1
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk sosial, dimana mereka dituntut untuk dapat beradaptasi dan harus mampu menjalin hubungan baik dengan sesamanya. Mahkluk sosial adalah makhluk yang satu dengan lainnya mempunyai keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia memerlukan komunikasi khususnya komunikasi interpersonal. Komunikasi merupakan kunci utama apabila kita ingin berhubungan dengan orang lain. Apabila dua orang terlibat dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diucapkan. Kesamaan kata yang digunakan dalam percakapan belum tentu dapat dimengerti, sehingga kita perlu tahu apa makna dari kata-kata tersebut. Untuk dapat mencapai keharmonisan rumah tangga adalah komunikasi efektif antara kedua pihak. Relasi antar pribadi yang sudah baik dan telah dibina sampai pada tingkat hubungan yang tertinggi adalah pernikahan, dimana hubungan tersebut harus terus dibina dengan komunikasi yang baik. Komunikasi sepertinya merupakan hal yang mudah, apalagi untuk pasangan suami istri yang sudah berhasil mencapai tangga definisi hubungan yang tertinggi. Tetapi ternyata berkomunikasi antara suami istri tidaklah semudah
2
berkomunikasi seperti ketika masa kenalan atau berpacaran. Akan banyak sekali gangguan dalam kegiatan tersebut yang akan menjadi sandungan dalam rumh tangga. Komunikasi interpersonal tidak hanya dibutuhkan dalam hubungan kemasyarakatan, tetapi juga dalam lingkungan keluarga. Salah satunya adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan antara pasangan suami istri. Pernikahan merupakan bentuk interaksi antara manusia yang sifatnya paling intim dan setiap individu yang menikah sangat mengharapkan bahwa pernikahan mereka akan langgeng dan bertahan sampai akhir hayat. Perkawinan merupakan sebuah tahapan tertinggi dalam hubungan atau relasi antar pribadi. Dengan adanya sebuah ikatan sakral perkawinan, berarti dua insan manusia sudah saling memahami karakteristik pasangan masingmasing. Kekuatan sebuah perkawinan dapat dilihat dengan adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri. Ikatan yang lahir adalah ikatan yang nampak, sesuai dengan peraturan yang ada. Ikatan lahir batin adalah ikatan yang tidak tampak secara langsung, hal tersebut merupakan ikatan psikologis. Antara suami istri yang harus saling mencintai saling berbagi dan berbagi kebahagiaan. Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu yang pada umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai individu yang bersangkutan. Tanpa adanya kesadaran akan kesatuan tujuan yang harus dicapai bersama, maka akan dapat dibanyangkan bahwa rumah tangga mengalami hambatanhambatan, yang akhirya akan dapat menuju keretakan rumah tangga yang dapat berakibat lebih jauh. Oleh karena itu diharapkan setiap pasangan
3
memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalani kehidupannya sebagai suami istri. Tujuan sebenarnya sangat mulia, jika dilandasi untuk saling memberi yang terbaik bagi pasangannya maka kesepakatan dapat dijadikan dasar yang kokoh untuk membina kehidupan keluarga yag harmonis. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga membutuhkan penyesuain secara terus menerus. Pernikahan yang tanpa dilandasi rasa cinta juga diperlukan saling pengertian, kesediaan untuk saling menerima pasangan dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Pernikahan bukan hanya mempersatukan diri, tetapi seluruh keluarga besarnya juga ikut serta. Pernikahan adalah ungkapan iman, dimana terjadi perastuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, didalamnya seseorang
menaruh makna dan kebahagiaan hidupnya dalam
seseorang lain. Menurut undang-undang No 1 tahun 1974 pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan ialah “ ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”1 Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah “akad yang sangat kuat atau misaqon ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.”2
1 2
Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan RI, hal. 117 Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, hal.14
4
Disisi lain manusia tidak akan pernah lepas dari sebuah komunikasi karena manusia merupakan makhluk sosial. Seperti halnya suami istri dalam sebuah ikatan pernikahan tidak akan terlepas dari adanya komunikasi, karena setiap hari terjadi proses interaksi antara suami dan istri. Namun masing-masing pasangan memiliki cara tersendiri dalam komunikasi. Komunikasi yang terjadi antara suami istri disetiap masing-masing keluarga berbeda, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu usia pernikahan, kondisi sosial ekonomi, latar belakang pasangan, atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan dimengerti. Komunikasi interpersonal menjadi ujung tombak dalam penyelesaian konflik rumah tangga, karena dengan adanya komunikasi tersebut maka setiap pasangan suami istri dapat lebih terbuka dengan pasangan masing-masing dalam penyampaian maupun penyelesaian masalah. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka atau face to face, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.3 Tiwi Herman, M.Psi, mengatakan bahwa usia pernikahan dibawah 5 tahun merupakan usia pernikahan yang rawan dengan konflik. Hal ini disebabkan oleh proses penyesuaian diri yang terhambat. Banyak suami istri yang mengeluh bahwa sifat dan sikap pasangannya berubah setelah menikah, tidak seperti masa berpacaran.4 Jika masa ini tidak terselesaikan akan menyebabkan komunikasi berjalan tidak lancar karena adanya ketidak puasan dari masing3 4
Jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal.definisi.html http://female.kompas.com/read/2010/01/23/09432140/usiapernikahanrentanmasalah
5
masing pihak dan hal tersebut akan menimbulkan masalah baru, dimana ketidak puasan atau kekecewaan dari sifat atau sikap pasangan. Wilbur Schramm dalam uraian mengenai “ How Communication Work” mengatakan : “komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communion atau common”. Apabila mengadakan komunikasi itu berarti manusia mencoba membagikan informasi agar komunikan dan komunikator paham atas suatu pesan tertentu.5 Banyak makna tentang arti komunikasi namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi informasi atau
mengubah sikap, baik secara lisan maupun tak langsung
melalui media. Dalam lingkungan keluargapun komunikasi juga merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antar sesama anggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi keutuhan dalam keluarga itu sendiri. Setiap hubungan interpersonal mengandung unsur konflik, seperti pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan,. Konflik juga dapat timbul karena adanya kesalahan dalam diri seseorang berkomunikasi. Konflik juga dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan segala macam penyebabnya. Contohnya hubungan orang tua dengan anak, kakak dengan adik, mertua dengan menantu, suami istri, dsb. Seperti konflik yang terjadi dalam hubungan suami istri yang disebabkan karena sang suami kurang melakukan komunikasi 5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Rosdakarya, 2007), hal. 13
6
atau hanya untuk berbicara seperti basa-basi. Sebab, banyak pasangan yang terlena dengan aktifitasnya sendiri. Seperti suami istri yang sibuk dengan aktifitasnya tanpa banyak bicara dengan pasangannya. Sedangkan diwaktu senggang hanya akan digunakan untuk istirahat karena lelah dengan aktifitas masing-masing. Kurangya atau tidak adanya waktu untuk berkomunikasi seringkali menimbulkan salah pengertian yang mengacu pada konflik. Selain kurangnya komunikasi faktor pemicu yang lainnya adalah berupa penghasilan suami, anak, orang ketiga, seks, kenyakinan, mertua, ragam perbedaan juga merupakan faktor terjadinya konflik.6 Menurut Effendi hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sikapnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, dimana komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Saat komunikasi terjadi komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya komunikasi yang dilakukan. Peneliti memilih topik ini karena peneliti ingin mengetahui komunikasi interpersonal dalam penyelesaian konflik antar suami istri dan penyebab timbulnya antara kedua belah pihak. Dalam penelitian, sebelumnya peneliti telah melakukan observasi dilingkungan sekitar. Selain itu akan melakukan wawancara mendalam untuk dapat mengetahui konflik apa yang terjadi dan
6
http://grahita.wordpress.com/2010/03/04/5-faktor-penyebab-terjadinya-konflik-anatarasuami-istri
7
bagaimana pola komunikasi interpersonal suami istri dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana komunikasi interpersonal dalam penyelesaian konflik suami istri?”.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulis yaitu untuk mengetahui Bagaimana komunikasi interpersonal dalam penyelesaian konflik suami dengan istri.
D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi berkaitan dengan komunikasi interpersonal suami istri.
2. Kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada suami istri tentang komunikasi yang tepat untuk menyelesaikan setiap konflik diantara suami istri. b. Memberikan gambaran bagi pembaca khususnya masyarakat umum tentang komunikasi interpersonal di antara suami istri dalam menyelesaikan konflik dalam rumah tangga.
8
E. Definisi Konsep Dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan-batasan dalam konseptualisasi, batasan yang dipergunakan adalah : 1. Komunikasi Interpersonal Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara penyampai pesan
dan penerimanya yaitu komunikator dan
komunikan. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Secara garis besar dapat
9
disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian seseorang terhadap orang lain.7 R. Wayne Pace (1979) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima
dan
menanggapi
secara
langsung.8
Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesan.9 Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitu pula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Rosdakarya, 2007).hal.9 8 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998) hal.32 9 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2003) hal. 86
10
Komunikasi Interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat, dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai dengan topik yang dikaji bersama.
2. Konflik Suami Istri Konflik berasal dari bahasa latin (configere) yang artinya saling memukul. Konflik juga bisa diartikan dalam sosiologis yang artinya proses antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menghancurkannya. Konflik di latar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa oleh individu dalam interaksi. Perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, kenyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakatpun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan, sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan sebuah integrasi, sebaliknya intekrasi yang tidak sempurna akan menimbulkan konflik. Ada beberapa ahli mendefinisikan konflik diantarnya adalah :
11
a. Devito
: Interaksi yang disebut komunikasi antara individu dengan
individu lainnya, tak dapat dipungkiri akan menimbulkan konflik dalam yang berbeda-beda. b. Gibson
: hubungan yang selain menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi apabila masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri- sendiri dan tidak bekerja satu sama lain. c. Robbin
: keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak ada yang menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya jika merek mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. Keluarga yang harmonis merupakan dambaan bagi semua keluarga di dunia. Namun dalam kenyataan yang telah ditemukan, harapan keharmonisan keluarga menjadi sirna karena ternyata tidak semua hal bisa menjadi satu kebersamaan yang baik antara suami istri. Konflik antara suami istri adalah faktor yang paling sering dianggap sebagai peretak yang membuat sirna harapan mereka untuk mencapai keadaan yang ideal. 8 faktor penyebab timbulnya konflik suami istri, yaitu penghasilan, anak, kehadiran orang ketiga, seks, kenyakinan, mertua, ragam perbedaan dan komunikasi yang terbatas.10
10
http://keluarga.infogue.com/8_sumber_konflik_suami_istri
12
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis dengan alasan untuk mengkaji fenomena yang terjadi, yaitu dengan cara menerapkan metodologi ilmiah dalam meneliti fakta-fakta yang bersifat subyektif yaitu yang berkaitan dengan perasaan, tindakan, ide dan lain sebagainya dari hubungan suami istri yang diungkapkan dalam bentuk tindakan luar yakni berupa perkataan dan perbuatan.11 Dalam hal ini, peneliti berusaha memahami arti peristiwa yang terjadi pada informan yang diteliti dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.12 Peneliti menggunakan pendekatan ini dengan cara berusaha masuk ke dalam dunia informan yang diteliti agar bisa memahami dan mengamati perilaku serta peristiwa yang terjadi secara langsung dalam pasangan suami istri. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif studi kasus yaitu penelitian terhadap latar belakang dan kondisi dari individu, kelompok, atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk memberikan gambaran lengkap mengenai subyek atau obyek, dan suatu kejadian yang diteliti. Peneliti menggunakan jenis ini agar bisa lebih mengetahui secara intensif gambaran secara lengkap tentang latar belakang, sifat-sifat, serta suatu kejadian yang kemudian dari gambaran tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat 11
Iman Suprayogo dan Tabrani, Metodologi Sosial Agama, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 106 12 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 9
13
umum kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman tentang kenyataan tersebut. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Dalam penelitian ini, peneliti bukan sebagai orang ahli tetapi peneliti bertindak sebagai pengamat, dimana peneliti hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dimana data hasil dari pengamatan tadi sesuai dengan konsep yang disajikan dan semua permasalahan sudah terjawab pada penelitian ini. Sehingga metode ini layak digunakan untuk mengetahui proses komunikasi yang digunakan pasangan suami istri dalam menyelesaikan konflik. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena : a. Untuk mendapatkan data yang mendalam,suatu data yang mengandung makna yang tidak bisa didapatkan melalui kuantitaif. b. Selain itu, penelitian kualitatif memungkin peneliti untuk mengkaji suatu fenomena komunikasi, yakni proses komunikasi yang dilakukan pasangan suami istri dalam menyelesaikan konflik yang terjadi pada pasangan suami istri secara mendalam. 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian Subyek penelitian ini dilaksanakan pada pasangan suami istri yang berada di lokasi Dupak Rukun dan Sidorukun, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Surabaya.
14
3. Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data a. Jenis Data 1. Jenis Data primer Jenis data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) yang secara
khusus
dikumpulkan
oleh
peneliti
untuk
menjawab
penelitian.13 Dalam penelitian ini, yang termasuk jenis data primer adalah komunikasi interpersonal dalam penyelesaian konflik suami istri. Data ini diperoleh peneliti dari hasil observasi dan wawancara dengan pasangan suami istri warga Dupak Rukun dan Sidorukun Surabaya. 2. Jenis Data Sekunder Jenis data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam bentuk arsip atau dokumen. Dalam penelitian ini yang termasuk jenis data sekunder adalah profil keluarga. b. Sumber Data Sumber dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh.14 Dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. 13
Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 112 14 Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal 114
15
Sumber data
tersebut akan diproses dari profil keluarga dan
komunikasi interpersonal suami istri yang terkait dengan jenis data primer sedangkan sumber lainnya dapat diperoleh dari teori-teori yang terkait serta studi kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari melalui internet dan buku-buku referensi tentang penelitian. Dalam penelitian ini sumber
data atau informan, peneliti
menggunakan purposive sampling untuk menentukan siapa informan yang potensial dan bersedia untuk diwawancarai. Puposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.15 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, untuk mempermudah peneliti menjelajahi obyek situasi sosial yang diteliti. Sumber Data tersebut ditampilkan sebagai berikut : Table 1.1 Kriteria informan No
Nama
Jabatan
1
Moch. Soleh & Anis Shalawati
Wiraswasta & Ibu Rumah Tangga
2
Hadiri & Lutfiati
Wiraswasta & Pegawai Pabrik
3
Dahruji & Nur Fadilah
Wiraswasta & Ibu Rumah Tangga
4
Saihul & Pipit
Wiraswasta & Guru SLB
15
Sugiyo, Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif dan R & D, ( Bandung: CV. Alfabet), hal.218-219
16
5
Paidan Ali Hasan & Siti Umlifah
Wiraswasta & Guru TK
6
Moch Rifai & Rodiyah
Wiraswasta & Ibu Rumah Tangga
c. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah untuk keperluan peneliti. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan.16 Akan tetapi, tidak semua bentuk dapat menggunakan seluruh teknik yang ada, melainkan harus disesuaikan dengan subyek penelitian itu sendiri. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :
1. Observasi Adalah teknik pengamatan data dengan cara mengamati obyek yang diteliti secara sistematis dengan melihat apa yang mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dan menanyai mereka mengenai tindakan-tindakan mereka dengan tujuan penelitian. Kemudian mencatat kejadian-kejadian sebagai catatan lapangan.17
16
Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) hal. 212 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004). Hal. 85 17
17
Menurut Guba dan Lincoln, bahwa pada teknik ini didasarkan pada pengamatan langsung yang memungkingkan peneliti melibatkan diri secara langsung dan menghayati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi sebenarnya.18 Sebagaimana yang dikatakan oleh Suharsini Arikunto, mengamati adalah menetapkan kejadian, gerak, atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, dilakukan beberapa orang. Karena itu pengamatan harus objektif agar mendapatkan data yang valid.19 Adapun yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian terjun langsung ke lapangan dengan melibatkan diri pada aktifitas sasaran serta memeriksa kejadian secara lengkap segala peristiwa yang terjadi pada pasangan suami istri. Kemudfian melakukan pencatatan secara langsung pada obyek penelitian dengan mengamati proses komunikasi yang dilakukan pasangan suami istri warga Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan dalam menyelesaikan konflik dalam rumah tangga. Hasil dari pengamatan tersebut menjadi informasi mengenai topic dari penelitian ini. Obeservasi ini dilakukan agar data yang diperoleh dari informan akan lebih lengkap.
18 19
Jalaluddin Rakhmat, Op Cit., hal.125 Suharsini Arikunto, Op Cit., hal. 200
18
2. Wawancara Mendalam Wawancara adalah bentuk informasi antara dua orang, dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan
tujuan
tertentu.20
Wawacara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.21 Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer, berupa komunikasi interpersonal yang digunakan suami istri warga Dupak Rukun dalam upaya penyelesaian konflik suami istri. Selain data primer diatas, wawancara juga dilakukan guna memperoleh data sekunder, berupa profil keluarga, komunikasi suami istri, melalui sumber terkait yaitu pasangan suami istri. 3. Dokumentasi Dokumentasi
yaitu
proses
melihat
kembali
data-data
dari
dokumentasi berupa segala macam bentuk informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman suara. Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan peneliti untuk menelusuri data histories yang berisi sejumlah fakta yang
20
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 108 21 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Airlangga University Press, 2001) hal. 180
19
berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi.22 Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliput majalah, koran, data-data yang bersumber dari buku dan internet yang berkaitan dengan
topik
penelitian.
data-data
tersebut
digunakan
untuk
mendapatkan data sekunder. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1.2 Jenis, Sumber dan Sumber Pengumpulan Data NO
SUMBER DATA
Data Primer, berkaitan dengan komunikasi interpersonal suami istri pada warga Dupak Rukun dan Sidorukun Surabaya
Sumber data primer diperoleh dari pasangan suami istri Dupak Rukun dan Sisorukun Surabaya
Observasi dan Wawancara
Data Sekunder, berkaitan dengan profil keluarga pasangan suami istri Dupak Rukun dan Sidorukun Surabaya
Sumber data sekunder diperoleh dari pasutri, keluarga,lingkungan, dan dokumen, pustaka.
Wawancara dan Dokumentasi
1
2
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
JENIS DATA
4. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa tahapan yaitu:
22
Ibid, hal 152
20
a. Pra Lapangan Tahap pra lapangan merupakan tahap perjalan penelitian lapangan. Kegiatan pra lapangan dalam penelitian ini meliputi : 1) Menyusun Penelitian Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau proposal yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen pembimbing. Proposal penelitian terdiri dari konteks penelitian, rumusan masalah, fokus penelitian, subyek, obyek dan lokasi penelitian, rancangan pengumpulan data, analisis data dan rancangan pengecekan keabsahan data. 2) Memilih Lokasi Penelitian Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah membuat usulan pengajuan judul penelitian. peneliti telah terlebih dahulu menggali data atau informasi tentang obyek yang akan diteliti, kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuwan yang peneliti alami sekarang. 3) Mengurusi Perizinan Sebelum melakukan penelitian (secara formal), peneliti lebih dahulu meminta izin penelitian kepada Dekan Fakultas untuk kemudian diserahkan kepada pihak yang terkait.
21
b. Lapangan Kegiatan lapangan dalam penelitian ini meliputi : 1) Persiapan Wawancara Adapun
yang
akan
dilakukan
peneliti
disini
yaitu
mempersiapkan diri untuk melakukan penelitian itu, terutama dalam hal wawancara. Pada tahap ini, peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara terlebih dahulu agar penelitian mempunyai gambaran redaksi data-data yang akan diajukan. 2) Memasuki Lapangan Tahap ini, peneliti mulai memasuki lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara kepada informan dan pihak terkait seperti suami istri. 3) Analisa Data Pada tahap ini, data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumen dan data lain yang mendukung di klasifikasikan dan di analisa dengan metode induktif. c. Laporan Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti menuangkan hasil dari penelitian ke dalam bentuk laporan. Tahap ini adalah tahap akhir dari seluruh prosedur penelitian, dan disini peneliti dituntut agar kreatif dalam menulis. Tentunya, penulisan laporan ini sesuai dengan prosedur penelitian, karena penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap penelitian. adapun penulisannya,
22
mulai dari tahap pertama yaitu konteks penelitian sampai tahap akhir yaitu analisis data yang ditunjang dengan keabsahan data yang ditulis dalam penulisan yang berbentuk skripsi. Dalam penulisan laporan ini, juga ditunjang dengan sistematika pembahasan agar laporan lebih sistematis penulisannaya. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data berkaitan dengan bagaimana peneliti akan menerapkan prosedur penyelesaian masalah untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah jenis analisis kualitatif. Penelitian kualitatif ini bersifat induktif yaitu peneliti membiarkan permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Peneliti menghimpun data dengan pengamatan yang seksama dan mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen lainnya yang menunjang. Penelitian ini akan menggali dan menggabungkan dari sumber data yang tersedia yaitu: a. Sumber kepustakaan, maksudnya adalah memperoleh data teoritis dengan cara membaca, mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian. b. Sumber lapangan, maksudnya adalah mencari data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian untuk memperoleh data yang konkrit dan valid tentang segala sesuatu yang diselidiki.
23
6.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data memiliki empat kriteria
yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).23 a. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali data informasi untuk dijadikan obyek penelitian yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu masalah yang berkaitan dengan pola komunikasi interpersonal suami istri dalam upaya penyelesaian konflik warga Dupak Rukun Surabaya. b. Triangulasi Triangulasi adalah teknik keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak 23
Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002) hal. 173
24
digunakan ialah pemerikasaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, upaya yang peneliti lakukan untuk pengecekan keabsahan data dengan mengunakan sumber yaitu berupa hasil wawancara dan observasi maupun dokumen-dokumen yang peneliti peroleh dari pasangan suami istri warga Dupak Rukun dan Sidorukun Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan Surabaya. G. Sistematika Pembahasan Agar penulisan ini lebih mudah dipahami, maka perlu kiranya penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I (PENDAHULUAN) Bab ini menjelaskan mengenai konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan. penelitia BAB II (KAJIAN TEORITIS) Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka konseptual yang menyangkut
tentang
pembahasan
dalam
penelitian
yakni
pengertian dari pola komunikasi, komunikasi interpersonal, konflik, serta hubungan interpersonal dalam penyelesaian konflik suami istri, kemudian menjelaskan mengenai manajemen dan strategi penyelesaian konflik dalam rumah tangga.
25
BAB III (PENYAJIAN DATA) Bab ini menjelaskan tentang penyajian data meliputi deskripsi umum objek penelitian dan deskripsi hasil penelitian. BAB IV (ANALISA DATA) Bab ini menjelaskan tentang analsis data yang meliputi temuam dan konfirmasi temuan dengan teori . BAB V (PENUTUP) Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-saran.