BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an. perkembangan syariah merupakan cita-cita para praktis ekonomi islam pada saat itu, sehingga pada tahun 1963-1967 Feds mendirikan bank syariah pertama di Dunia, yang didirikan di Kota Mesir. Dengan didirikannya Bank Syariah tersebut diharapkan dapat membawa kesadaran baru untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai syariah dikehidupan nyata. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana bank konvensional juga menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, hanya saja terdapat perbedaan mendasar dalam hal imbalan. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya semata-mata didasarkan pada prinsip bagi hasil. Bank syariah bisa merespon kebutuhan masyarakat dengan berbagai produknya karena transaksi ini identik dengan prinsip rahn, yakni menahan barang sebagai jaminan atas utang. Sebagai produk jasa bank syariah, rahn diterapkan pada produk jaminan, di mana bank tidak memperoleh apa – apa kecuali biaya pemeliharaan asset atau biaya keamanan. Karena itu, biasanya
1
2
produk ini diterapkan untuk keperluan-keperluan sosial, seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain (Usman, 2009 : 292-293) Muamalah dalam arti sempit adalah ekonomi islam. Ekonomi islam mengatur manusia dalam menjalankan aktivitasnya supaya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah antara lain prinsip perbankan non riba, prinsip perniagaan halal dan tidak haram. Prinsip keredhaan para pihak dalam berkontrak, prinsip pengurusan dana yang amanah, jujur dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip tersebut itulah yang kemudian dengan istilah prinsip ekonomi syariah. Bank syariah adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan pada prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah menurut pasal 1 butir (12), undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan Syariah), yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Dengan prinsip tersebut, perbankan syariah dapat menjalankan kegiatan usaha dengan berpedoman pada fatwa yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI. Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam operasionalnya diwujudkan dalam berbagai macam produk pembiayaan perbankan syariah. Menurut pasal 1 butir (25) Undang-undang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
3
dipersamakan dengan itu, berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istisna, pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berbagai macam produk pembiayaan perbankan syariah seperti diuraikan diatas, murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang paling dominan diterapkan dalam praktik perbankan syariah. Dominasi tersebut hampir mancapai 80-95% dari setiap pembiayaan dalam lembaga pembiayaan islam yang menggunakan transaksi pembiayaan murabahah. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia mei 2009, menunjukkan bahwa total kompensasi pembiayaan yang diberikan oleh Bank Umum Syariah dan Usaha Unit Syariah adalah 40,715, yang terdiri dari pembiayaan berdasarkan pembiayaan Murabahah tercatat 23,490, Mudharabah tercatat 8,67, Musyarakah tercatat 5,939. Sedangkan sisanya pembiayaan lainnya. Yang artinya, pembiayaan murabahah masih mendominasi pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Dominasi pembiayaan murabahah menunjukkan bahwa pembiayaan tersebut mempunyai banyak keuntungan bagi bank syariah. Pertama, kepastian pembeli, dimana bank syariah tidak akan membelikan suatu barang kecuali sudah ada pembelinya. Kedua, kepastian keuntungan, dimana bank syariah dapat memastikan keuntungan atas suatu barang yang
4
dijualnya. Dan ketiga, pembiayaan murabahah lebih mudah diaplikasikan pada saat sekarang ini. Selain itu, pembiayaan murabahah sesuai dengan kebutuhan bagi nasabah. Namun demikian, bank syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada nasabah pembiayaan murabahah tetap harus dilakukan secara hati-hati. Pembiayaan murabahah merupakan salah satu bentuk untuk menghindari risiko kerugian terhadap nasabah yang tidak mampu membayar hutangnya, dengan kata lain merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan
usaha
nasabah
pembiayaan.
Pembiayaan
murabahah
dilakukan atas nasabah yang memiliki prospek usaha atau kemampuan membayar. Pembiayaan bagi suatu bank memainkan peranan yang penting dalam mendorong laju pertumbuhan Bank Syariah. Bahkan laba hasil pembiayaan sejatinya merupakan penyumbang utama dari pendapatan . maka tidak heran bila selanjutnya portofolio pembiayaan begitu mendominasi penempatan dana bila dibandingkan dengan penempatan jenis lainnya seperti penempatan pada BI, bank lain ataupun surat-surat berharga, hal itu tercermin dalam pangsa pembiayaan yang mencapai 78,25% dari total asset BUS dan UUS, serta 88,64% pada BPRS. Oleh karena itu pentingnya fungsi pembiayaan ini, setiap tahun bank syariah harus menggenjot peningkatan kualitas pembiayaan. Karena semakin baik kualitas pembiayaan, tentu akan semakin mempengaruhi
5
tingkat profitabilitas. Salah satu metode yang umumnya digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas ialah return on asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank, karena Bi sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih memilih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Disamping itu, ROA merupakan metode pengukuran yang paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik juga posisi bank tersebut dari segi penggunaan Asset (Dendawijaya, 2009:118) Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut yang menyoroti bagaimana dasar hukum dan prinsip pembiayaan pada bank syariah di Indonesia. Sehingga penulis mengambil judul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MURABAHAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP RETURN ON ASSET (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia,Tbk dan Bank Syariah Mandiri,Tbk Periode 2010-2014 ).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan para uraian latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
6
1. Pembiayaan Mudharabah berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010 -2014. 2. Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010-2014. 3. Pembiayaan Musyarakah berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010 – 2014.
C. Tujuan dan Kegiatan Penelitian 1. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana Pembiayaan Mudharabah, Murabahah dan Musyarakah terhadap Return On Asset pada Bank Syari’ah. Secara operasional tujuan penelitian ini adalah : a.
Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan Mudharabah terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010 – 2014.
b.
Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan Murabahah terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010 – 2014.
c.
Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan Musyarakah terhadap Return On Asset pada Bank Syariah periode 2010 – 2014.
7
2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dilakukan, maka kegunaan yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu tugas akhir dalam mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Mercu Buana, Jakarta. Serta dapat memahami lebih jauh mengenai Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Murabahah dan Musyarakah terhadap Return On Asset pada Bank Syari’ah periode 2010 – 2014. b. Bagi Perusahaan. Sebagai pertimbangan manajemen dalam meningkatkan aktivitas perusahaan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Serta memberikan masukan dan saran kepada pihak manajemen perusahaan yang bermanfaat untuk meningkatkan Profitabilitas perusahaan. c. Bagi Pembaca Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam dunia Perbankan yang dapat digunakan sebagai gambaran mengenai Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Murabahah dan Musyarakah terhadap Return On Asset pada Bank Syari’ah.