BAB I PENDAHULUAN
A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara rutin di dalam melayani Tuhan dan sesama. Gereja memiliki tugas-tugasnya di dalam menjawab panggilan pelayanannya di dunia yang meliputi seluruh aspek kehidupan orang percaya.
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) merupakan wadah orang percaya di dalam menjawab panggilan dari Tuhan untuk menjadi anak-Nya sekaligus tetap menunjukkan identitasnya sebagai suku Karo.2 GBKP sebagai Gereja dengan latar belakang etnis menjadi bagian di dalam melayani Jemaat Tuhan terutama masyarakat Karo Kristen yang telah menyebar keluar dari daerah Karo. Dasar itu pula yang mendukung terbentuknya Jemaat di kota Yogyakarta untuk melayani masyarakat Karo GBKP yang bermukim di sana. GBKP Runggun3 Yogyakarta memiliki anggota-anggota Jemaat yang mayoritas adalah pemuda. Lebih kurang 77% dari mereka merupakan mahasiswa yang merantau dan sisanya ialah orangorang yang telah berkeluarga dan menetap di kota ini. Lembaga Pemuda dalam GBKP ialah salah satu persekutuan kategorial dan dikenal dengan sebutan Persadan Man Anak Gerejanta (PERMATA). Hampir keseluruhan anggota PERMATA Yogyakarta adalah mahasiswa, dengan berbagai latar belakang yang berbeda, berasal dari berbagai daerah baik kota maupun desa, bersama-sama menjadi bagian dari GBKP Yogyakarta. Keberadaan anggota PERMATA sebagai mahasiswa, juga mempengaruhi dinamika di tengah-tengah jemaat karena mereka menatap hanya di masa pendidikan saja, dan itu berkisar selama 3 sampai 10 tahun. Jiwa muda di antara anggota PERMATA yang sangat tinggi dan keinginan untuk mencoba banyak hal memberi nuansa tersendiri dalam pelayanan di GBKP Yogyakarta.
1
Kata “Gereja” berasal dari kata Portugis yaitu “igreya”, sedangkan “jemaat” berasal dari kata Arab yaitu “jamaah”. Meskipun keduanya memiliki makna yang tidak jauh berbeda, namun dalam istilah teknis penulisan ini pengertian “Gereja” akan lebih menunjuk pada aspek sebagai institusi sementara pengertian “Jemaat” akan lebih menunjuk pada anggota jemaat yang telah melakukan katekisasi. 2 Garis Besar Pelayanan 2005-2010, Kabanjahe : Moderamen GBKP, 2005) p.1 3 Sebutan “Runggun” dipakai untuk menjelaskan jemaat sebagai persekutuan di dalam suatu wilayah. GBKP Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.
1
Perhatian Jemaat, khususnya Majelis Jemaat terhadap anggota PERMATA sangat diperlukan, mengingat pemuda adalah generasi penerus. Generasi muda memiliki keinginan untuk menikmati makna dari kata “bebas” di dalam hidupnya, dalam usaha menjadi pribadi yang mandiri disertai semangat jiwa muda menjadi pendorong untuk mencoba hal-hal baru. Kaum muda sendiri sangat rentan dengan pengaruh postmodern yang hadir di segala aspek kehidupan di mana tidak ada lagi pengakuan terhadap kemutlakan.4 Pada umumnya kehidupan pemuda mengalami krisis dalam dua hal yaitu terhadap diri sendiri dan masyarakat.5 Krisis terhadap diri sendiri merupakan dampak dari perkembangan kematangan menuju tahap kedewasaan, yang disertai dengan krisis seperti krisis identitas. Hal ini disebabkan pemuda belum memiliki dan menemukan gambaran dirinya yang sebenarnya, yang dapat menolong untuk keluar dari kebingungan. Di sisi lain pemuda merupakan bagian dari masyarakat yang mengalami perubahan zaman dan tentunya memberi pengaruh bagi diri mereka. Pemuda mulai mencari pegangan dengan berbagai cara melalui orang-orang maupun lingkungan yang ada di sekitarnya.6 Kehadiran pemuda di Yogyakarta dengan kondisi yang jauh dari keluarga dan memasuki keadaan lingkungan yang baru tentunya dapat menjadikan komunitas Jemaat menjadi alternatif utama untuk mencari dukungan dan kenyamanan seperti yang diberikan lingkungan keluarga. Sehingga Gereja hadir bukan hanya terlibat dalam hubungan vertikal dengan Tuhan tetapi ikut menangani masalah aktual dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat. Karena Gereja memiliki kesempatan dan ruang untuk mengambil peranan terhadap pembentuk pemuda.
Budaya Karo dalam keberadaan GBKP sebagai Gereja suku merupakan salah satu identitas yang menjadi pengikat dan mempersatukan. Latar belakang sebagai masyarakat suku dan kecendrungan terbiasa bertumbuh dalam lingkungan keluarga besar di tempat asal mencirikan solidaritas ke dalam.7 Ketika meninggalkan lingkungan yang ada, masuk ke lingkungan baru dengan masyarakat yang majemuk dan menghadapi tantangan baru, menimbulkan penilaian bahwa akan lebih nyaman berada di lingkungan yang sudah dikenal tentunya komunitas yang memiliki kesamaan dengan daerah asal. Komunitas sesuku dan satu Jemaat menjadi pilihan utama untuk menimbulkan rasa aman Dimasa-masa awal. Komunitas Jemaat menjadi rumah kedua di perantauan setelah keluar dari rumah pertama yaitu keluarga. Rumah yang kedua diharapkan dapat menimbulkan rasa nyaman dan membantu bertahan melalui suatu solidaritas 4
Pdt. Emanuel Gerrt Singgih, Ph, D, Mengantisipasi Masa Depan Berteologi dalam Konteks di Awal Millennium III (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004), p. 3-18 5 S. Calvin Hall & Lindezey Gardner, Teori-Teori Psikodinamik (Yogayakarta : Kanisius, 1993), p. 245 6 Dra. M. Bons Storm,. Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2000), p. 137 7 DR. Ulrich Beyer, Berani Tampil Beda (Medan : CV Berkat Jaya Utama, 2005) p. 21
2
yang kompak, salah satunya melalui komunitas PERMATA. Hal ini penulis lihat sebagai hal yang sangat mempengaruhi timbulnya pemikiran bahwa GBKP tidak akan pernah kehilangan komunitas karena akan selalu ada kerinduan bagi masyarakat Karo untuk kembali kepada yang asal, dalam hal ini yaitu budaya dan kehidupan sosial. Penyusun mengasumsikan hal tersebut setelah mengamati beberapa Jemaat GBKP di daerah lain.
2. Rumusan Masalah PERMATA sebagai persekutuan kaum muda GBKP Yogyakarta yang para anggotanya berada dalam tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral serta religius. Jemaat, khususnya Majelis Jemaat memiliki kesempatan dan ruang di dalam membentuk pemuda menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas dan takut akan Tuhan. Berdasarkan sejarah berdirinya Jemaat GBKP Yogyakarta, pemuda memiliki peranan penting sebagai pelopor dan penggeraknya sehingga dapat berkembang sampai saat ini. Tetapi bila dilihat akhir-akhir ini, keterlibatan pemuda sangatlah menurun khususnya dalam kegiatankegiatan rohani. Peran PERMATA tidak lagi seperti pada masa awal terbentuknya Jemaat GBKP Yogyakarta, yaitu sebagai penggerak, tetapi lebih sebagai ‘peserta’. Sepertinya anggapan komunitas Jemaat sebagai rumah kedua pun bagi mereka yang merantau semakin kehilangan makna. Hal ini terlihat dari sedikitnya pemuda yang mau aktif dalam kegiatan berjemaat. Berangkat dari kondisi seperti yang dijabarkan diatas penyusun merumuskan permasalahan, yaitu: 1. Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan anggota PERMATA GBKP Yogyakarta tidak lagi melakukan tugas panggilannya? 2. Tanggapan-tanggapan apa sajakah yang muncul dari anggota PERMATA dan Gereja terhadap masalah di atas? 3. Bagaimana Majelis Jemaat GBKP Yogyakarta menjadikan pelayanan terhadap para anggota PERMATA sebagai salah satu misinya pada saat ini?
B. Alasan Pemilihan Judul 1. Judul Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penyusun merumuskan judul untuk skripsi sebagai berikut: “WUJUD MISI PELAYANAN GBKP YOGYAKARTA TERHADAP PARA ANGGOTA PERMATA”
3
2. Alasan a. Menarik karena Gereja memiliki peran dalam membekali para pemuda untuk menjadi penerus, mengingat dinamika kehidupan pemuda yang berpotensi dan sebagai generasi muda yang beridentitaskan budaya Karo dalam menghadapi pengaruh postmodern b. Judul ini aktual dengan permasalahan yang sedang GBKP Runggun Yogyakarta hadapi c. Bermanfaat bagi penulis dan pembaca di dalam mengenal kebutuhan akan pelayanan terhadap pemuda sehingga dapat melakukan pembaharuan
C. Metode Penulisan 1. Metode yang dipakai dalam penulisan Adapun metode yang penyusun gunakan dalam melihat dan membahas permasalahan yang ada melalui metode penulisan deskriptif analisis, dengan mendeskripsikan masalah yang terjadi melalui data-data yang ada, kemudian menganalisanya. 2. Metode Pengumpulan data Dalam rangka mendukung dan melakukan penulisan ini, penyusun memakai sumber-sumber data berupa data primer (data yang didapat melalui penelitian lapangan) dan data sekunder (data yang didapat dari bahan bacaan). Metode pengumpulan data primer melalui wawancara dan angket penelitian. Wawancara terstruktur dilakukan dengan daftar pertanyaan yang telah tersedia dan diajukan kepada anggota Majelis Jemaat (2 orang Pendeta, 3 orang Pertua, 2 orang Diaken). Wawancara tanpa daftar pertanyaan juga penyusun lakukan yang sifatnya menambah informasi terhadap Pengurus PERMATA, anggota PERMATA dan orangtua. Penelitian dalam bentuk angket menggunakan metode non-probability sampling. Di dalam metode ini menentukan sampling dilakukan melalui cara purposive, mengambil orang-orang yang telah terpilih benar oleh penyusun menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sample.8 Jenis angket yang akan digunakan adalah kombinasi angket tertutup dan terbuka, dengan sasaran BPH PERMATA dan anggota PERMATA. Jumlah angket yang disebarkan sebanyak 50 buah. Angket penelitian yang kembali 45
buah, 5 buah hilang. Sumber sekunder berasal dari databased Jemaat GBKP
Yogyakarta, program kerja PERMATA 2003-2006, notula rapat/perkumpulan dan kepustakaan.
8
Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), p. 98
4
D. Sistematika Penulisan
Bab I. PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan latar belakang masalah, permasalahan, alasan pemilihan judul, batasan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II. PERMATA DI JEMAAT GBKP YOGYAKARTA Bab ini diawali dengan sejarah singkat berdirinya GBKP, jati diri GBKP yang mempengaruhi perkembangan dan pelayanan di GBKP Yogyakarta sekarang ini, khususnya di dalam melayani dan membekali kaum muda. Kemudian pemaparan gambaran dan kegiatan anggota PERMATA yang ada di Yogyakarta sebagai anggota Jemaat dari GBKP.
Bab III. WUJUD MISI PELAYANAN GBKP YOGYAKARTA TERHADAP PARA ANGGOTA PERMATA Bab ini akan memaparkan sikap dan tindakan yang telah dilakukan Gereja selama ini dalam memberikan pelayanan terhadap para anggota PERMATA yang ada ditengah-tengah Jemaat GBKP Yogyakarta. Gereja yang dimaksud dalam hal ini adalah anggota Majelis Jemaat dan anggota Jemaat yaitu orang tua yang ada di GBKP Yogyakarta.
Bab IV. TINJAUAN TEOLOGIS Bab ini akan menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk menganalisa fakta-fakta yang ada berdasarkan pada bab II dan III. Sehingga dapat memberikan analisa terhadap permasalahan.
Bab V. PENUTUP Pada bagian ini berisikan kesimpulan dan saran.
5