BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan radio di setiap daerah di Indonesia termasuk cepat dibandingkan dengan pertumbuhan televisi lokal, karena memang biaya operasionalnya relatif lebih murah dan pelaksanaannya juga mudah. Menurut data Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Yogyakarta menunjukkan jumlah radio siaran di Yogyakarta berjumlah 41 stasiun radio siaran yang menggunakan modulasi frekuensi (FM), tidak termasuk radio komunitas.1 Sedangkan radio siaran yang menggunakan modulasi amplitudo (AM) berjumlah 4 stasiun. Banyaknya jumlah radio ini menyebabkan persaingan yang sangat ketat dalam memperebutkan pendengar yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Persaingan inipun ditekan lagi dengan keberadaan televisi, internet dan media massa lainnya. Untuk dapat bertahan di antara radio-radio yang ada, sebuah radio memerlukan sebuah strategi untuk mendapatkan pendengar loyal, yaitu dengan segmentasi. Segmentasi memungkinkan radio siaran menentukan target pendengar yang ingin dicapai berdasarkan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Segmentasi ini nantinya menjadi pedoman dalam menyusun format radio dan konten program yang sesuai dengan target pendengar yang dituju. Teknik ini disebut juga dengan narrowcasting.2 Begitu juga yang terjadi dengan radio-radio siaran yang ada di Yogyakarta, baik radio siaran publik maupun swasta. Masing-masing radio berusaha membentuk image dan membuat format yang sesuai dengan target pendengar atau segmentasi tertentu. Dari 41 radio siaran (FM) terdiri dari 38 radio siaran swasta dan tiga radio siaran publik. Radio publik difungsikan sebagai media massa yang mampu mengakomodasi
kepentingan
publik
atau
khalayak
suatu
negara.
1
Tim KPID DIY. 2013. Mengenal Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. Yogyakarta: KPID DIY, hal. 16-19 2 Warren K. Agee, Philip H. Ault, and Edwin Emery. 1994. Introduction to Mass Communication. New York: Harper Collins, hal. 218
1
Keberlangsungannya sebagai media publik harus mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan industri radio siaran swasta. Lembaga penyiaran swasta memandang khalayak sebagai pasar untuk mendapatkan keuntungan dari pengiklan, sedangkan lembaga penyiaran publik menempatkan khalayak sebagai warga negara yang berhak mendapatkan informasi yang benar dan berhak menyampaikan pendapat serta aspirasi.3 Perbedaan mendasar dalam memposisikan khalayak berakibat pada sistem organisasi serta program siaran. Oleh sebab itu, lembaga penyiaran publik, RRI dan TVRI, harus mampu bertahan dan menjadi media alternatif di tengah persaingan antar media swasta yang tampil hampir serupa di bawah panduan rating. Lembaga penyiaran publik harus mampu menggali identitas diri sebagai media milik publik yang berani melawan mainstream, namun tetap disuka dan kehadirannya dibutuhkan masyarakat.4 Salah satu caranya adalah melibatkan partisipasi publik. Di Yogyakarta, radio penyiaran publik diwujudkan melalui RRI yang memiliki empat programa dengan segmentasi yang berbeda. Ke empat programa tersebut adalah PRO 1 (Informasi, Pendidikan, Budaya dan Hiburan), PRO 2 (Anak Muda, Musik dan Informasi), PRO 3 (News and Current Affairs), dan PRO 4 (Budaya dan Pendidikan). Anak muda merupakan target sasaran pendengar yang paling banyak dituju oleh radio swasta di Yogyakarta. Dan PRO 2 hadir sebagai pilihan alternatif di antara sekian banyak radio swasta yang ada. Dengan sasaran tujuan anak muda, program siaran pun disesuaikan berdasarkan sasarannya. Program-program siaran yang ada di PRO 2 tidak jauh berbeda dengan radio swasta lainnya, karena pada dasarnya program radio terisi dari musik, berita dan informasi, bincang-bincang (talk show), drama, dan iklan.5 Akan tetapi program-program „mainstream‟ tersebut justru mendapat respon
3
Arifin, Rahmat M. 2012. “Mempertegas Posisi Lembaga Penyiaran Publik” dalam Directory Radio Televisi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: KPID DIY, hal. 9 4 Ibid, 5 Warren K. Agee, Philip H. Ault, and Edwin Emery. 1994. Introduction to Mass Communication. New York: Harper Collins, hal. 220
2
sedikit dari pendengar dibandingkan dengan salah satu program yang ada di PRO 2 yaitu program Puisi Pro. Puisi Pro merupakan sebuah program siaran radio yang digunakan sebagai wadah untuk mengapresiasi sastra yang berbentuk puisi. Program ini digunakan sebagai media bagi pendengar untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati sekaligus sebagai media pembelajaran terhadap dunia sastra, khususnya puisi. Program ini diperuntukkan untuk kalangan anak muda baik yang sedang dalam proses belajar penulisan puisi ataupun kalangan profesional yang sudah mahir menulis puisi. Dalam dunia siaran radio, Puisi Pro termasuk program talkshow atau bincang-bincang yang interaktif. Jika program musik memiliki daftar putar yang berisi lagu-lagu yang akan diputarkan, maka Puisi Pro memiliki sederet daftar puisi karya pendengar yang akan dibacakan selama dua jam non-stop, tanpa iklan. Bukan hanya membacakan puisi, program ini juga melakukan pengamatan, penilaian, dan juga penghargaan terhadap puisi-puisi kiriman pendengar. Program ini memadukan dua fungsi yaitu fungsi edukasi dan juga entertainment, atau bisa disebut edutainment. Melalui program ini publik diharapkan mampu mencintai dan belajar bahasa Indonesia melalui puisi. Namun proses belajar dalam program ini tidak digarap dengan suasana belajar formal melainkan dengan suasana santai dan diselingi canda, sehingga diharapkan dapat mengedukasi sekaligus menghibur. Dalam penggolongan acara siaran berdasarkan maksud dan tujuan yang menjadi pedoman RRI, siaran sastra termasuk golongan siaran kebudayaan. Golongan ini meliputi kesusasteraan (literature), kesenian daerah atau tradisional (folklore), dan apresiasi seni (art apreciation).6 Program siaran kesusastraan pada radio biasanya merupakan acara bincang-bincang mengupas sebuah karya sastra. Biasanya mengundang narasumber yang kompeten dan pelaku-pelaku sastra atau sastrawan. Sedangkan acara kesenian daerah biasanya merupakan acara pagelaran atau kesenian daerah, seperti wayang dan lain sebagainya. Program Puisi Pro ini termasuk salah satu golongan siaran kebudayaan. Dalam dunia radio, biasanya 6
Onong Uchjana Effendy. 1978. Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alumni, hal. 112
3
puisi digunakan sebagai salah satu konten program curahan hati, yang lebih membahas dari segi emosional atau perasaan seseorang. Sedangkan Puisi Pro merupakan sebuah program yang menggunakan materi puisi yang membahas segi pembelajaran sastra atau penulisan puisi. Program ini berani mengangkat sebuah materi pengisi yang tidak semua pendengar dapat menikmatinya. Namun, dengan keunikan materi yang tidak seperti biasanya, program ini mampu bertahan kurang lebih selama 12 tahun dan masih terus berlangsung sampai sekarang. Program ini pun termasuk salah satu program yang paling banyak peminatnya dibandingkan program-program lain di PRO 2 Yogyakarta. Dalam setiap siaran, Puisi Pro dapat menerima sekitar 140an pesan singkat, dibandingkan dengan program lain yang hanya menerima sekitar 20 hingga 30 pesan singkat. Selain itu, pendengar Puisi Pro bukan hanya khalayak yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya, melainkan juga dari berbagai penjuru provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan respon pendengar terhadap program Puisi Pro tergolong tinggi. Bahkan dalam perjalanannya, program ini dapat membentuk sebuah komunitas pendengar Puisi Pro yang selalu meramaikan program. Adanya basis komunitas pendengar inilah yang membuat Puisi Pro tetap dipertahankan sampai sekarang. Loyalitas pendengar terhadap suatu program akan berdampak baik pula untuk eksistensi radio, sehingga keberadaan mereka akan
selalu dipertahankan bahkan
ditingkatkan. Selain loyalitas pendengar, kesesuaian program dengan visi Radio Republik Indonesia yang ingin membangun karakter bangsa juga menjadi alasan program ini tetap dipertahankan. Dengan mengangkat konten yang tidak menuruti permintaan pasar pada umumnya, tentu memerlukan strategi khusus supaya program ini dapat bertahan dan berkembang, sekaligus tetap sejalan dengan image radio. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini berniat untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai strategi yang digunakan dalam manajemen produksi program Puisi Pro. Strategi yang dilakukan dalam mengemas program Puisi Pro dan bagaimana manajemen produksi program ini berjalan, tentu sangat berpengaruh dalam eksistensinya mengudara sampai saat ini. Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan untuk dapat
4
mengetahui strategi yang digunakan dalam program Puisi Pro sehingga dapat bertahan dan menghasilkan pendengar yang loyal. Program Puisi pro ini layak dijadikan bahan kajian penelitian mengenai strategi pemrogramannya. Hal ini dikarenakan program ini menjadi salah satu contoh program yang berbeda dari program yang lainnya. Meskipun dimaksudkan untuk mengedukasi program ini tidak terkesan menjemukan. Puisi Pro juga merupakan sebuah program yang dapat membentuk sebuah komunitas pendengar loyal, dan karenanya dapat bertahan sampai sekarang. Hal ini dapat dijadikan kajian bagaimana sebuah strategi suatu program dapat membentuk pendengar loyal dan terus bertahan karenanya. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran dalam menciptakan program yang bermaksud menciptakan pendengar loyal agar dapat bertahan lama.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah strategi pemrograman Puisi Pro yang disiarkan oleh RRI PRO 2 FM Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan: “Untuk mengetahui strategi pemrograman yang diterapkan pada program Puisi Pro yang disiarkan oleh RRI PRO 2 FM Yogyakarta”
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara, 1. Akademis Dapat menambah koleksi riset mengenai radio, terutama pada strategi pemrograman. Selain itu diharapkan membantu dalam memunculkan ide-ide baru yang dapat dikembangkan dan dikaji lebih jauh lagi mengenai program radio.
5
2. Praktis Dapat digunakan sebagai catatan mengenai program Puisi Pro di RRI PRO 2 FM Yogyakarta, sekaligus menjadi bahan referensi dalam melihat dan merumuskan strategi program.
E. Kerangka Teori 1. Format Stasiun Radio 1.1 Format Radio Banyaknya radio yang saling berebut pendengar menimbulkan tingginya tingkat persaingan. Pengelola stasiun radio dituntut untuk jeli dalam membidik audiens sasaran. Sehingga produksi program disesuaikan dengan kebutuhan audiens yang dituju. Hal inilah yang kemudian menentukan format stasiun radio. Programming radio sangat ditentukan oleh format stasiun radio yang dipilih. Format inilah yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana programming berjalan. Seperti yang dijelaskan oleh Pringle-Starr-McCavitt bahwa the programming of most stations is dominatef by one principal content element or sound, known as format.7 Hal ini menunjukkan bahwa programming ditentukan oleh format yang dipilih oleh sebuah stasiun radio. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audien.8 Format ini nantinya akan menjadi ciri khas suatu stasiun radio dan berguna untuk kesiapan berkompetisi dengan radio lainnya. Berikut ini merupakan proses penentuan format menurut Morissan, Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman tentang pendengar yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan, dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka. Dari sini ditentukan format siaran apa yang relevan beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran.9 7
Morissan, M.A. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana, hal. 220 8 ibid, 9 ibid, hal. 220-221
6
Berikut merupakan skema perumusan format radio menurut Masduki:10
Visi, Misi, dan Target Pendengar
Format Stasiun
Programming
Marketing
Positioning/ Penempatan
Targetting/ Segmen
Komposisi Program
Penjadwalan Program
Bagan 1. Perumusan Format
Masyarakat tanpa disadari sebenarnya terkelompok berdasarkan karakter atau kategori tertentu. Mulai dari kelompok usia, pekerjaan, suku bangsa, gaya hidup, selera, hobi, dan lain sebagainya. Salah satu dari sekian banyak kelompok dalam masyarakat inilah yang menjadi target pendengar yang akan dituju oleh suatu radio. Format yang digunakan biasanya menyasar pendengar berdasarkan usia misalnya pada anak-anak, remaja, dewasa. Selain usia ada beragam elemen lain yang digunakan dalam menentukan format, misalnya gaya hidup, pekerjaan, hobi, dan lain sebagainya. Penentuan target pendengar ini tergantung dengan kebijakan dan tujuan masing-masing radio. Misalnya, target pendengar anak-anak, anak muda/remaja, atau dewasa. Dari target umur tersebut masih akan dikhususkan lagi, misal target orang dewasa yang secara sosial ekonomi mapan dengan target orang dewasa yang sosial ekonominya rendah tentu programmingnya akan berbeda.
10
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer, hal. 36
7
Peter Pringle mengelompokkan format stasiun radio ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: format musik, format informasi, dan format khusus (speciality), seperti berikut: • • • • • • • • • • • •
Musik
Format Radio
Adult Contemporary Album Oriented Rock Beautiful Music Clasiccal Contemporary Hit Radio Classic Rock Country Jazz Middle of Road Nostalgia Oldies Urban Contemporary
• All News • All Talk • News Talk/ Talk News
Informasi
Khusus (Speciality)
• Ethnic • Agama • Campuran
Bagan 2. Pembagian Format Radio Menurut Peter Pringle11
Menurut
Dominick,
format
stasiun
penyiaran
radio
ketika
diterejemahkan dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu: a) kepribadian (personality) penyiar dan reporter; b) pilihan musik
11
Peter K. Pringle, Michael F. Starr, William E. McCavitt. 1991. Electronic Media Management. Boston-London: Focal Press dalam Morissan, M.A. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana, hal. 225
8
dan lagu; c) pilihan musik dan gaya bertutur (talk); dan d) spot atau kemasan iklan, jinggel, dan bentuk-bentuk promosi radio lainnya.12
1.2 Program Radio Setelah format radio sudah ditentukan, yang dilakukan kemudian adalah mengisi waktu siar dengan program-program yang disesuaikan dengan format tersebut. Radio bukan hanya sekedar perangkat penerima gelombang modulasi yang kita miliki di rumah ataupun stasiun pemancar yang mempunyai ijin menggunakan gelombang. Kedua hal itu merupakan alat dan sistem kerja radio secara teknis. Namun lebih dari itu, yang membuat radio tetap hidup sampai saat ini adalah keberadaan konten yang disiarkannya. Konten inilah yang mengisi gelombang-gelombang yang ada di udara bebas, yang dapat kita terima dan dengarkan melalui alat penerima (receiver) bernama radio. Konten yang disebut juga sebagai program radio inilah yang menjadi senjata untuk menarik pendengar. Seperti definisi berikut yang menyatakan bahwa program adalah entertainment and informational television and radio coming to viewers as preproduced units of content.13 Program merupakan tiap-tiap acara siaran yang ada di radio atau televisi. Misalnya sebuah acara musik, berita, kuis atau drama. Istilah program dalam radio dapat dianalogikan sebagai barang atau pelayanan yang dijual seperti pada bentuk bisnis lainnya. Seperti yang diungkapkan John R. Bittner bahwa program atau acara merupakan barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya.14 Sedangkan yang dimaksud dengan programa adalah komposisi acara-acara siaran selama air time. Programa merupakan
12
Yoseph, R. Dominick. 2001. Broadcasting, Cable, Internet, and Beyond: An Introduction to Modern Electronic Media. USA: McGraw Hill Company dalam Morissan, M.A. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana, hal. 221 13 Susan Tyler Eastman dan Douglas A. Ferguson. 2009. Media Programming; Strategies & Practices. Boston: Thomson, hal.xi 14 John R. Bittner dalam Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer, hal. 35
9
sekumpulan program yang diatur sedemikian rupa dalam penyiarannya sehingga membentuk susunan program yang terorganisir.
1.3 Jenis Program Radio Terdapat
beragam
jenis
program-program
radio.
Salah
satu
penggolongannya adalah menurut UNESCO yang menggolongkan acara siaran berdasarkan maksud dan tujuan sebagai berikut:15 - Siaran Pemberitaan dan Penerangan (News and Information) Golongan ini meliputi warta berita, reportase, pengumuman, dan sebagainya. - Siaran Pendidikan (Education) Golongan ini meliputi siaran agama, sekolah, pengetahuan umum, dan sebagainya. - Siaran Kebudayaan (Culture) Golongan
ini
meliputi
kesusastraan
(literature),
kesenian
daerah/tradisional (folklore), apresiasi seni (art apreciation). - Siaran Hiburan (Entertainment) Golongan ini meliputi musik daerah, indonesia, asing, dan hiburan ringan. - Siaran Lain-lain (Miscellaneous) Golongan
ini
meliputi
iklan
dan
bumper
in
dan
out
(opening/closing tune), kabaret, variete, obrolan ringan, kuis, drama. Dari sekian banyak jenis program tersebut, akan tetapi secara garis besar, program-program radio dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu program siaran musik dan non-musik/informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan format radio dan kebutuhan audien. Kemasan program radio beragam bentuknya, lima diantaranya yang disebutkan oleh Masduki adalah (1) 15
Onong Uchjana Effendy. 1978. Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alumni, hal. 111-112
10
siaran berita dan informasi; (2) iklan; (3) jinggel; (4) talk show interaktif; (5) info-hiburan/infotainment radio.16 Kemasan program radio yang akan dibahas lebih jauh adalah program talk show.
1.4 Program Talk Show Salah satu bentuk sajian program informasi adalah yang dikemas dalam bentuk talk show, yaitu program yang berisi dialog dengan narasumber yang membahas atau mendiskusikan topik tertentu. Topik-topik talk show biasanya berbasis: (1) isu-isu komunitas; (2) kajian terhadap sebuah berita aktual; (3) program sindikasi.17 Berikut ini merupakan contoh sepuluh talk format yang biasa dibawakan, yaitu heritage talk, politics talk, sports talk, success talk, hot talk, urban talk, faith talk, foreign language talk, health and help talk, dan technology talk.18 Talk show merupakan kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Host atau pembawa acara dituntut untuk mampu membawakan acara sekaligus pandai melakukan wawancara. Tiga bentuk talk show yang populer, yaitu (1) One on one show: pewawancara dan narasumber mendiskusikan topik dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang studio yang sama; (2) Panel discussion (multi-person discussion): pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber; (3) Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar.19 Dalam memproduksi program talk show terdapat beberapa komponen atau elemen yang penting untuk diperhatikan, yaitu (1) topik, isu yang dijadikan poin diskusi dalam acara; (2) narasumber, pihak yang kompeten dalam bidangnya sesuai dengan topik yang dibahas; (3) pemandu/host, pemandu harus mampu mengelola dinamika diskusi yang terjadi saat program berlangsung, dapat dibantu oleh operator; (4) musik dan lagu, 16
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer, hal. 69 ibid, hal. 80 18 Susan Tyler Eastman dan Douglas A. Ferguson. 2009. Media Programming; Strategies & Practices. Boston: Thomson, hal. 394 19 Masduki. Op.cit, hal. 80 17
11
digunakan sebagai selingan dan backsound; (5) suara suasana lokasi talkshow, jika diadakan di luar studio juga disertakan atmosfir pada saat, sebelum, dan sesudah talk show.20 Komponen-komponen inilah yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan melaksanakan program talk show. Pemilihan dalam masing-masing komponen akan menjadi strategi dalam program yang bermaksud untuk menciptakan atau mencapai tujuan tertentu. Agar program talk show dapat berjalan lancar, maka diperlukan perencanaan produksi yang meliputi: menentukan target pendengar agar mengetahui apa yang mereka butuhkan, menentukan topik dan narasumber, menentukan pemandu dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan format stasiun radio, menyiapkan lokasi dan peralatan on air. Perencanaan produksi harus dipikirkan dengan matang untuk meminimalkan kendala-kendala yang mungkin terjadi saat berlangsung. Dalam pelaksanaannya, program talk show berlangsung dengan mengikuti urutan proses tertentu. Urutan tersebut ditentukan sesuai dengan kebijakan dan strategi pengarah acara, namun biasanya terdiri dari urutan sebagai berikut: Pertama, pembukaan, berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan peluang interaksi pendengar. Kedua, Diskusi utama, berisi pertanyaan awal pemandu, tanggapan narasumber, interaksi pendengar. Ketiga, Penutup, berisi kesimpulan, ucapan terima kasih, pemberitahuan topik/acara berikutnya.21 Urutan acara pada prakteknya merupakan hasil kreativitas pengelola acara, akan tetapi tetap terbagi menjadi tiga bagian seperti yang disebutkan sebelumnya. Selain komponen-komponen tersebut diatas, program director juga harus kreatif menggunakan strategi agar talk show berjalan dinamis dan tidak membosankan. Dinamika talk show dapat tercipta melalui komentar dan pertanyaan pemandu, memperkaya humor, percakapan akrab dengan narasumber, dan lain sebagainya.
20 21
ibid, hal. 81 ibid,
12
2. Programming Radio Setiap harinya radio menyiarkan beberapa program secara berurutan. Program-program siaran radio tersebut tidak hanya dilaksanakan begitu saja, melainkan memerlukan perencanaan dalam penyusunannya. Proses ini dikenal dengan programming. Programming termasuk dalam manajemen produksi radio. Programming atau bisa juga disebut penataan acara merupakan sebuah proses mengatur program demi program termasuk penjadwalannya sehingga terbentuk station format dengan tujuan menciptakan image stasiun penyiaran radio.22 Selain sebagai sebuah proses, programming juga merupakan sebuah outcome atau sebuah hasil perencanaan, seperti pernyataan berikut ini: Programming can describe either a group of programs on a radio station, television channel, cell phone, MP3 player, PDA (personal digital assistant), or website, ... –or the act of choosing and scheduling programs on a broadcast station, a subscription channel, the web, or a portable device,...23 Dari pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa programming radio merupakan sekumpulan program-program siaran yang ada di radio dan juga sebuah tindakan dalam memilih dan menjadwalkan program-program siaran tersebut. Proses programming ini terdiri dari pemilihan (selecting), penjadwalan (scheduling), promosi (promoting), dan evaluasi (evaluating). Seperti pernyataan berikut ini: A step-by-step procedure for the process of programming would go something like this. First, choose programs that seems to meet the needs and wants of an audience. Second, organize those programs into a coherent schedule that flows from one program into the next. Third, market the programs to the appropriate audience. Finally, evaluate the results and make necessary adjustments”.24
22
Harley Prayudha. 2005. Radio Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang: Bayumedia, hal. 43 23 Susan Tyler Eastman dan Douglas A. Ferguson. 2009. Media Programming; Strategies & Practices. Boston: Thomson, hal. 2 24 Ibid., hal. 3-4
13
Berikut adalah penjelasan proses programming: -
Selection (Pemilihan)
Pemilihan dan penciptaan program didasarkan pada keinginan dan kebutuhan target pendengar yang dituju. Segala komponen penunjang program harus disesuaikan dengan karakteristik yang diminati oleh pendengar. Misalnya, tipe suara penyiar, gaya siaran, pilihan musik, materi siaran harus sesuai dengan format yang telah ditentukan. -
Scheduling (Penjadwalan)
Program-program yang telah dipilih kemudian ditempatkan pada waktu yang dinilai sesuai dengan kebiasaan pendengar. Programmer harus dapat mengenal siklus aktivitas harian pendengar sasarannya, dan menempatkan program yang tepat di waktu yang sesuai. Scheduling juga mengatur aliran atau keberlanjutan dari satu program ke program lainnya. -
Promotion (Promosi)
Promosi merupakan usaha untuk mengenalkan suatu program, baik on air maupun off air. Sehingga pendengar tahu akan adanya suatu program, dan diharapkan akan mendengarkan program tersebut. -
Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi atau penilaian terhadap program yang berjalan sangat diperlukan. Segala elemen yang mendukung program penting untuk diperhatikan dan dievaluasi, sehingga dapat menjadi masukan untuk pengembangan suatu program.
Orang yang bertugas melakukan programming disebut programmer atau program director (PD). Seorang programmer atau PD memilih program sesuai dengan target pendengar, menjadwalkannya, memastikan efektivitasnya, dan memonitor outcome atau hasilnya. Program Director memiliki tanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan programming penyiaran radio yang memenuhi bentuk format penyiaran radio yang telah
14
ditetapkan oleh perusahaan termasuk aspek-aspek pendukung keberhasilan penyiaran radio, dengan memperhatikan kebutuhan pendengar sekaligus kebutuhan pengiklan.25 Programming merupakan sebuah senjata untuk menjaga eksistensi sebuah media yang bertujuan memaksimalkan besarnya audiens yang ditarget dengan upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan audiens. Tidak seperti televisi yang dapat menarget audiens secara luas dan heterogen, sesuai dengan karakternya yang hanya mampu mencakup wilayah yang terbatas dan ketatnya kompetisi antar radio, membuat radio harus mempunyai target pendengar khusus. Hal ini lah yang penting diperhatikan oleh programmer. Seperti pernyataan ini yang menyebutkan “..., the programmer may be more interested in pleasing a particular audience subgroup than in expanding audience size outside the targeted group”.26 Sasaran pendengar yang dituju inilah yang nantinya akan menentukan image station suatu radio. Resep di bawah ini menunjukkan langkah-langkah yang sebaiknya diperhatikan dalam suatu produksi, termasuk produksi program siaran radio.27 -
Target a demographically desirable audience. Choose appropriate programs for that audience. Evaluate reasonable costs for program types and time slots. Evaluate the competition to determine a scheduling strategy. Make sure a program fits in with neighboring programs. Employ talented performers whom the public likes. Hire producers/ director/ writers with a record of success. Deal with currently popular subject matter. Emulate comparable high-rated programs. Dalam proses programming yang terdiri atas pemilihan (selecting),
penjadwalan (scheduling), promosi (promoting), dan evaluasi (evaluating), terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan dipikirkan. Strategi merupakan suatu rencana, ide atau gagasan, kebijakan yang diterapkan untuk mencapai tujuan. Kebijakan khusus yang dilakukan di setiap proses 25
Harley Prayudha. 2005. Radio Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang: Bayumedia, hal. 79 26 Susan Tyler Eastman dan Douglas A. Ferguson. Op. Cit., hal. 3 27 Ibid., hal. 4
15
pemrograman ini dapat dikatakan sebagai strategi pemrograman. Dalam buku Media Programming: Strategies & Practices, menyebutkan lima elemen yang menjadi dasar untuk melakukan strategi, yaitu:28
-
Compatibility (kesesuaian)
Programa radio harus disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari target pendengar,
termasuk
kebiasaan
dan
siklus
aktivitas
hariannya.
Programmer mencoba menciptakan program yang dapat menemani aktivitas target pendengarnya tersebut. Strategi ini biasa disebut dengan dayparting, yaitu membagi jadwal berdasarkan aktivitas sebagian besar pendengar. -
Habit formation (membangun kebiasaan)
Radio harus mampu membangun kebiasaan mendengarkan pada target pendengar, melalui programa yang tepat sesuai dengan karakteristik dan lifestyle target pendengar. Pendengar diharapkan dapat terus mengkuti suatu program atau menjadi pendengar loyal sebuah stasiun radio. -
Control of audience flow (mengontrol aliran pendengar)
Programmer mencoba untuk memaksimalkan jumlah pendengar yang tetap mendengarkan program selanjutnya dan jumlah pendengar baru yang masuk, dan juga meminimalkan jumlah pendengar yang beralih ke stasiun lain atau aktivitas lain. Hal ini dapat dilakukan dengan metode menyajikan program acara yang berbeda (countering) atau yang serupa (blunting) dengan program siaran radio lain. -
Conservation of programs resources (pemeliharaan sumber daya
program) Radio merupakan salah satu media yang menggunakan materi secara cepat di setiap programnya. Oleh karena itulah, ketersediaan materi dan sumber daya pendukung program harus diperhatikan dan dipersiapkan karena jam siaran yang terus-menerus sepanjang hari.
28
Ibid., hal. 13
16
-
Breadth of appeal (daya tarik yang luas)
Perbedaan minat dan kesukaan pendengar harus diperhatikan, sehingga dapat diakomodir dalam program-program yang disajikan. Jumlah audiens yang besar tentu menjadi tujuan suatu media, terutama media komersial. Hal ini bisa diperoleh dengan cara menciptakan daya tarik yang luas dan dapat diterima oleh berbagai kelompok sosial yang berbeda.
3. Fungsi dan Peran Media Radio dalam Penyiaran Program Budaya Sebagai media massa, radio turut berperan dalam menyebarkan nilai-nilai budaya. Di samping peran media massa sebagai pemersatu bangsa, juga untuk menginformasikan,
mendidik,
membujuk,
menghibur,
mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. Seperti pernyataan berikut ini yang menyatakan bahwa: The mass media present potrayals of our society, and by watching, listening, and reading, we learn how people are supposed to act and what values are important.29 Media massa menyajikan potret kehidupan sosial yang ada, baik nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, serta produk seni budaya. Radio merupakan salah satu media massa yang berhasil menyiarkan program seni dan budaya kepada masyarakat luas, seperti drama rakyat, musik daerah, ludruk, pantun dan lain sebagainya. Salah satu media massa yang masih tetap bertahan dengan ideologinya menyiarkan siaran budaya adalah media massa publik dan komunitas. Untuk dapat bertahan di tengah kemajuan teknologi dan konten di media massa, media publik harus tetap fokus pada perannya sebagai penyedia konten lokal. Jakubowicz menyebutkan tugas dan peran media massa publik di tengah kemajuan teknologi yang akan terus berkembang seperti berikut ini:
29
Joseph R. Dominick. 1983. The Dynamics of Mass Communication. New York: Random House, hal. 44
17
Traditional tasks of public service broadcasting - Development and protection of national culture and identity (as well as of those of minorities), including: providing universal access to culture, raising the cultural competence of the audience, creating new audiovisual works, supporting and promoting creative talent, investment into domestic audiovisual production, facilitating cultural events, promoting the national culture(s) abroad.
Additional tasks of public service media - Serving minorities and immigrant communities in a way which satisfies their cultural and linguistic needs, but does not prevent their integration with the rest of the population; - Creating a sense off affinity and understanding with the people of other countries in the region, especially if the country in question is involved in some international integration scheme; - Promoting intercultural and interreligious dialogue at home and internationally; - Promoting acceptance of, and respect for, cultural diversity, while at the same time introducing the audience to the cultures of other peoples around the world; - Striving to prevent, or reduce, the digital divide, so that no-one is prevented from access to culture via the new technologies. Tabel 1. New PSB/PSM tasks in relation to culture.30
Sastra merupakan salah satu produk kebudayaan melalui kesenian yang mencerminkan budaya suatu masyarakat. Sebuah karya sastra dapat difungsikan sebagai media pendidikan sekaligus hiburan. Hiburan yang bersifat estetis ini merupakan salah satu kebutuhan manusia. Oleh karena inilah program siaran dengan tema sastra menjadi penting disiarkan, untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti pernyataan berikut, Konsep-konsep lain yang lebih abstrak mengenai kebutuhan seperti aktualisasi diri, kebutuhan kognitif (rasa ingin tahu), kebutuhan estetis, dan kebutuhan berekspresi
30
Karol Jakubowicz. 2007. Public service broadcasting: a new beginning, or the beginning of the end? , hal. 18, diakses melalui http://www.coe.int/t/dghl/standardsetting/media/doc/PSB_Anewbeginning_KJ_en.pdf
18
kurang jelas diberikan bersama kita ketika lahir, namun demikian sentral bagi pengalaman manusia.31 Program-program siaran sastra di media diharapkan dapat ikut membantu memenuhi kebutuhan manusia akan kebutuhan-kebutuhan abstrak tersebut. Selain untuk memenuhi kebutuhan manusia, program siaran sastra juga ikut menjalankan fungsi komunikasi massa menurut Laswell, yaitu the transmission of the social heritage from one generation to the next.32 Karya sastra merupakan salah satu warisan budaya yang harus wariskan secara turuntemurun antar generasi. Untuk itulah media berfungsi sebagai salah satu media yang dapat melestarikan warisan budaya, melalui program-program yang mendidik. Hal inilah yang menjadikan program siaran sastra menjadi penting untuk disiarkan. Radio, sebagai salah satu media massa, berperan dalam membangun dan melindungi kebudayaan suatu daerah dengan menyiarkan programprogram dengan materi budaya. Siaran program budaya sudah ada sejak jaman pejajahan di Indonesia. Saat itu radio amatir di Indonesia tidak diperkenankan menyiarkan hal-hal berbau politis. Alhasil, untuk dapat terus bertahan, siaran budaya lokal dijadikan alternatif dalam materi siaran. Bagi penjajah hal ini digunakan untuk bisa menarik hati penduduk pribumi, agar mau bekerja sama dengan penjajah. Akan tetapi bagi penduduk Indonesia hal ini digunakan untuk lebih menanamkan nilai kebangsaannya. Meskipun jumlah program siaran budaya berkurang, akan tetapi bagi radio-radio publik atau radio komunitas budaya, program ini tetap dilestarikan.
4. Siaran Puisi dalam Radio Puisi merupakan sebuah karya sastra dalam bentuk tulisan. Merupakan hasil pemikiran dan perasaan seseorang yang dituangkan melalui kata-kata indah dengan tata cara khusus. Selain menulis, puisi juga dinikmati melalui 31
James Lull. 1998. Media, Komunikasi, Kebudayaan; Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 118 32 Harold D. Laswell. “The Structure and Function of Communication in Society” dalam Wilbur Schramm. 1960. Mass Communications. Urbana: University of Illinois Press, hal. 117
19
pembacaan atau deklamasi yang menggunakan gaya tersendiri. Bahkan seiring berjalannya waktu berkembang menjadi musikalisasi puisi. Selain terikat aturan dalam menulisnya, meskipun tidak terlalu ketat, dalam pembacaannya pun juga mengikuti cara-cara tertentu. Puisi merupakan sebuah karya sastra yang banyak peminatnya, meskipun tidak semua orang menyukai atau menikmatinya seperti musik. Akan tetapi puisi memiliki basis-basis komunitas atau kumpulan seniman yang berkecimpung di dunia puisi. Puisi pun menjadi bagian dari hidup kita meskipun tidak terlalu mendapat perhatian. Puisi bahkan menjadi pengisi kolom-kolom sastra yang ada di koran dan majalah. Media massa pun menyediakan ruang untuk puisi, yang menjadikan puisi sebagai konten atau materi pengisi, tak terkecuali menjadi materi program siaran radio. Karena memang puisi merupakan salah satu karya sastra yang diajarkan semenjak dini dalam membantu belajar menulis dan membaca. Puisi telah menjadi bagian dari program siaran radio sejak awal perkembangan media massa elektronik tertua ini. Pada awalnya puisi di radio disiarkan secara spontan dan tak menentu. Penyiar membacakan puisi sebelum atau sesudah musik dengan tujuan untuk mengisi kekosongan suara. Produksi siaran yang mudah dan murah akhirnya membuat puisi menjadi program siaran radio yang berkembang sampai sekarang. Di awal perkembangannya, pembacaan puisi cenderung pada program variety sentimental atau ringan, yang biasanya puisi diambil dari majalah-majalah. Kemudian berkembang ke arah puisi yang berbobot. Seperti yang dikutip di bawah ini: The poetry heard on radio has tended to fall into several catagories. Early on and into the golden days of radio it has mostly been of the sentimental or “light” variety, especially on shows that were commercially sponsored. Poetry was often taken from popular magazines, such as Good Housekeeping or Redbook. Many times it was read over music, sometimes accompanied by philosophinizing or “gentle wisdom”. When more serious or “highbrow” poetry found its way onto the airwaves, it was usually in a sustaining program, and later in noncommercial radio. Some shows included music underneath, or
20
before or after the poetry, while others were straight readings of poems.33 Pada awal perkembangan radio belum ada struktur programming yang jelas, maka puisi digunakan sebagai salah satu pengisi siaran, agar tidak ada kekosongan suara. Kemasan program puisi pun bermacam-macam, ada yang dibacakan dalam program lain dan ada pula yang telah menjadi program khusus puisi sendiri. Setelah radio mulai mengenal pemrograman yang terstruktur, program siaran puisi pun mulai dibentuk dengan konsep yang matang. Dengan durasi program yang berbeda-beda antara program puisi yang satu dengan lainnya, namun pada dasarnya mempunyai kesamaan, yaitu pembacaan yang diiringi dengan iringan musik atau efek bunyi lainnya. Hal inilah yang mampu menjadi daya tarik bagi pendengar. Seperti pernyataan berikut ini, reading of sentimental or cheerful poetry over a background of organ music or in between announcers’ talking and philosophizing had the widest audience for poetry on the radio.34 Meskipun sebagian besar puisi yang dibacakan di radio merupakan puisi yang sentimental atau „puisi kamar‟35, namun keberadaan puisi yang berbobot juga telah ada, dengan menyajikan tidak hanya pembacaan puisi tetapi juga diskusi mengenai teknik dan trend dalam penciptaan puisi. Berdasarkan penggolongan program menurut UNESCO, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, program siaran puisi merupakan golongan siaran kebudayaan. Terdapat tiga macam jenis siaran kebudayaan, yaitu kesusastraan, kesenian daerah, apresiasi seni. Program siaran kesusastraan (literature) merupakan sebuah program yang membahas tentang seluk beluk suatu karya sastra. Program ini dapat disajikan dalam bentuk dialog yang mengundang narasumber pembuat karya. Program kesenian daerah/tradisional (folklore) merupakan program yang menyajikan siaran pertunjukan kesenian daerah 33
Christopher H. Sterling. 2010. Poetry on Radio The Concise Encyclopedia of American Radio. New York: Routledge, hal. 565 34 ibid, hal. 567 35 Puisi kamar merupakan sebutan untuk puisi lugas dan apa adanya bentuk curahan hati. Biasanya tanpa perlu pemaknaan khusus.
21
seperti, wayang kulit, wayang golek, wayang orang, dan lain sebagainya. Sedangkan apresiasi seni (art apretiation) merupakan program yang digunakan sebagai wadah untuk mengapresiasi karya-karya seni masyarakat umum. Program ini juga dapat disajikan dalam bentuk dialog yang mengapresiasi karya pendengar. Selain siaran berupa pertunjukan seperti program kesenian daerah, program kebudayaan lainnya biasanya disajikan dalam bentuk dialog/talkshow. Begitu juga dengan program siaran dengan materi pengisi puisi dapat diisajikan melalui tiga jenis tersebut sesuai dengan kreativitas program director. Radio adalah media yang mempunyai kelebihan dari kekurangannya. Radio bisa menjadi teman saat melakukan aktivitas lain, karena cukup didengarkan. Meskipun hanya bisa dinikmati suaranya saja, akan tetapi inilah yang justru menjadi daya tariknya. Penyiaran radio merupakan suatu media yang paling pribadi dan merupakan media yang jauh lebih besar dari hidup ini, karena layarnya adalah otak kita sendiri. ... Radio merupakan arena fantasi, suatu „theater‟ dalam benak kita; dengan jumlah pertunjukan yang tidak terbatas yang tercipta dari kata-kata, dan gambaran-gambaran yang selalu kita bayangkan.36 Sifatnya yang penuh imajinasi ini membuatnya menarik. Selain itu dengan hanya mengandalkan suara, radio harus mampu memilih gaya bicara yang dapat menarik pendengar. Gaya bicara yang personal seakan berbicara dengan pendengar menjadi salah satu jurus terbaik dalam siaran radio. Hal ini senada dengan pernyataan berikut ini yang menyatakan bahwa, Informasi yang disampaikan dalam penyiaran radio memiliki pengaruh yang kuat terhadap perasaan pendengar, secara personal terkadang pendengar merasakan keterlibatannya.37 Siaran sastra, termasuk siaran puisi, merupakan salah satu materi siaran yang penuh dengan imajinasi dan pemaknaan. Karena sifat dari puisi itu sendiri yang merupakan sebuah karya sastra hasil pemikiran dan perasaan. Seperti 36
Harley Prayudha. 2005. Radio Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang: Bayumedia, hal. 2 37 Ibid., hal. 15
22
pernyataan berikut ini yang menyatakan bahwa, people like stories that affect them emotionally.38 Puisi termasuk karya sastra yang sarat dengan unsur emosional dalam setiap kata dan pemaknaannya. Hal ini merupakan salah satu daya tarik puisi. Terlebih lagi pesan-pesan dalam puisi tersebut biasanya menggambarkan realitas sehari-hari yang berhubungan dengan cinta dan perasaan. Hal tersebut juga menjadi salah satu daya tarik puisi yang lainnya. Seperti pernyataan berikut ini yang menyatakan, people also like stories tied to love and romance.39 Seperti format program acara lainnya, format program siaran sastra juga harus disesuaikan dengan segmentasi pendengar dan image stasiun radio tersebut. Format program sastra pada radio yang membidik orang dewasa tentu berbeda dengan radio yang membidik anak muda. Seperti pendapat yang menyatakan bahwa, “Programmes combine to form a consistent station identity and style to its schedule that will appeal to a particular audience profile“.40 Identitas stasiun ini tercerminkan pada gaya dan pilihan materi, format, penyiar, nama stasiun radio, jingle, musik dan lain sebagainya. Program siaran sastra merupakan siaran karya artistik yang diproduksi melalui pendekatan artistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan.41 Oleh karenanya format yang digunakan idealnya menampilkan segi artistik suatu karya sastra. Selain untuk dinikmati keindahan suatu karya sastra, program siaran sastra juga dapat memasukkan unsur pendidikan. Sebagai sebuah siaran karya artistik harus memenuhi kriteria berikut ini: 42 -
Sumber : Ide/gagasan Mengutamakan keindahan Isi pesan bisa fiksi dan nonfiksi Penyajian tidak terikat waktu (perncanaan) Sasaran kepuasan pemirsa/pendengar
38
Katherine C. McAdams & Jan Johnson Elliott. 1996. Reaching Audiences; A Guide to Media Writing. Needham Heights USA: Allyn & Bacon, hal. 48 39 Ibid., hal. 49 40
Jim Beaman. 2006. Programme Making for Radio. New York: Routledge, hal. 1 Wahyudi. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 17 42 Ibid., hal. 19 41
23
-
Memenuhi rasa kagum/menghargai seseorang Improvisasi tidak terbatas Isi pesan terikat pada kode moral Penggunaan bahasa bebas (dramatis) Refleksi daya khayal kuat Isi pesan tentang realitas sosial
Selain minat target pendengar dan tujuan program, kriteria tersebut di atas dapat menjadi acuan dalam menentukan dan menyusun format program siaran sastra. Setiap program siaran tentu saja ingin bertahan lama dan memberikan dampak yang positif bagi stasiun radio. Indikasi yang digunakan untuk mempertahankan suatu program biasanya dilihat dari respon pendengar program. Jika suatu program dapat mencuri perhatian dan memunculkan banyak partisipasi dari pendengar, maka program tersebut dapat dikatakan berhasil. Namun sebaliknya, jika partisipasi pendengar sedikit dapat dikatakan program tersebut kurang diminati. Hal tersebut dapat dilihat juga melalui hasil rating suatu program radio. Sebuah program dengan rating tinggi tentu akan dipertahankan, karena rating secara tidak langsung adalah daya tarik bagi pemasang iklan. Semakin banyak pendengar, semakin tinggi rating, semakin banyak pemasang iklan, semakin banyak pemasukan, sehingga memberi keuntungan untuk keberlangsungan stasiun radio. Dan sebaliknya, jika rating suatu program rendah, maka pihak radio akan berusaha mengganti atau memperbaharui program tersebut, sehingga dapat menarik pendengar lagi. Ini merupakan prinsip sebuah radio swasta yang berorientasi pada profit. Suatu program yang telah berjalan dan bertahan lama belum tentu aman posisinya. Masyarakat yang terus berubah membuat program-program radio harus menyesuaikan dengan perubahannya. Karenanya sebuah program tidak boleh monoton dan statis, karena siaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan khalayak.43 Kebosanan ini nantinya dapat membuat pendengar beralih dan akan berdampak pula pada keberadaan program.
43
Ibid., hal. 2
24
However, there is a danger that consistent format, structure and content can end up being acceptably formulaic and taken up by other stations in a group. ... Stations need to be able to introduce surprises for their listeners, though not so often or with so strong a surprise that they tune away, and they need to develop strategies to encourage new listeners without alienating their current devotees.44 Masyarakat akan selalu berubah, perkembangan dan kemajuan teknologi akan berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini yang harus selalu diikuti oleh setiap program director dalam menyesuaikan program terhadap perubahan yang terjadi pada target pendengarnya. Format, struktur, dan konten suatu program mungkin diminati di tahun ini, sehingga program tersebut dipertahankan. Namun dengan format, struktur, dan konten yang sama setiap tahunnya, akankah program tersebut bertahan di sepuluh tahun ke depan? Oleh karenanya, diperlukan kejutan-kejutan kecil yang membuat suatu program terkesan berbeda tanpa merubah esensi dasar program tersebut. Begitu juga dengan program siaran sastra, pembaruan-pembaruan kecil terhadap materi, struktur, dan format program akan mengurangi sifat monoton dalam program. Tentu saja pembaruan yang disesuaikan dengan minat target pendengar. Dengan begitu diharapkan pendengar tidak merasa bosan dengan program tersebut, dan dapat tetap bertahan menjadi pendengar loyal, serta menarik pendengar baru untuk bergabung.
F. KERANGKA KONSEP Sebagai media publik, RRI harus mampu bersaing dengan radio komersial lain tanpa melupakan jati dirinya. Perbedaan orientasi dalam profit, tidak membuat RRI acuh akan jumlah pendengar. Akan tetapi RRI juga ikut serta bersaing dengan radio lain dalam mendapatkan pendengar. Bahkan RRI menggunakan empat stasiun dengan segmentasi programa yang berbeda. RRI Pro 2 menjadi salah satu programa yang dikhususkan untuk pendengar muda. Sebagai radio anak muda, RRI Pro 2 mengusung format musik –seperti layaknya radio 44
Katy McDonald dalam Jim Beaman. 2006. Programme Making for Radio. New York: Routledge, hal. 2
25
anak muda biasanya- dan informasi. Meskipun musik menjadi sumber utama hiburan, RRI Pro 2 tetap memikirkan konten lain seperti informasi, budaya, dan pendidikan. Sesuai dengan visi RRI Pro 2 yang berusaha menjadi referensi pembentukan karakter anak muda Indonesia, Pro 2 harus mampu menciptakan program-program untuk dapat mencapai visi tersebut. Karena itulah diperlukan strategi programming dalam menciptakan dan mengelola program-program untuk dapat mendapatkan perhatian pendengar sekaligus mencapai visi yang telah ditentukan. Berbagai program edukasi diciptakan demi mewujudkan visi RRI Pro 2. Disinilah peran strategi programming sangat diperlukan dalam mengelola program yang berbasis pendidikan dan informasi, sehingga program-pogram ini dapat diterima baik oleh pendengar, sekaligus RRI Pro 2 dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya sebagai radio publik. Karakter anak muda yang cenderung menyukai musik dan hiburan, menjadi tugas bagi programmer untuk menciptakan kemasan program informasi yang dapat diterima anak muda. Salah satu program edukasi lewat budaya di RRI Pro 2 Jogja adalah Puisi pro. Program ini termasuk dalam kategori budaya, yang berfungsi untuk mendidik dan menghibur pendengar melalui pembelajaran sastra, yaitu puisi. Puisi merupakan materi yang jarang digunakan dalam program radio, apalagi pembelajaran puisi seperti program Puisi Pro. Akan tetapi, dengan berasaskan visi Pro 2, program ini diciptakan. Hingga akhirnya, program ini dapat bertahan kurang lebih selama 12 tahun dan masih berjalan sampai sekarang. Keunikan materi yang dibawakan dalam program Puisi Pro, menuntut program director dan tim kreatifnya menciptakan format atau konsep program dan strategi pemrograman. Lamanya program ini bertahan dapat mengindikasikan bahwa program ini dapat diterima baik oleh pendengar Pro 2 Jogja. Strategi pemrograman dalam program ini tentu berperan penting dalam menjaga eksistensi program ini. Strategi pemrograman dapat dilihat dari proses pemrograman itu sendiri, yaitu pemilihan (selecting), penjadwalan (scheduling), promosi (promoting), dan evaluasi (evaluating). Berdasarkan pengamatan empat proses tersebut dapat
26
dilihat bagaimana strategi yang digunakan oleh program Puisi Pro ini. Penelitian ini ingin melihat kesesuaian strategi yang selama ini digunakan oleh program Puisi Pro dengan tujuan serta image radio dan juga bagaimana perubahanperubahan strategi dilakukan dalam menjaga loyalitas pendengar dan menarik pendengar baru.
Visi, Misi, dan Target Pendengar
Compatibility
Habit Formation
Control of audience Flow
Format Radio
Program Talk Show (One on one Show) Materi Puisi
- Selection Pemilihan segala komponen/elemen yang digunakan dalam menjalankan program. (wawancara dan observasi) - Schedulling Penjadwalan disiarkannya program. (wawancara dan observasi) - Promotion Usaha promosi untuk mengenalkan adanya program. (wawancara dan observasi) - Evaluation Proses penilaian terhadap proses secara keseluruhan. (wawancara dan observasi)
Conservation of program Resources
Breadth of appeal
Bagan 3. Skema Riset Strategi Pemrograman Puisi Pro
27
G. METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.45 Yang dimaksud dengan cara ilmiah adalah bahwa penelitian dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan dan kegunaan adalah untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah serta tujuan penelitian.
1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah program Puisi Pro yang disiarkan oleh RRI PRO 2 FM Yogyakarta. Khususnya, fokus penelitian ini ada pada strategi pemrograman yang dilakukan oleh personel yang terlibat dalam produksi program tersebut. Strategi ini dapat dilihat pada proses penataan program dan proses produksi program, yaitu pada saat perencanaan dan persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Agustus 2014.
2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, karena bermaksud mencari tahu how atau why yang tidak dapat ditemukan jika menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alami di mana tidak ada perlakuan (treatment) khusus terhadap objek penelitian. Sehingga kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika objek yang akan diteliti. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif memandang realitas sosial yang akan diteliti sebagai fenomena yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).46 Pemaknaan akan kebenaran yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda inilah yang berusaha untuk digali dan dipahami melalui penelitian kualitatif. Dan untuk mendapatkannya, maka akan ada interaksi antara 45 46
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, hal. 2 Ibid, hal. 8
28
peneliti dan sumber data. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berusaha independen untuk membangun objektivitas. Penelitian kualitatif juga disebut dengan penelitian interpretasi (interpretive research), karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.47 Karena yang coba digali dari penelitian kualitatif adalah data yang mendalam maka objek yang digunakan dalam penelitian ini tidak sebanyak penelitian kuantitatif. Oleh sebab itu, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi, melainkan transferability, yaitu hasil penelitian dapat diterapkan di tempat lain yang serupa kondisinya.48
3. Metode Penelitian Metode
adalah
teknik
atau
prosedur
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis.49 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini dikarenakan studi kasus lebih cocok digunakan untuk menjawab pokok pertanyaan suatu penelitian yang berkenaan dengan bagaimana atau mengapa. Seperti pertanyaan rumusan masalah dalam penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana strategi pemrograman Puisi Pro. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan proses operasional sehinga memerlukan pengamatan secara langsung serta wawancara mendalam. Studi kasus digunakan untuk dapat mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari luar. Kasus tersebut dapat berupa suatu individu, organisasi, peristiwa, keputusan, periode, atau sistem yang dapat dipelajari secara menyeluruh dan holistik.50 Menurut Schramm, inti dari studi kasus adalah kecenderungan utama pada studi ini dalam berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan: mengapa keputusan itu 47
Ibid. Ibid., hal. 13 49 Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001 dalam Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif:Dasardasar. Jakarta: Indeks, hal. 5 50 Thomas 2011 dalam Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif:Dasar-dasar. Jakarta: Indeks, hal. 116 48
29
diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya.51 Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang fokus pada strategi, yang berupa keputusan-keputusan terhadap suatu program. Studi kasus yang bersifat interpretif berusaha memahami suatu fenomena melalui pemaknaan orang-orang yang terlibat di dalam suatu proses. Metode ini dapat diterapkan jika fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata, dalam hal ini adalah strategi program radio. Studi kasus digunakan untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu kondisi atau tidak. Seperti yang diungkapkan oleh Robert K.Yin bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang:52 a. Menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: b. Batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: c. Multi sumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus mengumpulkan banyak data dari multi sumber data. Karena pada dasarnya studi kasus dimaksudkan untuk memunculkan detail-detail dari sudut pandang partisipan dengan menggunakan berbagai sumber data.53
4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian kualitatif bersifat iteratif, artinya tahapan-tahapan dalam penelitian tidak berjalan secara linier.54 Hal ini menunjukkan bahwa tahapan yang digunakan dalam rancangan penelitian bersifat fleksibel. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan datadata dari lapangan, seperti berikut ini:
51
Schramm dalam Robert K. Yin. 2003. Case Study Research: Design and Methods Third Edition. California: Sage Publications, hal. 12 52 Robert K. Yin. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 18 53 Winston Tellis. 1997. “Application of a Case Study Methodology”, dalam The Qualitative Report, Volume 3, Number 3. diakses dari (http://www.nova.edu/ssss/QR/QR3-3/tellis2.html) dalam modul perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif oleh Kuskrido Ambardi 54 Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif:Dasar-dasar. Jakarta: Indeks, hal. 29
30
a. Observasi (Pengamatan Langsung) Dalam metode studi kasus, peneliti harus mengerti situasi dalam lingkungan objek penelitiannya melalui pengamatan secara langsung. Seperti yang diungkapkan Marshal bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”.55 Jenis observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam aktivitas objek penelitian. Susan Stainback menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”.56 Oleh sebab inilah peneliti harus peka dalam mengamati apa yang terjadi dalam lapangan serta membuat catatan lapangan untuk mengumpulkan data-data pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti ikut terlibat dalam serangkaian program Puisi Pro yang disiarkan oleh RRI Pro 2 FM Yogyakarta, mulai dari perencanaan dan persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi. Peneliti mengamati kejadian yang berlangsung selama program dan mencatat hal-hal yang dapat dijadikan data penelitian.
b. Interview (Wawancara) Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mendalam dari sumber data yang tidak dapat diketahui melalui observasi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui makna yang lebih dalam dari suatu kegiatan atau tindakan. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai, (a) fakta, (b), kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta, (c) perasaan, (d) perilaku saat ini dan masa lalu, (e) standar normatif, dan (f) mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu.57 Hasil dari wawancara itu sendiri merupakan persepsi atau 55
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, hal. 226 56 Ibid., hal. 227 57 Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif:Dasar-dasar. Jakarta: Indeks, hal. 45
31
ingatan informan terhadap suatu hal. Oleh karenanya diperlukan triangulasi dengan data lainnya. Dalam penelitian ini, Wawancara dilakukan kepada sumber-sumber yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam program Puisi Pro. Pihak yang terlibat, yaitu penyiar program, pengarah acara, narasumber, pimpinan Pro 2, operator, dan bagian program. Berikut merupakan daftar informan dalam penelitian ini: No. 1. 2. 3. 4.
Nama
Posisi/Jabatan Kepala Siaran Programa 2 RRI Yogyakarta Kepala SubBagian SD M RRI Yogyakarta
Rini Handayani Adi Suyono Hana Suhendra
Penyiar Program Puisi Pro
Tanggal Wawancara 3 Desember 2013 16 April 2014 27 Desember 2013 16 April 2014 12 Mei 2014 17 April 2014 13 Mei 2014 17 April 2014 13 Mei 2014
5.
Nur Rohmani Mustofa
Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Program Seksi Perencanaan dan Evaluasi Program
6.
Erna
Penyiar Pro 2 Yogyakarta
6 Mei 2014
7.
Bambang Dwiana
Kepala Bidang Pemberitaan
6 Mei 2014
8.
Arlin Setianingsih
9.
Yohanes Eko Priyanto
Pengarah Acara Pro 2 Yogyakarta Kepala Bidang Programa Siaran
10.
Ratna Dwi Putranti
Komunitas Puisi Pro
19 Mei 2014
11.
Dhanica Rhaina
Komunitas Puisi Pro
19 Mei 2014
Hendra
12 Mei 2014 13 Mei 2014 22 Mei 2014
Tabel 2. Daftar Informan
c. Studi Dokumen Studi dokumen digunakan sebagai pelengkap teknik observasi dan wawancara. Selain itu, dokumen juga dapat memberikan gambaran mengenai konteks fenomena yang diteliti. Dokumen-dokumen yang digunakan berkaitan dengan penelitian
32
berupa catatan sejarah perkembangan RRI Yogyakarta khususnya PRO 2 FM, company profile PRO 2 FM, kumpulan peraturan mengenai radio dan lain sebagainya. Berikut daftar dokumen yang digunakan:
No.
Nama Dokumen
1.
Company Profile Pro 2 FM RRI Yogyakarta
2.
Audience Research RRI Yogyakarta Pedoman Penyelenggaraan Siaran Programa 1 dan 2 Tahun 2011 LPP RRI
3. 4.
Hasil Rapat Supervisi RRI Pro 2 Yogyakarta 22 April 2014
5.
Laporan Daftar Acara Siaran RRI Pro 2 Yogyakarta Tabel 3. Daftar Dokumen
5. Teknik Analisis Data Dengan menggunakan multi sumber data, penelitian kualitatif cenderung menghasilkan jumlah data yang sangat banyak dan kurang terstruktur. Oleh karenanya pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara simultan, dimana peneliti mulai menganalisis setiap ada data yang didapatkan. Pengelolaan data sangat diperlukan untuk mengubah data mentah yang sangat banyak jumlahnya menjadi data yang mudah dicerna dan dianalisis. Pengelolaan dilakukan dengan mereduksi dan menata data kualitatif ke dalam satuan-satuan yang mudah dianalisis. Menurut Bogdan, analisis data dalam penelitian kualitatif adalah, Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others Strategi analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penjodohan pola (pattern matching). Logikanya dengan membandingkan pola yang didasarkan atas empiri dengan pola yang diprediksikan (atau dengan
33
beberapa prediksi alternatif).58 Jika terdapat persamaan pada kedua pola tersebut, maka hasilnya dapat menguatkan validitas internal penelitian studi kasus. Analisis dilakukan berdasarkan data-data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data-data tersebut kemudian diorganisasikan ke dalam kategori, dijabarkan ke dalam unit-unit, dilakukan sintesa, disusun ke dalam pola, dipilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan dibuat kesimpulan.59 Analisis data yang dilakukan bersifat induktif yaitu dilakukan dengan menyusun fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah kesimpulan dan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian ini berusaha untuk memahami kompleksitas fenomena yang diteliti. Peneliti melakukan interpretasi dan kemudian melaporkannya. Peneliti melakukan analisis tehadap data-data yang sudah dikumpulkan dengan mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan pada kerangka teori.
58 59
Robert K. Yin. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 140 Ibid., hal. 244
34
