populasi padat. Tanah yang digunakan tidak subur maka tidak akan menggangu atau tumpang tindih dengan kepentingan pertanian. Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan pelaku dari proses produksi. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2011 bertambah 1.058.999 orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1.045.899
21
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun orang. Penambahan angkatan kerja yang bekerja terbanyak terjadi di Kabupaten Kolaka yakni 157.606 orang. Sehingga kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang akan memperlancar jalannya proses produksi dapat diperoleh dari dalam daerah dimana kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan tingkat keterampilan yang dibutuhkan. Ketersediaan Energi dan Air Air merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk proses, selain untuk proses air juga dibutuhkan untuk pendinginan dan kebutuhan yang lain. Lokasi pabrik dekat dengan 17 daerah aliran sungai, yaitu sungai Wolulu, Oko-oko, Hukohuko, Baula, Mekongga, Ladongi, Aniwenda, Tokai, Loea, Simbune, Balandete, Kolaka, Manggolo, Wolo, Tamboli, Mowewe, dan Konaweha. Ketersediaan Listrik dapat dilihat di Tabel 1.4. Tabel 1. 4 Pembangkit Listrik di Sulawesi Tenggara dan Sekitar No. Location Capacity Status Southeast Sulawesi Power Plants 1 PLTP Lainea 40 MW Built in 2009 2 PLTU Kolaka 2 x 10 MW Built in 2010 3 PLTP Manggolo 2 x 5 MW Built in 2010 4 PLTU Kendari I 2 x 50 MW Built in 2011 5 PLTS Kabaena 200 kWp Built in 2013 6 PLTU Nii Tinasa 20 MW Built in 2013 7 PLTU Bau Bau 2 x 10 MW Built in 2015 Nearly (take from South Sulawesi Power Plant) 1 PLTA Larona 165 MW Built in 1979 2 PLTA Balambano 110 MW Built in 1999 3 PLTA Karebbe 90 MW Built in 2011
Faktor-faktor ekonomi, sosial dan hukum Dalam Pembangunan Jangka Panjang tingkat I (PJP I), secara keseluruhan taraf kesejahteraan ekonomi dan social masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) non migas perkapita dan laju pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf dan angka harapan hidup relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan daerah Sulawesi Tenggara adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor
22
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun nonmigas dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan social masyarakat. Dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara harus mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi dan memperluas lapangan kerja. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pabrik akan dibangun di Sulawesi Tenggara, dengan beberapa poin penting, sebagai berikut : 1. Pomala adalah kecamatan yang kaya akan sumber daya bijih laterit di Kolaka, Sulawesi Tenggara 2. Sulawesi Tenggara adalah salah satu daerah Indonesia Timur. Dengan demikiran, perusahaan dapat membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi Indonesia bagian Timur. 3. Lokasi yang dekat pelabuhan dan dekat dengan Teluk Bone sehingga akan memudahkan dalam transportasi alat-alat proses dan juga dalam pemasaran produk nantinya. 4. Bukan daerah subur, sehingga tidak mengganggu lahan pertanian. 5. Ketersediaan utilitas. Penyediaan air untuk utilitas dapat diperoleh dari Sungai Huko-Huko dan juga didapat dari laut karena kawasan ini dekat dengan Teluk Bone. Sarana yang lain seperti bahan bakar dan listrik dapat diperoleh dengan mudah. 6. Telah tersedia sarana dan prasarana yang menunjang seperti jalan raya sudah tersedia di daerah ini dan letak pelabuhan relatif dekat, sehingga pengiriman bahan baku ataupun produk untuk diekspor lebih mudah. Menurut BPS, kondisi jalan di Kolaka mencapai 1668,39 mil, dengan kondisi sedang 345,22 km dan jalan rusak sekitar 372,79 km. Kondisi lebih baik dari kabupaten lain. Kondisi jalan yang baik akan memfasilitasi transportasi bahan baku dari pertambangan menuju pabrik.
23