BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Setiap manusia pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, yakni mempunyai kecerdasan. Hal yang banyak terjadi meskipun manusia dianugerahi banyak kecerdasan oleh Tuhan, bila tidak dikembangkan dengan baik, maka kecerdasan itu tidak bisa memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Namun sayang sekali kebanyakan manusia tidak mengembangkan kecerdasan dengan baik.1 Dalam proses pembelajaran itu ada kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, interaksi sendiri membutuhkan komunikasi dua arah. Komunikasi sendiri memerlukan kata-kata terangkai sehingga menghasilkan pembicaraan. Serangkaian kata-kata tersebut disebut bahasa. Sedangkan di dalam pembelajaran tersebut memerlukan kreativitas dan kreativitas yang sangat tinggi memerlukan kecerdasan yang tinggi pula. Proses Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan antara guru dan anak didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada prinsipnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
1
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013), hlm. 33
1
2
lingkungan sekitar sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.2 Menurut E. Mulyasa, pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.3 Pembelajaran
antara
guru
dan
anak
didik
tersebut
sangat
membutuhkan kemampuan dan kecerdasan berbahasa, mengolah kata-kata serta memberikan simbol-simbol dengan tulisan. Kendala guru dalam memberikan informasi pelajaran baik berupa keterangan atau lainnya salah satunya dalam bahasa, kemampuan dalam penguasaan arti atau kandungan tingkat sekolah dasar. Pembedaharaan kosa kata yang dimiliki anak usia SD sangat minim apalagi di bidang pendidikan. Oleh karenanya perlu ada upaya untuk mengoptimalkan peran kecerdasan verbal linguistik anak.4 Bahasa adalah contoh kecerdasan manusia yang utama, yang sangat diperlukan
bagi
masyarakat
manusia.
Kecerdasan
linguistik
adalah
kemampuan manusia bercakap-cakap dan berinteraksi dalam bentuk bahasa. Kecerdasan bahasa ini merupakan modal utama bagi manusia dalam menjalani 2
hidup.
Dengan
kemampuan
berbahasa
yang
dimiliki
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Alagasindo, 1999), hlm. 28 3 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: Rosdakarya, 2004), Cet.1, hlm. 117 4 Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Yogyakarta Press, 2002), hlm. 166
3
memungkinkan manusia berinteraksi, saling mengerti dan mengenal satu sama lain. 5 Sebagai seorang siswa kecerdasan bahasa memegang peranan penting dalam proses belajar. Untuk dapat memperoleh prestasi yang optimal tentunya siswa harus menguasai empat ketrampilan, yaitu mendengar atau menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang semuanya merupakan cakupan dari kecerdasan bahasa. Dalam mata pelajaran apapun kecerdasan bahasa ini sangatlah diperlukan. Pendidikan Agama Islam adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt.6 Dari beberapa definisi yang telah penulis utarakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya dan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan. Pembelajaran berbasis multiple intelligences tersebut antara lain mencakup persiapan/ perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, 5
Linda Campell, Multipel Intelegensi: Metode Baru Melesatkan Kecerdasan, Terj. Tim Inisiasi (Depok: Inisiasi, 2002), hlm. 11 6 Basyirudin Usman, Metodologi pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 4
4
dan juga evaluasi pembelajaran yang sangat memperhatikan potensi dan minat siswa. Pembelajaran PAI itu identik dengan membaca, menulis, bercerita dan menghafal.
Misalnya
dalam
pembelajaran
materi
tentang
idgham
bilaghunnah, pada awalnya siswa disuruh membaca ayat kemudian siswa menghafal macam-macam huruf idgham bilaghunnah. Jadi pada dasarnya pembelajaran PAI tidak lepas dari kecerdasan verbal linguistik. Kecerdasan linguistik sangat erat hubungan dengan membaca, menulis, dan menyampaikan apa yang telah difahami dari buku teks tersebut. Sehingga murid dituntut benar-benar memahami ilmu berdasarkan pada sumber yang jelas atau sumber pokok, sehingga benar-benar mampu menjadi cendekiawan muslim sebagimana yang diharapkan oleh sekolah. Akan tetapi realita yang terjadi di masyarakat, pembelajaran pendidikan agama islam masih saja dianggap sebagai suatu pelajaran yang membosankan. Selain itu pembelajaran PAI dengan kecerdasan verbal linguistik membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih mengerti tentang materi agama Islam itu sendiri. Karena pembelajaran PAI dengan bercerita, menghafal dan lainnya membuat anak didik memahami secara mendalam sehingga siswa mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. SDN 02 Poncol kota Pekalongan merupakan salah satu SD yang menerapkan multiple intelegences yang tidak hanya memperhatikan kemampuan kognitif semata layaknya sekolah pada umumnya, namun juga afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil observasi pada SDN 02 Poncol tersebut, didapatkan bahwa penggunaan
5
strategi pembelajaran untuk menerapkan kecerdasan verbal-linguistik yakni metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dan masih diterapkan. Peneliti memilih kelas V karena karakteristik anak usia sekolah dasar kelas V atau kelas tinggi rata-rata mereka tertarik terhadap sesuatu yang praktis dan konkret, rasa ingin belajar tinggi, serta mulai menyukai hal-hal khusus
misalnya
penggunaan
kecerdasan
verbal-linguistik
dalam
pembelajaran. Dari sini, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI kelas V di SDN 02 Poncol kota pekalongan. B. Rumusan masalah Dari berbagai uraian di atas, maka dalam permasalahan ini penulis mengajukan masalah yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana
implementasi
kecerdasan
verbal
linguistik
dalam
pembelajaran PAI kelas v di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mendeskripsikan implementasi kecerdasan verbal linguistik dalam pembelajaran PAI di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan D. Kegunaan penelitian 1.
Kegunaan teoritis. a. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan
6
dengan kecerdasan yang tidak hanya terlihat dari kecerdasan matematik namun dari kecerdasan yang lainnya. b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. 2.
Kegunaan Praktis. Untuk memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi para guru Pendidikan Agama Islam atau pengelola pendidikan lainnya dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kecerdasan masing-masing siswa.
E. Tinjauan pustaka 1. Landasan teori Menurut May Lwin kecerdasan linguistik – verbal mengacu pada kemampuan
untuk
menyusun
pikiran
yang
jelas
dan
mampu
menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis.7 Menurut Evilene Siregar kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, menyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.8
7
May Lwin, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Terj, Christine Sujana (Jakarta: PT. INDEKS, 2008), hlm. 11 8 Evilene Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 100.
7
Menurut Linda Campbell kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikannya dan menghargai makna yang kompleks.9 Menurut Miarso pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.10 Menurut Drajat pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadist melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan serta penggunaan pengalaman. 11 2. Penelitian yang relevan Penelitian yang dilakukan oleh Misiati Devi Hardi yang berjudul Korelasi antara Kecerdasan Verbal Linguistik dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 1 Kedungwuni, Sekolah merupakan lembaga
pendidikan
yang
secara
sengaja
dirancang
untuk
menyelenggarakan proses belajar mengajar. Sebagai suatu proses, belajar menghasilkan output yang disebut hasil belajar atau prestasi belajar . Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya adalah kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki 9
Linda Campbell, Multiple Intelegences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Terj. Tim Inisiasi (Depok: Inisiasi Press, 2002), hlm. 2 10 Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) , hlm. 100. 11 Tim pengembang ilmu pendidikan FIP , Op.cit, hlm 2
8
siswa adalah kecerdasan verbal linguistik atau yang merupakan kecerdasan paling mendasar pada manusia karena mencakup ketrampilan menyimak , berbicara, membaca dan menulis. Dalam mata pelajaran apapun pasti memerlukan ketrampilan berbahasa. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecerdasan verbal linguistik siswa kelas VIII di SMP N 1 Kedungwuni memiliki rata-rata 103,06 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan untuk tingkat prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 Kedungwuni memiliki rata-rata 81,77 termasuk dalam kategori sedang. dari hasil perhitungan diperoleh nilai rh=0,391. Pada taraf signifikan 5%, nilai rt=0,334 maka harga rh>rt, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat di simpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan verbal linguistik dengan prestasi belaja r siswa kelas VIII di SMP N1 Kedungwuni. Penelitian yang dilakukan oleh Anisatun Mu’tamaroh dalam judul kecerdasan verbal-linguistik dalam menunjang kesuksesan belajar (suatu analisa pedagogis). Menyatakan bahwa peran kecerdasan verbal linguistik dalam menunjang kesuksesan belajar antara lain adanya kemampuan berkomunikasi
dengan
baik,
kemampuan
mengekspresikan
diri,
kemampuan mengendalikan diri dan kemampuan menciptakan simbol. Contohnya menggunakan simbol-simbol dalam sistem notasi musik,
9
mampu menciptakan simbol-simbol sosial (misalnya ekspresi wajah dan gerak isyarat) dan menciptakan simbol diri (misalnya dalam karya seni).12 Penelitian yang dilakukan oleh Nailiz Zahroh yang berjudul Pengembangan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Usia Dini Melalui Metode Beyond Centers And Circles Time ( BCCT), proses perkembangan kecerdasan verbal linguistik anak usia dini terjadi secara bertahap sesuai dengan usia pertumbuhan anak tersebut, apabila anak lahir dan tumbuh dengan normal. Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif, artinya bahwa jika suatu pengalaman jarang terjadi maka hanya berpengaruh sedikit terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, jika suatu pengalaman yang sama sering terjadi, maka akan berpengaruh kuat dan bertahan lama pada anak. Sedang pengalaman awal memiliki pengaruh tertunda, artinya bahwa suatu perlakuan tertentu yang diberikan pada anak pengaruhnya tidak langsung terasa saat itu juga, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Aplikasi metode BCCT (beyond centers and circles time) dalam proses pengembangan kecerdasan verbal linguistik anak usia dini adalah dalam kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan menu pembelajaran yang disebut menu pembelajaran generik. Di dalam menu pembelajaran generik, anak usia dini diberikan stimulasi sesuai dengan usia dan perkembangannya. Proses pembelajarannya menggunakan sistem belajar sambil bermain yang disusun dalam kurikulum terpadu pendidikan anak usia dini dan setiap sentra pembelajaran diajarkan 12
Anisatun Mu’tamaroh, Kecerdasan Verbal Linguistik Dalam Menunjang Kesuksesan Belajar (Suatu Analisa Pedagogis) (Pekalongan: STAIN, 2006), t.d
10
keaksaraan, keaksaraan dimaksudkan agar anak dapat berkembang bahasanya, baik bahasa verbal maupun nonverbal. Pengembangan bahasa verbal
anak dapat
berupa celotehan anak,
bahasa anak (yang
dikembangkan dengan menggunakan bahasa Indonesia), komunikasi verbal anak, dan pembiasaan bahasa yang baik kepada anak.13 Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang kecerdasan verballinguistik. Adapun yang membedakan adalah disini lebih menekankan pada penerapannya dalam proses pembelajaran sedangkan penelitian sebelumnya ada yang peranannya dalam interaksi edukatif, ada juga yang menggunakan metode beyond centers and circles time ( BCCT) untuk mengetahui perkembangan kecerdasan bahasa dalam pembelajaran PAI. F. Kerangka berpikir Bahasa adalah contoh kecerdasan manusia yang utama, yang sangat diperlukan bagi masyarakat manusia. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan manusia bercakap-cakap dan berinteraksi dalam bentuk bahasa. Kecerdasan bahasa ini merupakan modal utama bagi manusia dalam menjalani hidup. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki memungkinkan manusia berinteraksi, saling mengerti dan mengenal satu sama lain. Sedangkan dalam pembelajaran sangat memerlukan kemampuan berbahasa karena pembelajaran sendiri perlu adanya komunikasi antara 13
Nailiz Zahroh, Pengembangan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Usia Dini Melalui Metode Beyond Centers And Circles Time ( BCCT) (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 80
11
peserta didik dengan guru. selain itu setiap mata pelajaran identik dengan membaca, menulis dan mengahafal. Semua itu terdapat dalam kemampuan berbahasa atau kecerdasan verbal-linguistik. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan tersebut adalah Pendidikan Agama Islam (PAI), PAI sendiri adalah kegiatan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai akidah, keimanan terhadap Allah Swt dan akhlak yang bersumber pada AlQur’an dan Hadist. Skema kerangka berpikir
Pembelajaran
Interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar
Kecerdasan verballinguistik
Siswa lebih aktif, kondusif dan pembelajaran jadi menyenangkan
12
G. Metodologi penelitian 1.
Desain penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasari oleh konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat jamak, menyeluruh dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Dalam penelitian kualitatif peneliti lebur dalam situasi yang diteliti. Peneliti adalah pengumpul data, orang yang memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.14 Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan jenis penelitian lapangan (field research),yaitu penelitian yang dilakukan di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki yang bertujuan unuk memecahkan masalah-masalah praktis masyarakat.15
2.
Sumber data Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian, informan penelitian ini meliputi: a. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan kunci adalah kepala sekolah.
14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 12-13. 15 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 28
13
b. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Sedangkan informan utama sendiri adalah guru.16 3.
Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Metode observasi Dalam
penelitian
ini,
peneliti
meggunakan
observasi
nonpartisipan karena peneliti hanya sebagai pengamat independen.17 Dalam melakukan pengamatan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan. Metode ini digunakan
untuk
mengamati
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan kecerdasan verbal-linguistik. b.
Metode wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit
kecil.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan wawancara tidak terstruktur karena wawancara ini dapat dilakukan secara bebas dan tidak menggunakan pedoman
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 215 17 Sugiyono, op. cit, hlm. 145
14
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.18 Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang penerapan kecerdasan verbal-linguistik dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui pencapaian kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran. c.
Metode dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.19 Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang sifatnya dokumenter, seperti sejarah berdirinya, data jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa, struktur organisasi serta dokumen lain yang relevan. Melalui dokumen yang telah penulis himpun diharapkan mampu memberikan gambaran SDN 02 Poncol Kota Pekalongan
18
Op. cit, hlm. 140 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 221-222. 19
15
secara utuh, terutama tentang implementasi kecerdasan verballinguistik dalam pembelajaran PAI, dipadukan dengan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan secara terus menerus. 4. Teknik analisis data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Menurut Miles dan Hubermen mengemkakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya tidak jenuh.20 Aktifitas analisis data yang akan dilakukan
yaitu
data
reduction,
data
display,
dan
conclusion
drawing/verification. a. Data Reduction (Reduksi data). Merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Pada proses reduksi data ini peneliti akan menyeleksi data dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dengan cara menfokuskan pada data yang lebih menarik, penting, berguna, dan baru. Data
20
yang
dirasa
tidak
penting
disingkirkan.21
Berdasarkan
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 245-253 21 Sugiyono, op.cit, hlm. 338
16
pertimbangan
tersebut,
maka
data-data
tersebut
selanjutnya
dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. b. Data Display (penyajian data). Menurut Miles and Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Conclusion Drawing/verification. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. H. Sistematika penulisan Dalam penulisan skripsi ini agar sistematis dengan pembahasannya maka penulis membaginya menjadi lima bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, tinjauan pustaka, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.
17
Bab II kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI. Bab ini mencakup pengertian kecerdasan verbal-linguistik, ciri-ciri kecerdasan verbal-linguistik, karakteristik kecerdasan verbal-lnguistik, ruang lingkup kecerdasan
verbal-lnguistik
dan
pengertian
pembelajaran,
ciri-ciri
pembelajaran, komponen-komponen pembelajaran dan strategi pembelajaran serta pengertian pendidikan agama Islam, dasar pendidikan agama Islam dan tujuan pendidikan agama Islam. Bab
III
Implementasi
kecerdasan
verbal-linguistik
dalam
pembelajaran PAI di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan yang berisi tentang letak geografis, visi dan misi, keadaan guru dan siswa, struktur organisasi. Bab IV Analisis Implementasi Kecerdasan verbal-linguistik dalam Pembelajaran PAI di SDN 02 Poncol Kota Pekalongan meliputi analisis penerapan pembelajaran pai dengan menggunakan kecerdasan verballinguistik. Bab V Penutup, Kesimpulan dan Saran. Bagian Akhir Berisi : Lampiran, Daftar Pustaka Dan Daftar Riwayat Hidup.