perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan yang ketat dalam industri yang ada di Indonesia, terlihat jelas pada industri manufaktur. Hal ini mengingat mayoritas perusahaan yang ada di Indonesia dan yang tercatat resmi pada BEI bergerak pada industri yang sama yaitu manufaktur. Tercatat terdapat sekitar 150 perusahaan manufaktur yang ada di BEI dengan berbagai macam spesifik yaitu food & beverages; tobacco manufacture; textille mill products; apparel and other textile products; lumber and wood products; paper and allied products; chemical and allied products; adhesive; plastics and glass products; cement; metal & allied products; fabricated metal products; stone, clay, glass and concrete products; cables; electronic and office equipment; automotive and allied products; photographic equipment; pharmaceuticals; dan consumer goods. Inilah yang mendorong perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaannya masing-masing.
Untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu
mendapat keuntungan yang maksimal, perusahaan akan terus meningkatkan kinerjanya. Menurut Hanafi (2004), fungsi pembelanjaan merupakan hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran bagi pemilik atau pemegang saham yaitu dengan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam menjalankan fungsi pembelanjaan, perusahaan selalu dihadapkan pada tiga masalah utama atau tiga keputusan utama, yaitu : keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision) commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan keputusan mengenai pembagian dividen (dividend decision). Keputusan-keputusan ini merupakan tugas dari seorang manajer keuangan perusahaan. Tugas manajer keuangan menurut Hanafi (2004), adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan dan likuiditas dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham). Keputusan pendanaan merupakan faktor penting dalam perusahaan karena berhubungan dengan masalah penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah pertimbangan terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Dimana keputusan pendanaan perusahaan bisa berasal dari 2 sumber, yaitu dari sumber dana internal dan sumber dana eksternal perusahaan. Sumber dana internal adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan berupa laba ditahan atau arus kas masuk bersih sedangkan sumber dana eksternal adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan yaitu bisa berupa hutang atau penerbitan saham. Dengan diterbitkannya saham di pasar saham, akan membuat saham perusahaan banyak dikenal publik sehingga akan banyak pula yang menanamkan modal diperusahaan tersebut. Pada dasarnya kebutuhan dana dari sumber internal lebih diutamakan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Mengingat banyak perusahaan yang semakin memperluas ekspansi bisnisnya, membuat perusahaan tersebut juga membutuhkan dana yang lebih banyak pula. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari dana dari pihak eksternal yaitu dengan cara berhutang. Ketika perusahaan hanya didanai dengan hutang saja, maka perusahaan tersebut memiliki resiko finansial yang tinggi dan jika perusahaan hanya di danai dengan modal sendiri saja maka biaya yang ditanggung perusahaan akan besar. Oleh karena itu, proporsi struktur modal antara modal sendiri commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan hutang harus tepat. Ini sesuai dengan pernyataan Riyanto (2001) yang menyebutkan bahwa perusahaan tidak boleh mempunyai hutang lebih dari 50%, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjaminnya (modal sendiri). Proporsi antara modal sendiri dengan hutang agar seimbang dalam keputusan pendanaan perusahaan disebut struktur modal. Hal ini sesuai dengan Mayangsari dalam Putri (2012), proporsi antara bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal. Van Horne dalam Putri (2012) juga menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas, saham preferen, dan saham biasa. Menurut Sartono (2001), struktur modal adalah perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari nilai perusahaannya, jika nilai perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut dapat dikatakan berhasil dan sebaliknya jika nilai perusahaan rendah dikatakan perusahaan belum berhasil. Menurut Hanafi (2004), tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan yang terdiri dari nilai hutang dan nilai saham atau sering disingkat untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Peningkatan nilai perusahaan diikuti dengan adanya keputusan struktur modal yang tepat oleh manajemen keuangan perusahaan. Kebijakan besarnya hutang yang akan digunakan perusahaan merupakan salah satu hal penting dalam struktur modal. Hutang sendiri bukan mencermikan bahwa perusahaan tersebut buruk dan perusahaan yang tidak menggunakan hutang jauh lebih baik daripada perusahaan yang memiliki hutang. Banyak perusahaan lebih memilih menggunakan hutang karena hutang dianggap jauh lebih menguntungkan daripada tidak commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan hutang. Menurut Babu dan Jaine (1986), ada 4 alasan mengapa perusahaan lebih menyukai hutang (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga, (2) biaya transaksi pengeluaran hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru, (3) lebih mudah menggunakan pendanaan hutang daripada pendanaan saham baru, (4) kontrol manajemen lebih besar daripada saham baru. Hal ini diperkuat dengan teori keagenan, bahwa hutang merupakan mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan (internal control). Penggunaan hutang bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal. Menurut Jensen (1986), mengusulkan bahwa kebijakan hutang digunakan sebagai alat untuk mendisiplinkan manajer karena manajer harus bekerja lebih keras untuk membayar kembali hutang dan bunganya. Antara pemegang saham dengan manajer keuangan seharusnya mempunyai tujuan yang sama untuk perusahaannya, tetapi tidak sedikit manajer keuangan yang berlaku curang dengan mementingkan kepentingan sendiri daripada mementingkan kepentingan bersama. Oleh karena itu, banyak pemegang saham memilih melakukan pengawasan kepada manajemen keuangan dari pihak luar dengan cara berhutang. Hutang sendiri secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pengawas manajer keuangan perusahaan, sehingga manajer keuangan akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hutang dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan Brigham dan Gapensi (1996) bahwa nilai perusahaan dapat ditingkatkan melalui kebijakan hutang.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Serrasqueiro dan Rogão (2009) yang berjudul “Capital Stucture of Listed Portuguese Companies” peneliti membuat kesimpulan bahwa untuk penentu besarnya tingkat hutang suatu perusahaan terutama ditentukan oleh Aktiva Tetap (AT) dan ukuran suatu perusahaan bukan dari tingkat profitabilitas maupun Market to Book Ratio (MTB) perusahaan tersebut. Hal ini menguatkan teori pertukaran bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap lebih besar, lebih mampu untuk menawarkan aset tetapnya sebagai jaminan untuk pengajuan hutang, sehingga kemungkinan perusahaan untuk berhutang dalam jumlah yang lebih besar lebih banyak. Peneliti juga menemukan hubungan negatif antara profitabilitas dan Market to Book Ratio (MTB) perusahaan dengan tingkat hutang perusahaan. Penelitian Steven dan Lina (2011) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur, menyimpulkan bahwa kebijakan deviden, struktur aset dan profitabilitas mempunyai hubungan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan investasi perusahaan, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan kebijakan hutang perusahaan. Penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur menghasilkan bahwa pertumbuhan dan ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal, sedangkan profitabilitas, likuiditas, resiko bisnis, kepemilikan manajerial, dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. Penelitian Devi Yovin dan Suryantini yang berjudul faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan foods and beverages yang commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdaftar di BEI menunjukkan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian Mulianti (2010) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan (perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004-2007), menyebutkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan hutang perusahaan, sedangkan resiko bisnis mempunyai hubungan negatif terhadap kebijakan hutang. Sementara itu, kebijakan hutang sendiri mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI menghasilkan bahwa kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan manajerial, kebijakan deviden dan resiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian Narita (2012) yang berjudul analisis kebijakan hutang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan likuiditas dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penelitian Fidyati (2003) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan menghasilkan bahwa resiko dan kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Sementara itu, aktiva tetap commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dari uraian diatas terdapat hasil yang tidak sama antara penelitian satu dengan penelitian yang lain. Oleh karena itu, disini akan dibahas bagaimana masing-masing variabel yaitu aktiva tetap, ukuran perusahaan, profitabilitas, Market to Book Ratio (MTB) dan Earning After Tax (EAT) mempengaruhi dalam penentuan tingkat hutang perusahaan. Untuk penelitian sendiri akan dilakukan pengujian ke perusahaanperusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan sudah tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia), sehingga datanya akan mudah di dapat untuk penelitian selanjutnya. Peneliti tertarik mengambil sampel dari perusahaan manufaktur karena perusahaan jenis ini mempunyai jumlah yang banyak dan mempunyai jumlah lembar saham yang banyak juga. Penelitian ini juga akan terspesialisasi pada perusahaan manufaktur saja. Perusahaan
manufaktur
sendiri
mempunyai jumlah transaksi paling banyak
dibandingkan jenis perusahaan lain yaitu sebesar 21,44%, kemudian diikuti jenis pengangkutan dan komunikasi sebesar 14,04% dan jenis perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,93%.
B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah aktiva tetap berpengaruh terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan?
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Apakah Market to Book Ratio (MTB) berpengaruh terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan? 5. Apakah Earning After Tax (EAT) berpengaruh terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui pengaruh aktiva tetap terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan. 2. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan. 3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan. 4. Mengetahui pengaruh Market to Book Ratio (MTB) terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan. 5. Mengetahui pengaruh Earning After Tax (EAT) terhadap penentuan tingkat hutang perusahaan.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman mengenai aktiva tetap, ukuran perusahaan, profitabilitas, Market to Book Ratio (MTB) dan Earning After Tax (EAT) serta hubungan pengaruhnya terhadap tingkat hutang perusahaan.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat praktis dan manajerial Manfaat yang di dapat dari penelitian ini baik untuk pihak perusahaan, investor, peneliti dan akademisi sendiri sebagai berikut : a. Untuk pihak perusahaan sendiri, penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan yang akan dibuat dalam kaitannya dengan tingkat penentuan hutang perusahaan tersebut. b. Untuk pihak investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi ke perusahaan tersebut. c. Untuk pihak peneliti, penelitian ini dapat menjadi informasi pembelajaran sehingga dapat menambah pengetahuan dan dapat digunakan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tingkat penentuan hutang perusahaan. d. Untuk pihak akademisi penelitian ini dapat menjadi bukti dan pembelajaran mengenai hubungan aktiva tetap, ukuran perusahaan, profitabilitas, Market to Book Ratio (MTB) dan Earning After Tax (EAT) terhadap tingkat penentuan hutang perusahaan.
commit to user 9