BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya, bahasa juga berfungsi sebagai alat pemersatu untuk saling berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri. Bahasa itu sendiri keberadaannya sangat beragam dari masing-masing daerahnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas sendiri dalam menggunakan bahasa, seperti bahasa Jawa yang mayoritas digunakan oleh sebagian besar penduduk di Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Untuk daerah Jawa Barat, sebagian besar penduduknya menggunakan bahasa Sunda. Namun, beberapa daerah di Jawa Barat bagian Utara (Kawasan Pantura) juga ada yang menggunakan bahasa Jawa. Artinya, sebagian besar bahasa tutur yang digunakan penduduk atau masyarakat Jawa adalah bahasa Jawa. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan penggunaan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur setiap daerah di Indonesia. Tuturan bahasa Jawa pada setiap daerah berbeda-beda karena menyesuaikan kondisi geografis serta kondisi masyarakat tutur. Perbedaan tuturan pada setiap daerah tersebut disebut dialek. 1 Perubahan Bunyi Dan Relasi Makna…, Rudy Mukdiyanto, FKIP UMP, 2017
2
Dialek merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Seperti variasi bahasa Jawa pada kosakata yang digunakan oleh masyarakat di Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap merupakan salah satu bagian dari dialek bahasa Jawa. Desa Mentasan adalah bagian Kecamatan Kawunganten, yang merupakan wilayah Kabupaten Cilacap tepatnya masuk dalam wilayah Cilacap Barat. Bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur Desa Mentasan sama dengan bahasa Jawa dialek Banyumas yaitu bahasa Jawa ngapak. Hal tersebut disebabkan karena Kabupaten Cilacap merupakan salah satu dari empat eks-karesidenan Banyumas yang meliputi: Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap. Dilihat dari segi bahasa, wilayah Desa Mentasan hanya mendapat sedikit pengaruh dari wilayah kraton Yogyakarta dan Solo. Dalam berkomunikasi, masyarakat Desa Mentasan lebih suka menggalang sikap kesetaraan yang bersifat universal. Etika dalam masyarakat dibangun atas dasar etika kemanusiaan yang dapat memunculkan kekuatan solidaritas. Berbeda dengan bahasa Jawa baku atau bahasa Jawa standar, bahasa Jawa baku digunakan di wilayah yogyakarta, surakarta, dan solo. Bahasa Jawa yang berada di luar wilayah tersebut merupakan dialek-dialek dari bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku merupakan bahasa Jawa yang sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa Jawa yang telah ditentukan. Ciri utama yang menandai bahasa Jawa baku adalah hadirnya seluruh ragam tutur ngoko, madya, dan krama dalam percakapan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun informal. Ciri yang lain terdapat pada pemakaian kosakata yang digunakan. Pada pemakaian bahasa Jawa
Perubahan Bunyi Dan Relasi Makna…, Rudy Mukdiyanto, FKIP UMP, 2017
3
ngoko yang lebih cenderung melafalkan fonem [a] dilafalkan menjadi fonem [ᴐ ] baik posisi awal kata maupun akhir kata, begitu juga dengan pemakaian bahasa Jawa krama. Namun untuk pemakaian kosakata bahasa Jawa ngoko di Desa Mentasan, fonem [a] dilafalkan tetap menjadi fonem [a]. Sedangkan untuk pemakaian bahasa Jawa krama pengucapan fonem [a] berubah menjadi fonem [ᴐ ] pada posisi tengah kata maupun akhir akhir kata. Jadi perbedaan pengucapan tersebut merupakan masalah dalam dialek. Dalam kegiatan sehari-hari peneliti sering berkomunikasi dengan masyarakat Desa Mentasan. Ketika berkomunikasi, peneliti memperhatikan dialek bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat. Dari hasil komunikasi tersebut, peneliti menemukan perbedaan kosakata antara bahasa Jawa dialek Mentasan dengan bahasa Jawa baku yang berkaitan dengan fonologi dan semantik. Adapun perbedaan yang peneliti temukan ketika berkomunikasi dengan masyarakat Desa Mentasan adalah kata mas [mas] bahasa Jawa baku menjadi mamas [mamas] bahasa Jawa dialek Mentasan dan kata penuding [pənudiŋ] bahasa Jawa baku menjadi penuduh [pənuduh] bahasa Jawa dialek Mentasan. Pada kata mas [mas] dalam bahasa Jawa baku berbeda pengucapannya dengan bahasa Jawa dialek Mentasan yang menjadi mamas [mamas]. Perbedaan tersebut berkaitan dengan fonologi. Kata mas [mas] mendapatkan penambahan beberapa fonem berupa [m dan a] di depan kata. Kata mas [mas] dan mamas [mamas] dalam bahasa Indonesia merupakan „sebutan untuk kakak laki-laki‟. Penambahan fonem tersebut terjadi karena kebiasaan penutur berucap. Namun, penambahan fonem [m dan a] pada bahasa Jawa dialek Mentasan tersebut tidak mengubah makna kata.
Perubahan Bunyi Dan Relasi Makna…, Rudy Mukdiyanto, FKIP UMP, 2017
4
Kemudian pada kata penuding [pənudiŋ] (bahasa Jawa baku) yang berbeda penulisan dan pengucapannya menjadi penuduh [pənuduh] (bahasa Jawa dialek Mentasan) yang artinya „jari telunjuk‟. Perbedaan tersebut termasuk dalam proses semantis. Walaupun penulisan dan pengucapan antara kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan tersebut berbeda, hal tersebut tidak mengubah makna kata. Dengan demikian, peneliti berasumsi terdapat perbedaan antara kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan. Adanya perbedaan tersebut, penelitian ini perlu dilakukan untuk membuktikan asumsi peneliti terdapat gejala fonologi dan semantik antara bahasa Jawa dialek Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap dengan bahasa Jawa baku.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana perubahan bunyi antara kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap?
2.
Bagaimana relasi makna kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1.
mendeskripsikan perubahan bunyi antara kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Perubahan Bunyi Dan Relasi Makna…, Rudy Mukdiyanto, FKIP UMP, 2017
5
2.
mendeskripsikan relasi makna antara kosakata bahasa Jawa baku dengan kosakata bahasa Jawa dialek Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis Penelitian ini mampu memberi pemahaman dan pengetahuan baru mengenai
dialek bahasa Jawa di Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Selain itu juga dapat memperkaya khasanah dialektologi di Indonesia. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai salah satu upaya pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Jawa. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap dialek Jawa yang berkembang di Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap sebagai tempat penelitian. Selain itu penelitian ini memberikan informasi tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan umum daerah penelitian, keadaan kosakata di daerah penelitian, dan variasi unsur-unsur bahasa Jawa yang digunakan di Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.
2.
Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya khususnya yang mengkaji bidang fonologi dan semantik.
b.
Sebagai salah satu usaha untuk melestarikan bahasa dan budaya terutama untuk acuan Guru Bahasa Jawa.
Perubahan Bunyi Dan Relasi Makna…, Rudy Mukdiyanto, FKIP UMP, 2017