BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama,
yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan, sehingga dengan fungsinya tersebut bank memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan ekonomi dan meningkatkan daya saing industri khususnya terhadap persaingan ekonomi global. Seperti yang diketahui, bahwa didalam pengelolaannya bank memiliki berbagai risiko usaha, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategik dan risiko reputasi. Dari berbagai risiko tersebut, maka bank dituntut untuk dapat mengelola risikonya dengan baik agar dapat menghindari hal-hal yang dapat merugikan bank. Risiko kredit merupakan risiko yang paling signifikan yang dapat menyebabkan kerugian potensial bagi bank. Risiko kredit adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur (counterparty) atas kewajiban pembayaran hutangnya baik hutang pokok maupun bunga ataupun keduanya. Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-produk perbankan khususnya terkait dengan pengukuran risiko kredit yang dimiliki oleh perbankan, Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) yang tergabung dalam Bank for International Settlement (BIS) kembali menyempurnakan kerangka permodalan
1
baru yang lebih dikenal dengan Basel II yang pertama kali dipublikasikan pada bulan Juni 2004. Basel II memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat sensitif terhadap risiko serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process dan market discipline. Basel II memungkinkan bank untuk menghitung risiko kredit untuk memenuhi ketentuan permodalan dengan menggunakan salah satu dari dua metoda, yaitu berdasarkan metoda Standardised Approach (SA) atau metoda Internal Rating-Based Approach (IRB). PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI sebagai salah satu bank terbesar milik pemerintah (BUMN) di Indonesia yang sangat fokus dalam penyaluran kredit ke sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sudah memiliki dan menyempurnakan penerapan manajemen risiko kredit terhadap metode pengukuran dan penilaian risiko kredit yang sesuai dengan pendekatan metode Internal Rating-Based Approach (IRB) melalui penerapan model internal rating, yaitu: Credit Risk Rating (CRR). Pada model internal rating ini, bank diizinkan untuk menggunakan peringkat internal (internal rating) terhadap counterparty (debitur) dan eksposur yang dimiliki yang memungkinkan pembedaan risiko yang lebih rinci dari berbagai eksposur, sehingga menghasilkan tingkat permodalan yang lebih sesuai dengan tingkatan risiko yang dihadapi. Penerapan
sistem
Model
Credit
Risk
Rating
(CRR)
sudah
diimplementasikan oleh Bank BRI sejak tahun 2001 dan sejalan dengan
2
perkembangan bisnis dan usaha, Model CRR Bank BRI sudah mengalami beberapa penyempurnaan dan penyesuaian. Credit Risk Rating (CRR) memiliki tujuan sebagai salah satu sarana dalam system internal rating dan manajemen portofolio kredit yang mampu mengukur risiko kredit secara individual dan menilai tingkat kesehatan (kualitas) kredit, dengan menggunakan parameter yang memenuhi
prinsip
mudah
dimengerti
dan
praktis
(practicality),
dapat
membedakan tingkatan risiko kredit (differentiates risk), fokus pada kondisi yang akan datang (focus on future) dan meminimalkan subyektifitas (minimize subjectivity), sehingga Credit Risk Rating (CRR) dapat menjadi alat bantu bagi pemrakarsa kredit untuk mengetahui tingkat kemungkinan gagal bayar (probability of default) setiap debitur. Seiring dengan penggunaan Model Credit Risk Rating (CRR) yang diterapkan oleh Bank BRI selama ini, dalam perkembangannya ternyata masih terdapat kelemahan dan kesalahan akurasi dalam pelaksanaan Model Credit Risk Rating (CRR). Hal ini terbukti masih adanya pinjaman yang menimbulkan dampak kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) di beberapa jenis kredit yang diberikan Bank BRI. Penyebab timbulnya kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti, faktor internal bank yaitu sikap dan kemampuan dari para bankir yang mencakup pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki setiap bankir berbeda satu sama lainnya. Sedangkan faktor eksternal bank, yaitu kondisi manajemen dan keuangan debitur, kegiatan dan lokasi usaha debitur, persaingan usaha, kondisi ekonomi
3
makro secara umum dan faktor force majeure (bencana alam, gempa bumi, dan lainnya). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, pada penelitian ini peneliti akan mencoba memberikan alternatif metode pengukuran dan penilaian risiko kredit kepada Bank BRI melalui penerapan model prediksi kebangkrutan. Model analisis yang akan digunakan oleh peneliti untuk memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan adalah analisis Model Altman Z Score yang dimana menggunakan pendekatan rasio-rasio keuangan yang dianggap paling berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan. Selain menggunakan rasio-rasio keuangan, pada Model Altman Z Score ini juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang dapat mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini bahwa implementasi Model Altman Z Score pada sebuah
perusahaan
selain
dapat
mendeteksi
kemungkinan
terjadinya
kebangkrutan, juga akan memberikan arahan dan masukan kepada manajemen perusahaan untuk segera melakukan perubahan dan perbaikan pada bagian-bagian perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan. Model prediksi kebangkrutan Altman Z Score ini juga dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan besar maupun perusahaan kecil, perusahaan manufaktur maupun perusahaan non manufaktur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Edward I Altman dengan menggunakan multivariate discriminant analysis pada tahun 1968 disimpulkan bahwa model tersebut dapat memprediksi
4
kebangkrutan perusahaan dengan tingkat keakuratan sampai dengan 94% pada tahun pertama dan 72% pada tahun kedua. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif model bagi Bank BRI dalam membangun early warning system untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan (corporate failure). Walaupun sudah banyak dilakukan di luar negeri, penelitian mengenai corporate financial distress akan terus berkembang karena perubahan dunia usaha yang begitu cepat sehingga diperlukan model yang sesuai dengan perkembangan jaman dan mempunyai akurasi yang tinggi. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan Model Altman Modifikasi (Z”Score) untuk mengukur tingkat gagal bayar pada perusahaan non publik dan perusahaan non manufaktur yang sudah menjadi debitur di Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau selama 2 tahun pada peridoe 2012 – 2014 yang termasuk dalam segmen kredit ritel dan kredit menengah. Hal ini dikarenakan, persentase NPL (Non Performing Loan) yang ada di Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau untuk kedua segmen kredit tersebut cukup tinggi dengan total NPL di atas 5% (lima persen). Adapun kondisi portofolio pinjaman Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau pada periode tahun 2013 – 2014 sesuai pada Tabel 1.1 dibawah ini.
5
Tabel 1.1, Portofolio Pinjaman Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau Tahun 2013 - 2014 Periode Desember 2013
Segmen Kredit Kredit Ritel Komersial Kredit Menengah Kredit Program Kredit Konsumtif TOTAL
Oustanding
Periode Desember 2014
NPL
%
244,613,172,340
19,397,970,654
7.93
660,491,336,954
58,029,683,520
6,857,024,154
Oustanding
NPL
%
224,186,261,891
22,346,425,965
9.97
8.79
586,235,903,876
40,402,488,675
6.89
231,955,461
3.38
9,457,137,854.00
335,951,049
3.55
318,683,841,792
10,352,972,620
3.25
336,073,671,702
9,299,469,859
2.77
1,230,645,375,239
88,012,582,255
5.84
1,155,952,975,323
72,384,335,549
5.80
Sumber: Portal Data Warehouse Bank BRI Cabang Medan Putri HijauTahun 2015 (data diolah)
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Model Credit Risk Rating dan Model Altman Modifikasi (Z” Score) Dalam Memprediksi Tingkat Gagal Bayar (Studi: Perusahaan Debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau)”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diketahui bahwa
rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perbandingan hasil pengukuran Model Credit Risk Rating (CRR) dan Model Altman Modifikasi (Z” Score) pada perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau. 2. Menganalisis
perbandingan
hasil
pengukuran
Model
Altman
Modifikasi (Z” Score) dengan Kolektibilitas Bank Indonesia (BI
6
Checking) pada perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau.
1.3
Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan permasalahan di atas
menjadi beberapa pertanyaan penelitian (research questions), antara lain: 1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran antara Model Credit Risk Rating (CRR) dan Model Altman Modifikasi (Z” Score) pada perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau? 2. Apakah Model Altman Modifikasi (Z” Score) dapat digunakan sebagai alternatif metode dalam mengukur tingkat gagal bayar perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau?
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Menganalisis perbandingan hasil pengukuran Model Credit Risk Rating (CRR) dan Model Altman Modifikasi (Z” Score) pada perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau. 2. Menganalisis
perbandingan
hasil
pengukuran
Model
Altman
Modifikasi (Z” Score) dengan Kolektibilitas Bank Indonesia (BI Checking) pada perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau.
7
1.5
Manfaat Penelitian 1. Peneliti Merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan yang dimiliki serta sebagai sarana pembelajaran agar dapat menambah pengalaman serta sebagai aplikasi nyata dari teori-teori yang sudah dipelajari di bangku kuliah. 2. Manajemen Bank Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para manajer dan pejabat bank dalam menganalisis prose pemberian kredit kepada debitur. 3. Kalangan Akademis dan Mahasiswa Merupakan persembahan ilmu pengetahuan teoritis, kiranya dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan model analisis yang berkaitan dengan perkreditan dan variabel-variabel yang mempengaruhinya
1.6
Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Agar penulisan tesis ini tepat menuju sasaran, maka peneliti melalukan
pembatasan terhadap obyek penelitian, sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menjadi obyek penelitian adalah perusahaan yang sudah menjadi debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau selama 2 tahun pada periode tahun 2012 – 2014.
8
2. Perusahaan yang termasuk dalam debitur pada segmen kredit ritel dan menengah di Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau. 3. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan non publik dan perusahaan non manufaktur di Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau.
1.7
Sistematika Penulisan Tesis ini tersusun ke dalam 5 bagian, yaitu pendahuluan, landasan teori,
metode penelitian, analisis pengolahan data, serta kesimpulan. Bab pertama, pendahuluan akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab dua, landasan teori terbagi ke dalam beberapa sub-bab, antara lain mengenai teori-teori dasar yang digunakan, dan beberapa literatur yang mendukung penelitian ini. Bab tiga, metode penelitian terbagi ke dalam beberapa sub-bab, yaitu penjelasan mengenai data yang akan diolah dan pengolahan data untuk setiap langkah yang akan dilakukan untuk setiap metode yang digunakan. Bab empat, analisis hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis dari hasil pengolahan data yang tersedia. Bab lima, yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, implikasi dan saran-saran yang kelak akan mempermudah penelitian lebih lanjut.
9