BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992 pariwisata telah melibatkan lebih dari 500 juta kunjungan wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan ITB, 2005: 2). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata telah berkembang menjadi sebuah industri yang mampu menggerakkan perekonomian dunia. Menurut Wahab (1975: 9) pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektorsektor produktif lainnya. Dalam UU Kepariwisataan no.10 tahun 2009 menjelaskan bahwa Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Industri pariwisata terdiri dari berbagai
macam
usaha seperti daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensif, konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta dan spa. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan bagian dari industri pariwisata yang dikembangkan oleh pemerintah maupun swasta saat ini. Salah satunya
1
2
adalah desa wisata yang merupakan sebuah trend pariwisata yang baru dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Di Jawa Tengah khususnya, desa wisata mengalami kenaikan jumlah desa wisata tiap tahunnya.Di tahun 2011 jumlah desa wisata adalah 85 desa naik menjadi 130 desa di tahun 2014 (Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, 2015: 7). Itu artinya dalam kurun waktu 4 tahun jumlah desa wisata di Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 53%. Salah satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Boyolali juga menggalakkan pengembangan desa wisata. Sampai saat ini desa wisata di Kabupaten Boyolali berjumlah 4 desa wisata. Keempat desa wisata tersebut adalah Desa Wisata Samiran, Desa Wisata Lencoh, Desa Wisata Wonosemar, dan Desa Wisata Kemasan.Dari keempat desa wisata tersebut, setiap desa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Salah satu desa wisata yang memiliki karakteristik yang unik adalah Desa Wisata Samiran. Desa Wisata Samiran merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Terletak diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu menjadikan tempat ini memiliki berbagai potensi wisata alam yang dapat dikembangkan.Pemandangan indah dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu ini menjadikan daya tarik bagi penikmat wisata alam terutama pegunungan. Banyaknya jenis buah dan sayuran yang tumbuh di tempat ini menjadi sebuah nilai plus tempat ini karena dijadikan sebuah agrowisata dengan buah dan sayuran sebagai daya tariknya. Selain wisata alam terdapat juga wisata budaya dimana terdapat beberapa tarian khas daerah Selo seperti tari topeng dan tari turonggoseto. Tarian yang sering memenangkan
3
perlombaaan di tingkat Kabupaten ini dapat dinikmati di Desa Samiran Kabupaten Boyolali. Menurut data jumlah wisatawan Kawasan Objek Wisata Selo yang mana Desa Wisata Samiran Boyolali merupakan bagian dari kawasan tersebut adalah 21.922 wisatawan dengan jumlah pendapatan Rp. 10.250.000di tahun 2014. Sedangkan di Desa Wisata Samiran pada tahun jumlah wisatawan adalah 874 wisatawan. Sebagai perbandingan Objek Wisata Tlatar yang merupakan objek wisata dengan jumlah kunjungan tertinggi di tahun yang sama mampu menarik wisatawan dengan jumlah 224.960 wisatawan dengan pendapatan sebesar Rp. 673.244.000 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2015: 290-295). Dari deskripsi tersebut terlihat perbedaan jumlah kunjungan antara Obyek Wisata Tlatar dengan Desa Wisata Samiran yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Desa Wisata Samiran belum banyak diminati oleh wisatawan. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Desa Wisata Samiran Boyolali seharusnya mampu menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Boyolali. Dengan begitu, Desa Wisata Samiran mampu mendatangkan wisatawan yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Kondisi tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengembangan Desa Wisata Samiran Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi-strategi pengembangan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
4
1.2 Rumusan Masalah a.
Potensi apa saja yang dimiliki oleh Desa Wisata Samiran Selo?
b.
Strategi pengembangan apa saja yang dapat dilakukan di Desa Wisata Samiran Selo di Kabupaten Boyolali?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian a.
Materi Penelitian: Strategi Pengembangan Desa Wisata Samiran
di
Kabupaten Boyolali. b.
Lokus Penelitian: Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian a.
Mengetahui potensi wisata yang dimiliki Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali.
b.
Mengetahui strategi pengembangan yang dapat dilakukan di Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali.
1.4.2 Manfaat penelitian a.
Manfaat teoretis: Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu perkembangan ilmu pariwisata dan menjadi bahan rujukan akademisi untuk penelitian lebih lanjut dan untuk pengembangan keilmuan pariwisata.
5
b.
Manfaat praktis:
1.
Sebagai bahan pertimbangan dan rujukan pihak pengelola Desa Wisata Samiran dalam mengembangkan daya tarik wisata yang dimiliki untuk menjadi sebuah desa wisata yang mampu bersaing dengan obyek wisata lain
2.
Memberikan gambaran dan referensi kepada calon wisatawan yang akan berkunjung tentang potensi-potensi wisata yang dimiliki Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali.
1.5 Tinjauan Pustaka Peneliti menggunakan beberapa tinjauan pustaka sebagai pendukung yang mengkaji tentang aspek pengembangan pariwisata dan kajian strategi perencanaan yang sejalan dengan studi yang dilakukan oleh peneliti. Berikut penelitian yang dijadikan tinjauan pustaka oleh penulis. Epi Syahadat (2006) dalam artikeldengan judul “Analisa Strategi Pengelolaan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Untuk
Pengembangan Pariwisata
Alam Di Kawasan Hutan”. Penelitian ini membahas bagaimana strategi yang tepat dalam mengelola Taman Nasional Gede Pangrango dimana tempat ini berstatus sebagai wilayah yang dilindungi. Peneliti menggunakan
analisis SWOT (
Strenght Weakness Opportunities Threat) dalam mencari strategi yang tepat untuk mengelola Taman Nasional Gede Pangrango. Hasil yang didapat strategi SO (Strenght Opportunities) adalah strategi yang tepat dikembangakan yaitu dengan memanfaat kekuatan yang ada untuk memaksimalkan peluang yang dimiliki. Subandi (2006) dalam tesis dengan judul “Tanggapan Masyarakat Terhadap Pengembangan Ekowisata di Selo Kabupaten Boyolali”. Fokus penelitian ini
6
adalah analisa perubahan aspek sosial, ekonomi, dan budaya di Selo dengan keberadaan Objek Wisata Selo.Hasil dari penelitian ini adalah tanggapan yang diberikan masyarakat berupa respon yang positif dari beberapa aspek sosial, ekonomi dan budaya.Masyarakat mengalami peningkatan dari segi ekonomi dengan berkembangnya Objek Wisata Selo. Dayang Nevia Afriansari (2014) dalam tesis dengan judul “Peran Kelompok Perempuan
Dalam
Pengelolaan
Desa
Wisata
Samiran
Selo
Boyolali”
menganalisis aspek pengelolaan Desa Wisata Samiran, peran kelompok perempuan di Desa Wisata Samiran dan faktor yang berpengaruh terhadap peran kelompok perempuan. Hasil penelitian menunjukkan peran kelompok perempuan cukup berpengaruh dalam pengelolaan Desa Wisata Samiran Selo Boyolali. Dea Eka Marthsita dalam skripsi dengan Judul “Strategi Pengembangan Desa Wisata Pancoh Sebagai Desa Ekowisata Di Kabupaten Sleman” menganalisis potensi dan strategi pengembangan desa wisata dengan konsep ekowisata. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis SWOT. Hasil penelitian adalah Desa Wisata Pancoh memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata. Faktor internal dan faktor eksternal memiliki pengaruh besar untuk mengembangkan Desa Wisata Pancoh sebagai desa wisata dengan konsep ekowisata. Ferdian Djoko Saputro (2014) dalam tesis dengan judul “Pengembangan Atraksi di Desa Wisata Ledok Sambi Kabupaten Sleman”. Fokus pembahasan penelitian ini adalah identifikasi kondisi dan potensi atraksi desa wisata Ledok Sambi.Selanjutnya adalah melakukan identifikasi arah pengembangan atraksi desa
7
wisata Ledok Sambi. Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan atraksi di desa Ledok Sambi terbagi dalam beberapa tipe dan model pengembangan didasarkan pada kondisi dan potensinya. Ian Puji Priyono (2014) dalam skripsi dengan judul “Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul”.Fokus pembahasan penelitian ini adalah tahapan pengembangan Desa Wisata Bejiharjo yang terdiri dari 3 fase yaitu inisiasi, pertumbuhan dan perkembangan. Hasil dari penelitian ini adalah tiap fase dalam pengembangan Desa Wisata Bejiharjo mengalami kemajuan dimana masyarakatnya melalui pengelola desa wisata terlibat langsung dan merasakan hasil dari pengembangan tersebut. Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki perbedaanfokus pembahasan dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini fokus pembahasan adalah strategi pengembangan desa wisata dengan lokasi di Desa Wisata Samiran sehingga dapat dikatakan masih orisinil dan belum dilakukan sebelumnya.
1.6 Landasan Teori a.
Daya Tarik Wisata Dalam UU no. 10 tahun 2009 daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Suwantoro (1997:19) menjelaskan daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
8
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut. 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pariwisata yang menitikberatkan alam sebagai daya tarik wisata utama. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pariwisata yang menitikberatkan kebudayaan masyarakat sebagai daya tarik wisata utama. 3. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pariwisata yang memiliki daya tarik wisata khusus yang menjadi minat wisatawan maupun penggabungan dari jenis-jenis wisata yang ada. Desa Wisata Samiran yang merupakan objek dalam penelitian ini merupakan pengusahaan objek dan daya tarik yang mempunyai daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya maupun daya tari wisata minat khusus. b.
Desa Wisata Desa wisata merupakan sebuah konsep pengembangan daya tarik wisata yang
berbasis pada kehidupan masyarakat pedesaan baik dari segi lingkungan, sosial maupun budaya. Perubahan pola pikir wisatawan yang mulai meminati wisata yang lebih alami turut mempengaruhi berkembangnya desa wisata. Wisatawan saat ini lebih tertarik menikmati suasana alam dan kehidupan khas pedesaan
9
daripada menikmati suasana perkotaan dengan segala jenis wisatanya. Berikut ini adalah beberapa pengertian desa wisata menurut beberapa ahli. Desa wisata menurut Soemarno (2010:65-66) adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif asli.Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan tujuan wisata. Chafid Fandeli (2002) menjelaskan desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan dan tata ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata misalnya atraksi, makanan dan minuman, cindera mata, penginapan dan kebutuhan wisata lainnya. Lebih lanjut menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Priakusuma (2001:37) yang dimaksud desa wisata adalah suatu daerah wisata yang menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari sisi sosial, ekonomi, budaya, keseharian, adat istiadat, memiliki arsitektur dan tata ruang yang khas dan unik, atau memiliki kegiatan perekonomian yang unik dan menarik
serta
kepariwisataan.
memiliki
potensi
untuk
dikembangkannya
komponen
10
Dari pendapat-pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki daya tarik wisata berupa kehidupan masyarakat setempat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan kebudayaannya, lingkungan alam yang masih asri serta arsitektur dan tata ruang desa yang masih terjaga keasliannya. c.
Pengembangan Desa Wisata Pengembangan daya tarik wisata merupakan sebuah tahapan untuk
menjadikan sebuah daya tarik wisata mampu menarik lebih banyak wisatawan. Dalam mengembangkan sebuah daya tarik wisata dibutuhkan sebuah perencanaan yang baik.Perencanaan pariwisata merupakan dasar untuk pengembangan daya tarik wisata ke tahap-tahap selanjutnya. Berikut adalah pengertian perencanaan menurut beberapa sumber/ahli. Menurut Diana Conyers (1994) dalam Hadiwijoyo (2012:6) perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Sedangkan
Inskeep
(1991)
menjelaskan
perencanaan
pembangunan
kepariwisataan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan secara sistematis dan rasional segenap kegiatan atau aktivitas kepariwisataan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut secara optimal dengan mengalokasikan keseluruhan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien. Tahapan berikutnya setelah perencanaan adalah pengembangan pariwisata. Pengembangan
pariwisata
atau
pengembangan
destinasi
adalah
proses
11
pelaksanaan atas sebuah perencanaan pariwisata. Pengembangan destinasi pariwisata menurut Cooper, Fletcher, Gilbert, Shepherd dan Wanhill (1998) dalam Sunaryo (2013:159) paling tidak mampu mencakup komponen-komponen utama yaitu sebagai berikut : a. Objek dan Daya Tarik (Atractions) yang mencakup daya tarik berupa kekayaan alam, budaya, atau minat khusus seperti MICE. b. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup sistem transportasi dalam sebuah destinasi pariwisata seperti rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi yang lain. c. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas-fasilitas yang menunjang sebuah destinasi wisata seperti akomodasi, rumah makan, toko cindera mata, pusat informasi pariwisata dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. d. Kelembagaan
(Ancillary
Services)
yang
mencakup
struktur
organisasi/pengelolaan obyek wisata. Konsep pengembangan desa wisata menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001) terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan desa wisata. Hal ini dilakukan agar pengembangan desa wisata berjalan sesuai dengan konsep desa wisata. Berikut ini adalah 5 prinsip tersebut. 1. Tidak bertentangan dengan adat istiadat budaya masyarakat setempat 2. Pengembangan fisik yang diajukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa 3. Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian 4. Memberdayakan masyarakat desa
12
5. Memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta berwawasan lingkungan 1.7 Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, motivasi, dan sebagainya, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2010:6). Hasil penelitian menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi Desa Wisata Samiran Selo saat ini dan bagaimana pengembangan pariwisata yang dapat diterapkan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan menjadikan Desa Wisata Samiran Selo sebagai destinasi wisata minat khusus di Kabupaten Boyolali. 1.7.1
Metode Pengumpulan Data Ada
beberapa cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data
penelitian. Cara tersebut antara lain : a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007:115).
Peneliti
dalam
penelitian
ini
melakukan
metode
pengamatan/observasi tidak berstruktur yaitu observasi yang dilakukan tanpa panduan observasi dengan mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Peneliti melakukan observasi
ke Desa Wisata
13
Samiran Kabupaten Boyolali untuk mengetahui kondisi dan perkembangan pada saat ini. Data yang didapat dari peneliti berupa potensi wisata dan kondisi saat ini dari Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali. b. Wawancara Wawancara menurut Bungin (2007: 108-109) terdiri dari 2 macam yaitu wawancara mendalam dan wawancara bertahap. Peneliti dalam penelitian ini melakukan metode wawancara bertahap yaitu wawancara yang dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan sosial informan. Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka. Peneliti melakukan wawancara ke beberapa pihak terkait dalam pengelolaan Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali seperti pengelola Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali dan pengelola UPT Pariwisata Selo secara bertahap untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan. c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan metode pengambilan data dengan memanfaatkan data-data yang tertulis baik bersifat hardcopy maupun softcopy. Dalam pengambilan data peneliti juga menggunakan beberapa referensi seperti buku, brosur dan data-data arsip Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali untuk menguatkan hasil data yang didapat. 1.7.2
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan penulis adalah matriks SWOT.Analisis
SWOT menurut Rangkuti (2006:18) adalah identifikasi berbagai faktor secara
14
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.Analisis ini didasarkan pada logika yang terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Tahap
setelah
analisis
SWOT
dilakukan
adalah
membuat
strategi
pengembangan dengan menggabungkan aspek-aspek pada analisis SWOT. Strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : a. Strategi SO (Strengths Opportunities) Strategi yang mengkombinasikan dengan cara memanfaatkan kekuatan yang ada melalui kesempatan yang dimiliki. b. Strategi ST (Strengths Threats) Strategi yang digunakan dengan cara memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman dari luar. c. Strategi WO (Weaknesses Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki. d. Strategi WT (Weaknesses Threats) Strategi yang digunakan dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman dari luar.
15
Tabel 1 Matriks SWOT IFAS STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan
EFAS
OPPORTUNITIES (O) Tentukan
5-10
faktor kekuatan internal
faktor kekuatan internal
STRATEGI SO
STRATEGI WO
menggunakan untuk
THREATS(T) 5-10
faktor-
faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor kekuatan eksternal
Tentukan
5-10
kekuatan meminimalkan
memanfaatkan kelamahan
untuk
peluang
memanfaatkan peluang
STRATEGI ST
STRATEGI WT
faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor kekuatan eksternal
menggunakan untuk
kekuatan meminimalkan mengatasi kelamahan
ancaman
dan
menghindari ancaman
(Sumber: Rangkuti,2006:31) 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dengan 4 bagian yang terdiri dari bagian awal hingga bagian akhir. Berikut adalah penjelasannya : a. BAB 1 Bab
ini
berisi
dasar
penelitian
yaitu
latar
belakang,perumusan
masalah,ruang lingkup penelitian,tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan
16
b. BAB 2 Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang Kabupaten Boyolali dan Desa Wisata Samiran Kabupaten Boyolali yang akan menjadi objek penelitian. c. BAB 3 Bab ini berisi pembahasan dari perumusan masalah dalam penelitian. Pada bab ini juga membahas analisis-analisis dari data yang telah didapatkan. d. BAB 4 Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi inti dari pembahasan dari bab sebelumnya. Bab ini berisi kritik dan saran yang dapat digunakan bahan penelitian selanjutnya.