BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009:25). Meskipun dalam teori dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi, namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan KAP Arthur Andersen dalam melakukan audit. KAP Arthur Andersen sejak Tahun 1985 hingga Tahun 2000 selalu memberikan opini wajar tanpa syarat, namun secara mengejutkan Enron pailit pada 2 Desember 2001, kasus serupa terjadi pada PT Kimia Farma, Tbk. dengan auditor KAP Delloit Touch Tohmatsu, dimana terjadi penggelembungan laba dalam laporan keuangan PT Kimia Farma, Tbk. yang tidak terdeteksi (Ludigdo, 2007:10). Pada kasus tersebut, auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. Kasus penyimpangan audit tersebut menunjukkan adanya penurunan kualitas
audit,
yang
disebabkan
adanya
penyimpangan
perilaku
audit
(dysfunctional audit behavior). Donnelly, et al. (2003:95) menyatakan terdapat tiga perilaku penyimpangan audit, yaitu: 1) Under reporting of audit time, yaitu
1
2
tindakan melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya, 2) Replacing and alerting original audit procedures, yaitu tindakan merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan, 3) Prematur sign off of audit steps without completion of the procedure, yaitu tindakan penyelesaian langkah-langkah audit terlalu dini, tanpa melengkapi keseluruhan prosedur. Public Oversight Board (2000), menyatakan bahwa 85% bentuk penyimpangan yang terjadi dalam proses audit adalah penyimpangan dalam penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini dan tanpa melengkapi keseluruhan prosedur. Sebesar 12,2% bentuk penyimpangan yang terjadi adalah melaporkan waktu audit yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya, dan selebihnya penyimpangan yang terjadi akibat kekurangan bukti audit dan pergantian prosedur audit yang telah ditetapkan saat pemeriksaan lapangan (Irawati dkk. 2005:930). Penyimpangan dalam penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini, tanpa melengkapi keseluruhan prosedur disebut sebagai penghentian prematur prosedur audit. Terdapat banyak kendala yang dihadapi auditor dalam menjalankan proses audit atas laporan keuangan, diantaranya besarnya biaya yang digunakan dan kecilnya pendapatan yang didapatkan auditor dalam menjalankan prosedur audit. Kendala tersebut menyebabkan banyak auditor melakukan prosedur audit atas laporan keuangan melalui proses analytical procedure saja dan cenderung mengabaikan pengujian internal control. International Standards on Auditing (ISA) menekankan auditor harus mampu melakukan prosedur audit dengan menggunakan analisis berbasis risiko. Program audit harus direview
3
dengan cermat selama tahap perencanaan audit, karena pelaksanaan prosedur audit yang efektif selama proses audit, akan memberikan keakuratan informasi yang dalam hal ini adalah bukti audit. Tindakan penyimpangan dalam penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini merupakan pengurangan mutu yang dilakukan auditor, melalui tindakan seperti mengurangi jumlah sampel audit, melakukan review yang kurang mendalam terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang kurang jelas, atau auditor memberikan pendapat audit saat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan secara lengkap. Penelitian Alderman dan Deitrick (1982:54) mendeteksi alasan mengapa auditor melakukan penghentian prematur prosedur audit, yaitu terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batas waktu penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari auditor. Penyimpangan perilaku dalam audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal auditor dan faktor situasional saat melakukan audit (Donnelly, et al., 2003). Penelitian yang dilakukan di Indonesia mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit, khususnya penghentian prematur prosedur audit masih sangat jarang, selain itu variabel yang diuji hanya terfokus pada faktor eksternal (Silaban, 2009:66). Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai berbagai faktor yang berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas dkk. (2006:18),
4
Indarto (2011), Imam dkk. (2011:138) dan Kumalasari dkk. (2013:38). Penelitian yang dilakukan Weningtyas dkk. (2006:18), Kumalasari dkk. (2013:38) dan Indarto (2011) menyebutkan bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur prosedur audit. Penelitian Indarto (2011) juga membuktikan bahwa komitmen profesional memiliki pengaruh negatif terhadap penghentian prematur prosedur audit. Hasil yang berbeda diperoleh dalam penelitian Imam dkk. (2011:138), yang menyatakan tekanan waktu, dan komitmen profesional tidak memiliki pengaruh pada penghentian prematur prosedur audit. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga menyebabkan adanya ambiguitas dalam pengambilan simpulan. Penelitian yang dilakukan ini, bertujuan untuk menguji faktor yang diduga berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit, yang tidak hanya berfokus pada faktor eksternal, namun berfokus juga pada faktor internal. Teori atribusi menjelaskan tentang cara kita menilai individu secara berbeda, dan menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008:177). Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal, adalah perilaku yang dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang disebabkan karena sebab-sebab luar (Robbins, 2008:177). Pengaruh faktor karakteristik personal auditor (faktor internal) terhadap perilaku audit disfungsional didasarkan pada coping theory (Lazarus dan Folkman, 1984). Menurut teori ini, individu menggunakan tindakan-tindakan yang berbeda untuk menanggulangi kendala atau hambatan yang dihadapi dalam lingkungannya. Mekanisme yang diadopsi
5
individu untuk menanggulangi kendala yang dihadapinya dapat dikategorikan atas strategi berfokus masalah (problem-focused) dan berfokus emosi (emotionfocused). Mekanisme penanggulangan mana yang dipilih oleh seseorang tergantung pada keyakinan individu atas kesempatan sukses yang lebih besar yang akan diperolehnya dalam menanggulangi masalah. Penelitian yang dilakukan saat ini, akan mengkaji karakteristik individual auditor, berupa lokus kendali eksternal dan komitmen profesional auditor terhadap profesinya. Argumentasi teoritis untuk mengkaji pengaruh lokus kendali eksternal dan komitmen profesional adalah sebagai berikut. Lokus kendali merupakan karakteristik personalitas yang menggambarkan tingkat keyakinan seseorang tentang
sejauh
mana
mereka
dapat
mengendalikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki lokus kendali internal dan individu yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya ditentukan oleh faktor-faktor eksternal atau di luar kontrolnya disebut memiliki lokus kendali eksternal (Alkautsar, 2014:35). Dalam konteks auditing, manipulasi atau ketidakjujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku audit. Perilaku yang dimaksud salah satunya dapat berbentuk praktik penghentian prematur prosedur audit, yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus kendali eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima penyimpangan perilaku dalam audit (Budiman dan Nita, 2013:13). Karakteristik individual lain
6
yang dikaji pada penelitian ini, adalah komitmen profesional auditor terhadap profesinya. Komitmen profesional didefinisikan sebagai kekuatan relatif identifikasi dan keterlibatan individu terhadap suatu profesi (Aranya, et al., 1981:17). Mengikuti perkembangan komitmen profesional dalam profesi lain, Hall et al. (2005) mengusulkan komitmen profesional multidimensi pada profesi akuntan. Konsep ini mengacu pada komitmen profesional yang dikembangkan oleh Meyer et al. (1993) yang terdiri dari dimensi afektif, kontinu dan
normatif. Komitmen
profesional afektif merupakan bentuk komitmen auditor terhadap profesinya yang berkaitan dengan keterikatan emosional, dimana auditor mengidentifikasikan diri dengan tujuan dan nilai-nilai profesi. Komitmen profesional kontinu merupakan bentuk komitmen auditor terhadap profesinya yang berkaitan dengan pertimbangan biaya, yaitu biaya-biaya yang terjadi jika meninggalkan profesi. Komitmen profesional normatif merupakan bentuk komitmen auditor terhadap profesinya karena auditor merasakan suatu tanggungjawab atau kewajiban moral untuk memelihara hubungannya dengan profesinya. Meskipun komitmen profesional multidimensi sudah diterima secara teoritis dalam profesi akuntansi, namun masih jarang penelitian yang menguji validitas komitmen profesional multidimensi pada profesi auditor di Indonesia. Smith dan Hall (2008) menguji keberadaan komitmen profesional multidimensi dengan sampel akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik di Australia. Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya dimensi terpisah komitmen profesional yaitu komitmen profesional afektif, kontinu dan normatif. Penelitian ini merupakan replikasi dan perluasan penelitian Smith dan Hall (2008). Replikasi dilakukan untuk menguji
7
keberadaan dimensi terpisah komitmen profesional pada profesi auditor di Indonesia, sedangkan perluasannya adalah untuk menguji pengaruh dimensi komitmen profesional pada penghentian prematur prosedur audit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menginterpretasikan kembali hasil penelitian sebelumnya tentang komitmen profesional yang bersifat unidimensional. Selain faktor internal berupa karakteristik individual auditor, terdapat faktor eksternal yang terkait dengan faktor situasional selama proses audit yang akan mempengaruhi perilaku auditor dalam melaksanakan audit. Pada penelitian ini, faktor yang akan dikaji adalah faktor yang mengakibatkan auditor merasakan suatu tekanan dalam mengerjakan tugas audit tertentu, yang selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku auditor dalam pelaksanaan proses audit. Hal ini sesuai dengan model teoritis stres kerja, yang menyatakan bahwa stressor (penyebab stres) yang dihadapi individu dalam lingkungan kerja, dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan, dan selanjutnya dapat mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual. Faktor yang akan dikaji dalam penelitian ini, adalah tekanan waktu dan tekanan ketaatan. Anggaran waktu yang ketat, dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian program audit, hal ini merupakan salah satu pemicu tekanan yang dihadapi auditor (Weningtyas, dkk., 2006:4). Faktor lain yang menjadi penyebab tekanan yang dialami auditor adalah tekanan ketaatan yang disebabkan oleh klien atau pimpinan, hal ini terkadang membuat auditor mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan, dengan konsekuensi auditor tidak independen
8
lagi atau konsekuensi akan mendapatkan sanksi berupa pemberhentian penugasan dari klien. Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007:17) dan Hartanto dkk. (2001) variabel tekanan ketaatan diuji pengaruhnya terhadap audit judgement, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan pada audit judgement. Penelitian ini menambahkan variabel
tekanan
ketaatan,
yang
diduga
berpengaruh
pada
tindakan
penyimpangan prosedur audit berupa penghentian prematur prosedur audit. Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tekanan Waktu, Tekanan Ketaatan, Lokus Kendali Eksternal dan Komitmen Profesional Auditor Pada Penghentian Prematur Prosedur Audit” 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah tekanan waktu berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit? 2) Apakah tekanan ketaatan berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit? 3) Apakah lokus kendali eksternal berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit?
9
4) Apakah komitmen profesional auditor berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah. 1) Untuk mengetahui pengaruh tekanan waktu pada penghentian prematur prosedur audit 2) Untuk mengetahui pengaruh tekanan ketaatan pada penghentian prematur prosedur audit 3) Untuk mengetahui pengaruh lokus kendali eksternal pada penghentian prematur prosedur audit 4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional auditor pada penghentian prematur prosedur audit.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
terkait, diantaranya: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan memperkaya literatur akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap penghentian prematur prosedur audit. Secara spesifik hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris
10
mengenai pengaruh tekanan waktu dan tekanan ketaatan, yang didukung oleh model teoritis stres kerja, yang diduga sebagai pemicu stressor bagi auditor dalam pengaruhnya terhadap penghentian prematur prosedur audit. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan bukti empiris pengaruh lokus kendali dan komitmen profesional auditor sebagai faktor individual yang dikaitkan dengan coping theory, dimana mekanisme penanggulangan yang dipilih oleh seseorang tergantung pada keyakinan individu atas kesempatan-kesempatan sukses yang lebih besar yang akan diperolehnya dalam menanggulangi masalah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan (referensi) bagi para peneliti yang berminat dalam bidang sejenis atau dalam bidang lain yang terkait. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi KAP dalam mengevaluasi kebijakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi auditor dalam melakukan tugasnya. Lingkungan kerja yang kondusif dalam pelaksanaan tugas dapat mencegah kemungkinan auditor melakukan tindakan penyimpangan audit berupa penghentian prematur prosedur audit. Secara spesifik, bukti empiris penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan bagi pimpinan KAP dalam mengambil kebijakan dalam berbagai bidang seperti, penentuan anggaran waktu audit, sistem evaluasi terhadap kinerja personal auditor, rekruitmen auditor baru, program pengembangan profesional, dan sosialisasi nilai- nilai dan tujuan profesi. Hal ini begitu penting karena penghentian prematur prosedur audit merupakan perilaku
11
penurunan kualitas audit, yang akan berpengaruh terhadap kredibilitas kantor akuntan publik. Reputasi kantor akuntan publik dipertaruhkan apabila gagal dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas.