BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut adalah sebuah novel karya Ronierays yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang adalah menulis, membaca, menonton tv, dan jalan-jalan. Nama orang tua yaitu Iskandar dan Sukarsih, dan pengarang merupakan anak tunggal. Pekerjaan sekarang di PT. Pancar Niaga Indonesia sebagai Assistant Director, dan sebelumnya PT. Gracia Ocean Global sebagai Executive Manager dan sebagai Guru private bahasa Inggris (www.ronierays.wordpress.com). Menurut pengarang, DD berarti dangdut, sedangkan ide cerita tentang novel DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut muncul pada saat ia pulang ke kampung halamannya ke Jember beberapa tahun sebelumnya. Pengarang mempunyai saudara penyanyi dangdut kampung dan mengenal beberapa teman-temannya. Mereka berbicara mengenai kehidupan, keinginan, dan cita-citanya untuk menjadi bintang dan artis ibu kota. Dari situlah pengarang membuat cerita fiksi yang berdasarkan kehidupan mereka. Sebelumnya judul novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut, yaitu Bara. Akan tetapi, penerbit menggantinya menjadi DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut. Novel DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut dipilih sebagai objek penelitian, dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan berikut. Pertama, novel DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut memiliki gambaran psikologis yang menonjol, terutama 1
Pada tokoh utama yang bernama Prisyla, yaitu seorang wanita tersebut mencari kebahagiaan lain (selingkuh) di luar kebahagiaan yang sesungguhnya sudah didapatkan. Dalam novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut tokoh wanitanya digambarkan tentang sifat, pola pikir, dan tingkah lakunya. Kesemuanya digambarkan dengan jelas, sehingga benar-benar dapat dipahami tentang jiwa wanita yang mencari kebahagiaan lain. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran jiwa tokoh Prisyla, dan bagaimanakah gambaran sifat, pola pikir, serta perasaan yang membentuk pribadi tokoh Prisyla, maka dianalisis melalui psikologi sebagai ilmu bantu. Kedua, isi cerita mengenai seorang anak yang telah ditinggal oleh ibunya pergi dengan lelaki lain demi mendapatkan kepopularitas semata, menyebabkan anakanaknya dendam terhadap ibunya sendiri. Semua itu dikrenakan, ibunya yang sudah sukses menjadi penyanyi terkenal, menganggap bahwa semua keluarganya, terutama suami dan anak-anaknya tidak pernah ada. Ketiga, bagaimana tokoh utama memperjuangkan dirinya untuk mendekati anak-anaknya agar diterima kembali sebagai ibu mereka. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah unsur struktur dalam novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut yang meliputi plot, alur, dan penokohan?
2
2. Bagaimanakah unsur psikologis para tokoh dalam novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut? 3. Bagaimanakah gambaran konflik batin yang dialami para tokoh dalam DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut? 1.3 Tujuan Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini dibagi menjadi : (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, pelaksanaan penelitian bertujuan menambah khazanah penelitian, khususnya sastra Indonesia dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra. Tujuan penelitian ini sekaligus meningkatkan rasa bangga dan cinta terhadap hasil karya negeri sendiri. Selain itu, tujuan penelitian ini diharapkan pula dapat membuka wawasan untuk tidak hanya melihat karya sastra berdasarkan faktor internal, melainkan dari faktor eksternal pula sebagai penunjang karya itu. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui unsur struktur dalam novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut? 2. Untuk mengetahui unsur psikologis para tokoh dalam novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut? 3
3. Untuk mengetahui gambaran konflik batin yang dialami para tokoh dalam DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut? 1.4 Penelitian Sebelumnya Sepanjang diketahui, novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut belum pernah dibicarakan oleh para peneliti sastra, khususnya di lingkungan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Akan tetapi, pembicaraan mengenai kemunculan novel DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut bukanlah hal baru karena sempat dokomentari di media massa maupun di situs-situs tertentu. Misalnya saja seperti komentar, Shuniyya R, penulis buku Jangan Lepas Jilbabku novel DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut merupakan dobrakan dalam pola berpikir kita. Setidaknya ada hikmah yang bisa diambil, yakni: “Anak bukanlah hak milik yang bisa diperlakukan semena-mena.” Komentar
Kermen
Dione,
penerjemah
dan
penulis
novel
Sedara
Cinta
(www.ronierays.wordpress.com). “Pendangdut adalah cermin kehidupan dilematis. Ekonomi rakyat pinggiran, eksotisme, erotisisme, dan tentunya popularitas tertuang dalam kehidupan mereka. Novel DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut , telah sukses merekam segala problematika tersebut” (ronierays, 2010). 1.5 Landasan Teori Pengkajian dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori yang saling berkaitan untuk dijadikan landasan dalam analisis. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori strukturalisme dan teori psikologi sastra.
4
1.5.1 Teori Strukturalisme Analisis awal dalam penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme. Menurut Teeuw (1984:154), analisis struktur memang satu langkah, suatu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami prose situ dengan sesempurna mungkin. Langkah itu tidak boleh dimutlakkan tetapi tidak boleh pula ditiadakan atau dilampaui. Dengan demikian analisis struktur yang dilakukan dalam penelitian ini dibatasi pada aspek perwatakan, tokoh, alur, dan latar. Menurut Teeuw (1984:154), strukturalisme menyangkut keseluruhan suatu makna yang bulat, mempunyai koherensi instrinsik, dalam keseluruhan itu setiap bagian dan unsur memainkan peranan yang hakiki. Sebaliknya unsur dan bagian mendapat makna dari keseluruhan teks. Dengan demikian, analisis struktur merupakan satu langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh makna sesempurna mungkin dalam sebuah karya sastra. Strukturalisme adalah adalah suatu cara mencari realitas bukan dalam hal (benda-benda) yang bersifat individual, melainkan dalam hubungannya dengan unsur lain (Scoles dalam Ratna, 2009:4). Dalam penelitian sastra, antara pendekatan dengan teori saling melengkapi. Teori strukturalisme merupakan pisau bedah dalam menganalisis unsur-unsur dalam karya sastra. Teori berasal dari kata theoria (bahasa latin) yang berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai korelasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2009:1). Menurut Peaget, seperti dikutip oleh Endraswara (2008:50) strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan struktur 5
maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Teori berfungsi untuk mengubah dan membangun pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan (Ratna, 2009:2). Scholes (dalam Ratna, 2009:89) menjelaskan strukturalisme menjadi tiga tahap, yaitu sebagai pergeseran paradigma berpikir, sebagai metode, dan terakhir sebagai teori. Namun, dalam penelitian ini akan membahas strukturalisme sebagai teori. Menurut Ratna (2009:91), menjelaskan bahwa strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya. Di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antarunsur (unsur) dengan totalitasnya. Beberapa pengertian tentang teori struktualime telah diuraikan di atas. Dengan demikian, di antara teori tersebut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalime. Menurut Teeuw (1984:154), teori ini lebih sederhana tetapi mencakup
pengertian
strukturalisme
secara
keseluruhan
yaitu
menekankan
pembahasan pada aspek perwatakan tokoh, alur, dan latar. 1.5.2 Teori Psikologi Sastra Selanjutnya dibahas tentang satu teori yang juga sebagai dasar dari penelitian ini yaitu teori psikologi sastra. 6
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara, 2008:96). Psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Menurut Roekhan (dalam Endraswara, 2008:97-98) 1) Pendekatan Tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra 2) Pendekatan Reseptif-Pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra ynag terbentuk dari pengaruh karya yang dibaca, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. 3) Pendekatan Ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakat. Namun, dalam penelitian ini hanya membahas pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologi tokoh-tokoh dalam DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut. Pendekatan psikologis pada dasarnya berhungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna, 2009:61). Penelitian ini lebih dekat dengan pendekatan objektif karena hanya terbatas pada pembahasan tentang teks atau DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut sebagai objek. Pendekatan psikologis lebih banyak membicarakan aspek-aspek penokohan karena kondisi psikologis sangat berperan dalam menentukan tingkah laku maupun berpikir seseorang.
7
Psikologi menyangkut proses berpikir, tingkah laku, dan kejiwaan seseorang. Menurut Britannica (dalam Taniputera, 2005:17) bahwa psikologi adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mental, seperti kebiasaan pada manusia dan binatang. Dalam karya sastra, psikologi sangat dibutuhkan karena selain mencerminkan kejiwaan para tokoh yang terdapat dalam sebuah karya, psikologi juga mampu mencerminkan kejiwaan pengarang dan pembaca yang memiliki pengaruh besar terhadap suatu karya sastra. Psikologi sastra menurut (Ratna, 2009:344) adalah cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya, dan memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra merupakan pemahaman tentang psikologi sastra (Ratna, 2009:342). Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerinkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconsious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk conscious (Endraswara, 2003:96). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang 8
kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif, dapat menmapilakan berbagai problem psikologis. Sigmund Freud membahas pembagian psikisme manusia yaitu Id (terletak di bagian taksadar) yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan taksadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua. Freud mengibaratkan Id sebagai raja atau ratu, Ego sebagai perdana menteri dan Superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa absolute, harus dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri; apa yang diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego, ibaratnya seorang pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus mengingatkan si Id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak (Minderop, 2010:20). 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut. 9
1. Tahapan pengumpulan data 2. Tahapan pengolahan data 3. Tahapan penyajian hasil 1.6.1 Tahapan Pengumpulan Data Data utama dalam analisis ini adalah DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut, dan sebagai objek dibaca secara intensif dan berulang-ulang kemudian dicatat datadata yang penting. Pencatatan data-data yang penting selain dibantu teknik kartu data, juga dibantu media cetak yang menunjang analisis. Data-data penunjang tersebut diperoleh dari Perpustakaan Universitas Udayana, dan Perpustakaan Daerah Bali. 1.6.2 Tahapan Pengolahan Data Pada tahap pengolahan data, dilakukan melalui metode deskriptif analitik (Ratna, 2009:53), yakni dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut dianalisis strukturnya seperti penokohan, alur, dan latar. Langkah tersebut dilakukan dengan cara membaca dengan saksama serta memahami cerita. 1.6.3 Tahapan Penyajian Hasil Tahapan penyajian hasil dilakukan dengan pemaparan berupa penyajian yang bersifat formal (Ratna, 2009:49) yakni, analisis dengan mempertimbangkan aspekaspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Tujuan metode ini adalah untuk menyajikan hasil analisis yang menekankan pada sifat teks yang dianggap penting melalui tinjauan psikologi sastra.
10