1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wanita dalam kehidupan sehari-harinya memiliki kegiatan dan pekerjaan yang cukup banyak sehingga wanita sangat memerlukan kebugaran fisik yang cukup. Pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi statis merupakan salah satu penyebab menurunnya kebugaran fisik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan keuntungan terhadap aktivitas sehari-hari di mana manusia dapat menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien dengan bantuan alat-alat yang modern sehingga tidak memerlukan energi yang berlebih. Akibatnya wanita kurang bergerak sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat kebugaran fisik. Keadaan kurang bergerak dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti mudah terkena stres, kerja paru-paru menjadi tidak efisien, anggota gerak menjadi lemah, lemak tubuh bertambah dan mengundang berbagai penyakit non infeksi, antara lain penyakit degeneratif dan penyakit kardiovaskular (Brick, 2001), selain itu dapat menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004). Secara global, kurangnya bergerak m erupakan faktor risiko ke empat terbesar yang menyebabkan tingkat kematian tertinggi akibat masalah kesehatan yang ditimbulkannya, diperkirakan angka mortalitas pada tahun 2012 mencapai 3,2 juta kematian (Anonim, 2013). Survey Departemen Kesehatan
(Anonim, 2001) menyebutkan bahwa
seiring berjalannya waktu penyakit degeneratif terus meningkat. Misalnya
2
penyakit kardiovaskular sebagai penyebab kematian telah meningkat dari urutan ke 11 pada tahun 1972, menjadi urutan ke 3 pada tahun 1986, dan menjadi urutan pertama pada tahun 1992, 1995, dan 2001. Hasil survey tahun 2001 juga menyatakan bahwa 56% penduduk (27% pria dan 29% wanita) berusia 25 tahun ke atas menderita hipertensi, 3% penduduk mengalami penyakit jantung, 1,2 % penduduk mengalami diabetes, dan 5,9% (1,3% pria dan 4,6% wanita) mengalami kelebihan berat badan (Anonim, 2002) . Berdasarkan analisis data kebugaran yang dikumpulkan pada kegiatan SDI (Sport Development Index) 2006 menunjukkan bahwa 37,40% masuk dalam kategori kurang sekali, 43,90% kurang, 13,55% sedang, dan hanya 5,15% yang masuk kategori baik dan baik sekali (Anonim, 2007). Hasil seperti ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat beberapa penelitian lain juga menunjukkan data yang kurang lebih sama. Misalnya pada tahun 2002 Departemen Kesehatan mengadakan pemetaan kebugaran fisik pada Pegawai Negeri sipil yang berasal dari Pemda Tingkat I dan Dinas Kesehatan propinsi yang dilaksanakan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Bali. Hasil pemetaan menyebutkan bahwa lebih dari 63% mereka memiliki tingkat kebugaran fisik yang sangat kurang. Selain itu pada tahun 2005 dilakukan survei tingkat kebugaran pada pelajar dan hasilnya 10,71% masuk kategori kurang sekali, 44,97% masuk kategori kurang, 37,66% masuk kategori sedang dan 5,66% masuk kategori baik, sementara itu yang masuk kategori baik sekali 0% (Mutohir dan Maksum, 2007). Kondisi yang demikian tentu sangat memprihatinkan sehingga dapat menyebabkan produktivitas kerja masyarakat menurun, karena itu masyarakat perlu didorong untuk melakukan latihan fisik sehingga mencapai kebugaran fisik
3
yang baik karena latihan fisik atau olahraga berperan besar dalam mengubah pola hidup statis (Sumosarjono, 2009). Latihan fisik juga memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran fisik (Maksum, 2004b). Semakin tinggi derajat kebugaran fisik seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya (Sumosarjono, 2009). Di samping itu latihan fisik berguna untuk mencegah cidera selama melakukan kegiatan fisik yang
berat
(Sharkley,
2003)
dan
menurunkan
berat
badan
berlebih
(Wirahadikusumah, 2000). Di samping pengaturan makan, olahraga merupakan usaha sederhana dan murah untuk meningkatkan kesehatan (Irianto, 2004). Meningkatnya kesadaran akan kebugaran fisik di tengah kesibukan mendorong para wanita menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran melalui olahraga guna mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar (Nopembri, 2012). Dengan kesegaran jasmani yang cukup seseorang akan dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa timbul kelelahan yang berarti (Maksum, 2004a). Kebugaran fisik ditingkatkan sehingga wanita bukan saja sehat dikala diam (sehat statis) tetapi juga sehat dalam setiap aktivitas hidupnya (Breslow dan Enstrom, 1980). Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui fisiknya yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No. II/MPR/1988). Olahraga juga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak (Giriwijoyo dan Muchtamaji,
2005). Olahraga pada wanita dapat menjaga
4
stamina dan mengurangi stress, membangun kekuatan tubuh dan mempertahankan keseimbangan dalam aktivitas sehari-hari serta memperbaiki postur tubuh, membantu menurunkan berat badan yang berlebihan, menjaga kesehatan kardiovaskular, kesehatan kulit dan mengurangi resiko osteoporosis pada masa menopause nanti (Giriwijoyo, 2003). Kesadaran masyarakat akan hidup sehat melalui olahraga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tempat pusat -pusat kebugaran terutama klubklub senam semakin banyak (Maksum dan Sumaryanto, 2004b). Salah satu jenis latihan fisik yang sangat diminati dan digunakan untuk meningkatkan kebugaran fisik oleh kaum wanita (ibu-ibu dan remaja) adalah senam aerobik. Senam aerobik merupakan latihan yang menggerakkan seluruh otot, terutama otot besar dengan gerakan yang terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan (Kartinah.dkk., 2006). Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam memiliki berbagai macam gerakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam pencapaian program latihan yang diinginkan (Sudarno, 1992; Utomo dkk. 2012). Banyak wanita memilih meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan dengan mengikuti program pelatihan senam di pusat-pusat kebugaran fisik (Sukron dkk., 2012). Salah satunya adalah Klub Senam Lala Studio yang terletak di kota Denpasar. Senam Ayo Bergerak (SAB), Senam Bugar Indonesia (SBI) serta Senam Ayo Bersatu (SABT) merupakan senam kebugaran fisik yang digemari di antara banyak jenis senam yang ada. Ketiga senam tersebut memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan dan musiknya menimbulkan rasa gembira dan bersemangat, selain itu kedua senam tersebut mengandung unsur budaya yang kental dalam gerakan dan musiknya.
5
Senam Ayo Bergerak Indonesia adalah senam yang belum lama diluncurkan pada tahun 2012 oleh Pengurus Nasional Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) bersama dengan Induk-induk Organisasi Olahraga Rekreasi Masyarakat yang berhimpun di dalamnya dan berada di bawah dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Senam ini diciptakan dan dikemas dengan memadukan gerakan otot yang kuat, kencang, lincah dengan tujuan mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik. Senam ini juga mengandung unsur seni dan budaya sehingga menyenangkan dilakukan (Anonim, 2012a). Senam Bugar Indonesia (SBI) adalah senam yang disusun dan diluncurkan pada tahun 2006 oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) yang merupakan induk organisasi cabang olahraga pada wanita di bawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Senam ini diciptakan untuk menciptakan keselarasan dan keseimbangan gerak dalam membantu otot-otot tubuh meningkatakan kesehatan dan kebugaran (Anonim, 2006). Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang juga diciptakan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) pada tahun 2002 yang bertujuan untuk menggerakan otot-otot tubuh dengan ringan, melatih anggota gerak tubuh mencapai kesehatan dan kebugaran fisik yang diinginkan. Senam ini mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta diiringi dengan lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia.
6
Tujuan dari senam jenis apapun adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal. Penelitian terhadap efek peningkatan kebugaran fisik pada pelaku Senam Ayo Bersatu sudah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya (Sukardiasih, 2005 ; Wirata, 2012), sedangkan Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia belum pernah ada yang meneliti. Pada penelitian kali ini, subjek yang diteliti adalah kaum wanita berusia dewasa tua (30 – 40 tahun) memiliki kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang bersifat statis dengan gaya hidup sedenter, kurang beraktivitas atau bergerak, tidak terlatih dan berdomisili di Kota Denpasar dan memiliki keinginan untuk meningkatkan kebugaran fisiknya dengan bersedia berlatih senam di Klub Senam Lala Studio. Klub Senam Lala Studio adalah salah satu klub senam khusus wanita yang melakukan rutinitas latihan yang baik. Dalam satu minggu Klub senam tersebut melakukan latihan sebanyak tujuh kali (1 kali setiap hari dengan durasi 1 jam). Kualitas kesegaran jasmani dari para peserta senam sangat diutamakan pada kebugaran fisik. Dari kedua pelatihan senam yang belum pernah diteliti tersebut, yaitu Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia, apakah lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu sampai sekarang belum pernah diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu dengan durasi selama 10 minggu dan frekuensi 3 kali perminggu terhadap kaum wanita anggota Klub Senam Lala Studio yang bersedia dan berkeinginan untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Dengan demikian
7
dikemudian hari kaum wanita dapat memilih program pelatihan aerobik yang lebih meningkatkan kebugaran fisik secara efektif dan efisien.
1.2. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pelatihan
Senam Ayo Bergerak tiga kali perminggu selama
sepuluh minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar? 2. Apakah pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali perminggu selama sepuluh minggu lebih meningkatkan pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini yaitu : a. Tujuan umum : untuk mengetahui Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu. b. Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui Pelatihan Senam Ayo Bergerak Indonesia lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu. 2. Untuk
mengetahui
Pelatihan
Senam
Bugar
Indonesia
meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu.
lebih
8
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat dari segi teoritis : 1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peneliti dalam menyusun, meneliti dan menemukan pengaruh pelatihan senam terhadap peningkatan kebugaran fisik wanita. 2. Dapat mengembangkan teori dan wawasan mengenai metode pelatihan dalam meningkatkan kebugaran fisik melalui pelatihan senam. 3. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kedokteran dan fisiologi olahraga, dengan adanya data data yang menunjukkan pengaruh senam terhadap meningkatnya kebugaran fisik pada wanita. 1.4.2. Manfaat dari segi praktis : 1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan lebih terhadap pelatihan senam dan peningkatan kebugaran fisik. 2. Dapat dijadikan bahan penelitian dan pengembangan selanjutnya di bidang kesehatan dan olahraga. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi tambahan terhadap penanganan dan intervensi olahraga senam dalam meningkatkan kebugaran fisik. 4. Dapat memberi informasi mengenai kebugaran fisik serta prinsip dan pelatihannya dan pentingnya bergerak dan berolahraga agar
9
tercapai derajat kesehatan yang optimal kepada wanita yang ingin meningkatkan kebugaran fisik dengan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kebugaran Fisik
Ada beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Nala, kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011). Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan kemampuan fisik yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas fisik tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo dan Muchtamaji, 2005). Menurut Corbin dkk., kebugaran fisik atau physical fitness adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Setiap orang membutuhkan kebugaran fisik yang baik, agar ia dapat melaksanakan pekerjaanya dengan efektif dan efesien tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Corbin.dkk., 2008).
11
Kebugaran fisik adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya ( dari kerja yang dilakukan sehari-hari ) tanpa menimbulkan rasa kelelahan yang berlebihan. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan / aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak (Anonim, 2012b). Kartina dkk. (2006) dalam buku Sport Medicine mendefinisikan kebugaran fisik adalah salah satu kunci untuk tetap sehat dan merupakan serangkaian karakteristik terhadap pekerjaan kapasitas jantung dan paru-paru, kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilits sendi yang terkait dengan kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan fisik (Kartina dkk., 2006). Kebugaran fisik merupakan cikal bakal dari kesegaran jasmani secara umum. Jadi apabila orang dalam keadaan segar salah satu aspek pokok yang nampak adalah keadaan penampilan fisiknya (Pollowck dan Wilmore, 1990). Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak (Giriwijoyo dan Sidik, 2010). Kebugaran fisik harus ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi tugas-tugas ekstra khususnya bagi kesejahteraan keluarga, bagi kegiatan kemasyarakatan dan guna menghadapi keadaan darurat dapat bertambah (Giriwijoyo dan Muchtamaji, 2005).
12
2.1.2 Komponen Kebugaran Fisik Komponen biomotorik atau unsur biomotorik merupakan kemampuan dasar gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia (Nala, 2011). Status kebugaran fisik seseorang dijadikan dasar untuk menentukan tingkat beban kinerja yang boleh dilakukan sehingga dapat mencegah hal yang tidak diinginkan (Adiatmika, 2002). Menurut Departemen Kesehatan RI (Anonim, 1994), kebugaran fisik (physical fitness) terdiri atas 10 komponen yaitu : 1). Daya tahan kardiovaskular (Cardiovascular Endurance) 2). Daya tahan otot (Muscular Endurance) 3). Kekuatan otot (Muscle Strength) 4). Kelentukan (Flexibility) 5). Komposisi tubuh (Body Composition) 6). Kecepatan (Speed) 7). Kelincahan (Agility) 8). Keseimbangan (Balance) 9). Kecepatan reaksi (Reaction Time) 10). Koordinasi (Coordination) 2.1.2.1 Daya Tahan Kardiovaskular (Cardiovascular Endurance) Daya tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Boreham dkk., 2006 ; Perry, 2008).
13
Saat beraktivitas kenaikan frekuensi denyut jantung lebih lama. Setelah beraktivitas fisik, denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah akan lebih cepat kembali ke keadaan normal daripada orang yang tidak terlatih (Boreham dkk., 2006). Efek akibat terciptanya peningkatan kebugaran fisik pada daya tahan kardiovaskular yaitu terjadinya pembesaran otot jantung sehingga ukuran jantung meningkat, isi darah sekuncup
perdenyut
jantung
bertambah
sehingga
volume
yang
dipompakan ke seluruh tubuh lebih banyak, penurun denyut jantung saat istirahat menjadi lambat (denyut jantung orang yang terlatih 6 - 8 kali lebih sedikit dari yang tidak terlatih) dan peningkatan tekanan darah lebih sedikit (Boreham dkk., 2006 ; Perry, 2008). 2.1.2.2 Daya Tahan Otot (Muscular Endurance) Daya
tahan
otot
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (Boreham dkk., 2006). Jika otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik maka tidak akan tercapai tujuan pelatihan (Chandler dan Brown, 2008). Seseorang dengan ketrampilan yang tinggi sekalipun tidak ada artinya tanpa didukung oleh daya tahan yang baik.(Nala, 2011). Faktor penentu daya tahan otot meliputi : jenis fibril otot, kualitas pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja hormon, pengaturan sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer, kekuatan maksimal daya ledak dan power endurance, koordinasi gerakan
14
otot, irama gerakan, susunan serat otot, dan jenis kelamin (Tozeren, 2000; Ganong, 2002). 2.1.2.3 Kekuatan Otot (Muscular Strength) Kekuatan merupakan komponen yang paling penting pada setiap pelatihan olahraga. Boreham dkk., (2006:17) menjelaskan bahwa : Strength training aims to increase the athlete’s competition performanced by : (a) enhancing the neural component of muscle contraction, and (b) augmenting the muscle fibre size. Exercise training causes an accumulation of metabolites which specifically induce the adaptive synthesis of structural and enzyme proteins resulting in larger and more efficient muscle. Maksud dari penjelasan tersebut adalah pelatihan kekuatan bertujuan untuk meningkatkan komponen saraf dan kontraksi otot, menambah serat otot, menyebabkan akumulasi metabolik yang secara khusus menginduksi sintesis protein dan enzim dalam menghasilkan otot yang besar dan efisien. Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot dan kemampuannya dititikberatkan pada otot tangan, kaki, bahu, dada, perut, tungkai kaki, dan punggung agar dapat memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong, menolak, dan mendorong (Juliantine dkk., 2007). Menurut Bompa (2009) kekuatan otot secara psikologis dapat diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses
15
sistem saraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam waktu tertentu. 2.1.2.4 Kelentukan (Flexibility) Kelentukan adalah kemampuan tubuh mengulur
diri seluas-
luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas -luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerakan kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya (Chandler dan Brown, 2008 ; Guyton dan Hall, 2006 ). Semakin tua usia seseorang kelentukan akan semakin menurun yang disebabkan karena elastik otot semakin berkurang (Nala, 2011). Kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakkan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Chandler dan Brown, 2008). Kehilangan kelentukan berarti mengurangi efisiensi gerakan dan kemungkinan terjadi cidera sangat besar (Nala, 2011). Menurut Parks dan Beverly (1990) pelatihan-pelatihan kelentukan sangat penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan kapiler untuk mengurangi cedera. Pelatihan senam adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kelentukan bergerak (Anonim, 2009). 2.1.2.5 Komposisi Tubuh (Body Composition) Komposisi
tubuh
adalah
komponen
yang menggambarkan
perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif terutama otot
16
dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif yaitu lemak (Tozeren, 2000). Komposisi tubuh dihitung dengan menggunakan perhitungan IMT atau Indeks Massa Tubuh (Sudarsono, 2008; Tozeren, 2000). Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Makin kecil persentase lemak makin baik kinerja seseorang (Berger, 1982; Tozeren, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Weatherwax-Fall (2008) membuktikan bahwa jumlah porsi “muscle mass” dan lemak yang tepat akan menambah kekuatan. Tubuh yang mempunyai berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatih lebih kecil. Secara garis besar indeks massa tubuh dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran tubuh, ras, asupan nutrisi serta rasio pinggang dan pinggul (Hattiwale dkk., 2008). Presentasi komposisi tubuh seorang atlet yang sesuai dengan kesehatan, estimasi tingkat minimum dari lemak tubuh adalah 5% untuk pria dan 12% untuk wanita (Anonim, 2012). 2.1.2.6 Kecepatan (Speed) Menurut Torzeren (2000) Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Harsono (2003) mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan merupakan komponen fisik
17
yang erat kaitannya dengan komponen biomotorik lain terutama kekuatan, kelincahan, koordinasi, waktu reaksi dan daya tahan. (Nala, 2011). 2.1.2.7 Kelincahan (Agility) Kelincahan (agility) adalah kemampuan untuk mengubah posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran orientasi terhadap posisi tubuh. Komponen kelincahan ini erat sekali kaitannya dengan komponen kecepatan (gerakan dan reaksi), keseimbangan dan koordinasi (Nala, 2011). Untuk dapat meningkatkan kelincahan diperlukan kualitas dan latihan khusus terhadap tiga komponen penting yaitu kelentukan (flexibility), kecepatan gerak (speed), dan ketepatan gerak (accuracy) di mana latihan yang dapat diberikan mencakup luas pergerakan persendian untuk meningkatkan kelentukan, kekuatan otot untuk meningkatkan kecepatan gerak dan koordinasi fungsi otot untuk meningkatkan ket epatan gerak dan memelihara keseimbangan (Giriwijoyo dan Zidik, 2010; McGinnis, 2005). 2.1.2.8 Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali (Nala, 2011; McGinnis, 2005). Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis dan juga merupakan kemampuan statis atau mengontrol sistem neuromuskular dalam kondisi statis maupu n dinamis (Harsono, 2003).
18
2.1.2.9 Kecepatan Reaksi (Reaction Time) Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor somatik, kinestetik, atau vestibular atau kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas kinetis secepatnya akibat suatu rangsangan yang diterima oleh reseptor (Nala, 2011). Rangsangan muncul dan diterima reseptor kemudian dialirkan melalui saraf aferen sensoris menuju ke sistem saraf pusat dan menghasilkan pesan yang akan dihantarkan kepada efektor (otot skeletal) melalui saraf eferen motorik sehingga munculah kontraksi, gerakan, aktivitas fisik atau kerja. Komponen waktu reaksi ini sangat erat kaitannya dengan waktu bergerak atau waktu berpindah (Nala, 2011; McGinnis, 2005). 2.1.2.10 Koordinasi (Coordination) Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien. Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis. (Nala, 2011). Kontraksi dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila telah terjadi koordinasi yang tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang diinginkan
tepat
terjangkau,
kemungkinan cidera.
tidak
cepat
lelah dan
mengurangi
19
Menurut Bompa (2009) faktor yang berpengaruh terhadap koordinasi adalah intelegensia, semakin tinggi intelegensia akan semakin baik pengembangan komponen koordinasinya, kepekaan organ sensoris yang tinggi terutama dibutuhkan pada sensor analisis motorik dan kinestetik (Bompa, 2009).
2.2
Pelatihan Fisik
2.2.1
Pengertian Pelatihan fisik Pelatihan adalah suatu usaha atau proses yang sistematik terhadap organ
atau alat tubuh yang dilakukan berulang-ulang dengan penambahan beban pelatihan dan pekerjaannya secara progresif dan fungsinya yang bertujuan untuk mengoptimalkan penampilan dan kinerja. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematik, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. (Parks dan Beverly, 1990). Menurut Bompa (2009), pelatihan merupakan suatu aktivitas komplek, suatu kinerja yang dilakukan secara sistematik dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang. Dia juga menegaskan lebih lanjut (Bompa, 2009;58) bahwa : “Physical training has two main goals, the first is to increase the athlete’s physiological potential, and the second is to maximize sport-specific biomotor abilities”.
20
Ia membagi dua tujuan yang akan dicapai dari pelatihan fisik, yaitu meningkatkan potensi fisik serta meningkatkan kemampuan biomotor agar mencapai hasil yang maksimal. Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif (bertahap) dan individual, dengan tujuan untuk memperbaiki sistema serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2009 ; Nossek 1982 ; Boreham dkk., 2006). Pelatihan fisik yang akan di terapkan pada penelitian ini adalah Pelatihan Senam Ayo Bergerak Indonesia, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
2.2.2
Tujuan Pelatihan Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan, jika tidak ditetapkan terlebih
dahulu dalam setiap pelatihan akan menyulitkan penyusunan program pelatihan. Menurut Bompa (2009) tujuan pelatihan secara garis besar adalah : Mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, mengembangkan komponen fisik khusus, meningkatkan derajat kesehatan dengan memberikan takaran dan peningkatan yang sesuai dengan kemampuan, mencegah cedera (lakukan pemanasan) sehingga dapat meningkatkan komponen kelentukan, kekuatan otot, tendon dan ligamentum terlebih dahulu bagi pemula (Bompa dan Gregory, 2009).
21
2.2.3 Prinsip –Prinsip Dasar Latihan Senam Latihan fisik pada olahraga senam dan cabang olahraga yang lain pada prinsipnya adalah memberikan stres fisik terhadap tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja secara teratur atau meningkatkan kebugaran fisik secara nyata (Boreham dkk., 2006). Kondisi fisik yang berada
dalam keadaan baik akan menyebabkan
terjadinya peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, juga terjadi peningkatan dalam komponen kekuatan, kelentukan, stamina, kelincahan, ekonomisasi gerak yang baik serta pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pelatihan.(Harsono, 2003; Kenney dkk., 2012). Adapun prinsip latihan senam terdiri dari : 2.2.3.1 Pemanasan Saat istirahat denyut nadi berada dalam keadaan rendah, begitu juga dengan isi sekuncup jantung atau volume jantung, sedangkan otototot skelet dalam keadaan kaku. Pemanasan ditujukan agar otot-otot rangka yang akan digerakkan mulai beradaptasi sehingga mencegah terjadinya cedera otot. Oleh karena itu, otot tubuh siap menerima pembebanan dan dengan meregang maupun melemaskan otot tubuh, ma ka jantung juga bereaksi (Suharno, 1993). Denyut jantung dan tekanan darah
22
akan meningkat sehingga isi (volume) jantung akan bertambah besar. Volume jantung yagn besar akan menghasilkan aliran darah yang besar dan tekanan darah mulai naik. Bertambahnya denyut jantung dan tekanan darah, maka aliran darah ke jantung dan otot jantung akan meningkat sehingga
jantung
siap
menerima pembebanan (Suharno,
1993)..
Peningkatan sirkulasi juga terjadi ke otot-otot yang bergerak. Pembuluh darah menjadi lebar pada otot yang bergerak karena tahanan atau hambatan di tempat itu menurun (Kusmana, 2007). Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan peningkatan sirkulasi secara bertahap serta meminimalkan kekurangan oksigen dan pembentukan asam laktat. 2.2.3.2. Latihan Inti Sesudah pemanasan, seseorang dapat diberikan latihan inti. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung dan masuk ke dalam zona latihan, menggerakan seluruh otot, tulang dan persendian tubuh untuk mencapai kebugaran fisik yang diinginkan (Kusmana, 2007).. 2.2.3.3 Pendinginan Pada pendinginan akan terjadi penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang berangsur-angsur turun kembali, tidak menurun drastis dan tidak melampaui tekanan darah dan denyut jantung sebelum latihan. Pendinginan berguna memulihkan dan melepaskan otot-otot yang digunakan dalam latihan dan mengeluarkan sisa pembakaran (Kusmana, 2007).
23
2.2.4
Format Latihan Senam Pada umumnya setiap olahraga prinsipnya harus memenuhi format latihan
yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Time/waktu dan Tipe) serta memenuhi prinsip latihan PLP (Pemanasan, Latihan dan Pendinginan) (Kusmana, 2007). 2.2.4.1. Frekuensi Latihan Senam Frekuensi adalah beberapa kali dalam seminggu olahraga senam dilakukan agar memberi efek latihan. Menurut Cooper (2005), olahraga senaminimal dilakukan tiga kali dalam seminggu pada hari yang bergantian, artinya berselang sehari dan tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam atau dua hari . Jika dil akukan lebih dari 5 kali dalam s eminggu maka akan menimbulkan komplikasi psikologis maupun fisiologis, sering timbul beban mental kalau tidak berolahraga atau timbul cedera pada tungkai bila olahraga cukup berat. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan latihan senam dengan frekuensi tiga kali seminggu dengan selang 1 hari di antara hari latihan (Cooper, 2005). 2.2.4.2 Intensitas Latihan Senam Intensitas mengandung arti beban latihan yang diberikan agar memberi efek tanpa membahayakan (Kusmana, 2007). Intensitas latihan pada Senam Ayo Bergerak dilakukan selama 42 menit 22 detik dengan
24
gerakan pemanasan dilakukan selama 15 menit 12 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit 40 detik dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 30 detik. Sedangkan intensitas pada latihan Senam Bugar Indoensia dilakukan selama 37 menit 38 detik dengan gerakan pemanasan selama 11 menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 15 menit 26 inti dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik. Sedangkan pada Senam Ayo Bersatu dilakukan selama 33 menit 8 detik terdiri dari pemanasan dilakukan selama 7 menit 6 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit dan 22 detik serta pendinginan dilakukan selama 5 menit 40 detik. 2.2.4.3 Time atau Waktu Latihan Senam Waktu latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan senam diberikan agar memberi manfaat (Kusmana , 2007). Menurut Nala (1998) target kebugaran fisik akan tercapai mulai dari 6 –8 minggu waktu latihan. Pada penelitian ini waktu untuk pelatihan senam dilaksanakan selama 10 minggu. 2.2.4.4 Tipe Latihan Tipe latihan merupakan jenis atau aktivitas fisik pada olahraga yang akan dikembangkan atau dilatih. (Sudarsono, 2011). Dalam hal ini tipe latihan yang akan dilakukan adalah olahraga senam.
25
2.3 Kajian Senam dan Pelatihannya Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam bisa digunakan untuk prestasi, relaksasi ataupun rekreasi untuk meningkatkan kebugaran fisik. Salah satu bentuk senam yang berkembang di Indonesia adalah Senam Ayo Bergerak yang baru dirilis pada akhir tahun 2012 oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), Senam Bugar Indonesia yang sudah dikenal sejak tahun 2006 dan diluncurkan oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kebugaran fisik wanita Indonesia serta Senam Ayo Bersatu yang juga diluncurkan oleh FORMI. Ketiga senam tersebut akan dijadikan bahan penelitian penulis. Senam merupakan aktivitas fisik yang bisa dijadikan cabang olahraga atau sebagai latihan untuk cabang olahraga lain. Senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma pada setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan (Anonim, 2009 ; Utomo dkk., 2012). Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk gerak artistik yang menarik (Anonim, 2009). Menurut Christopher Sommer dalam bukunya berjudul The Science of Gymnastic Strength Training (Sommer, 2008) ciri-ciri senam antara lain :
26
1. Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. 2. Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah ketrampilan, meningkatkan keindahan gerak dan meningkatkan kesehatan tubuh). 3. Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematik. (Sommer, 2008) Salah satu jenis senam yaitu senam aerobik. Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Senam aerobik adalah gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot -otot besar, dilakukan terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Senam aerobik adalah olahraga untuk peningkatan kesegaran jasmani dan merupakan olahraga preventif yang dapat dilakukan secara masal (Utomo dkk., 2012 ; Kushartanti, 2012). Lynne Brick dalam bukunya yang berjudul Fitness Aerobic (Bugar dengan Senam Aerobik) (2001) menulis keuntungan dari senam aerobik untuk meningkatkan kebugaran fisik terhadap peningkatan komponen biomotorik adalah sebagai berikut : 1. Kardiovaskular : terjadi peningkatan asupan oksigen ke dalam otot karena beban kerja otot meningkat sehingga pengiriman oksigen ke jantung semakin meningkat dan menyebabkan detak jantung dan frekuensi pernapasan meningkat sampai terpenuhi kapasitas kebutuhannya, jantung memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh dan menghasilkan lebih banyak pembuluh darah untuk membantu menyalurkan oksigen.
27
2. Kekuatan otot : Dengan prinsip beban berl ebih, otot dilatih melebih beban normalnya sehingga meningkatkan kekuatan otot. Hal ini terjadi setelah otot dilatih dengan senam aerobik pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat dengan tenaga maksimal dan berulang. Jika dipadu dengan latihan kekuatan dan latihan aerobik otot akan semakin menjadi kuat. 3. Daya tahan otot : Senam aerobik meningkatkan daya tahan otot lewat gerakan-gerakan ringan seperti melompat, mengangkat lutut, menendang dan berjalan. Selain itu gerakan yang memanfaatkan bagian belakang bokong dan tungkai (gluteal squeezes) dan dipadukan dengan aerobic steps, maka akan menciptakan daya tahan otot yang kuat. 4. Kelenturan : Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi. Dengan senam aerobik akan terjadi peningkatan kelenturan dari peregangan yang dilakukan. Latihan peregangan yang dilakukan seusai senam aerobik membuat otot semakin elastis sehingga lebih mudah menjadi lentur. 5. Komposisi tubuh : Setelah melakukan latihan aerobik akan terjadi perbandingan yang signifikan terhadap kumpulan otot, tulang, cairan tubuh dan lemak tubuh. Kadar lemak akan berkurang, kekuatan dan densitas tulang bertambah, masa otot bertambah serta terjadi pembentukan otot. Berdasarkan benturannya pada lantai dikenal tiga macam senam aerobik yaitu : 1. Senam aerobik non impact (kedua kaki selalu bertumpu pada lantai) 2. Senam aerobik low impact (salah satu kaki bertumpu pada lantai)
28
3. Senam aerobik high impact (kedua kaki ada kalanya tidak bertumpu pada lantai). Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu merupakan senam Low Impact Aerobics atau senam dengan hentakan atau gerakan ringan. Gerakan impact merupakan gerakan yang menekankan kekuatan pergelangan kaki, tulang kering, lutut dan pinggul (Brick, 2001). Low impact aerobic adalah gerakan senam aerobik yang dilakukan secara kontinyu kurang lebih 30 –60 menit di mana gerakan kakinya tidak banyak melakukan lompatanlompatan tetapi hanya berupa variasi jalan di tempat sehingga aman dilakukan untuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut dan punggung (Tilarso, 2008). Gerakan pada senam aerobik ini merupakan hentakan ringan di mana setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk membatasi terjadinya hentakan yang keras pada kaki. Senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam hal berat badan dan intensitas. Beban yang ditanggung oleh otot pada senam aerobik low impact hanyalah pada berat badan dan dilakukan pada intensitas sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact otot tidak menahan berat badan saja tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan intensitas tinggi. Pembebanan pada senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama mereka yang berumur 40 tahun ke atas dan bagi mereka yang berlebihan berat badan (Dinata, 2003).
29
Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan takaran yang cukup. Menurut American College of Sport Medicine (Haskell, 2009) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 6090 % dari frekuensi denyut jantung maksimal atau Maximal Heart Rate (MHR). Intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai 60-69% dari MHR, sedang apabila mencapai 70-79% dari MHR, dan tinggi apabila mencapai 80-89% dari MHR. Sedangkan pendapat serupa menurut Nala, i ntensitas pelatihan adalah 60 80 % dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan 15 –25 menit dan frekuensi 3 – 4 kali perminggu. Pelatihan yang dijalankan degan tekun akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah 6 –8 minggu pelatihan (Nala, 1998). Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu sangat efektif bagi kaum wanita yang ingin meningkatkan kebugaran fisik. Dengan melakukan senam aerobik hentakan ringan ini maka akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama pada jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa jumlah darah yang lebih banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat (Kushartanti, 2012). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Lemak dalam tubuh akan dibakar menyebabkan metabolisme meningkat, bila pelatihan ini dilakukan dengan intensitas sedang dan berlangsung lama (Brick, 2001).
30
2.3.1 Pelatihan SENAM AYO BERGERAK Senam Ayo Bergerak merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) dan baru dirilis pada akhir tahun 2012. Sekarang Senam Ayo Bergerak sedang disosialisasikan ke berbagai instansi pendidikan, pemerintah, swasta, organisasi masyarakat dan segenap masyarakat Indonesia yang menyukai senam. Senam ini diciptakan dan dikemas dengan memadukan gerakan otot yang kuat, kencang, lincah dan melibatkan pergerakan otot-otot besar dan ruang lingkup persendian yang cukup luas dengan tujuan mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik. Selain itu dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini merupakan bentuk nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air yang mencerminkan indahnya keberagaman budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang unik , menyenangkan dan menyehatkan. Ini terlihat dari berbagai gerakannya mengandung unsur tarian, gerakan dasar senam, seni bela diri khas berbagai daerah, disertai dengan alunan musik yang mencerminkan lagu khas daerah (Anonim, 2002). Senam Ayo Bergerak termasuk senam aerobik low impact dan banyak melibatkan anggota gerak tubuh dan persendian . Senam ini mengandung gerakan inti yang banyak memuat variasi teknik bela diri khas berbagai daerah, di mana gerakan-gerakan tersebut meningkatkan pelatihan kekuatan, kontraksi otot dan
31
persendian. Banyak kontraksi otot yang terjadi, dan setiap gerakan memiliki variasi yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot tangan, otot kaki, otot dada, perut, tungkai kaki dan punggung. Hal ini selain memberi keuntungan pada kekuatan otot, juga akan memberi keuntungan pada jantung dan paru. Otot jantung akan bertambah kuat sehingga dapat memompa d arah lebih banyak, curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih banyak. Di samping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh darah baru pada jantung sehingga jantung mendapat lebih banyak oksigen dan mengakibatkan fisik tidak mudah lelah (Balley, 1994). Selain itu senam ini memiliki tempo lebih cepat atau intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan senam yang lain sehingga faktor ini dapat melatih kecepatan gerak, kelentukan dan kelincahan sehingga pergerakan persendian semakin luas, waktu reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin cepat, keseimbangan semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat tubuh bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna untuk menghasilkan energi bagi otot. Hal ini membantu membangun dasar fisiologis yang kuat (Nala, 2011 ; McGinnis, 2005 ; Bompa, 2009). Karena begitu banyak komponen biomotorik yang berjalan dalam pelatihan ini, maka penulis memilih Senam Ayo Bergerak untuk dijadikan bahan penelitian sebab memenuhi syarat untuk meningkatkan kebugaran fisik. Struktur Senam ini terdiri dari pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Tujuan, gerakan dan hitungannya diuraikan sebagai berikut (Anonim, 2002) :
32
Pemanasan Pemanasan diiringi ketukan musik 138 kali permenit dengan durasi 15 menit 22 detik. Diawali dengan posisi sikap sempurna, yaitu : 1. Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka. 2. Telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata kaki berada dala satu garis tegaklurus dengan lantai. 3. Pandangan lurus ke depan. 4. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga. Lati han 1.
Tujuan / Gerakan Tujuan : Melonggarkan rongga dada dengan menghirup oksigen serta persiapan masuk pemanasan
Hitun gan 4x8
Gerakan : Buka kedua kaki sejajar bahu, lutut sedikit ditekuk ke depan, pertemukan kedua telapak tangan di depan dada, siku ditekuk di samping, lakukan sambil membuang nafas. 2.
Tujuan : Melemaskan otot bahu dan kaki. Menaikkan denyut nadi secara perlahan. Gerakan : Jalan di tempat, putar bahu perlahan ke depan, kedua lengan rileks di samping badan, kepala menghadap ke depan, turunkan bahu, angkat lagi bahu dan putar bahu perlahan ke belakang. Ulangi 4x8 hitungan.
4x8
Gerakan
33
3.
4.
Tujuan : Melemaskan otot pinggang, otot lengan dan triseps. Gerakan : Buka kedua kaki sambil mendorong kedua lengan lurus, lengan kanan ke samping sejajar bahu, lengan kiri ke depan setinggi bahu di depan bahu kiri, kepala menoleh ke kanan, rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil menarik dan menekuk kedua lengan kembali., ulangi gerakan ke sisi bergantian. Tujuan : 4x8 Melemaskan otot lengan dan kaki Gerakan : Posisikan kedua kaki terbuka selebar bahu sambil mendorong kedua lengan dengan siku menyilang ke depan. Tangan kanan di atas tangan kiri setinggi bahu, telapak tangan dikepal, jari-jari rapat, batas silangan di antara telapak dan siku lalu rapatkan kaki kanan kembali sambil menarik telapak tangan kembali ke samping pinggang menghadap ke atas dan siku ditarik ke belakang.
5.
Tujuan : Melatih otot lengan, kaki, pinggang dan dada
4x8
Gerakan : Buka kaki kanan serong ke depan sambil menekuk kedua lengan di depan dada dengan siku dan kepalan setinggi bahu, kepalan menghadap ke bawah, lalu langkahkan kaki kiri serong ke depan sejajar kaki kanan sambil menurunkan kembali kedua lengan ke posisi awal. 6.
Tujuan : Melatih otot lengan, kaki dan otot sayap Gerakan : Kaki kanan melangkah ke depan sambil mengayun tangan kanan ke samping sejajar bahu, telapak tangan kanantegak menghadap keluar, jari-jari rapat menghadap ke atas lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil mengayun tangan kiri ke samping sejajar bahu dengan telapak tangan tegak menghadap ke luar, jari-jari rapat, tangan kanan ditekuk kembali dengan jari menyentuh bahu kanan. Ulangi gerakan dengan arah ke kiri.
4x8
34
7.
8.
Tujuan : Melatih otot lengan, kaki dan pinggang Gerakan : Buka kedua kaki sejajar bahu, putar badan atas ke kanan dan kekiri, lutut ditekuk sambil tangan kiri dan dikepal di depan telinga, kepalan tangan menghadap ke bawah, tangan kanan mengepal , lalu kepalan tangan kanan disodokan ke depan melalui kepalan tangan kiri dengan kepalan tangan kanan setinggi bahu menghadap ke atas dan siku agak ditekuk kebawah, tumit kaki kanan diangkat. Tujuan : Meregangkan otot agar siap melakukan gerakan selanjutnya
4x8
4x8
Gerakan : Pindahkan berat badan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kaanan, tangan kanan diayun kebawah lurus sejajar kaki kiri telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat.
Latihan Inti Latihan inti diiringi ketukan musik 140 –143 per menit dengan durasi 20 menit 40 detik. Lati han 1.
Tujuan dan Gerakan
Hit
Latihan Peralihan Tujuan : Mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan Inti 1 dan mengatur napas
2x8
Gerakan : Dorong tumit kanan menyentuk lantai ke arah serong kanan sambil menghadap ke kanan. Siku sejajar bahu, telapak menghadap ke depan, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil mengayun telapak tangan searah, jari-jari menghadap ke kiri.
Gerakan
35
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan : Melatih otot lengan, dada, pinggang dan kaki. Gerakan : Kaki kanan membuka ke samping sambil mengayun kedua lengan lurus ke depan setinggi dan selebar bahu, kepalan tangan menghadap ke bawah, lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan dengan ujung kaki menyentuh lantai sambil menarik kedua siku ke samping sejajar bahu dengan kepalan di depan siku menghadap ke bawah. Tujuan : Melatih otot lengan, sayap, dada dan kaki
12 x 8
6x8
Gerakan : Buka kaki kanan ke samping sambil membuka lengan, siku di tekuk, kepalan di samping bahu menghadap ke depan lalu tekuk kaki kiri ke belakang, tumit mengarah ke bokong kiri sambil bertepuk tangan di depan dada satu kali. Ulangi dengan arah sebaliknya. Tujuan : 12 x 8 Melatih otot lengan, sayap, punggung dan kaki Gerakan : Dorong kaki kanan ke samping dengan telapak depan menyentuk lantai sambil mendorong kedua tangan lurus setinggi dan selebar bahu kearah serong kiri, telapak tangan tegak menghadap ke depan dan jari-jari rapat, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil menarik kedua tangan hingga telapak tangan berada di samping pinggang, siku di tekuk ke belakang. Tujuan : Melatih otot lengan, dada, sayap, punggung dan kaki. Gerakan : Langkahkan kaki kanan ke depan lalu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan diakhiri kaki kanan ke depan kembali (cha-cha) sambil mengayun kedua tangan, tangan kanan lurus sambil mengayun kedua tangan, tangan kanan lurus diagonal ke bawah, tangan dikepal menghadap ke dalam, tangan kiri ditekuk di depan bahu. Kepalan menghadap ke bawah, siku diagonal ke atas sejajar bahu, badan agak miring ke kanan. Tujuan : Melatih otot lengan, dada, sayap, punggung dan kaki Gerakan : Dorong tumit kaki kanan ke arah serong kanan, pertahankan posisi tangan. Lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri, badan dan pandangan mengarah serong kanan. Akhiri dengan menapak, badan dan pandangan menghadap ke depan.
12 x 8
12 x 8
36
Pendinginan Pendinginan diiringi ketukan musik 125 per menit dengan durasi 6 menit 30 detik. Lat 1.
Tujuan dan gerakan Hit Tujuan : 4x8 Menurunkan denyut nadi secara perlahan dan mengatur napas Gerakan : Melangkahkan kaki kiri maju kearah serong kiri sambil memutar telapak tangan kearah dalam hingga telapak mengarah ke atas dan terus diangkat ke atas perlahan
2.
Tujuan : 4x8 Menurunkan denyut nadi secara perlahan dan mengatur napas Gerakan : Posisi kaki dijepit, angkat kedua tangan ke atas silangkan di atas kepala, telapak tangan di kepal, tangan dibuka dan diturunkan perlahan-lahan hingga menghadap ke samping badan. Ulangi 4x8 hitungan.
3.
Tujuan : Menurunkan denyut nadi dan meregangkan otot
8x8
Gerakan : Pindahkan berat badan ke kaki kanan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kanan, telapak tangan kiri menghadap ke samping kanan, tangan kanan diayun ke bawah lurus sejajar kaki kiri, telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat. 4.
Tujuan : Melonggarkan rongga dada, merelaksasi otot otot Gerakan : Pertemukan telapak tangan di depan dada, siku tekuk di samping, kedua lutut kaki di tekuk, tundukan kepala, lakukan sambil membuang napas.
8x8
Gerakan
37
5.
Tujuan : Merelaksasi semua otot-otot yang dipergunakan selama senam dan mengatur napas.
2x8
Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, tarik napas perlahan-lahan dan tutup kedua kaki rapat, taruh kedua tangan di samping badan dan kembali ke posisi sikap sempurna.
2.3.2 Pelatihan SENAM BUGAR INDONESIA Senam Bugar Indonesia adalah senam yang disusun dan diluncurkan pada tahun 2006 oleh Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) yang merupakan induk organisasi cabang olahraga pada wanita di bawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Senam ini diciptakan untuk menciptakan keselarasan dan keseimbangan gerak dalam membantu otot-otot tubuh meningkatkan kesehatan dan kebugaran (Anonim, 2006). Senam tersebut memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, melibatkan otot-otot gerak pada kedua ekstremitas dan musiknya menimbulkan rasa gembira dan bersemangat, selain itu kedua senam tersebut mengandung unsur budaya yang kental dalam gerakan dan musiknya. Struktur Senam ini terdiri dari Pemanasan, Latihan Inti dan Pendinginan.
38
Pemanasan Pemanasan diiringi ketukan musik 128 permenit dengan durasi 11 menit 4 detik. Diawali dengan posisi sikap sempurna, yaitu : 1.
Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka selebar kepalan tangan. 2. 5 (lima) titik dimulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata . kaki merupakan satu garis tegak lurus dengan lantai. 3. Pandangan lurus ke depan. 4. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga.
Lati han 1.
Tujuan / Gerakan Tujuan : - Menaikkan suhu tubuh - Memacu denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya - Menghilangkan kekakuan pada otot persendian Gerakan : 1. Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Ayunkan lengan kanan dan kiri secara bergantian dengan arah kepalan tangan kearah dagu, kedua siku membentuk sudut 90 derajat. 2. Jalan di tempat hadap kanan pertama dan samping kanan, hadap kanan kedua dan belakang, hadap kanan ketiga samping kiri, hadap kanan ke empat kembali ke depan. Setelah itu luruskan kedua lengan di samping badan, telapak tangan terbuka menghadap kedalam.
Hitun gan 2x8
1x8
1x8
Gerakan
39
2.
3.
Tujuan : Melatih dan menguatkan otot dan sendi leher Gerakan : Jalan di tempat dan luruskan kedua lengan, tegakan kepala dengan rileks, tengok kanan dan kiri sambil rileks, tegakan kepala dengan rileks sambil miringkan ke kanan dan kekiri. Tujuan : Melatih dan meluruskan otot dan persendian bahu
4x8
4x8
Gerakan : Jalan di tempat sambil angkat bahu kanan dan kiri, diturunkan sambil rileks. Kemudian sambil jalan di tempat angkat kedua bahu dengan rileks dan diturunkan ke bekalang dan ke depan, rileks dan kembali ke sikap awal. 4.
5.
6.
Tujuan : Meluruskan dan melatih otot lengan dengan persendian kaki Gerakan : Tumit kiri ke depan menyentuk lantai, lutut kanan ditekuk sambil ayun kepalan kedua tangan ke arah bahu, posisi siku dipertahankan di samping badan, kembali kesikap awal. Ulangi dengan tumit kanan. Tujuan : Meluruskan dan melatih otot lengan, bahu dan sendi kaki Gerakan : Ujung kaki ke depan menyentuh lantai dengan lutut sedikit ditekuk sambil ayun lengan yang satu ke depan badan dan satunya ke belakang badan. Kepalan tangan menghadap ke badan, tangan yang satu menghadap ke belakang. Badan tegak dan kedua lengan membentuk sudut 90 derajat. Tujuan : Melemaskan otot samping kiri dan kanan tubuh. Melatih dan melemaskan otot-otot dada, lengan, punggung, dan pergelangan tangan. Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, lutut menurun, putar badan serong ke kanan dan kekiri secara bergantian. Bersamaan dengan itu ayun lengan kanan dengan menekuk siku dan kepalan tangan.
4x8
4x8
4x8
40
7.
Tujuan : - Melemaskan otot lengan atas dan bahu - Melemaskan otot tangan dan dada Gerakan : Buka kedua kaki selebar bahu, lurus, tekuk kedua tangan membentuk sudut 90 derajat dengan kepalan tangan menghadap ke atas, ulangi 4 kali 8
4x8
8.
Tujuan : - Melemaskan dan menguatkan lengan atas dan bawah - Melemaskan dan menguatkan otot dada dan punggung atas
4x8
9.
10.
Gerakan : Luruskan kedua lutut sambil dorong lengan kanan lurus ke depan setinggi dan sejajar bahu. Kepalan tangan menghadap ke bawah, kepalan tangan kiri di samping pinggang. Pandangan ke depan, kedua lutut ditekuk dan ulangi lagi kebalikannya. Tujuan : 4x8 Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki Gerakan : Buka kaki selebar bahu, satu lutut sedikit ditekuk, angkat kedua tangan, kedua telapak tangan menghadap ke atas, goyang lutut kekiri dan bergantian ke kanan. Letakan tangan di samping bahu, dan ulangi dari awal. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki. Gerakan : Putar badan kearah samping kanan. Lutut ditekuk, kedua telapak kaki mengikuti arah putaran badan sambil luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Kedua siku lurus dan kedua telapak tangan menempel, telapak tangan kanan mendorong telapak kiri dengan ibu jari bersilangan.
4x8
41
11.
Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, bahu dan dada
4x8
Gerakan : Buka kaki selebar bahu sambil rentangkan kedua lengan lurus ke samping badan setinggi bahu. Kedua telapaktangan menghadap ke atas, Ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan ke samping kiri setinggi bahu sambil telapak tangan kiri mendurong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Ulangi lagi kedua gerakan di atas.
Latihan Inti Latihan inti di iringi ketukan musik 130 –133 per menit dengan durasi 20 menit 26 detik. Lati han 1.
Tujuan dan Gerakan
Hit
Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas.
2x8
Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang. 2.
3.
Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot dada, lengan dan kaki. Untuk melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri menapak dengan lutut kanan sedikit di tekuk sambil tarik kedua siku ke atas samping badan setinggi bahu. Kedua lengan membentuk sudut 90 derajat. Posisi siku hingga telapak tangan, mengarah ke depan 45 derajat. Badan tegak dan pandangan ke depan. Tujuan : Menguatkan otot-otot dada, lengan dan bahu. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Ujung kaki kiri ke depan dengan lutut kanan sedikit
6x8
6x8
Gerakan
42
4.
di tekuk sambil ayun lengan kiri lurus ke samping kiri dan lengan kanan ditekuk di depan setinggi bahu. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah. Telapak tangan kanan dengan jari tengahnya tepat ditengah dada. Badan tegak pandangan ke depan. Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas.
2x8
Gerakan : Satu langkah maju dan mundur, kemudian jalan di tempat dan satu langkah ke kiri dan kanan. Setelah itu rapatkan kaki kiri ke kaki kanan (jinjit) sambil luruskan kedua lengan ke samping badan. Tangan tidak dikepal tapi terbuka rapat menghadap ke dalam.
5.
6.
Tujuan : Menguatkan otot-otot dada, lengan, bahu dan pinggang. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Buka kaki kiri ke samping selebar bahu dengan kedua lutut sedikit ditekuk sambil lutut mengeper putar lengan kanan lurus ke atas dengan telapak tangan menghadap ke depan. Jari-jari tangan rapat, lengan kiri rileks di samping badan. Badan tegak dan pandangan lurus ke depan kemudian lutut di tekuk, lengan kanan kembali kesamping badan. Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot lengan dan sisi tubuh. Melatih otot-otot lengan atas dan bawah. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Lutut tekuk, ayunkan lengan kanan lurus melalui samping badan ke atas hingga di samping telinga. Telapak tangan menghadap ke samping kanan, badan tegak dan sedikit condong ke kiri, pandangan ke depan, lengan kiri rileks dan balik kesikap awal. Ulangi dengan sisi berikutnya.
6x8
6x8
43
7.
8.
Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot dada, lengan dan bahu Melatih korodinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Sambil lutut menekuk silangkan kedua lengan lurus di depan badan setinggi bahu. Pergelangan lengan kanan di atas lengan kiri. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kembali ke sikap awal. Tujuan Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas
6x8
6x8
Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang. 9.
Tujuan : Melatih dan menguatkan otot-otot paha depan dan belakang
6x8
Gerakan : Buka kaki kanan sambil rentangkan kedua lengan lurus ke samping badan setunggi bahu, telapak tangan menghadap ke bawah, tekuk salah satu kaki bergantian 10.
Tujuan : Melatih otot-otot bahu, lengan, perut dan kaki. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Angkat lutut kiri setinggi pinggang dengan tumpuan berat badan di kaki kanan sambil tekuk lengan kanan setinggi bahu, arahkan siku kanan ke lutut kiri. Kepalan tangan kanan menghadap ke dalam. Lengan kiri lurus di samping badan setinggi bahu. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kemudian turunkan kembali kaki kiri ke belakang, sambil rentangkan kembali kedua lengan lurus kesamping badan.
6x8
44
11.
12.
Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke smaping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan. Tujuan : Untuk memacu denyut nadi, penyesuaian ke irama yang lebih cepat, gerakan inti dan pengaturan napas.
6x8
2x8
Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu sambil tepuk satu kali di depan dada, empat jari tangan kanan di atas empat jari tangan kiri. Kemudian rapatkan kaki kanan ke kaki kiri (jinjit) sambil ayun kembali kedua lengan ke samping badan agak ke belakang. Setelah itu rapatkan kaki dan kembali ke sikap sempurna.
Pendinginan Pendinginan diiringi ketukan musik 125 per menit dengan durasi 6 menit 8 detik. Lat 1.
Tujuan dan gerakan Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kiri) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kiri sambil ayunkan lengan kanan lurus ke atas.
Hit 4x8
Gerakan
45
2.
3.
4.
5.
Putar badan ke kiri lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kananselebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kanan) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kanan sambil ayunkan lengan kiri lurus ke atas. Putar badan ke kanan lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kanan lurus melalui depan badan kesamping kiri setinggi bahu sambil tepalak tangan kiri mendorong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan kesamping kanan setinggi bahu sambil tepalak tangan kanan mendorong siku lengan kiri dan lutut kanan sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan dan leher Meregangkan pergelangan tangan, jari-jari tangan dan sisi tubuh Gerakan : Buka kaki selebar bahu, telapak tangan kiri di samping kanan kepala menarik perlahan kepala ke samping kiri
4x8
4x8
4x8
4x8
46
6.
Tujuan : Untuk mengembalikan kondisi fisik ke keadaan semula Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayun perlahan kedua lengan dari bawah ke depan, tarik napas perlahan2 melalui hidung, luruskan lutut dan kedua lengan turunkan perlahan kesamping. Kedua lutut diluruskan, buka lebar, kedua lengan diturunkan perlahan ke samping. Telapak tangan menghadap ke atas. Tarik napas melalui hidung. Ayunkan kedua tangan ke atas dari samping, kedua lutut masih lurus, sambil hembuskan napas perlahan melalui mulut, rapatkan kaki dan kembali ke sikap sempurna.
2.3.3 Pelatihan SENAM AYO BERSATU Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang diciptakan oleh Federasi Masyarakat Olahraga Indonesia (FORMI) pada tahun 2002 yang mudah dilakukan kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja. Senam ini juga merupakan senam aerobik low impact dengan gerakan yang ringan, tidak
47
memberikan beban besar dan sedikit melibatkan otot-otot besar. Senam Ayo Bersatu diiringi dengan lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia yang berirama pop. Adapun jenis gerakannya dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : Pemanasan Terdiri dari ketukan musik 125 permenit dengan durasi 7 menit 6 detik. 1. Diawali dengan posisi siap sempurna. 2. Berdiri tegak, tumit rapat dengan ujung jari kaki terbuka selebar kepalan tangan. 3. Lima titik dimulai dari telinga, bahu, pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis tegak lurus dengan lantai. 4. Pandangan lurus ke depan. 5. Kedua lengan lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam rapat di samping paha, jari-jari rapat dan siap untuk olahraga. Lat. 1.
2.
Jenis gerakan dan tujuan Tujuan : Menaikkan suhu tubuh, memacu denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya dan menghilangkan kekakuan pada otot persendian Gerakan : Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Lengan di ayunkan, meudian badan menghadap kanan dan kiri bergantian. Tujuan : Melatih dan meluruskan otot dan persendian bahu Gerakan : Jalan di tempat sambil angkat bahu kanan dan kiri, diturunkan sambil rileks. Kemudian sambil jalan di tempat angkat kedua bahu dengan rileks dan diturunkan kebekalang dan ke depan, rileks dan kembali ke sikap awal.
Hit 1x8
2x8
Gerakan
48
3.
Tujuan : Meluruskan dan melatih otot lengan, bahu dan dada
4x8
Gerakan : Taruh kedua lengan di depan dada, ayunkan ke depan dan kesamping dada, dilanjutkan dengan membuka kedua lengan dengan kepalan menghadap ke atas dan diayunkan ke depan dan kesamping dada. Sudut lengan terhadap tubuh membentuk 90 derajat. 4.
Tujuan : Menguatkan otot lengan atas dan bahu 4x8 Gerakan : Letakan kedua tangan tegak lurus di depan dada, tekuk membentuk sudut 90 derajat, gerakan membuka ke samping keluar masuk ke depan dada.
5.
Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi tubuh dan otot kaki.
2x8
Gerakan : Putar badan kearah samping kanan. Lutut ditekuk, kedua telapak kaki mengikuti arah putaran badan sambil luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu. Kedua siku lurus dan kedua telapak tangan menempel, telapak tangan kanan mendorong telapak kiri dengan ibu jari bersilangan.
Latihan Inti Terdiri dari ketukan musik 135 permenit dengan durasi 20 menit 22 detik. Lat.
Jenis gerakan
Hit
Gerakan
49
1.
2
Tujuan : Menaikkan suhu tubuh, memacu denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan gerakan berikutnya dan menghilangkan kekakuan pada otot persendian Gerakan : Jalan di tempat dimulai dengan kaki kiri diikuti kaki kanan, lutut diangkat, telapak kaki rileks. Lengan di ayunkan, meudian badan menghadap kanan dan kiri bergantian. Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki
1x8
2x8
Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke samping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan.
3.
Tujuan : Melatih otot-otot bahu, lengan, perut dan kaki. Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki. Gerakan : Angkat lutut kiri setinggi pinggang dengan tumpuan berat badan di kaki kanan sambil tekuk lengan kanan setinggi bahu, arahkan siku kanan ke lutut kiri. Kepalan tangan kanan menghadap ke dalam. Lengan kiri lurus di samping badan setinggi bahu. Badan tegak dan pandangan ke depan. Kemudian turunkan kembali kaki kiri ke belakang,
4x8
50
4.
5.
Tujuan : Untuk memamcu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan napas serta menguatkan otot kaki, paha dan lengan. Gerakan : Tekuk lutut kaki kanan ke belakagn, pegangn ujung tumit kanan dengan tangan kiri sementara itu lengan kanan tigak lurus ke atas. Ulangi dengan bergantian kedua siis. Tujuan : Mengatur napas, memperkuat otot rongga dada, dan paha, memamcu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat.
4x8
4x8
Gerakan : Angkat siku kanan setinggi bahu dengan telapak dan lengan bawah menghadap ke bawah, dan siku kiri di depan dada dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ulangi dengan emnggan ti posisi kaki dan tangan. 6.
7.
Tujuan : Melemaskan otot pinggang, otot lengan dan triseps. Gerakan : Buka kedua kaki sambil mendorong kedua lengan lurus, lengan kanan ke samping sejajar bahu, lengan kiri ke depan setinggi bahu di depan bahu kiri, kepala menoleh ke kanan, rapatkan kaki kiri ke kaki kanan sambil menarik dan menekuk kedua lengan kembali., ulangi gerakan ke sisi bergantian Tujuan : Melatih otot-otot kaki, paha dan bahu Melatih koordinasi gerakan lengan dan kaki Gerakan : Dorong kaki kiri ke samping kiri, lutut kanan ditekuk sambil dorong lengan kiri lurus setinggi bahu ke samping kanan dengan kepalan tangan menghadap ke bawah. Badan diputar ke samping kanan dan sedikit miring serta pandangan mengikuti arah dorongan tangan. Kepalan tangan kanan tetap di samping pinggang. Kemudian rapatkan kembali kaki kiri (jinjit) dan kepalan tangan kiri kembali menempel ke samping pinggang. Ulang ke sisi berlawanan.
4x8
4x8
51
8.
9.
Latihan Peralihan Tujuan : Mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan dan mengatur napas
4x8
Gerakan : Dorong tumit kanan menyentuk lantai ke arah serong kanan sambil menghadap ke kanan. Siku sejajar bahu, telapak menghadap ke depan, lalu rapatkan ujung kaki kanan ke kaki kiri sambil mengayun telapak tangan searah, jari-jari menghadap ke kiri. Gerakan ini mirip dengan gaya tarian salah satu daerah di Indonesia. Tujuan : Menguatkan otot lengan atas dan bahu 4x8 Gerakan : Letakan kedua tangan tegak lurus di depan dada, tekuk membentuk sudut 90 derajat, gerakan membuka ke samping keluar masuk ke depan dada.
Pendinginan Terdiri dari ketukan musik 118 permenit dengan durasi 5 menit 40 detik. Lat. 1.
Jenis gerakan Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan pergelangan tangan, sisi tubuh dan kaki Gerakan : Buka kaki kananselebar bahu dan sedikit tekuk lutut kiri (berat badan ke samping kanan) sambil ayun kedua lengan dari samping badan lurus ke atas kepala. Sedikit tekuk lutut kanan sambil ayunkan lengan kiri lurus ke atas. Putar badan ke kanan lutut tekuk, luruskan kedua lengan ke depan badan setinggi bahu.
Hi 2x8
Gerakan
52
2
3.
4.
5.
Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kanan lurus melalui depan badan kesamping kiri setinggi bahu sambil tepalak tangan kiri mendorong siku lengan kanan dan lutut kiri sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan. Tujuan : Meregangkan otot-otot lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayunkan lengan kiri lurus melalui depan badan kesamping kanan setinggi bahu sambil tepalak tangan kanan mendorong siku lengan kiri dan lutut kanan sedikit ditekuk. Badan tegak pandangan lurus ke depan. Tujuan : Meregangkan otot agar siap melakukan gerakan selanjutnya Gerakan : Pindahkan berat badan dengan menekuk lutut kanan, tangan kiri diayun ke atas condong ke kaanan, tangan kanan diayun kebawah lurus sejajar kaki kiri telapak tangan kanan menghadap ke samping kiri, jari-jari rapat. Tujuan : Untuk mengembalikan kondisi fisik ke keadaan semula Gerakan : Buka kaki kiri selebar bahu, ayun perlahan kedua lengan dari bawah ke depan, tarik napas perlahan2 melalui hidung, luruskan lutut dan kedua lengan turunkan perlahan kesamping.
4x8
4x8
4x8
2x8
53
2.4 Pengaruh Latihan Aerobik pada Organ Tubuh Pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, sistematis dan berulang akan memberikan efek terhadap organ tubuh yang berkaitan dengan kebugaran fisik sehingga tubuh dapat mecapai penampilan yang optimal. Jika kebugaran fisik meningkat dengan sendirinya organ-organ tubuh yang ada juga mempunyai kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimakfsud adalah organ tubuh yang berhubungan langsung dengan aktivitas fisik yaitu jantung dan pembuluh darah, paru-paru sebagai sistem pernapasan, dan otot sebagai sistem pergerakan (Balley, 1994 ; Bompa, 2009).
2.4.1. Pengaruh Latihan Aerobik pada Jantung dan Pembuluh Darah Jantung merupakan alat untuk memompa darah dari kedua bilik menuju ke paru-paru dan keseluruh tubuh. Jumlah darah yang dipompa tergantung dengan isi sekuncup jantung. Sekali denyut jantung akan memompa darah sebanyak 70-90 ml kedua bilik jantung, sedangkan frekuensi denyut jantung 70 kali dalam satu menit sehingga darah yang dipompa oleh jantung dari bilik kanan maupun bilik kiri sebesar kurang lebih 5 liter (Ganong, 2002). Aktivitas
latihan
aerobik
akan
menyebabkan
perubahan
penyebaran curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah 4 kali lebih besar ke jantung. Kemudian volume isi sekuncup meningkat, yaitu volume darah yang dipompa pada sekali jantung berdenyut, sehingga hal ini dapat mengurangi frekuensi jantung, meningkatkan ukuran bilik kiri jantung, menebalkan otot jantung serta perbaikan kapasitas oksidasi enzim
54
(Sharkey, 2003). Hal ini akan mempengaruhi fungsi fisiologis jantung di mana jantung akan memompa lebih baik dan dengan demikian akan dapat memompa darah lebih banyak sehinggai intake oksigen lebih banyak dan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung baik pada saat kondisi istirahat maupun kondisi pelatihan.
2.4.2. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Paru-Paru Paru-paru adalah organ tubuh untuk pernapasan, dalam fisiologis yang terjadi adalah penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuhdan penggunaan oksigen serta pembentukan karbondioksida oleh sel tubuh dan pertukaran gas antar sel tubuh dengan media sekitarnya (Ganong, 2003). Kebugaran aerobik paru-paru merupakan kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen sebaik-baiknya. Kemampuan kebugaran tubuh untuk hal ini dinyatakan dalam VO2Max. VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan intensif. VO2Max merupakan tingkatan kemampuan tubuh atau indikator untuk menentukan kebugaran fisik seseorang (Kenney dkk., 2012). Pelatihan
aerobik
tidak
merubah
ukuran
paru-paru
tapi
meningkatkan efisiensi pernapasan degan cara meningkatkan kondisi otototot pernapasan dan mengurangi volume udara residu serta mengurangi frekuensi pernapasan untuk menggerakan volume udara yang sama. Pernapasan yang lambat dan efisien akan meningkatkan porsi pertukaran
55
oksigen dan paru-paru sehingga. Selain itu pelatihan aerobik meningkatkan jumlah dan besar alveoli sehingga mempercepat suplai oksigen kedalam selsel tubuh (Balley, 1994). Hal ini menyebankan peningkatan jumlah oksigen maksimal (VO2Max) yang dibutuhkan seseorang. Ini dapat tercapai jika seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen secara optimal (Balley, 1994, Kenney dkk., 2012).
2.4.4
Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Otot. Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan
kemampuan otot berkontraksi dan kemampuan otot mengkonsumsi oksigen. Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dijalankan oleh potensial aksi. Dengan tersedianya cukup oksigen maka oksidasi dalam otot akan menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospate) sebagai sumber energi kontraksi otot yang dibutuhkan otot untuk bergerak. Mekanisme kontraksi yang berjalan terus menerus akan meningkatkan serat – serat otot untuk bekerja menjadi lambat dan lama kemudian akan meningkatkan kandungan mioglobin otot serta meningkatkan jumlah pembuluh darah yang mengitari serat otot. Lama kelamaan kekuatan otot (muscle strength) dan ketahanan otot (muscle endurance) akan bertambah sehingga kondisi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik (Sharkey, 2003).
56
2.5 Analisis Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu Tujuan dari senam adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal. Oleh karena itu tata urutan senam dikemas sedemikian rupa sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan kebugaran. Hal itu dapat kita lihat dari gerakan atau latihan-latihan senam yang kaya akan variasi dan melibatkan hampir semua komponen biomotorik di dalamnya, dalam hal ini senam yang akan penulis pakai sebagai bahan penelitian yaitu Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu. Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia terdiri atas tiga bagian gerakan utama yaitu Pemanasan, Latihan Inti dan Pendinginan dan masingmasing bagian mempunyai gerakan-gerakan
yang melibatkan semua unsur
pergerakan otot, terutama otot-otot besar. Meskipun tiap-tiap bagian latihan diselingi dengan selang waktu antar gerakan, beban latihan yang ada cukup merangsang sistem kardiovaskular dan respirasi. Untuk prinsip pembebanan, beban latihan untuk masing-masing otot tidak terlalu tinggi sehingga kelelahan tidak terjadi secara primer pada otot-otot karena otot-otot tidak bekerja secara berlebihan, tetapi secara sekunder oleh karena kurang mempunyai mekanisme penyediaan O2 dan menyingkirkan sisa-sisa metabolisme pada saat itu (Bompa dan Gregory, 2009). Sedangkan pada Senam Ayo Bersatu, gerakan melibatkan hampir semua unsur pergerakan otot tapi kurang melibatkan otot-otot besar. Sehingga pada prinsip pembebanan, beban pada otot sangat kurang dan hal ini bisa berpengaruh pada peningkatan kebugaran fisik (Bompa dan Gregory, 2009).
57
Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular (jantung dan peredaran darah) serta paru-paru dapat ditingkatkan demi mencukupi oksigen melalui pelatihan senam ini. Di samping itu juga dapat meningkatkan sistem skeletal dan neuromuskular, karena seluruh otot dipacu untuk aktif terlibat dalam gerakan sehingga membantu peningkatan sistem kardiovaskular (Guyton dan Hall, 2006).
2.6 Kasch Step Test (Harvard Modified Step Test) Kasch Stept Test atau YMCA Step Test atau dikenal juga dengan YMCA 3 Minutes Step Tes atau 3 Minutes Step Test dan juga merupakan modifikasi dari tes naik turun bangku Harvard (Harvard Modified Step Test) adalah metode pengukuran kapasitas daya tahan kardiovaskular yang dilakukan dengan cara tes langkah naik turun bangku selama 3 menit dan dipergunakan untuk mengukur kebugaran fisik seseorang (Golding, 2000). Tes ini merupakan modifikasi dari Harvard Step Test metode Brouha (1943) yang banyak memiliki kekurangan seperti menghasilkan tingkat stres yang tinggi dan tidak dapat dilakukan pada semua jenis umur terutama pada usia di atas 18 tahun, tidak efektif untuk wanita, tinggi bangku yang terlalu tinggi untuk wanita, 30 langkah permenit sulit dilakukan dengan teratur dan tepat, waktu pelaksanaan yang cukup lama (5 menit) dan perhitungan 3 kali denyut nadi pemulihan yang tidak efisien serta dapat menghasilkan salah perhitungan (Brouha.dkk., 1943 ; Smotherman, 1996). Kasch Step Test merupakan metode yang sederhana dan mudah pelaksanaannya, tidak memerlukan biaya yang besar dan bisa dilakukan pada usia yang lebih tua (18-65 tahun) dibandingkan dengan Harvard Step Test (di bawah 18 tahun) (Haskell, 2009).
58
Kennery dkk (2012) mengatakan
bahwa daya tahan kardiovaskular
merupakan salah satu unsur kebugaran fisik yang penting di mana ketahanan kardiovaskular mengacu pada kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk memasok oksigen selama aktivitas fisik berkelanjutan. American College of Sport Medicine (2009) merujuk bahwa tes ini merupakan metode yang bagus untuk mengukur kebugaran dan ketahanan kardiovaskular serta
kemampuan
tubuh untuk pulih dari olahraga berat (Haskell, 2009). Prinsip dari Kasch Step Test adalah mengukur kebugaran kardiovaskular dengan patokan perhitungan denyut jantung pemulihan atau recovery heart rate segera setelah orang coba melakukan kerja naik turun bangku step test selama 3 menit dengan ketukan 96bpm (beatperminute) atau 24 langkah dalam satu menit. Recovery heart rate diukur selama 1 menit, dimulai 5 detik sesudah orang coba selesai melakukan step test (Golding, 2000; Santo dan Golding, 2003). Hasil yang didapat akan dilihat pada tabel berikut untuk menentukan status kebugaran fisik seseorang :
59
Tabel 2.1 Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test Age
Excellent Good MALE 50 - 76 79 - 84 51 - 76 79 - 85 49 - 76 80 - 88 56 - 82 87 - 93 60 - 77 86 - 94 59 - 81 87 - 92 FEMALE 52 - 81 85 - 93 58 - 80 85 - 92 51 - 84 89 - 96 63 - 91 95 - 101 60 - 92 97 - 103 70 - 92 96 - 101
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+ 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Above Average
Average
Below Average
Poor
Very poor
88 - 93 88 - 94 92 - 98 95 - 101 97 - 100 94 - 102
95 - 100 96 - 102 100 - 105 103 - 111 103 - 109 104 - 110
102 - 107 104 - 110 108 - 113 113 - 119 111 - 117 114 - 118
111 - 119 114 - 121 116 - 124 121 - 126 119 - 128 121 - 126
124 - 157 126 - 161 130 - 163 131 - 159 131 - 154 130 - 151
96 - 102 95 - 101 100 - 104 104 - 110 106 - 111 104 - 111
104 - 110 104 - 110 107 - 112 113 - 118 113 - 118 116 - 121
113 - 120 113 - 119 115 - 120 120 - 124 119 - 127 123 - 126
122 - 131 122 - 129 124 - 132 126 - 132 129 - 135 128 - 133
135 - 169 134 - 171 137 - 169 137 - 171 141 - 174 135 - 155
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------th Reference : Golding, LA. YMCA Fitness Testing and Assessment Manual 4 ed.(2000;200-11)
Keterangan : Excelent Good Above Average Average Below Average Poor Verry Poor
: Baik Sekali : Baik : Agak Baik : Sedang : Cukup : Kurang : Kurang Sekali
Smotherman dalam penelitiannya pada 42 orang wanita sehat usia 28 –58 tahun di San Jose University (1996) dengan menggunakan Kasch Step Test menemukan bahwa : “Kasch 3 minutes step test provide effective estimates of VO2Max (Volume of Oxygen Maximum) and could be use as VO2max high probability predictor (p = 0,05)”
60
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan metode Kasch Step Test dalam pengukuran kapasitas VO2max
efektif sebagai prediktor nilai
VO2max. Chin-Mou dan Kuei-Fu (2007) dari National Hsinchu University of Education Taiwan dalam penelitian pada 31 subjek terhadap recovery heart rate atau denyut nadi pemulihan dan indeks kebugaran fisik dengan metode 3 minutes step test menemukan bahwa dengan ukuran bangku 12 inchi (30,48 cm) dan 24 langkah permenit merupakan metode yang efektif untuk mengukur kebugaran fisik pada orang sehat berbagai usia dengan estimasi standar eror yang rendah. Recovery heart rate atau post-exercise heart rate (PHR) atau denyut nadi pemulihan dalam berbagai step test merupakan parameter utama dalam perhitungan kapasitas aerobik. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa denyut nadi pemulihan yang dihitung pada 1 menit pertama (PHR60) setelah melakukan tes naik turun bangku merupakan parameter yang valid dalam perhitungan estimasi kapasitas aerobik ( Bell dan Jacobs, 1992 ; Golding, 2000 ; Chin-Mou dan Kuei-Fu, 2007; Santo dan Golding, 2003). Beberapa alasan lain penggunaan step test menurut American College of Sport Medicine (2009) yaitu membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun), memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak sekaligus, mudah dipaparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya gampang dipindahkan (Haskell, 2009). Selain merupakan metode yang efektif dalam pengukuran kebugaran fisik, penggunaan recovery heart rate sebagai parameter perhitungan kapasitas aerobik
61
dan ditambah beberapa alasan di atas maka penulis memilih metode Kasch Step Test sebagai tes pengukuran kebugaran fisik dalam penelitian ini.
62
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, kerangka konsep
yang dapat disusun adalah sebagai berikut : kebugaran fisik sangat penting bagi kaum wanita dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari -hari di mana pekerjaan yang sering dilakukan wanita banyak diambil alih oleh teknologi yang mempermudah pekerjaan sehingga menyebabkan kurang bergerak. Keadaan ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan dan menurunkan efisiensi produktivitas kerja. Seseorang yang memiliki kebugaran fisik yang baik adalah orang yang cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan berarti. Kondisi yang demikian menyebabkan kaum wanita perlu melakukan latihan fisik seperti senam aerobik agar dapat merubah pola hidup statis menjadi dinamis. Senam aerobik merupakan senam kebugaran fisik yang efektif untuk mengoptimalkan seluruh komponen biomotorik. Pelatihan fisik pada senam memiliki gerakan yang menggunakan kekuatan otot dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh sehingga senam cepat meningkatkan kebugaran fisik pada kaum wanita. Beberapa bentuk senam yang dapat meningkatkan kebugaran fisik antara lain Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu yang menjadi variabel penelitian penulis kali ini.
63
Pada penelitian ini dilakukan aktivitas pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu selama 10 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu serta
intensitas/tempo dan teknik gerakan yang
bervariasi, termasuk jenis low impact aerobic dengan prinsip dasar pelatihan senam meliputi pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Ketiga senam tersebut dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai komponen biomotorik, alat gerak, persendian dan otot sehingga dapat meningkatkan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi pemulihan sesudah pelatihan. Pelatihan senam aerobik ini dapat memberikan efek terhadap sistem kardiovaskular, sistem respirasi, dan sistem muskular. Keberhasilan pelatihan ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan dan indeks massa tubuh serta faktor internal seperti suhu lingkungan, kelembaban udara dan aktifitas fisik. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan olahraga yang tepat kaum wanita yang ingin meningkatkan kebugaran fisiknya.
64
3.2
Konsep Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep dalam
bentuk bagan sebagai berikut :
PELATIHAN SENAM v SENAM AYO BERGERAK v SENAM BUGAR INDONESIA v SENAM AYO BERSATU
FAKTOR INTERNAL ∑ ∑ ∑ ∑
FAKTOR EKSTERNAL
Umur Jenis Kelamin Berat dan Tinggi Badan Kebugaran Fisik
∑ ∑ ∑
Suhu Lingkungan Kelembaban Udara Aktivitas Fisik
PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK
Gambar 3.1. Konsep Penelitian
65
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis konsep di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Pelatihan Senam Ayo Bergerak tiga kali perminggu selama sepuluh minggu meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
2.
Pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali perminggu selama sepuluh minggu meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar. .
66
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian
yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Control Group Design. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 10 orang kelompok-1, kelompok-2 dan kelompok-3. Semua kelompok diberikan tes awal. Antara perlaku an satu, dua dan tiga diberikan pelatihan bersamaan, kemudian masing-masing perlakuan diobservasi.
01
KP1
02
KP2 P
S
R
03
04
05 03
06 KP3 KK
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Di mana: P =
Populasi
R =
Randomisasi
S =
Sampel
67
KP1 =
Kelompok Perlakuan I, pelatihan Senam Ayo Bergerak.
KP2 =
Kelompok Perlakuan II, pelatihan Senam Bugar Indonesia
KP3 =
Kelompok Perlakuan III (Kontrol), pelatihan Senam Ayo Bersatu
O1 =
Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-1 sebelum pelatihan
O2 =
observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-1 setelah sepuluh minggu pelatihan.
O3 =
Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-2 sebelum pelatihan.
O4 =
Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-2 setelah sepuluh minggu pelatihan.
O5 =
Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok kontrol sebelum pelatihan
O6 =
Observasi hasil tes kebugaran fisik kelompok-3 (kontrol) setelah sepuluh minggu pelatihan.
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Klub Senam Lala Studio Denpasar, Puri Santrian
Jl. Veteran no 66E Denpasar. Waktu penelitian dilaksanakan pada 22 Juli – 28 September 2013 sebanyak tiga kali seminggu selama 10 (sepuluh) minggu.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar.
68
4.3.2 Sampel Sampel diambil dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria yang ditetapkan untuk dapat dipilih sebagai sampel adalah sebagai berikut: a.
Kriteria inklusi 1. Jenis kelamin wanita. 2. Umur 30-40 tahun berdasarkan akta kelahiran atau KTP. 3. Badan sehat dan tidak cacat, berdasarkan pemeriksaan dokter. 4. Bersedia sebagai subjek penelitian dari awal sampai selesai, dengan menandatangani surat persetujuan kesediaan sebagai sampel.
b.
Kriteria eksklusi 1. Ada riwayat patah tulang atau cedera tulang. 2. Berdomisili di luar Denpasar.
c.
Kriteria gugur (drop out) 1. Subjek sakit, cidera, sehingga tidak bisa mengikuti pelatihan. 2. Dua kali berturut-turut tidak mengikuti pelatihan. 3. Menarik diri dari subjek penelitian.
69
4.3.3 Besar Sampel Penentuan besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pocock (2008) :
Keterangan : n
=
Besar sampel
µ1
=
Rata-rata sebelum pelatihan
µ2
=
Asumsi rata-rata sebelum pelatihan
f(a.ß)
=
Konstanta berdasarkan tabel
s
=
Nilai standar deviasi
Besarnya sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sukardiasih (2005)
didapatkan standar deviasi 11,61 dan rerata serta a = 0,05 dan ß = 0,05 dan konstanta
(25,82) dan
(21,95)
angka pada Tabel 13.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas maka diperoleh n = 7,9 dibulatkan menjadi 8. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out maka penulis menetapkan jumlah cadangan sebesar 20 % dari 8 sampel = 1,6 dibulatkan menjadi 2, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan tiap kelompok adalah 8 + 2 = 10 sampel. Karena penelitian menggunakan 3 kelompok maka dibutuhkan 3 x 10 = 30 sampel. Dengan demikian dibutuhkan keseluruhan 30 orang sebagai sampel dalam penelitian ini.
70
4.3.4
Teknik Pengambilan Sampel Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mengadakan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh populasi wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar berdasarkan kriteria inklusi. 2. Jumlah sampel yang terpilih diseleksi lagi berdasarkan kriteria eksklusi. 3. Mengadakan pemilihan besar sampel sebanyak 3 0 orang wanita secara acak sederhana dari subjek yang terpilih tersebut. 4. Melakukan pembagian kelompok sebanyak tiga kelompok dengan masing-masing kelompok sejumlah 10 orang. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara acak sederhana. Selanjutnya kelompok 1 akan menerima Pelatihan Senam Ayo Bergerak, kelompok 2 menerima pelatihan Senam Bugar Indonesia dan kelompok kontrol menerima pelatihan Senam Ayo Bersatu.
4.4
Variabel Penelitian Berdasarkan fungsi dan peranannya, variabel penelitian diklasifikasikan menjadi : 4.4.1
Variabel Bebas Yaitu Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Pelatihan Senam Bugar Indonesia dan Pelatihan Senam Ayo Bersatu
4.4.2
Variabel Tergantung Kebugaran Fisik yang diukur dengan menggunakan Kasch Step test
71
4.4.3
Variabel Kontrol Jenis Kelamin, umur, berat badan, tinggi badan
4.4.4
Variabel Rambang Suhu dan kelembaban
4.5 Definisi Operasional Variabel a. Pelatihan Senam Ayo Bergerak adalah gerakan senam kebugaran fisik sesuai dengan yang disusun oleh FORMI (Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia) termasuk senam aerobik low impact di mana gerakannya banyak melibatkan anggota gerak tubuh, otot-otot besar dan persendian. Gerakan pemanasan dilakukan selama 15 menit 12 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit 40 detik dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 30 detik dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif dengan total durasi waktu 42 menit 22 detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10 minggu. b. Pelatihan Senam Bugar Indonesia adalah senam aerobik yang disusun oleh Perwosi (Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) di mana gerakannya dinamis dalam membantu otot-otot tubuh meningkatkan kebugaran dan kesehatan. Gerakan pemanasan dilakukan selama 11 menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 15 menit 26 inti dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif total durasi waktu 37 menit 38 detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10 minggu.
72
c. Senam Ayo Bersatu merupakan senam kebugaran fisik yang diciptakan oleh Federasi Masyarakat Olahraga Indonesia (FORMI) pada tahun 2002 , termasuk senam aerobik low impact dengan gerakan yang ringan, tidak memberikan beban besar dan sedikit melibatkan otot-otot besar. Gerakan pemanasan dilakukan selama 7 menit 6 detik, latihan inti selama 20 menit 22 detik, dan pendinginan selama 5 menit dan 40 d etik dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif total durasi waktu 33 menit 8 detik, frekuensi 3 x perminggu selama 10 minggu. d. Kebugaran fisik adalah kemampuan atau kesanggupan tubuh seseorang untuk melakukan kerja sehari-hari secara efisien dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak yang dinilai dari penurunna denyut nadi pemulihan sesudah berolahraga, dengan asumsi semakin rendah denyut nadi pemulihan semakin tinggi kebugaran fisik. e. Hasil tes kebugaran fisik dengan menggunakan Kasch Step Test adalah pengukuran kebugaran fisik pada orang coba menggunakan metode Kasch Step Test dengan cara naik turun bangku dengan uku ran 12 inchi (30,48 cm) selama 3 menit diiringi ketukan 96x/menit dan diukur denyut nadi pemulihan. Dalam penelitian ini yang diukur adalah jumlah denyut nadi pemulihan, dihitung selama 1 menit dan hasil yang dicapai adalah penurunan denyut nadi pemulihan sesudah diberikan pelatihan dan
73
hasilnya diinterpretasikan dalam tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test untuk mengetahui kriteria kebugaran fisiknya. f. Jenis Kelamin adalah perempuan (wanita) yaitu jenis kelamin yang terlihat dari penampakan luar dan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk. g. Umur adalah usia dalam tahun berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran yang tercantum di akte kelahiran atau Kartu Tanda Penduduk, dalam penelitian ini berkisar antara 30 - 40 tahun. h. Berat badan adalah bobot tubuh orang coba yang diukur dengan timbangan badan merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg, batas ukur 120 kg sebelum dan sesudah perlakuan, dan orang coba menggunakan pakaian seminim mungkin i. Tinggi Badan adalah tinggi tubuh atau panjang badan yang diukur dari alas tumit sampai ke ubun-ubun (vertex) pada posisi tegak pandangan lurus ke depan dengan menggunakan antropometer merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 cm. Sikap orang coba berdiri tegak, sudut mata sejajar telinga, pandangan lurus ke depan hingga membentuk satu garis datar dari caruncula.
Catat hasil pengukuran dalam satuan
sentimeter. j. Suhu adalah temperatur di sekitar tempat penelitian yaitu suhu kering dan suhu basa yang diukur dalam satuan derajat celcius. k. Kelembaban relatif udara lingkungan adalah presentasi uap air dalam udara yang diukur dengan Higrometer elektronik digital merek Extech dan dinyatakan dalam satuan persen.
74
4.6 Instrumen Penelitian 1. Timbangan berat badan digital merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan. 2. Antropometer
merek Seca buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 cm
untuk mengukur tinggi badan orang coba. 3. Bangku Step test ukuran tinggi 30,45 cm. 4. CD lagu Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu. 5. CD Player merk Toshiba untuk memutar lagu pengiring senam. 6. Stopwatch merk
Fastime buatan Inggris untuk mengukur ketepatan
waktu step test selama 3 menit dan waktu pengukuran denyut nadi selama 1 menit, dalam satuan detik dengan ketelitian 2 angka di belakang koma. 7. Camera digital DSLR Merk Canon 1100 untuk dokumentasi penelitian 8. Tensimeter merek Riester
buatan Jerman untuk mengukur tekanan
darah orang coba dengan satuan mmHg (milimeter hidragirum). 9. Higrometer elektronik digital merek Extech buatan Jerman dipakai untuk mengukur kelembaban relatif udara dengan ketelitian 1%. 10. Termometer Sling untuk mengukur suhu basah dan suhu kering dalam satuan OC dengan bilangan desimal 1 angka di belakang koma. 11. Alat tulis menulis.
75
4.7
Prosedur Penelitian Prosedur peneltian terdiri dari tahap-tahap penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.7.1 Tahap Persiapan 1.
Studi kepustakaan dari buku, jurnal, proseding, internet dan lain-lain yang relevan dengan topik penelitian.
2.
Mengurus surat-surat penelitian.
3.
Melakukan penentuan sampel secara acak sederhana dengan cara undian, berdasarkan metode dan kriteria yang telah ditentukan.
4.
Meminta persetujuan penelitian kepada pemilik Klub senam.
5.
Membuat jadwal pelaksanaan penelitian.
6.
Mengadakan pelatihan serta pengukuran dengan teman-teman pendamping peneliti yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7.
Menyiapkan alat-alat ukur yang baku dan punya ketelitian yang dapat dipercaya dan diakui secara ilmiah.
8.
Sosialisasi kepada wanita anggota Klub Senam Lala Studio mengenai maksud, tujuan, manfaat dan jadwal pelaksanaan penelitian sehingga dapat diperoleh pengertian dan bersedia menjadi sampel. Hal ini didukung dengan penandatanganan surat persetujuan ikut serta dalam penelitian.
9.
Melakukan uji coba pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu pada ketiga kelompok perlakuan.
76
1.7.2 Tahap Pemilihan dan Penentuan Sampel Prosedur pemilihan dan penentuan sampel menyangkut : 1. Semua wanita yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai sampel diberikan nomor urut yang berbeda. 2. Selanjutnya
sampel
dipilih
secara
acak
sederhana
dengan
menggunakan teknik undian. Jumlahnya sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan penelitian pendahuluan. 3. Melakukan pembagian kelompok pelatihan secara acak sederhana, dengan teknik undian sebanyak tiga kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang. Selanjutnya kelompok 1 dilakuka n latihan Senam Ayo Bersatu, kelompok 2 latihan senam Bugar Indonesia dan kelompok 3 dilakukan pelatihan Senam Ayo Bergerak.
4.8
Pelaksanaan Penelitian
4.8.1 Pengukuran tinggi dan berat badan serta suhu dan kelembaban. Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti dan pembantu peneliti. Pengukuran
tinggi
badan
dengan
menggunakan
timbangan
dan
antropometer. Prosedurnya adalah sebagai berikut : subjek berdiri tegak, sudut mata sejajar telinga tanpa alas kaki. Tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang menempel pada dinding dan siku lurus. Alat ukur diletakkan di belakang badan di antara kedua tumit dengan posisi alat
77
lurus ke atas hingga ubun-ubun pandangan mata lurus ke depan. Catat angka yang ditunjukan alat dalam satuan sentimeter (cm) dengan ketelitian 0,1 cm. Pada pengukuran berat badan, subjek berdiri tegak di atas timbangan dengan menggunakan pakaian senam yang minim tanpa alas kaki, ikat pingang dan asesoris lainnya. Sebelumnya jarum timbangan dikalibrasi ke angka nol. Berat badan kemudian diukur dengan menggunakan timbangan merk Smic dengan ketelitian 0,1 kg. Setelah subjek di atas timbangan, angka yang ditunjukkan oleh jarum merupakan berat badan subjek yang ditimbang. 4.8.2. Pengukuran kebugaran fisik dengan Kasch Step Test Pengukuran kebugaran fisik dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pembantu peneliti dengan menggunakan Kasch Step Test yaitu tes naik turun bangku selama 3 menit menggunakan metronom
dengan
ketukan 96 bpm (beat per minute) atau 24 langkah permenit. Persiapan : -
Orang coba memakai pakaian olahraga yang sesuai, tidak melakukan olahraga yang berat sebelum di tes, makan secukupnya minimal 2 jam sebelum tes, cukup istirahat dan cukup tidur. Lakukan peregangan selama 2-3 menit pada persendian tungkai dan seluruh tubuh.
-
Mengukur tekanan darah orang coba dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk) sebelum dimulai test.
78
-
Persiapkan bangku step test. Taruh kursi untuk dudukan di sebelah bangku step test. Atur metronom pada ketukan 96 bpm yaitu sesuai kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan dan selama 3 menit diukur menggunakan stopwatch merk Fastime.
-
Orang coba diminta untuk melakukan kerja naik turun bangku step test dengan ketukan 96x/menit atau 24 langkah/menit sesuai dengan bunyi metronom.
(a)
(b)
(d)
(e)
(c)
Reference : YMCA 3-mintue Step Test http://www.cheu.gov.hk/eng/healthatwork/ymca_3min.asp
Gambar 4.2. Pelaksanaan Kasch Step Test
79
-
Orang coba berdiri tepat di depan bangku step test (a) dan metronom dinyalakan. Pada ketukan 1 orang coba menempatkan salah satu kaki (dominan) di atas bangku (b), kemudian pada ketukan ke-2 kaki yang lain naik ke bangku sehingga orang coba berada dalam posisi telah berdiri tegak di atas bangku (c).
-
Pada ketukan ke-3 kaki yang pertama naik diturunkan (d) dan pada ketukan ke-4 kaki kedua diturunkan sehingga orang coba telah kembali berada di atas lantai (e).
-
Tepat pada ketukan berikutnya (ke-5) kaki yang pertama kembali naik ke bangku dan demikian seterusnya.
-
Siklus tersebut diulang terus menerus sampai pada menit ke-3 berakhir.
-
Setelah selesai dengan kerja ini, orang coba segera diminta duduk di kursi yang telah disediakan di samping bangku step test. Tepat pada 5 detik sesudah test (3 menit 5 detik), diukur recovery heart rate atau denyut nadi pemulihan orang coba selama 1 menit dengan menggunakan stopwatch Fastime.
-
Denyut nadi diukur pada arteri radialis dekat pada ibu jari dan pergelangan tangan atau pada arteri carotis yang berada pada leher dekat laring. Dalam hal ini peneliti akan mengukur pada arteri radialis.
-
Hasil pengukuran recovery hear rate kemudian dicatat dan hasilnya dilihat pada tabel (1) untuk menentukan kategori kebugaran fisik orang coba.
80
4.8.3 Pelatihan Senam Langkah –langkah yang dilaksanakan dalam penelitian senam ini adalah : 1. Persiapan alat : CD lagu dan alat pemutar CD. 2. Memberikan penjelasan kepada seluruh sampel mengenai persiapan sebelum pelatihan, teknik pelatihan, jadwal pelatihan, tempat pelatihan, tatalaksana pelatihan dan hak-hak subjek dalam pelaksanaan pelatihan. 3. Subjek datang ke tempat pelatihan 15 menit sebelum pelatihan dimulai kemudian melakukan peregangan ringan. 4. Subjek dipisahkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan hasil penentuan sampel sebelumnya. 5. Dilakukan pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu sesuai dengan panduan yang telah dijabarkan sebelumnya selama 10 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Senin, Rabu dan Jumat). 6. Seluruh subjek menjalani tes awal atau pre test yaitu pengukuran kebugaran fisik menggunakan Kasch Step test. 7. Hari Senin Kelompok I (Senam Ayo Bergerak) melakukan pelatihan pada sesi pertama, kemudian Kelompok II (Senam Bugar Indonesia) melakukan pelatihan pada sesi kedua dan Kelompok III (Senam Ayo Bersatu) pada sesi ketiga. 8. Hari Rabu Kelompok II (Senam Bugar Indonesia) melakukan pelatihan pada sesi pertama, Kelompok III (Senam Ayo Bersatu)
81
melakukan pelatihan pada sesi kedua sedangkan Kelompok I (Senam Ayo Bergerak) melakukan pelatihan pada sesi ketiga. 9. Hari Jumat Kelompok III (Senam Ayo Bersatu) melakukan pelatihan pada sesi pertama, kemudian Kelompok I (Senam Ayo Bergerak) melakukan pelatihan pada sesi kedua dan Kelompok II (Senam Bugar Indonesia) melakukan pelatihan pada sesi ketiga. Demikian seterusnya pelatihan ini dilakukan secara bergiliran setiap minggu selama 10 minggu pelatihan. 10. Setelah 10 minggu pelatihan, seluruh subjek menjalani tes akhir atau post test dengan mengukur nilai kebugaran fisik menggunakan Kacsh Step test.
4.9. Alur Penelitian Alur penelitian pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari populasi wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar didapati sampel sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian sampel diberikan test awal (pre-test) untuk mendapatkan data kebugaran fisik dengan menggunakan Kasch Step Test. Setelah itu sampel dibagi menjadi 3 kelompok
dengan cara alokasi acak sederhana sehingga sampel ketiga
kelompok menjadi homogen. Setelah itu sampel diberikan pelatihan senam selama 10 minggu. Kelompok I diberikan pelatihan Senam Ayo Bergerak, Kelompok II diberikan pelatihan Senam Bugar Indonesia dan Kelompok III diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu.
82
Setelah diberikan pelatihan selama sepuluh minggu, sampel dilakukan test akhir (post-test) untuk menilai peningkatan kebugaran fisik dengan menggunakan Kasch Step Test. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik SPSS 20.0 IBM. Dari hasil analisis statistik data tersebut, akan disusun laporan hasil dan dilanjutkan dengan penyusunan thesis.
83
Alur penelitian dapat di lihat pada gambar berikut : POPULASI Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
SAMPEL
TES AWAL (Kasch Step Test)
Alokasi Acak Sederhana
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
PELATIHAN SENAM AYO BERGERAK Selama 10
PELATIHAN SENAM BUGAR INDONESIA Selama 10 minggu
PELATIHAN SENAM AYO BERSATU Selama 10 minggu
TES AKHIR (Kasch Step Test)
ANALISIS
PENYUSUNAN LAPORAN
TESIS Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian
84
4.10. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik berikut : a.Analisis Deskriptif : memberikan gambaran secara deskriptif tentang karakteristik subjek yang didapat dari hasil penelitian seperti umur, berat badan dan tinggi badan. b. Uji Normalitas terhadap semua data dari hasil penelitian dengan menggunakan Saphiro Wilk Test untuk mengetahui distribusi data pada kelompok perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah a = 0,05 c.Uji Homogenitas varian data antara kelompok perlakuan dengan Levene Test untuk mengetahui varian kebugaran fisik saat sebelum dan sesudah perlakuan pada ketiga kelompok. Batas kemaknaan yang digunakan adalah a = 0,05 d. Uji Paired t-test untuk mengetahui peningkatan kebugarak fisik pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah dan uji independent ttest untuk mengetahui pelatihan mana yang paling efektif sesudah perlakuan. e.Uji Inferensial untuk memeriksa perbandingan rerata dan efektivitas latihan antar kelompok perlakuan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) One way dan PostHoc Least Significance Different (LSD PostHoc).
85
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ini terdiri dari 30 orang subjek yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok I berjumlah 10 orang diberi perlakuan Senam Ayo Bergerak, Kelompok II terdiri dari 10 orang dan diberi perlakuan Senam Bugar Indonesia dan Kelompok III (kontrol) berjumlah 10 orang diberikan perlakuan Senam Ayo Bersatu. Untuk dapat memberikan informasi yang lebih lengkap maka dipaparkan deskripsi data berupa karakteristik sampel penelitian yang meliputi umur, tinggi badan dan berat badan dalam bentuk tabel deskriptif berdasarkan nilai mean dan standar deviasi seperti pada tabel 5.1 dibawah ini : Tabel 5.1 Rerata Sampel berdasarkan Karakteristik Umur, Tinggi Badan, Berat Badan dan IMT Rerata dan Simpangan Baku Karakteristik
Kelompok I (Ayo Bergerak)
Kelompok II (Bugar Indonesia)
Kelompok III – (Ayo Bersatu)
U m u r (tahun)
35,80 ± 3,736
35,50 ± 3,567
35,40 ± 3,978
Tinggi Badan (cm)
155,60 ± 2,675
156,90 ± 3,542
155,60 ± 2,716
Berat badan (kg)
58,60 ± 3,273
57,50 ± 3,894
59,10 ± 4,306
IMT (kg/m2)
24,23 ± 1,724
23,42 ± 2,268
24,46 ± 2,395
86
Tabel 5.1 menunjukkan nilai rerata sampel berdasarkan karakteristik umur, tinggi badan dan berat badan sampel. Dilihat dari umur Kelompok I diperoleh nilai rerata sebesar 35,80 ± 3,73, Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 35,50 ± 3,567 dan Kelompok III diperoleh nilai 35,40 ± 3,978. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel baik pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III tergolong ke dalam kelompok umur dewasa tua. Dilihat dari tinggi badan Kelompok I diperoleh nilai rerata sebesar 155,60 ± 2,675, Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 156,90 ± 3,542 dan untuk Kelompok III diperoleh nilai rerata sebesar 155,60 ± 2,716. Dilihat dari berat badan, kemudian pada Kelompok I diperoleh nilai rerata sebesar 58,60 ± 3,273, Kelompok II diperoleh nilai rerata sebesar 57,50 ± 3,894, dan untuk Kelompok III diperoleh nilai rerata sebesar 59,10 ± 4,306. Sedangkan dilihat dari Indeks Massa Tubuh Kelompok I diperoleh hasil rerata dan standar deviasi sebesar 24,23 ± 1,724, Kelompok II sebesar 23,42 ± 2,268 dan Kelompok III sebesar 24,46 ± 2,395. Tabel 5.2 Rerata data sampel berdasarkan nilai kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan serta selisih Kelompok Sampel
Rerata dan Simpangan Baku Pre test
Post test
Selisih
Kelompok I
123,20 ± 13,189
87,80 ± 9,727
35,40 ± 4,300
Kelompok II
124,50 ± 15,883
98,00 ± 12,356
26,50 ± 5,083
Kelompok III
123,80 ± 13,214
109,30 ± 9,878
14,50 ± 4,767
Pada Kelompok I diperoleh nilai rerata pre test sebesar 123,20 ± 13,189 denyut nadi permenit, post test sebesar 87,80 ± 9,727 denyut nadi/menit, dan
87
selisih sebesar 35,40 ± 4,300 denyut nadi. Pada Kelompok II diperoleh nilai rerata setelah pre test sebesar 124,50 ± 15,883 denyut nadi/menit, post test sebesar 98,00 ± 12,356 denyut nadi/menit, dan selisih sebesar 35,40 ± 4,300 denyut . Pada Kelompok III diperoleh nilai rerata pre test sebesar 123,80 ± 13,214 denyut nadi permenit , post test sebesar 109,30 ± 9,878 denyut nadi/rmenit , dan selisih sebesar 14,50 ± 4,767 denyut. Hal ini menunjukan adanya perubahan yang bermakna pada rerata hasil perlakuan sebelum dan sesudah pelatihan.
5.2 Karakteristik Lingkungan Penelitian Pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III dilaksanakan di dalam studio senam Lala Studio Denpasar. Kondisi lingkungan yang didata meliputi suhu basah (°C), suhu kering (°C), dan kelembaban relatif (%). Tabel 5.3 Kondisi Lingkungan selama pelatihan Keadaan Lingkungan
Minimum
Maximum
Suhu basah (°C),
23
25
Suhu kering (°C),
26
28
Kelembaban relatif (%)
72
80
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, suhu basah selama pelatihan berada pada suhu 23°C - 25°C, suhu kering berada pada 26°C - 28°C, dan kelembaban relatif berada pada 72% - 80%. Oleh karena suhu basah dan suhu kering serta kelembaban relatif berada dalam batas normal, maka kondisi lingkungan tidak mempengaruhi pelaksanaan penelitian.
88
5.3 Uji Normalitas Data dan Homogenitas Varian Uji normalitas data dan homogenitas varian digunakan untuk menentukan pilihan penggunaan uji statist ik dalam pengujian hipotesis. Adapun uji normalitas data dan homogenitas varian yang digunakan adalah Shapiro-wilk test untuk uji distribusi normal data dan Levene’s test un tuk homogenitas varian. Tabel 5.4 Uji normalitas data dan homogenitas varian Shapiro-Wilk test Kelompok Sampel
Homogenitas
Sebelum
Sesudah
dengan Levene’s
(nilai p)
(nilai p)
test
Kelompok I
0,762
0,326
0,685
Kelompok II
0,325
0,813
0,761
Kelompok III
0,628
0,183
0,854
Tabel di atas menunjukkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji homogenitas varian dengan Levene’s test. Berdasarkan hasil uji ShapiroWilk pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III didapatkan nilai p sebelum pelatihan p > 0,05 dan sesudah pelatihan diperoleh nilai p > 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa data ketiga kelompok berdistribusi normal. Pada hasil uji Levene’s test pada Kelompok I diperoleh nilai p > 0,05, pada Kelompok II diperoleh nilai p > 0,05 dan pada Kelompok III diperoleh nilai p > 0,05 Hal ini menunjukkan bahwa sampel memenuhi syarat homogenitas. Melihat keseluruhan hasil uji di atas ditetapkan pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik (uji-T) untuk masing-masing kelompok sampel (Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III) dan uji statistik parametrik (uji Anova) untuk membuktikan efektivitas antara ketiga kelompok sampel.
89
5.4 Uji Beda Rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada ketiga kelompok. Untuk mengetahui perbedaan rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III maka digunakan uji paired sample t dan uji t–independent pada masing-masing kelompok sampel. Adapun hasil uji paired sample t akan dijabarkan pada tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Uji beda rerata kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menggunakan uji paired sample t Kelompok sampel
Rerata denyut nadi pemulihan
Simpang baku
T
p
Sebelum
123,80
13,214
9,619
0,0001
Sesudah
109,30
9,878
Sebelum
124,50
15,883
16,488
0,0001
Sesudah
98,00
12,356
Sebelum
123,20
13,189
26,034
0,0001
Sesudah
87,80
9,727
Kelompok III
Kelompok I
Kelompok II
Tabel di atas memperlihatkan Kelompok I, diperoleh nilai p < 0,05, Kelompok II diperoleh nilai p < 0,05 dan begitu juga pada Kelompok III, diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna terhadap rerata nilai kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan.
90
Tabel 5.6 Uji beda rerata kebugaran fisik sesudah pelatihan pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menggunakan uji t-independent Pelatihan
Rerata denyut
t
p
2,051
0,055
4,904
0,0001
2,259
0,037
nadi Post Test Kelompok I
87,80
Kelompok II
98,00
Kelompok I
87,80
Kelompok III
109,30
Kelompok II
98,00
Kelompok III
109,30
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji tindependent antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III. Terlihat uji retara post test pada Kelompok I dan III memiliki nilai p < 0,05 dan pada Kelompok II dan III juga memiliki nilai p < 0,05 menandakan ada perbedaan bermakna pada hasil post test setelah perlakuan antara Kelompok I dan II terhadap Kelompok III.
5.5 Uji beda rerata kebugaran fisik sesudah pelatihan antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III Untuk mengetahui perbedaan kemaknaan antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III terhadap kebugaran fisik digunakan uji ANOVA (Analysis of Variance) serta untuk membuktikan pernyataan
hipotesis penelitian yaitu
pelatihan Senam Ayo Bergerak dan pelatihan Senam Bugar Indonesia lebih besar
91
meningkatkan kebugaran fisik di bandingkan Senam Ayo Bersatu sebagai kelompok kontrol pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar maka digunakan uji LSD (Least Significance Different). Adapun hasil uji Anova dan LSD akan dipaparkan berikut ini : Tabel 5.7 Uji Anova dan LSD sesudah pelatihan antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III Kelompok
Kelompok
sampel
sampel
Ayo
Bersatu Bugar
(Kelompok III)
LSD PostHoc test Beda Rerata
p
11,300
0,026
21,500
0,0001
10,200
0,043
Anova F
p
10,062
0,001
Indonesia (Kelompok II)
Ayo
Bergerak
(Kelompok I)
Bugar
Ayo
Bergerak
Indonesia
(Kelompok I)
(Kelompok II)
Tabel di atas menunjukkan hasil uji LSD PostHoc test dan Anova test. Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai kebugaran fisik sesudah pelatihan antara Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III. Berdasarkan hasil uji LSD PostHoc diperoleh nilai p < 0,05 antara Senam Ayo Bersatu (Kelompok III) dan senam Bugar Indonesia (Kelompok II), kemudian diperoleh nilai p < 0,05 antara Senam Ayo Bersatu (kontrol) dan Senam Ayo Bergerak (Kelompok I), dan diperoleh nilai p < 0,05 antara senam Bugar
92
Indonesia dan Senam Ayo Bergerak. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan bermakna pada uji efektivitas antara kelompok satu dengan yang lain.
93
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian Data karakteristik subjek penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa variabel ketiga kelompok yaitu variabel umur, variabel berat badan, variabel tinggi badan, variabel indeks massa tubuh serta variabel denyut nadi pemulihan sebelum perlakuan mempunyai nilai yang memenuhi syarat yang telah ditentukan pada kriteria inklusi dan berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 serta ho mogen dengan nilai p > 0,05. Data dengan sebaran normal merupakan data parametrik (Santosa, 2004). Selain itu varian ke tiga kelompok perlakuan tersebut adalah homogen sehingga data yang diperoleh adalah data parametrik. Sampel penelitian berjumlah 30 orang yang sehat dan semuanya adalah wanita berusia antara 30 – 40 tahun. Sampel ini mewakili populasi target yaitu seluruh wanita yang merupakan anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar. Dari rerata umur pada ketiga kelompok yang dilibatkan sebagai subjek penelitian didapatkan rerata umur pada Kelompok I adalah 35,80 ± 3,736 tahun, Kelompok II adalah 35,50 ± 3,567 tahun dan Kelompok III adalah 35,40 ± 3,978 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa usia subjek penelitian memenuhi syarat yang telah ditentukan pada kriteria inklusi. Pada tinggi badan ketiga kelompok subjek diperoleh rerata Kelompok I memiliki tinggi 155,60 ± 2,675 cm, Kelompok II dengan tinggi 156,90 ± 3,542 cm dan Kelompok III dengan tinggi 155,60 ± 2,716 cm. P ada pengukuran berat
94
badan
diperoleh rerata pada Kelompok I memiliki berat 58,60 ± 3,273 kg,
Kelompok II memiliki berat 57,50 ± 3,894 kg dan Kelompok III rerata 59,10 ± 4,306 kg. Berdasarkan nilai rerata tinggi badan dan berat badan menunjukkan bahwa rata-rata sampel tidak ada yang tergolong obesitas. Dari data tersebut dapat dilihat karakteristik ketiga kelompok subjek penelitian berada dalam kondisi yang sama, sehingga variabel umur, tinggi badan dan berat badan tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap hasil penelitian ini.
6.2. Kondisi Lingkungan Penelitian Lingkungan penelitian pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III dilakukan dalam ruangan tertutup studio senam Lala Studio Denpasar dari pukul 15.00-18.00 WITA. Pengambilan data awal seperti pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan kesehatan fisik secara umum dilaksanakan di Laboratoriun Prodia pada pukul 15.00 WITA sampai selesai. Pengambilan data kebugaran fisik awal (pretest) dan data kebugaran fisik akhir ( postest) dilakukan di tempat yang sama yaitu studio senam Lala Studio Denpasar. Data lingkungan penelitian yang diperoleh baik pada tes awal, pelatihan senam selama 10 minggu dan tes akhir menunjukan bahwa suhu dan kelembaban relatif masih dalam batas toleransi untuk melakukan pelatihan atau kondisi yang nyaman untuk orang Indonesia dan diperkirakan tidak akan menganggu aktivitas fisik seseorang. Orang Indonesia masih dapat beraklimatisasi dengan baik pada kelembaban relatif 70 – 80 persen dengan suhu berkisar antara 29°C - 30°C. Sedangkan suhu udara yang nyaman untuk orang Indonesia adalah berkisar 24°C -
26°C (Manuaba, 1998). Pada penelitian ini suhu basah, suhu kering dan
95
kelembaban relatif masih dalam batas normal, sehingga tidak mengganggu aktivitas pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu. Dengan demikian hasil akhir penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tetapi murni dari hasil penelitian itu sendiri.
6.3. Pengaruh Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu Terhadap Kebugaran Fisik Pelatihan adalah gerakan fisik yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dengan pembebanan meningkat secara progresif dengan tujuan untuk memperbaiki sistem fisiologis tubuh sehinga saat melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan optimal (Nala, 1998). Pelatihan yang bersifat aerobik seperti Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu akan melatih jantung menerima beban latihan fisik dan menyebabkan otot jantung bertambah kuat sehingga merangsang jantung memompa darah lebih kuat. Curah jantung meningkat sehingga dapat menurunkan denyut nadi dan meningkatkan pendistribusian oksigen menuju otototot tubuh. Di samping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak nutrisi dan oksigen dan akhirnya fisik menjadi tidak mudah lelah. Dengan demikian hal tersebut dapat pula menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun latihan sehingga mencetus terjadinya peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan lebih cepat (Fox ; 1998).
96
Kebugaran fisik akan tercapai targetnya dimulai dari 6-8 minggu waktu latihan dan sudah dapat meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna (Nala, 1998). Target kebugaran fisik yang akan dicapai pada penelitian ini merupakan hasil yang terbentuk dari perlakuan senam selama 10 minggu pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III. Kebugaran fisik diukur dari jumlah nadi istirahat sesudah dilakukan metode tes naik turun bangku Kasch Step Test , dengan asumsi semakin sedikit nadi istirahat yang diukur, semakin tinggi kebugaran fisik yang dicapai.
Gambar 6.1. Denyut Nadi Sebelum Perlakuan Senam (Pre-Test) Hasil tes kebugaran fisik pada ketiga kelompok sebelum pelatihan (pretest) memperlihatkan jumlah denyut nadi pemulihan pada Kelompok I adalah 123,20 ± 13,189 denyut/menit, kemudian rerata pada Kelompok II adalah 124,50 ± 15,883 denyut/menit dan Kelompok III sebesar 123,80 ± 13,214 denyut/permenit.
97
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kondisi kebugaran fisik pada ke tiga kelompok perlakuan sebelum diberi pelatihan senam berada dalam kategori kurang atau poor (berdasarkan tabel nilai kebugaran fisik Kasch Step Test). Hal ini diakibatkan kurangnya aktivitas fisik sebagai ibu rumah tangga, di mana pekerjaan sehari-hari semakin banyak digantikan dengan alat -alat bantu teknologi yang memudahkan pekerjaan tapi mengurangi aktivitas fisik. Selain itu sebagian subjek juga adalah wanita pekerja kantoran di mana beban kerja sangat kurang dan statis di tempat kerja sehingga kurang menghasilkan aktivitas fisik.
Gambar 6.2 Denyut Nadi Sesudah Pelatihan Senam (Post-Test)
Hasil tes kebugaran fisik pada ketiga kelompok sesudah pelatihan (postest) memperlihatkan jumlah denyut nadi pemulihan pada Kelompok I adalah 87,80 ± 9,727 denyut/menit, kemudian rerata pada Kelompok II adalah 98,00 ± 12,356 denyut/menit dan Kelompok III sebesar 109,30 ± 9,878 denyut/permenit.
98
Terdapat perbaikan kebugaran fisik pada Kelompok I dari kategori kurang menjadi baik (good), Kelompok II dari kategori kurang menjadi agak baik (above average) atau diatas rata-rata dan Kelompok III dari kategori kurang menjadi sedang (average). Ini menunjukan terjadi penurunan denyut nadi pemulihan setelah diberi pelatihan senam selama 10 minggu yang artinya terdapat peningkatan kebugaran fisik pada ke tiga kelompok perlakuan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardiasih (2005) terhadap wanita umur 30 – 40 tahun dengan pelatihan Senam Ayo Bersatu memperlihatkan kebugaran fisik sebelum pelatihan adalah kurang sedangkan sesudah pelatihan naik menjadi sedang. Aktivitas senam aerobik selama 10 minggu dilaksanakan dengan frekuensi 3 kali seminggu sudah dapat memperlihatkan kebugaran fisik yang bermakna, sehingga dapat terjadi peningkatan fungsi fisiologi jantung dan pembuluh darah sebagai sistem peredaran dan peningkatan fungsi fisiologi paru-paru sebagai sistem pernapasan dan sistem otot. Peningkatan ini memungkinkan tersedianya oksigen yang cukup dalam metabolisme energi secara aerobik sehingga oksidasi terjadi secara sempurna dan menghasilkan banyak ATP sebagai sumber energi kontraksi otot. Peningkatan intensitas pada kontraksi otot akan meningkatkan ukuran serat otot, meningkatkan mioglobin dalam serat otot, meningkatkan jumlah pembuluh darah kapiler yang melayani serat otot sehingga semua hal tersebut menyebabkan meningkatnya kemampuan otot (Sharkey, 2003). Kemampuan otot meningkat menandakan kebugaran fisik semakin tinggi.
99
Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia dan Senam Ayo Bersatu memungkinkan terjadinya peningkatan fungsi fisiologis jantung dan pembuluh darah serta paru-paru dikarenakan pelatihan ini mengaktifkan peningkatan enzim anaerobik yang dapat mengurai metabolisme sehingga terbentuknya ATP yang berguna untuk energi gerak, kemudian meningkatkan kemampuan gerak otot dan ketahanan otot, serta meningkatkan jumlah pembuluh kapiler darah dalam tubuh, meningkatkan efisiensi pernapasan dan penggunaan oksigen yang maksimal sehingga meningkatkan nilai VO2Max dan akhirnya terciptalah kebugaran fisik yang tinggi. Aktivitas pelatihan selama 10 minggu menyebabkan perubahan curah jantung ke sistem organ dengan ditandai penambahan aliran darah, meningkatkan volume sekuncup yaitu jumlah darah yang dipompa pada sekali denyut jantung sehingga hal tersebut menyebabkan peningkatan ukuran bilik kiri jantung dan penambahan penebalan otot jantung dan penurunan frekuensi jantung (Sharkey, 2003). Jika seseorang memiliki kemampuan anaerobik yang tinggi akan dapat bekerja lebih lama sebelum mencapai oxygen debt-nya, dan proses recovery lebih cepat (Bompa, 1999). Recovery heart rate atau post exercise heart rate atau denyut nadi pemulihan dalam metode step test merupakan parameter utama dalam perhitungan kapasitas aerobik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chin-Mou dan Kuei-Fu tahun 2007 menemukan bahwa pengukuran kebugaran fisik dengan parameter denyut nadi pemulihan merupakan metode yang efektif dengan estimasi standar eror yang rendah. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Smotherman tahun 1996 memperlihatkan metode step test efektif dalam pengukuran kapasitas
100
volume oksigen maksimum sebagai prediktor tingkat kebugaran fisik seseorang (Smothermand, 1996).
Gambar 6.3 Denyut Nadi Pemulihan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Hasil uji statistik
paired sample t-test menunjukan rerata hasil tes
kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan terdapat perbedaan yang bermakna.. Perlakuan yang diberikan adalah senam aerobik, merupakan salah satu bentuk olahraga aerobik, di mana semua gerakannya diatur dengan menggunakan seluruh otot, terutama otot besar, secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan dan menggunakan asupan oksigen yang banyak. Hal memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Curah jantung meningkat sehingga jantung berdenyut lebih lambat, frekuensi den yut jantung menurun baik pada kondisi istirahat maupun latihan. Selain itu pelatihan senam juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat
101
sehingga peningkatan denyut nadi pemulihan semakin rendah. Diperlihatkan pada tabel diatas bahwa ketiga macam perlakuan senam memberikan hasil pada kebugaran fisik. Tidak ada satupun perlakuan yang tidak menurunkan denyut nadi pemulihan. Penelitian yang dilakukan oleh Suta (2010) pada 40 orang mahasiswa Poltekkes dengan Senam Indonesia Jaya selama 8 minggu memperlihatkan perubahan rerata peningkatan kebugaran fisik dari kategori kurang menjadi sedang. Kemudian dengan perlakuan Jalan Aerobik juga menghasilkan perubahan rerata peningkatan kebugaran fisik yang bermakna (Suta, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sukardiasih (2005) pada 30 orang wanita usia 30 – 40 tahun dengan perlakuan Senam Ajeg Bali dan Senam Ayo Bersatu selama 8 minggu ternyata meningkatkan kebugaran fisik dari kurang menjadi sedang. Selain itu pada penelitian latihan aerobik dengan intensitas ringan dan sedang pada pasien sindroma metabolik selama 12 minggu selain meningkatkan kebugaran fisik ternyata dapat memperbaiki fungsi kognitif otak (Ratmawati, 2013)..
6.4. Pengaruh Pelatihan Senam Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik. Dari rerata hasil perlakuan ketiga kelompok dapat diketahui pengaruh pelatihan senam terhadap peningkatan kebugaran fisik. Melihat varians pada ketiga kelompok adalah sama maka uji efektivitas ini mengunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan LSD PostHoc. Pada tabel 5.7 nilai p hasil uji Anova pada ketiga menunjukkan nilai p < 0,05, berarti pada Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok III menunjukan
102
adanya peningkatan kebugaran fisik wanita anggota Klub Senam Lala Studio. Hal ini juga memperlihatkan rerata hasil tes kebugaran fisik sesudah pelatihan terdapat perbedaan yang bermakna. Ini menandakan ketiga jenis pelatihan senam yang diterapkan memberikan dampak, efek atau pengaruh pada subjek yaitu peningkatan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi pemulihan. Pada uji lanjutan beda nyata terkecil (LSD PostHoc) didapatkan Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia memiliki perbedaan rerata sebelum dan sesudah pelatihan lebih bermakna dibandingkan Senam Ayo Bersatu. Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia memperlihatkan peningkatan kebugaran fisik yang ditandai dengan penurunan denyut nadi pemulihan lebih besar dibandingkan dengan Senam Ayo Bersatu, diperlihatkan pada uji t-independent dengan nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia merupakan pelatihan Senam yang lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu. Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia lebih efisien dalam menurunkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu dikarenakan senam ini melibatkan banyak otot-otot seperti otot leher, otot bahu, otot dada, otot perut, otot pinggang , otot tungkai atas, otot lengan serta otot tungkai bawah. Selain itu dengan intensitas dan tempo yang cepat serta gerakan yang bervariasi memungkinkan terjadinya peningkatan asupan oksigen, frekuensi pernapasan dan peningkatan porsi pertukaran oksigen yang dapat mempercepat suplai oksigen ke dalam tubuh agar peningkatan volume oksigen maksimal tercapai. Hal ini mempengaruhi curah jantung, peningkatan isi sekuncup dan penurunan denyut
103
nadi. Kombinasi dari peningkatan volume oksigen maksimum dan penurunan denyut nadi permenit adalah kunci terciptanya kebugaran fisik pada pelatihan ini. Selain itu Senam Ayo Bergerak adalah senam yang paling tinggi meningkatkan kebugaran fisik dari ketiga senam. Hal tersebut dikarenakan Senam Ayo Bergerak memiliki durasi yang lebih lama (42 menit 22 detik), gerakannya dinamis, variatif dan mengandung gerakan inti yang banyak memuat variasi teknik bela diri khas berbagai daerah. Gerakan khas tersebut meningkatkan pelatihan kekuatan, kontraksi otot serta persendian. Setiap gerakan memiliki variasi yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot tangan, otot kaki, otot dada, perut, tungkai kaki dan punggung, kemudian juga banyak melibatkan otot-otot besar sehingga membakar energi lebih banyak dan menghasilkan ATP serta membentuk banyak pembuluh kapiler darah yang baru, meningkatkan pembakaran energi, meningkatkan kinerja otot jantung menjadi lebih efisien dalam proses penyuplaian darah oleh jantung ke jaringan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi denyut jantung istirahat, denyut jantung pelatihan dan pemulihan serta mengakibatkan fisik menjadi tidak mudah lelah (Balley, 1994). Senam ini juga memiliki tempo (140 -143x/menit) dengan intensitas yang lebih tinggi dibanding senam yang lain
sehingga kecepatan gerak semakin
terlatih, kelentukan dan kelincahan, pergerakan persendian semakin luas, waktu reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin cepat, keseimbangan semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat tubuh bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna untuk menghasilkan energi bagi otot. (Nala, 2011 ; McGinnis, 2005 ; Bompa, 2009).
104
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7. 1.
SIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelatihan Senam Ayo Bergerak tiga kali per minggu selama sepuluh minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar. 2. Pelatihan Senam Bugar Indonesia tiga kali per minggu selama sepuluh minggu lebih meningkatkan kebugaran fisik dibandingkan Senam Ayo Bersatu pada wanita anggota Klub senam Lala Studio Denpasar.
7. 2. SARAN 1. Bagi kaum wanita yang ingin berolahraga dapat memilih Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia
sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kebugaran fisik agar dapat melakukan kerja dan aktivitas sehari-hari serta aktivitas tambahan tanpa merasa lelah dan
guna
menghindari penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan kurang bergerak. 2. Bagi masyarakat umum yang ingin meningkatkan kebugaran fisik dapat juga berolahraga dengan Senam Ayo Bergerak Indonesia dan Senam Bugar karena kedua jenis senam ini termasuk aerobik low impact atau
105
hentakan ringan, yang tidak membebani otot dan persendian tubuh, cocok untuk semua usia, mudah dilakukan dan menyenangkan. 3. Bagi mereka yang ingin mengukur tingkan kebugaran fisik pribadi dapat menggunakan metode Kasch Step Test karena metode tes naik turun bangku
ini
bagus
untuk
mengukur
kebugaran
dan
ketahanan
kardiovaskular serta kemampuan tubuh untuk pulih dari olahraga berat. Selain itu tes ini membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun), memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak sekaligus, mudah di paparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya gampang dibuat dan dipindahkan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Adiatmika, I.P.G. 2002. Pengukuran Kesegaran Jasmani. Denpasar: Udayana University Press. Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Depkes RI, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Dir. Bina Marga Upaya Kes. Puskesmas. Anonim. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Depkes RI Anonim. 2002. Senam Ayo Bersatu. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI). Jakarta : FORMI. Anonim. 2006. Senam Bugar Indonesia. Jakarta : KONI, Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI). Anonim. 2007. Laporan Sport Development Index tahun 2006. Jakarta : Kementrian Negara Pemuda Dan Olahraga. Anonim. 2009. Pengembangan Persyaratan Fisik Dalam Senam. [Cited 2013 Feb 24]. Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_ OLAHRAGA. Anonim. 2012. Tinjauan Pustaka Nutrisi Atlit dan Komponen Biomotori k. [Cited 2013 Mar 2]. Available at : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/53489/bab%20II%tunjauan%pustaka.pdf Anonim. 2012a. Senam Ayo Bergerak. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Indonesia. Jakarta : FORMI Anonim. 2012b. Kebugaran. [Cited 2013 Feb 23]. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/Kebugaran Anonim. 2013. Physical Activity Fact Sheets. World Health Organization. [Cited 2013 Feb 24]. Available at : www.who.int/physical_activity/en Balley, A. 1994. Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Prosedur Pengembangan Ketahanan Tubuh. Jakarta : Dahara Price. Bell, D.G, Jacobs I. 1992. Blood La ctate Response to the Canadian Aerobic Fitness Test in Female. Canadian Journal of Sport Science Vol 17, page 148-51. Berger, R. A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelphia: Saunders College.
107
Brick, L. 2001. Bugar Dengan Senam Aerobik (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bompa, T. O. 1999. Programs For Peak Strength in 35 Sports. Periodization, Training for Sports. USA. Human Kinetics Publishing Bompa, T. O., Gregory G. H. 2009. Periodization, Theory and Methodology of Training. USA : Human Kinetics Publishing Boreham, C.A.G, Kennedy, R.A, Murphy M.H, Walace, Q.F.M, Young I. 2006. The Physiology of Training. Philadelphia : Churchil Livingstone Elsevier Breslow L, Enstrom J.E. 1980. Persistence of Health Habits and Their Relationship to Mortality. Journal of Prev Med. Vol 9 Jul Chap 4 page 469–483. Brouha L, Health C.W, Graybiel A. 1943. Step Test Simple Method of Measuring Physical Fitness for Hard Muscular Work in Adult Men. Journal Rev Canadian Biol, Vol 2:86 Chandler,
T.J, Brown L. 2008. Conditioning for Strength and Human Performance. Philadelphia; Lippincott Williams dan Wilkins.
Chin-Mou, Kuei-Fu. 2007. Estimation of VO2max : A Comparative Analysis of Post-Exercise Heart Rate and Physical Fitness Index from 3-Minutes Step Test. Journal of Exercise Sci Fit, Vol 5 No 2. [Cited 2013 Mar 29]. Available at : www.nhcue.edu.tw/j_exerc_sci_fit/vol5_2007. Cooper K.H. 2005. Notes on Physical Fitness. [Cited 2013 Mar 10] . Avaiable at: www.ed.wright.edu/resources/froms and things/classnotes/hpr.notes .physical fitness%20 pdf. Corbin C, Welk G, Cornin W.R, Welk K.A. 2008. Concepts of Fitness and Wellness 7th Edition. America : McGraw Hill International. Dinata, M. 2003. Senam Aerobik dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Lampung : Penerbit Cerdas Jaya. Fox, E. L. 1998. Sport Physiology. USA. CBS College Publishing. Ganong, F. W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan) Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Giriwijoyo. 2003. Wanita dan Olahraga. Jakarta. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
108
Giriwijoyo S, Muchtamaji, H. 2005. Ilmu Faal Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia, Fak Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Giriwijoyo S, Sidik Z. 2010. Fisiologi Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan untuk Prestasi. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia, Fak Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Golding, L.A. 2000. YMCA Fitness Testing and Assesment Manual. 4th Edition. USA. Human Kinetics Publishing. Guyton, A.C, Hall J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Haskell, W, Franklin, B.A. 2009. ACSM's Guidelines for Exercise Testing Prescription. 8th edition. American College of Sport Medicine. Philadelphia : Lippincot Williams dan Wilkins Harsono. 2003. Prinsip-Prinsip Pelatihan Fisik. Jakarta : KONI Pusat. Hattiwale, H.M, Maniyar, S.A, Kusal, K.D, Dhundasi S. 2008. Role of BMI on Physical Fitness Index in Two Different Age Groups of Healthy Young Males From North Interior Karnataka, India. Journal of Medical Science Al Ameen Vol 1 Chap 1 page 50-54. India : Dep of Physiology Al Ameen College Bijapur. Irianto, J.P. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta, Penerbit Andi. Juliantine T, Yudiana Y, Subarja H. 2007. Teori Latihan, Modul Mata Kuliah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, FPOK Jur. Penjaskes dan Rekreasi. Kartinah, N.T, Komariyah, L, Giriwijoyo, S. 2006. Sport Medicine. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Kenney, L.W, Wilmore J.H, Costill D.L. 2012. Physiology of Sport and Exercise 5th Edition. USA; Human Kinetics. Kushartanti, B.M. 2012. Manfaat Senam Bagi Kesehatan. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Keolahragaan. Kusmana, D. 2007. Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maksum A, Mutohir T.C. 2004a. Dampak Olahraga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat. Jakarta : Ditjen Olahraga.
109
Maksum A, Sumaryanto. 2004b. Pola Partisipasi Berolahraga. Jakarta : Ditjen Olahraga
Masyarakat Dalam
Manuaba, I.B. 1998. Bunga Rampai Ergonomi. Kumpulan Artikel. Denpasar : Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. McGinnis, P. 2005. Biomechanics of Sport and Exercise 2nd Edition. New York; Human Kinetics Print. Mutohir, T. C, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Konsep, Metodologi dan Aplikasi. Jakarta : PT Indeks. Nala, IGN. 1998. Prinsif Pelatihan Olahraga (Monograf). Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Nala, IGN. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga.Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Nopembri, S. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Jasmani Wanita (Menstruasi dan Osteoporosis). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Olahraga. Nossek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Efrican Press Ltd. Parks, J.B, Beverly Z. 1990. Sport and Fitness Management. United States of America : Human Kinetics Book, Champaign, Illinois. Perry, S. 2008. Improving Cardiovascular Health and Fitness. [Cited : Mei 18th 2013]. Available at : www.freeengineering.com. Poccock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. London; John Willey dan Sons Publication. Pollowck, M.L. dan Wilmore, J.H. 1990 Excercise in Health and Disease : Evaluation and Prescription for Prevention and Rehabilitation. 2nd. Ed. Saunders, Philadelphia. Ratmawati, Y. 2013. Latihan Aerobik Intensitas Sedang dengan Diet Rendah Kolesterol Lebih Baik dalam Memperbaiki Kognitif daripada Intensitas Ringan pada Penderita Sindroma Metabolik (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Santo, A.S, Golding, L.A. 2003. Prediction Maximum Oxygen Uptake from a Modified 3 minutes Step Test. Journal Res Q exercise Sport 74:110-5. Santosa. 2004. Statistik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
110
Sharkley, B.J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan (Terjemahan). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Smotheman, R. 1996. Cross Validation of the Kash Three Minutes Step Test. Master Thesis. San Jose State University. [Cited 2012 Mar 22]. Available at : http://scholarworks.sjsu.edu/etd_thesis. Sommer, C. 2008. The Science of Gymnastics Strength Training. Building the Gymnastic Body. USA; Seven Summits. Sudarno, S.P, 1992. Pendidikan Kesehatan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Sudarsono, N. C. 2008. Kebugaran. Fitness and Art. [Cited 2013 Mar 2]. Available at : staff.ui.ac.id/internal/140222109/material/kebugaran.pdf Sudarsono,
S. 2011. Penyusunan Program Pelatihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, Vol. 11 No.3. FKIP UTP Surakarta. Available at : http://ejournal.utp.ac.id/index.php/jis/ article/view/35/33.
Suharno, H.P. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung : PT. Karya Ilmu. Sukardiasih, N.L.G. 2005. Pelatihan Senam Ajeg Bali Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik dan Menurunkan Lemak Tubuh daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu pada Wanita Pegawai Puskesmas di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (Tesis). Denpasar; PPS Pascasarjana UNUD. Sukron, M. A, Subiono H, Sutardji. 2012. Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low Impact dan High Impact Terhadap Kesegaran Jasmani. Universitas Negeri Semarang, FIK Jurusan IKOR. Journal of Sport Sciences and Fitness. [Cited 2013 Feb 22]. Available at http://journal.unnes.ac.id /sju/index.php/jssf. Sumosarjono, 2009. Pengetahuan Praktis dalam Olahraga. PT. Gramedia. Jakarta. Suta, I.W.A. 2010. Pelatihan Senam Indonesia Jaya Lebih Meningkatkan Beugaran Fisik Daripada Pelatihan Jalan Aerobik Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Denpasar (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Tilarso, B. 2008. Low Impact Aerobics. [Cited 2013 Mar 5]. Availabe at : www.mahening.blogspot.com/2008/03/low-impact-aerobic-bertytilarso.html.
111
Tozeren, A. 2000. Human Body Dynamics : Classical Mechanics and Human Movement. Washington : Springer-Verlag New York, Inc. Utomo G, Junaidi S, Rahayu S. 2012. Latihan Senam Aerobik U ntuk menurunkan Berat Badan, Lemak dan Kolesterol. Journal Of Sport Science and Fitness, Vol 1 Jan 2012. Available at : http://journal.unnes. ac.id/sju/index.php/jssf. Weatherwax-Fall, D. 2008. Komposisi Tubuh dan Efeknya pada Spektrum Performa Olahraga (Terjemahan). NSCA's Performance Training Journal - Colorado. [Cited 2013 Mar 2]. Available at : www.olympic. or.id /files/documents/journal/7.5.pdf. Wirahadikusumah, E. 2000. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta : PT. Garuda Pustaka Utama. Wirata, I.K.S. 2012. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Meningkatkan Kebugaran Fisik Lebih Baik daripada Senam Indonesia Jaya Siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Duda Selat Karangasem (Tesis). Denpasar : PPS Unud.
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
112
113
Lampiran 2 : Surat Persetujuan menjadi Subjek Penelitian
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
: …………………….
Umur
: …………………….
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan
: …………………….
Alamat
: … … … … .… … … …
No. KTP
: …………………….
Setelah mendapat keterangan sejelasnya serta memahami dam menyadari manfaat dan resiko dari penelitian yang berjudul : “Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar” Dengan ini menyatakan secara sukarela menyetujui untuk diikutsertakan menjadi peserta dalam penelitian ini dan akan mematuhi segala ketentuan penelitian yang sudah dipahami, dengan catatan apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari persrtujuan ini.
Denpasar, 20 Juli 2013 Mengetahui Penanggung Jawab Penelitian
Nancy Sylvia Bawiling
Peserta Penelitian
… … … … … … … … … … … … ..
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
114
LALA STUDIO DENPASAR Puri Santrian Jl. Veteran No. 66E Denpasar Bali SURAT KETERANGAN No. 92-3/30/09/2013 Yang bertanda tangan dibawah ini Pimpinan Sanggar Senam Lala Studio Denpasar menerangkan bahwa : Nama
: Nancy Sylvia Bawiling
Status
: Mahasiswi Program Studi Fisiologi Olahraga Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar
Yang bersangkutan telah selesai melaksanakan penelitian pada Sanggar Senam Lala Studio Denpasar yang berada di Puri - Santrian jl. Veteran No 66 E selama 10 (Sepuluh) minggu terhitung mulai tanggal 22 Juli – 28 September 2013 dengan Judul Penelitian : “Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Bugar Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka tugas akhir dan penyusunan tesis sebagai
mahasiswi Program Pasca Sarjana Program Studi Fisiologi
Olahraga Univeristas Udayana Denpasar. Demikian
Surat
Keterangan
ini
dibuat,
agar
dapat
digunakan
sebagaimana mestinya.
Dikeluarkan di : Denpasar Pada Tanggal : 30 September 2013 Mengetahui,
Adolfina Grace Tangkudung PIMPINAN LALA STUDIO
Lampiran 4 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok I
115
KELOMPOK 1 SENAM AYO BERGERAK
Subjek
TB (cm)
BB (kg)
Umur (thn)
IMT
1
156
62
40
25.48
Hasil PRE TEST 130
Kategori Hasil Kategori Kebugaran POST - Kebugaran Fisik TEST FIsik Poor 104 Above Average
2
154
63
40
26.56
146
Verry Poor
110
Average
3
149
58
40
26.12
137
Verry Poor
119
Below Average
4
156
55
38
22.60
128
Poor
102
Above Average
5
157
57
34
23.12
116
Below
89
Good
100
Above
Average 6
155
60
36
24.97
115
Below Average
7
157
62
36
25.15
130
Poor
Average 104
Above Average
8
159
54
30
21.36
105
Average
88
Good
9
157
60
33
24.34
118
Below
92
Good
89
Good
Average 10
156
55
31
22.60
107
Average
Lampiran 5 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok II
116
KELOMPOK 2 SENAM BUGAR INDONESIA
Subjek
TB (cm)
BB (kg)
Umur (thn)
IMT
19.33
Hasil PRE TEST 106
Kategori Kebugaran Fisik Average
Hasil POST TEST 86
1
164
52
30
2
158
63
40
25.24
148
Verry Poor
120
Kategori Kebugaran Fisik Good
Below Average
3
158
60
39
24.03
130
Poor
110
Average
4
160
55
35
21.48
115
Below
97
Above
Average 5
158
56
34
22.43
119
Below
Average 99
Average 6
153
60
36
25.63
130
Poor
Above Average
102
Above Average
7
152
59
37
25.54
125
Poor
103
Above Average
8
156
52
33
21.37
113
Below
90
Good
Average 9
154
62
40
26.14
152
Verry Poor
112
Average
10
156
56
31
23.01
107
Average
89
Good
Lampiran 6 : Karakterisitk Subjek Penelitian Kelompok III
117
KELOMPOK 3 SENAM AYO BERSATU
Subjek
TB (cm)
BB (kg)
Umur (thn)
1
158
57
39
2
155
59
38
IMT
22.83
Hasil PRE TEST 126
Kategori
Poor
24.56
129
Poor
Hasil Kategori POST TEST 109 Average
116
Below Average
3
154
66
39
27.83
131
Poor
110
Average
4
149
62
37
27.93
142
Verry Poor
112
Below Average
5
158
58
33
23.23
116
Below
98
Average 6
156
64
37
26.30
118
Below
Above Average
110
Average
Average 7
156
56
30
23.01
106
Average
90
Good
8
157
53
31
21.50
117
Below
100
Above
Average 9
155
62
40
25.81
145
Verry Poor
Average 120
Below Average
10
158
54
30
21.63
108
Average
Lampiran 7 : Kategori Kebugaran Fisik Kelompok I, II dan III
92
Good
118
Kategori Kebugaran Fisik Kelompok I, II dan III berdasarkan tabel Kasch Step Test
KELOMPOK 3 – Ayo Bersatu No
Pre Test
Post
KELOMPOK 2 – Bugar Indonesia No
Pre Test
Test 1
Kurang
Sedang
Post
KELOMPOK 1 – Ayo Bergerak No
Pre Test
Test 1
Sedang
Baik
Post Test
1
Kurang
Agak Baik
2
Kurang
Cukup
2
Kurang
Cukup
2
Sekali 3
Kurang
Sedang
3
Kurang
Kurang
Sedang
Sekali Sedang
3
Kurang
Cukup
Sekali 4
Kurang
Cukup
4
Cukup
sekali 5
Cukup
Cukup
4
Kurang
Baik Agak
5
Cukup
Baik 6
Agak
Sedang
Agak
Baik 5
Cukup
Baik
6
Cukup
Agak
Baik 6
Kurang
Agak Baik
7
Sedang
Baik
7
Kurang
Agak
Baik 7
Kurang
Baik 8
Cukup
Agak
Agak
Agak Baik
8
Cukup
Baik
8
Sedang
Baik
9
Kurang
Sedang
9
Cukup
Baik
Baik
10
Sedang
Baik
Baik 9
Kurang
Cukup
Sekali 10
Sedang
Sekali Baik
10
Sedang
119
Lampiran 8 : Tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Tabel Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Age 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+ 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Excellent Good MALE 50 - 76 79 - 84 51 - 76 79 - 85 49 - 76 80 - 88 56 - 82 87 - 93 60 - 77 86 - 94 59 - 81 87 - 92 FEMALE 52 - 81 85 - 93 58 - 80 85 - 92 51 - 84 89 - 96 63 - 91 95 - 101 60 - 92 97 - 103 70 - 92 96 - 101
Above Average
Average
Below Average
Poor
Very poor
88 - 93 88 - 94 92 - 98 95 - 101 97 - 100 94 - 102
95 - 100 96 - 102 100 - 105 103 - 111 103 - 109 104 - 110
102 - 107 104 - 110 108 - 113 113 - 119 111 - 117 114 - 118
111 - 119 114 - 121 116 - 124 121 - 126 119 - 128 121 - 126
124 - 157 126 - 161 130 - 163 131 - 159 131 - 154 130 - 151
96 - 102 95 - 101 100 - 104 104 - 110 106 - 111 104 - 111
104 - 110 104 - 110 107 - 112 113 - 118 113 - 118 116 - 121
113 - 120 113 - 119 115 - 120 120 - 124 119 - 127 123 - 126
122 - 131 122 - 129 124 - 132 126 - 132 129 - 135 128 - 133
135 - 169 134 - 171 137 - 169 137 - 171 141 - 174 135 - 155
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------th Reference : Golding, LA. YMCA Fitness Testing and Assessment Manual 4 ed.(2000;200-11)
Keterangan : Excelent : Baik Sekali Good : Baik Above Average : agak baik Average : sedang Below Average : cukup Poor : Kurang Verry Poor : Kurang Sekali
120
Lampiran 9 : Tabel SPSS Analisis Deskriptif
ANALISIS DESKRIPTIF Deskripsi Karakteristik Subjek Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Umur Ayo Bersatu
10
30
40
35.40
3.978
TB Ayo Bersatu
10
149
158
155.60
2.716
BB Ayo Bersatu
10
53
66
59.10
4.306
Umur Bugar Indonesia
10
30
40
35.50
3.567
TB Bugar Indonesia
10
152
164
156.90
3.542
BB Bugar Indonesia
10
52
63
57.50
3.894
Umur Ayo Bergerak
10
30
40
35.80
3.736
TB Ayo Bergerak
10
149
159
155.60
2.675
BB Ayo Bergerak
10
54
63
58.60
3.273
Valid N (listwise)
10
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pre Ayo Bersatu
10
106
145
123.80
13.214
Post Ayo Bersatu
10
98
124
109.30
9.878
Selisih Ayo Bersatu
10
7
21
14.50
4.767
Pre Bugar Indonesia
10
106
152
124.50
15.883
Post Bugar Indonesia
10
82
120
98.00
12.356
Selisih Bugar Indonesia
10
23
40
26.50
5.083
Pre Ayo Bergerak
10
105
146
123.20
13.189
Post Ayo Bergerak
10
74
101
87.80
9.727
Selisih Ayo Bergerak
10
28
45
35.40
4.300
121
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Std. Deviation
Mean
Pre Ayo Bersatu
10
106
145
123.80
13.214
Post Ayo Bersatu
10
98
124
109.30
9.878
Selisih Ayo Bersatu
10
7
21
14.50
4.767
Pre Bugar Indonesia
10
106
152
124.50
15.883
Post Bugar Indonesia
10
82
120
98.00
12.356
Selisih Bugar Indonesia
10
23
40
26.50
5.083
Pre Ayo Bergerak
10
105
146
123.20
13.189
Post Ayo Bergerak
10
74
101
87.80
9.727
Selisih Ayo Bergerak
10
28
45
35.40
4.300
Valid N (listwise)
10
Lampiran 10 : Tabel SPSS Uji Normalitas Data
UJI NORMALITAS DATA : SHAPIRO-WILK TEST Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Pre Ayo Bersatu
.170
10
.200*
.947
10
.628
Post Ayo Bersatu
.227
10
.156
.893
10
.183
Selisih Ayo Bersatu
.223
10
.170
.915
10
.320
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
.916
10
.325
*
.962
10
.813
Pre Bugar Indonesia
.165
10
.200
Post Bugar Indonesia
.141
10
.200
122
Selisih Bugar Indonesia
.284
10
.022
.676
10
.000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Pre Ayo Bergerak
.153
10
.200
*
.958
10
.762
Post Ayo Bergerak
.204
10
.200*
.916
10
.326
Selisih Ayo Bergerak
.255
10
.065
.896
10
.199
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 11 : Tabel SPSS Uji Homogenitas Varian
UJI HOMOGENITAS VARIANS : LEVENE TEST
Test of Homogeneity of Variance Levene
Nilai Pretest
Statistic
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.159
2
27
.854
Based on Median
.149
2
27
.862
.149
2
24.145
.862
Based on trimmed mean
.158
2
27
.854
Based on Mean
.276
2
27
.761
Based on Median
.274
2
27
.762
.274
2
21.573
.763
.275
2
27
.762
Based on Median and with adjusted df
Nilai Posttest
Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
123
Nilai Selisih
Based on Mean
.383
2
27
.685
Based on Median
.171
2
27
.844
.171
2
24.215
.844
.379
2
27
.688
Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Lampiran 12 : Tabel SPSS Uji Paired T-Test
PAIRED T –TEST Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre Ayo Bersatu
123.80
10
13.214
4.179
Post Ayo Bersatu Pre Bugar Indonesia Post Bugar Indonesia Pre Ayo Bergerak
109.30 124.50 98.00 123.20
10 10 10 10
9.878 15.883 12.356 13.189
3.124 5.023 3.907 4.171
Post Ayo Bergerak
87.80
10
9.727
3.076
Paired Samples Correlations
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Pre Ayo Bersatu & Post Ayo Bersatu Pre Bugar Indonesia & Post Bugar Indonesia Pre Ayo Bergerak & Post Ayo Bergerak
N
Correlation
Sig.
10
.956
.000
10
.966
.000
10
.975
.000
124
Paired Samples Test Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pre Ayo Bersatu Pre Bugar Pre Ayo - Post Ayo Indonesia - Post Bergerak - Post Bersatu Bugar Indonesia Ayo Bergerak Paired Differences
Mean
14.500
26.500
35.400
Std. Deviation
4.767
5.083
4.300
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
1.507
1.607
1.360
Lo w er
11.090
22.864
32.324
U pp er
17.910
30.136
38.476
t
9.619
16.488
26.034
Df
9
9
9
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
Descriptives 95% Confidence Interval for Mean
Nilai Posttest Senam Ayo Bersatu Senam Bugar Indonesia Senam Ayo Bergerak Total Nilai Selisih
Senam Ayo Bersatu Senam Bugar Indonesia Senam Ayo Bergerak Total
Std.
Std.
Lower
Upper
Minim Maxim
N
Mean
Deviation
Error
Bound
Bound
um
um
10
109.30
9.878
3.124
102.23
116.37
98
124
10
98.00
12.356
3.907
89.16
106.84
82
120
10
87.80
9.727
3.076
80.84
94.76
74
101
30
98.37
13.667
2.495
93.26
103.47
74
124
10
14.50
4.767
1.507
11.09
17.91
7
21
10
26.50
5.083
1.607
22.86
30.14
23
40
10
35.40
4.300
1.360
32.32
38.48
28
45
30
25.47
9.832
1.795
21.80
29.14
7
45
125
Lampiran 13 : Tabel SPSS Uji T-Independent
UJI T- INDEPENDENT Nilai postest kelompok 1 dan 2 Group Statistics
Nilai Posttest
Klp Sampel
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Senam Bugar Indonesia
10
98.00
12.356
3.907
Senam Ayo Bersatu
10
87.80
9.727
3.076
Nilai postest kelompok 1 dan 3 Group Statistics
Nilai Posttest
Klp Sampel Senam Ayo Bersatu Senam Ayo Bergerak
N 10 10
Mean 109.30 87.80
Std. Deviation 9.878 9.727
Std. Error Mean 3.124 3.076
126
Nilai postest kelompok 2 dan 3 Group Statistics N 10 10
Klp Sampel Senam Ayo Bersatu Senam Bugar Indonesia
Nilai Posttest
Mean 109.30 98.00
Std. Deviation 9.878 12.356
Std. Error Mean 3.124 3.907
Lampiran 14 : Tabel SPSS Uji ANova
ANOVA
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Nilai Posttest
.276
2
27
.761
Nilai Selisih
.383
2
27
.685
Anova ANOVA
Nilai Posttest Between Groups
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
2313.267
2
1156.633
10.062
.001
127
Nilai Selisih
Within Groups
3103.700
27
114.952
Total
5416.967
29
Between Groups
2200.067
2
1100.033
Within Groups
603.400
27
22.348
Total
2803.467
29
49.223
.000
Lampiran 15 : Tabel SPSS Uji Post Hoc
POST HOC TESTS
Multiple Comparisons LSD Mean Dependent
95% Confidence Interval
Difference
Variable
(I) Klp Sampel (J) Klp Sampel
Nilai
Senam Ayo
Senam Bugar
Posttest
Bersatu
Indonesia
(I-J)
Std. Error
Sig.
11.300*
4.795
.026
Lower Bound Upper Bound
1.46
21.14
128
Senam Ayo Bergerak Senam Bugar Senam Ayo Indonesia
Bersatu Senam Ayo Bergerak
Senam Ayo
Senam Ayo
Bergerak
Bersatu Senam Bugar Indonesia
*
4.795
.000
11.66
31.34
-11.300
*
4.795
.026
-21.14
-1.46
*
4.795
.043
.36
20.04
*
4.795
.000
-31.34
-11.66
*
4.795
.043
-20.04
-.36
21.500
10.200
-21.500
-10.200
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 16 : Gambar Pelaksanaan Kasch Step Test
129
Lampiran 17 : Pelatihan Senam Ayo Bergerak
SENAM AYO BERGERAK
130
Lampiran 18 : Pelatihan Senam Bugar Indonesia
SENAM BUGAR INDONESIA
131
Lampiran 19 : Pelatihan Senam Ayo Bersatu
SENAM AYO BERSATU
132
Lampiran 20 : Instrumen Penelitian
Bangku Step Stest
133
Lampiran 21 : Instrumen Penelitian
Timbangan Berat Badan dan Tinggi Badan
Stopwatch
Metronome Digital 96bpm
Termometer Sling
Hygrometer Digital