BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Paska Perang Dunia II, negara Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi
yang pesat. Akhir tahun 1950-an sampai awal tahun 1970-an mengantarkan Jepang pada puncak kesuksesan ekonomi. Hal ini membuat Jepang mendapatkan julukan negara adidaya ekonomi. Namun kesuksesan ekonomi Jepang pada zaman itu tidak berlangsung lama. Krisis minyak yang terjadi akibat perang Timur Tengah, mengakibatkan kesuksesan ekonomi Jepang pada tahun 1970-an berakhir. Setelah lebih dari 5 tahun paska krisis minyak, Jepang berhasil bangkit dari keterpurukan ekonomi. Hal ini dibuktikan oleh berhasilnya Jepang mengatasi krisis minyak yang terjadi paska perang Timur Tengah. Krisis minyak yang terjadi pada tahun 1973 merupakan kekacauan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah oleh OPEC (Organization of Petrolium Exporting Countries) 1 terhadap negara yang memihak Israel pada waktu perang Timur Tengah ke-4. Naiknya harga minyak oleh OPEC tersebut mengakibatkan melonjaknya harga minyak mentah di Jepang menjadi 4 kali lipat. 2 Setelah bertahun-tahun negara Jepang mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh krisis minyak, akhirnya pada tahun 1978 Jepang berhasil bangkit 1
OPEC adalah organisasi negara-negara pengekspor minyak yang didirikan pada tahun 1960 dengan anggota awal Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. OPEC ditujukan untuk menyatukan dan melindungi kepentingan negara-negara penghasil minyak dunia. OPEC memungkinkan anggotanya untuk menjamin pendapatan mereka dengan mengkoordinasi kebijakan dan harga minyak. (sumber : www.amazine.co) 2 www.hyogo-c.ed.jp/-mc-center/nihongoshidou/syakaikakyouzai/nihon%20in.pdf diakses pada tanggal 7 Juni 2014.
2
dari keterpurukan yang disebabkan oleh perang Timur Tengah3. Pada tahun 1980an, Jepang berhasil menunjukkan peningkatan ekonomi yang begitu pesat. Pada pertengahan tahun 1980, peningkatan perekonomian Jepang mengantarkan negara ini pada naiknya harga saham dan harga tanah menjadi berlipat ganda. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat Jepang terhadap suatu barang. Keadaan ini menjadikan Jepang mengalami ekonomi gelembung (Bubble Economy)4. Harga aset menjadi melonjak tanpa batas yang terjadi pada tahun 19905 di mana harga semua aset khususnya tanah menjadi berlipat ganda dan mengalami puncak termahal dari yang pernah ada. Namun ekonomi gelembung yang dialami oleh negara Jepang tidak berlangsung lama. Ekonomi gelembung terjadi antara tahun 1986 sampai awal tahun 1993-an. 6 Tingkat konsumsi yang tinggi mengakibatkan negara ini mengalami inflasi. Adanya inflasi pada tahun 1991 membuat Jepang harus mengakhiri masa puncak ekonominya. Tahun 1992 dikatakan sebagai tahun meletusnya puncak ekonomi Jepang. Banyak sekali dampak yang diakibatkan oleh berakhirnya ekonomi gelembung di Jepang. Dampak langsung dari berakhirnya ekonomi gelembung telah dirasakan oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Perusahaan 3
White paper on Japanese Economy 1979, Tokyo Japan, 1979, hlm.3 dalam www.businessintercommunications.inc diakses pada tanggal 23 Februari 2014 pkl 22.05 WIB 4 Ekonomi gelembung adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan diikuti oleh penyusutan. Ekonomi gelembung sering kali ditandai dengan naiknya harga properti, harga saham dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Ekonomi gelembung nampak ketika terjadi lonjakan harga saham bahkan melebihi kondisi fundamental perusahaan. Gelembung perekonomian ini akan terus berlangsung, harga saham terus naik hingga pada suatu saat diakhiri dengan meletusnya gelembung tersebut (sumber : May, Ellen, 2013, dalam artikel “Meraup Untung Dari Gelembung Harga Saham”, diterbitkan 27 Februari 2013 pukul 10.53 WIB) m.detik.com/finance/read/2013/02/27/105322/2180844/479 5 Yoshiyuki, Iwamoto, 2006, Japan On The Upswing: Why the Bubble Burst and Japan’s Economic Renewal, New York : Algora Publishing, hlm. 8 6 Ibid., hlm 2
3
mengalami kerugian dan secara besar-besaran melakukan pemecatan terhadap karyawan-karyawannya. Perusahaan mulai mengurangi karyawan tetap dan lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja temporer maupun pekerja paruh waktu.7 Menurut Keynes8, tingkat pengangguran tidak terlepas dari perekonomian suatu negara. Maka secara otomatis ketika terjadi resesi dalam sebuah negara, perekonomian dalam sebuah perusahaan juga akan mengalami dampak, baik secara langsung atau tidak langsung. Keynes juga menjabarkan, jika tingkat upah menurun maka pendapatan akan menurun begitu juga dengan daya beli masyarakat. Hal ini membuat kapasitas produksi tidak terserap secara maksimal dan menjadikan perusahaan rugi yang kemudian terjadi banyak pemutusan hubungan kerja dan pengangguran juga akan meningkat. Meletusnya ekonomi gelembung yang dialami oleh Jepang menjadikan permasalahan baru kembali muncul. Banyaknya karyawan yang dipecat oleh perusahaan yang mengalami kebangkrutan menjadikan meningkatnya jumlah pengangguran dan jumlah pekerja paruh waktu semakin bertambah. Pekerja paruh waktu adalah pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam per minggu. Hampir 90% dari pekerja paruh waktu adalah wanita.9 Masyarakat Jepang menjuluki para pekerja paruh waktu dengan istilah freeter. Dalam skripsi ini akan dianalisa penyebab meningkatnya jumlah freeter yang diakibatkan oleh meletusnya ekonomi gelembung pada awal tahun 1990-an. 7
Osamu, Sawaji, 2007, The Japan Journal : Invigorating The Young, Tokyo : The Japan Journal, Ltd, hlm. 2. 8 Stewart, Michael, 1993, Keynes In The 1990s Arcturn to Economic Sanity, Inggris : Penguin Group, hal. 84. 9 Sasajima, 2013, hlm 35 via Adisty, “Dampak Perubahan Sistem Manajemen Perusahaan Jepang Pasca Krisis Ekonomi Tahun 1990 Terhadap Meningkatnya Pekerja Haken Rodosha” (Skripsi Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya UI, 2009), hlm 2.
4
Setelah meletusnya ekonomi gelembung, perusahaan Jepang banyak melakukan perubahan sistem manajemen, khususnya sistem kontrak seumur hidup. Perubahan dalam sistem manajemen perusahaan dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan ekonomi yang terjadi pada negara tersebut. Oleh karena itu, dalam skripsi ini, penulis akan menganalisa tentang dampak meletusnya ekonomi gelembung
terhadap
meningkatnya
jumlah
freeter
di
Jepang
dengan
menggunakan teori flexible firm oleh Atkinson10. Dalam teori flexible firm terdapat dua konsep besar, yaitu functional flexibility dan numerical flexibility. Menurut teori numerical flexibility oleh Atkinson
11
, perusahaan berhak mengubah sistem manajemen sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah pekerja tetap dan bertambahnya jumlah pekerja regular, seperti part-timer. Dengan demikian, pengaruh meletusnya ekonomi gelembung yang terjadi di Jepang pada awal tahun 1990-an sangat menimbulkan dampak yang luar biasa. Oleh karena itu, penulis memilih judul penelitian dengan “Pengaruh Perubahan Sistem Manajemen Perusahaan Jepang Paska Meletusnya Ekonomi Gelembung Terhadap Meningkatnya Jumlah Freeter”.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak
perubahan sistem manajemen perusahaan Jepang paska meletusnya ekonomi gelembung terhadap meningkatnya jumlah freeter di Jepang? 10
Wilson, John P, 1999, Human Resource Management “Learning and Training For Individuals and Organizations, London : Kogan Page, hal. 31. 11 Ibid. hal 31.
5
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peningkatan jumlah freeter sebagai akibat dari berubahnya sistem manajemen perusahaan Jepang paska meletusnya ekonomi gelembung.
1.4
Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data kemudian menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih mudah dipahami dan memberikan jawaban pada tujuan penelitian yang dapat memudahkan pembaca. Data yang digunakan merupakan hasil penelitian yang sudah ada seperti jurnal, tesis, artikel ataupun hasil penelitian lainnya yang telah dipublikasikan oleh beberapa universitas tinggi di Indonesia, Jepang ataupun negara-negara lain. Selain itu, berupa buku-buku yang mendukung penulisan skripsi ini serta sumber publikasi lainnya seperti jurnal, penulisan hasil karya ilmiah/popular dan surat kabar Japan Times atau New York Times. Setelah pengumpulan data, penulis juga akan melakukan verifikasi atau kritik sumber berupa kritik eksternal dan internal serta pemberian interpretasi sebelum disusun sebagai kisah sejarah 12 . Kritik eksternal yaitu membandingkan antara beberapa sumber lain baik lisan maupun tertulis guna mengetahui sumber mana yang benar. Sedangkan kritik internal ini 12
Notosusanto, Nugroho, 1985, Sejarah dan Sejarawan, Jakarta, hlm. 32
6
bertujuan untuk meneliti apakah sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak13. Kedua kritik ini nantinya digunakan untuk menyeleksi lebih dalam sumbersumber data yang telah dikumpulkan agar lebih mudah untuk melakukan tahap berikutnya. Analisis data digunakan setelah kritik dan seleksi data telah selesai dilakukan. Analisis dilakukan terhadap sumber-sumber data yang mendukung penelitian dan ditarik kesimpulan untuk dituliskan kembali dengan tetap memperhatikan informasi dari data-data tersebut. Maka tahap akhir dalam metode penulisan ini adalah dengan menyajikan ke dalam bentuk tulisan.
1.5
Ruang Lingkup Ruang lingkup spasial yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya
membatasi pada meningkatnya jumlah freeter di Jepang. Adapun ruang lingkup temporalnya adalah tahun 1992 sampai 2002. Tahun ini dipilih karena pada tahun 1992 ekonomi gelembung mulai runtuh. Maka dari itu secara otomatis mulai pada tahun 1992 jumlah freeter semakin bertambah. Batas maksimal yang dipilih adalah tahun 2002. Tahun ini merupakan tahun di mana Jepang dapat kembali memulihkan perekonomiannya yang buruk menjadi stabil. Berdasarkan surat harian Japan Times14, pada tahun 2000, harga Nikkei (saham) Jepang menjadi jelas. Restrukturisasi perusahaan sudah mulai diperbaiki. Keadaan pada tahun 1990-an sampai tahun 2002-an ini disebut-sebut 13
Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, hlm. 17 Hirano, Keiji, 2005, ‘Freeters’ : Free by Name, Nature. Diakses pada www.japantimes.co.jp/news/2005/01/29/national/freeters-free-by-name-nature/#.VT4wOotRlFK pada 27 April 2015 pukul 20.06 WIB. 14
7
sebagai satu dekade Jepang yang hilang. Inilah yang menjadi dasar kuat penulis untuk menjadikan ruang lingkup temporal dalam penelitian ini.
1.6
Tinjauan Pustaka Penelitian serupa yang pernah ditulis sebelumnya adalah penelitian yang
ditulis oleh Adisty Anggaranti mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul Dampak Perubahan Sistem Manajemen Perusahaan Jepang Paska Krisis Ekonomi Gelembung Tahun 1990 Terhadap Meningkatnya Pekerja Haken (Haken Rodosha 15 . Dalam penelitian ini Adisty membahas dampak krisis
ekonomi
gelembung yang terjadi pada tahun 1990 terhadap meningkatnya jumlah pekerja haken khususnya haken rodosha dengan menggunakan teori flexible firm khususnya kajian konsep numerical flexibility oleh Atkinson. Dalam penelitian Adisty tersebut, dijelaskan bahwa negara Jepang telah mengalami penurunan ekonomi pada tahun 1990-an. Kondisi ini mengakibatkan runtuhnya perekonomian Jepang pada saat itu sehingga mengakibatkan beberapa perusahaan harus mengubah sistem manajemen. Menurut penelitian ini beberapa sistem manajemen perusahaan dianggap tidak efektif sehingga perlu terjadi perubahan di dalamnya. Untuk beradaptasi dengan resesi ekonomi yang melanda Jepang, tahun 1990-an sistem manajemen perusahaan mulai berubah. Salah satu kebijakan yang diubah adalah dengan mempekerjakan berbagai jenis pekerja non reguler dan membatasi jumlah pekerja reguler. 15
Haken Rodosha adalah pekerja yang dikontrak oleh agen pengiriman pekerja yang dipercaya untuk melakukan pekerjaan tertentu di perusahaan tempat ia dikirim. Dalam penelitian Adisty dijelaskan pula Haken Rodosha adalah pekerja yang dipekerjakan pemilik usaha yang merupakan objek dari pengiriman pekerja.
8
Adapun perbedaan sistem manajemen lama dan baru dalam perusahaan Jepang menurut Adisty sebagai berikut :
Sistem Lama
Sistem Baru
Gaji berdasarkan senioritas Banyak
mempekerjakan
Gaji berdasarkan prestasi kerja pekerja Banyak
mempekerjakan
reguler
non reguler
Sistem kerja seumur hidup
Pensiun
Perekrutan
tidak
melihat
status Perekrutan
sekolah/pengalaman
pekerja
berdasarkan
pengalaman
Perbedaan penelitian oleh Adisty dengan skripsi ini ialah pada objek penelitian. Dalam penelitian Adisty, penelitian memfokuskan pada Haken Rodosha sedangkan penelitian ini memfokuskan pada objek freeter. Lebih lanjut, penelitian ini akan menggunakan hasil dari analisis objek freeter tersebut untuk melihat seberapa jauh dampak perubahan sistem manajemen perusahaan Jepang terhadap meningkatnya jumlah freeter.
1.7
Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mengkaji analisis penulisan skripsi ini
adalah teori flexible firm. Teori ini mengkaji perubahan manajemen dalam sebuah perusahaan diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor krisis ekonomi sebuah negara. Sebuah perusahaan berhak mengubah sistem
9
manajemen untuk menyesuaikan dengan keadaan ekonomi yang terjadi pada sebuah negara. Menurut John Atkinson16, flexible firm terdiri dari dua macam konsep, yaitu : 1.
Functional
Flexibility
merupakan
fungsi
fleksibilitas
dengan
mempekerjakan karyawan yang dapat melakukan pekerjaan lebih dari satu pekerjaan
atau
membutuhkan
dapat karyawan
dikatakan dengan
multitasking. beragam
Fleksibilitas
keterampilan
ini
sehingga
perusahaan dapat meminimalisir keuangan untuk merekrut karyawan baru. 2.
Numerical Flexibility merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyesuaikan terhadap jumlah pekerja. Dalam kondisi ekonomi menurun, untuk mengurangi pengeluaran perusahaan, perusahaan berhak mengubah kebijakan dengan mengurangi pekerja yang dianggap tidak relevan lagi. Pergantian pekerja dilakukan oleh pekerja temporer yang lebih menguntungkan untuk perusahaan atau dengan pekerja non regular seperti pekerja part time. Numerical flexibility melibatkan proses perubahan jumlah karyawan akibat
dari perubahan sistem manajemen paska meletusnya ekonomi gelembung. Menurut Keynes, jika ekonomi tidak stabil dan menyebabkan penurunan upah karyawan, maka secara otomatis daya beli konsumen juga menurun sehingga kapasitas produksi tidak terserap. Produksi yang tidak maksimal membuat penjualan produksi berkurang, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Penurunan keuntungan dari perusahaan membuat perusahaan meminimalisir 16
Fernandez, Susana, dkk, 2014, Functional Flexibility in Human Resource Management Systems : Conceptualization and Measurement, Spanyol : Business Management Department, Cadiz University, hal. 4.
10
pengeluaran dengan mengurangi jumlah karyawan reguler. Dampak atas penerapan teori ini adalah semakin meningkatnya jumlah pekerja non regular karena pengurangan karyawan dalam perusahaan.17 Dengan demikian, penulisan skripsi ini akan menggunakan teori flexible firm khususnya numerical flexibility oleh John Atkinson untuk menganalisis peningkatan jumlah freeter di Jepang paska meletusnya ekonomi gelembung pada awal tahun 1990-an.
1.8
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pelaporan hasil penelitian, penulisan atas laporan
penelitian ini akan dibagi ke dalam 4 bab. 1)
Bab I
: Pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, sistematika penulisan. 2)
Bab II
: Dalam bab II ini akan dijelaskan mengenai terjadinya ekonomi
gelembung
dan
penyebab
meletusnya
ekonomi
gelembung
yang
mengakibatkan perubahan sistem manajemen perusahaan secara singkat. Selain itu inti dalam bab II ini juga akan dibahas apa saja perubahan manajemen perusahaan Jepang paska ekonomi gelembung yang terjadi pada tahun 1990-an. 3)
Bab III : Membahas tentang bagaimana dampak meletusnya ekonomi gelembung terhadap meningkatnya jumlah freeter di Jepang. Dalam bab ini
17
Bredgaard, Thomas and Larsen, Flemming, 2007, Comparing Flexicurity in Denmark and Japan, Denmark : Centre for Labour Market Research at Aalborg University. Hal. 30.
11
akan dijabarkan pengertian freeter secara umum serta jumlah peningkatan freeter akibat dari perubahan sistem manajemen perusahaan paska meletusnya ekonomi gelembung di Jepang. 4)
Bab IV : Kesimpulan