BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perfilman banyak film yang mengangkat bidang psikologis atau psikologi abnormal sebagai tema sebuah film. Seperti film yang mengangkat tema psikopat dan pedofil. Selain itu juga ada psikologi abnormal yang diangkat adalah seseorang yang mengidam skizofrenia. Skizofrenia
(schizoprenia)
merupakan
sindrom
klinis
yang
paling
membingungkan dan melumpuhkan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini sering kali menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman dan penghukuman, bukannya simpati atau perhatian. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis.1 Pesan verbal biasanya lebih lazim digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional seperti penderita Skizofrenia. Akan tetapi untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat afektif dan pribadi, biasanya lebih mengandalkan pesan nonverbal.2
1
http://www.trimarsantofilms.com/ dengan judul “Penderita gangguan Skizofrenia”. Diakses 9 Maret 2015, pukul 14.00 WIB 2 Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 hal 247
1
2
Dengan perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah sedang sedih, bahagia atau bingung. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.3 Seperti halnya kata-kata, kebanyakan tanda-tanda nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari bukan bawaan. Maka dari itu nonverbal atau tanda yang digunakan oleh orang yang menderita Skizofrenia dapat dipelajari di dunia kesehatan jiwa. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Tahun 2001 lalu muncul film yang bergenre biografi yang menceritakan tentang penderita Skizofrenia. Film yang berjudul A Beautifull Mind ini menggambarkan sosok penderita Skizofrenia yang diperankan oleh Russell Crowe sebagai John Nash adalah seorang matematikawan yang genius tapi tak simpatik dan agak apatis. Ia tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos. Nash lebih suka belajar secara otodidak, memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri. Sebenarnya Nash telah menderita penyakit Skizofrenia semenjak ia kuliah 3
Ibid hal 308
3
dengan nonverbal yang diperlihatkan ia lebih senang duduk sendiri pada saat kulia dan tidak senang bergaul. Namun, penyakitnya ini semakin parah ketika ia mengajar di MIT. Ia dimita untuk memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Pada saat menjalankan tugasnya ia bertemu dengan agen rahasia yang tidak lain agen tersebut hanya halusinasi dari Skizofrenianya. Pada saat itu Nash semakin tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia halusinasinya.
Film
yang
mengabiskan
anggaran
$60.000.000
(http://www.imdb.com) ini, sempat memenangkan 4 kategori di Academy Awards tahun 2002, diantaranya: Tabel 1.1 Penghargaan Academy Awards Film A Beautiful Mind
Tahun
2002
Kategori
Best Picture : Brian Grazer, Ron Howard
Best Actress in a Supporting Role : Jennifer Connelly
Best Director : Ron Howard
Best Wruting, Screenplay Based on
4
Material Previously Produced or Public : Akiva Goldsman
Sumber : http://www.imdb.com/title/tt0268978/awards
Peneliti memilih film A Beautifull Mind karena film ini mampu menyajikan sosok penderita Skizofrenia yang benar-benar ada di kehidupan nyata dan diperankan secara apik oleh Russell Crowe yang juga mendapat beberapa award sebagai best actor di beberapa penghargaan seperti : Golden Globes, USA 2002, BAFTA Awards 2002, Screen Actor Guild Awards 2002, Broadcast Film Critics Association Awards 2002, Dallas –Fort Worth Film Critics Association Awards 2002, Phoenix Film Critics Society Awards 2002, Sattellite Awards 2002.4 Selain itu juga alasan peneliti memilih tema Skizofrenia karena Kementerian
Kesehatan
menunjukkan
tingkat
menyebutkan pemasungan
bahwa
data
pada
Riskesdas ODS
2013 (Orang
Dengan Skizofrenia) begitu tinggi mencapai 14,3 persen. Ini berarti dari 100 ODS, ada 14-15 orang diantaranya yang pernah dipasung atau ditelantarkan keluarga.5 Kurangnya pengetahuan orang awam terhadap pengetahuan dan ciri-ciri penderita psikologi abnormal yang menyebabkan banyaknya penderita gangguan psikologi ini ditelantarkan oleh keluarganya. Meskipun skizofrenia dapat menyusahkan dan menakutkan, itu tidak berarti bahwa orang dengan 4
http://www.imdb.com/ dengan judul A Beautiful Mind Movie Award. Diakses 9 Maret 2015, pukul 15.00 WIB 5 http://health.liputan6.com/read/827860/penderita-skizofrenia-bukan-orang-gila dengan judul “penderita Skizofrenia bukan orang gila”. Diakses 26 juni 2015 pukul 21:18 WIB.
5
penyakit ini tidak dapat memiliki kualitas hidup yang baik dan mungkin untuk dipekerjakan. Sama seperti orang lain yang memiliki penyakit jangka panjang atau berulang, orang dengan skizofrenia dapat belajar untuk mengelola kondisi mereka dan melanjutkan kehidupan mereka.6 Anggota keluarga sangat penting bagi orang dengan skizofrenia karena dukungan keuangan, emosional dan sosial yang dapat mereka berikan. Ini bisa berupa bantuan praktis dalam kegiatan rumah tangga seperti membersihkan, memasak dan kebersihan pribadi, menemani mereka ke dokter atau memotivasi mereka untuk melanjutkan terapi mereka sesuai dengan yang sudah diresepkan. Dengan terus berobat dan mengunjungi dokter secara teratur, pasien dapat mengontrol banyak gejala psikotik sehingga dapat melanjutkan kehidupan sehari-hari normal mereka. 7 Film merupakan media komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai aat pembantu untuk memberikan penjelasan.8 Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses 6
http://www.peduliskizofrenia.org/sumber-daya/tentang-skizofrenia dengan judul “Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia. Diakses 26 juni 2015 pukul 21:32 WIB 7 Ibid 8 Effendy, Onong Uchjana. Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2003, Hal. 209
6
kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya. Dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. Tujuan khalayak menonton film terutama untuk hiburan, akan tetapi dalam film terkadang fungsi informatif, edukatif, maupun persuasif. Jadi meskipun khalayak menonton film untuk hiburan, tanpa disadari berbagai informasi yang informatif dan edukatif dapat dengan mudah masuk ke pikiran dan dipahami khalayak. Salah satu genre film yang menarik untuk ditonton adalah film mengenai kisah hidup seorang tokoh (film biografi), karena penonton bisa menangkap informasi tentang tokoh tersebut dari sudut pandang si pembuat film. Film biografi, sering kali disebut sebagai biopic (bographical picture). Produksi film biografi dimulai sejak tahun 1900-an. Banyak teori sinema menyebutkan bahwa film biografi adalah sub-genre dari genre film yang lebih besar yakni: drama dan epik. Kombinasi antara biografi dan film inilah yang menjadi awal dari penciptaan film-film biografi. Dan jenisnya pun beragam, mulai dari biografi seseorang, kelompok tertentu, yang lantas direlasikan dengan banyak isu yang melingkup sosok yang difilmkan, baik itu
7
menyangkut kehidupan sosok atai kelompok masa lampau, atau bisa juga pasa saat sekarang.9 Pada akhirnya, kemunculan film biografi dalam tradisi Hollywood sendiri senantiasa berekasi dengan banyak jenis genre. Ada yang lantas berelasi dengan dunia musik, politik, religius, gerakan masrakat, scientist, dokter, petualang, presiden, seniman dan lain-lain. Jika kita melihat perkembangan film biografi, setidaknya ada beberapa kategorisasi yang bisa dilihat. Pertama, film sosok presiden adalah satu segmen yang paling banyak diangkat dalam film biografi. Misalnya, film Wilson (1940) yang mengangkat sosok presiden Amerika Wodrow Wilson, sutradara Oliver Stone. Kedua, tokoh-tokoh gerakan masyarakat seringkali difilmkan. Pada sisi ini kita bisa menemukan Spike Lee dengan film Malcom X, tokoh gerakan kulit hitam Amerika yang tewas dibunuh, dan peraih nobel John Nash yang mengalami Skizofrenia dalam film A Beautiful Mind (2001). Ketiga, dunia selebritasa dan musisi. Seperti film kolosan Amadeus (1989), kehidupan gitaris Emmenth Ray dalam film Sweet and Lowdown (1984) dan lain-lain. Penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif kualitatif, serta dengan menggunakan pendekatan semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce. Terdiri dari tiga term, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant) yang membentuk sebuah
9
http://www.trimarsantofilms.com/ diakses 7 Maret 2015, pukul 14.30 WIB
8
hubungan segitiga. Masing-masing term tersebut akan membentuk sebuah hubungan yang sangat dekat, sehingga salah satu term akan dapat dipahami apabila kita memahami term yang lain. Model elemen Peirce yang berbentuk segitiga tersebut antara sign, interpretasi dan realitas eksternal sebagai hal yang
sangat
penting
dalam
mempelajari
suatu
tanda.10
Serta
mempresentasikan film „A Beautiful Mind’ dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Peneliti memilih model semiotik milik Peirce karena memiliki kelebihan yaitu dapat diterapkan untuk segala macam tanda dan tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistic. Selain itu pemilihan model semiotik ini menanggapi kritik yang dilontarkan oleh beberapa ahli, bahwa model milik Peirce lebih tepat digunakan untuk menganalisis media, seperti film ataupun sinetron. Hal ini sangat relevan dengan pendekatan semiotik dalam analisis film. Pada dasarnya, aplikasi atau penerapan semiotika pada komunikasi bertujuan untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat pada bendabenda atau sesuatu yang bersifat nonverbal atau pencarian makna. Dari uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil topik mengenai bahasa verbal dan nonverbal seorang penderita Skizofrenia yang akan di bahas dalam penelitian ini berjudul “ Pemaknaan Peran Skizofrenia dalam film A Beautiful Mind” yang dikaji dalam sebuah penelitian Semiotika Charles Sanders Pierce. 10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, Hal 41-42.
9
1.2 Fokus Penelitian Film merupakan salah satu media massa yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat untuk mengetahui informasi. Seperti film yang bergenre biografi, penonton bisa mendapatkan informasi tentang proses seorang tokoh atau keseharian tokoh dalam film biografi. Seperti halnya film biografi yang menceritakan tentang seseorang yang menderita Skizofrenia. Masih sangat sedikit orang yang mengetahui tentang penyakit psikologis Skizofrenia ini. Penderita Skizofrenia tidak bisa terdeteksi secara kasat mata, namun bisa dilihat ciri-ciri penderitanya melalui komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukannya sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pemaknaan peran pada penderita Skizofrenia. Fokus penelitian di fokuskan pada tokoh utama John Nash yang menderita Skizofrenia dalam film A Beautiful Mind. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemaknaan peran Skizofrenia dalam film A Beautiful Mind pada sosok John Nash. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang komunikasi, khususnya dalam
10
perkembangan teori analisis semiotika. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang mengulas tema serupa, serta bisa membantu mengembangkan ide yang bertema serupa dalam membuat film. 1.4.2
Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu referensi
evaluasi kelebihan dan kekurangan film bertema Skizofrenia yang telah dibuat sebelumnya, sehingga dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas untuk kedepannya.