1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Gideon, 2005). Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting. Financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi di mana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang, dan default. Insolvency dalam
1
2
kebangkrutan menunjukkan kekayaan bersih negatif. Ketidakmampuan melunasi utang menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat menyebabkan tindakan hukum. Menurut Platt dan Platt (2002) dalam Atmini (2005), financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini pada umumnya ditandai antara lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi financial distress ini diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan ataupun likuidasi. Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan keadaan dimana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan profitabilitas perusahaan dari tahun ketahun semakin menurun, kesulitan keuangan perusahaan juga terjadi akibat dari tata kelola perusahaan (corporate governance) yang buruk. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomi, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaransasaran
3
dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, dkk, 2004). Porter (1991) menyatakan bahwa alasan mengapa perusahaan sukses atau bangkrut lebih disebabkan oleh strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya juga mencakup strategi penerapan sistem good corporate governance (GCG) dalam perusahaan. Struktur CG dalam suatu perusahaan bisa jadi dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Daily & Dalton (1994) meneliti mengenai adanya kemungkinan hubungan dari dua aspek struktur governance, komposisi direksi dan struktur kepemimpinan dari direksi, sebagai faktor penjelas dari kebangkrutan suatu perusahaan. Penelitian mereka menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komposisi direksi dan struktur kepemimpinan direksi tersebut dengan kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Wardhani (2006) meneliti mengenai mekanisme corporate governance dalam perusahaan publik yang mengalami permasalahan keuangan selama periode laporan keuangan dari tahun 1999 sampai 2004 dengan menggunakan sampel sebanyak 122 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran direksi berpengaruh signifikan terhadap kesulitan keuangan sedangkan kepemilikan manajerial dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan.
4
Penelitian lain yang berkaitan dengan mekanisme corporate juga dilakukan oleh Anggraheni dan Kurnia (2008), yang meneliti pengaruh board structure dan ownership terhadap financial distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa board structure berpengaruh positif signifikan dan ownership berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial distress. Penelitian ini merupakan perluasan dari penelitian Wardani (2006) yang melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme corporate governance dalam perusahaan yang mengalami financial distress. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel independennya dalam mekanisme corporate governance, yaitu kepemilikan institusional karena ingin mengetahui seberapa besar variabel tersebut dapat mempengaruhi kesulitan keuangan perusahaan ( financial distress). Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:
5
1. Bagaimana mekanisme Corporate Governance dan kondisi Financial pada perusahaan publik di sektor manufaktur? 2. Bagaimana pengaruh mekanisme Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris, terhadap Financial Distress? 3. Diantara variabelvariabel diatas manakah yang dominan berpengaruh pada Financial Distress?
C. Batasan Masalah Untuk memperoleh hasil studi yang lebih baik maka penelitian ini dibatasi pada prinsipprinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yaitu diantaranya adalah prinsip accountability atau dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini meliputi tentang pertanggung jawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk
menerangkan
bagaimana
mekanisme
Corporate
Governance dan kondisi Financial pada perusahaan publik di sektor manufaktur. b. Untuk menguji pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress.
6
c. Untuk mengetahui variabel mekanisme manakah yang dominan berpengaruh pada Financial Distress.
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konrtibusi kepada perusahaan dalam menerapkan mekanisme corporate governance dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan secara strategis terhadap permasalahan keuangan. b. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan investor agar lebih berhatihati dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan dana. Selain itu, investor dapat menilai keunggulan dan kelemahan dari perusahaan dengan memahami mekanisme corporate governance. c. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan terhadap penelitian mengenai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan mekanisme corporate governance dalam perusahaan tersebut dan dengan menambahkan variabel mekanisme CG dalam melihat pengaruh strategi implementasi CG terhadap perusahaan mengalami kesulitan keuangan.