BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula buah seperti sawo ini dijadikan makanan utama untuk mencegah serangan penyakit (Sunarjono, 1997). Manfaat bebuahan yang utama adalah sebagai sumber protein, vitamin dan mineral nabati yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan jasmani sekaligus kesehatan. Seiring dengan kemajuan di bidang industri obat dan kosmetik serta industri kimia lainnya banyak jenis buah-buahan yang sudah diproses sebagai bahan dasar kosmetik dan obat. Dalam hal ini,eksplorasi dan identifikasi guna memperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai bebuahan penting untuk dilakukan. Dengan kata lain, sekelompok tanaman bebuahan yang sekarang belum begitu dikenal oleh masyarakat, karena kurangnya informasi mengenai manfaat, suatu saat nanti akan banyak dicari masyarakat (Ashari, 1997). Buah sawo (Manilkara zapota L.) merupakan buah yang memiliki aroma yang harum dan rasanya manis ini, memang sangat mudah didapat di sekitar kita. Dalam bahasa inggris, sawo disebut sapodilla, chikoo, atau sapota. Sawo yang berdaging lembut ketika masak kaya akan kalori, yang tersusun dengan gula sederhana seperti fruktosa dan sukrosa, sehingga ketika dimakan akan langsung mengisi ulang energi dan merivitalisasi tubuh. Selain itu, buah sawo mengandung sumber vitamin, mineral dan tanin yang bermanfaat antioksidan (Emma S, 2006).
1
Setiap pohon berbuah sanggup menghasilkan 2000 buah/musim. Sawo dengan buah berwarna coklat pada permukaan kulit serta daging buah. Saat masih mentah, buah sawo berwarna putih dengan getah lengket yang disebut dengan saponin. Getah ini secara bertahap akan menghilang ketika buah masak dan dagingnya berubah warna menjadi coklat. Didalam buahnya terdapat biji hitam cembung dan mengkilap, yang berjumlah antara 3 – 10 (Aso, 2010). Buah sawo tidak dipetik dalam keadaan masak di pohon, tetapi saat buah sudah menunjukan tanda-tanda ketuaan, yakni pada kulitnya terdapat bagian yang berwarna kemerahmerahan, dalam keadaan masih keras. Buah sawo yang dipetik pada kondisi tua akan matang setelah 3 – 7 hari. Tanaman sawo kadang-kadang matang tidak seremapak sehingga pemanenan dilakukan dengan bertahap dengan cara memilih buah yang sudah menunjukan ciri fisiologis untuk panen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah ukuran buah maksimal, kulit berwarna coklat muda, daging buah agak lembek, bila dipetik mudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Perkiraan buah sudah siap panen atau tua ± dua bulan dari awal berbunga. Pemetikan buah yang masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lama untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat). Sawo merupakan sumber vitamin dan mineral penting. Sawo matang merupakan sumber mineral penting seperti kalium, tembaga, besi dan vitamin seperti folat (Vitamin B9), niasin (Vitamin B3) dan asam pantotenat (Vitamin B5) senyawa ini sangat penting untuk menjaga kesehatan agar optimal, karena sangat diperlukan dalam berbagai macam proses metabolisme dalam tubuh sebagai kofaktor untuk enzim (Aso, 2010).
2
Buah sawo memiliki kandungan mineral cukup baik. Sawo merupakan sumber kalium yang baik, yaitu 193 mg/100 g. pada buah sawo juga dapat kita temui kadar natrium yang rendah, 12 mg/100 g. perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah. Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainya. Kandungan mineral lainnya per 100 g buah sawo adalah; kalsium (21 mg), magnesium (12 mg), fosfor(12 mg), selenium (0,6 mg), seng (0,1 mg), dan tembaga (0,09 mg). sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14,7 mg//100 g. vitamin C dapat bereaksi dengan berbagai mineral di dalam tubuh. Meskipun dapat digunakan sebagai sumber vitamin dan mineral, sawo sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena getahnya dikhawatirkan akan mengganggu saluran pencernaan. Buah sawo juga mengandung banyak gula sehingga baik untuk digunakan sebagai sumber energi (Aso,2010). Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzimenzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan hemoglobin (Almatsier, 2001). Mineral banyak ditemukan dalam berbagai buah dan sayur. Mineral merupakan komponen anorganik, komponen jaringan tubuh, dan komponen cairan tubuh yang bekerja bersama dengan enzim, hormon, vitamin, dan bahan–bahan transport. (Devi, 2010).
3
Kalium (K+), suatu kation selular yang penting untuk transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf, kontraksi otot-otot rangka, otot jantung dan otot polos. Kalium juga diperlukan untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi, dan asam-asam amino menjadi protein (Kee, 1996). Kalsium merupakan suatu mineral yang membantu aktivitas saraf dan otot normal.
Kalsium
meningkatkan
kontraksi
otot
jantung
(miokardium),
mempertahankan permeabilitas selular normal dan membantu pembekuan darah dengan mengubah protrombin menjadi thrombin, selain itu kalsium juga dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi (Kee, 1996). Natrium atau sodium banyak terdapat pada alam dalam bentuk gabungan dengan unsur lain. Sifatnya sangat mudah bereaksi dengan air dan mudah teroksidasi. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler. Natrium mengatur tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler dan secara nyata mempengaruhi tekanan osmotik cairan intraseluler. Oleh karena itu mineral ini sangat berperan dalam pengaturan cairan tubuh termasuk tekanan darah, kepekaan konduksi dari syaraf dan jaringan otot serta pengaturan kesimbangan asam basa (Horne, 2000). Magnesium juga banyak terdapat di alam, logam ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO dan beberapa nitrida Mg3N2. Logam ini perlahan-lahan terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan cepat (Vogel, 1985).
4
Penetapan kadar kalsium dapat dilakukan dengan gravimetri, kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom, sedangkan penetapan kadar kalium, natrium dan magnesium dapat dilakukan dengan gravimetri dan spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1985). Dalam hal ini peneliti memilih menggunakan spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaanya relatif cepat (Rohman dan Ganjar, 2007). Bahan yang digunakan sedikit dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1985).
1.2 Perumusan Masalah 1. Berapakah kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkandung dalam buah sawo (Manilkara zapota L.) 2. Apakah ada perbedaan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium dengan jumlah tertentu dalam buah sawo mengkal dan sawo matang?
1.3 Hipotesa 1. Buah sawo mengkal dan matang berkulit dan tidak berkulit mengandung kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam jumlah tertentu 2. Terdapat perbedaan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam buah sawo mengkal dan matang berkulit serta mengkal dan matang tidak berkulit.
5
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menentukan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkandung dalam buah sawo. 2. Untuk menentukan perbandingan jumlah kadar kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam buah sawo mengkal berkulit dan tidak berkulit serta sawo matang berkulit dan tidak berkulit.
1.5 Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkadung dalam buah sawo mengkal dan sawo matang.
6