BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini
disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002:4). Arens, et al. (2012:24) mendefinisikan audit sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Maksud dari kutipan tersebut, audit didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Jasa nonassurance adalah jasa yang
dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan (Mulyadi, 2002:4). Dengan perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat pesat, kebutuhan akan informasi yang lengkap, tepat waktu, dan berkualitas tentang suatu perusahaan semakin tinggi. Informasi saat ini tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna pengambilan keputusan. Selain informasi yang disampaikan harus tepat waktu, informasi yang dihasilkan juga harus berkualitas. Dalam hal ini, peran auditor sangat penting dalam menghasilkan kualitas audit yang efektif dan efesien sehingga memberikan manfaat bagi para pemegang kepentingan. Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai risiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga kerusakan reputasi auditor.
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut: “Audit quality as the market-assessed joint probability that a given auditor will both detect material misstatements in the client’s financial statements and report the material misstatements”. Berdasarkan kutipan di atas, kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Selain kualitas audit yang dihasilkan, waktu yang dibutuhkan selama proses audit juga perlu diperhitungkan. Agar proses audit dapat terlaksana tepat pada waktu yang dianggarkan, hal ini akan menimbulkan tekanan bagi auditor untuk mencapai hal tersebut. Menurut Kelley,
(2005) time budget pressure
diartikan sebagai: “Budget related time pressure can only occur when the budgeted amount of time is less than total available time”. Dari penjelasan di atas, time budget pressure merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang telah tersedia untuk menyelesaikan prosedur audit yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang auditor mendapatkan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Biasanya klien yang menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) menginginkan waktu yang relatif lebih singkat sehingga biaya yang dianggarkan perusahaan lebih kecil. Sehingga dalam hal ini auditor dituntut mampu mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam menjalankan proses audit untuk menghasilkan informasi yang berkulitas dan tepat waktu. Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. Namun, tidak semua kalangan masyarakat memberikan kepercayaan penuh kepada profesi akuntan
khususnya akuntan publik. Krisis kepercayaan akan profesi ini semakin terasa saat terjadinya skandal manipulasi akuntansi di Indonesia. Meskipun dalam teori dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya, namun kenyataan di lapangan berbicara lain. Banyak fenomena-fenomena pelanggaran yang dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP). Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah adanya keharusan dana kampanye partai politik peserta Pemilu tahun 2009 diaudit oleh auditor independen. Auditor melaksanakan audit berdasarkan prosedur yang telah disepakati dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai klien KAP. Waktu yang diberikan bagi auditor untuk mengaudit laporan dana kampanye sangat pendek, yaitu 30 hari, sementara itu setiap partai memiliki banyak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang tersebar di daerah-daerah terpencil sehingga laporan yang harus diaudit sangat banyak. Hal ini menimbulkan tekanan terhadap auditor untuk
menyelesaikan pekerjaannya
sesuai dengan waktu
yang
dianggarkan. Dengan adanya tekanan tersebut menyebabkan auditor melakukan tindakan yang mengurangi kualitas audit seperti tidak melakukan sampling dan membuat pelaporan dana kampanye tidak valid (Elvan Dany, DetikNews: 2009). Selain fenomena di atas, terdapat fenomena lain yang terjadi yaitu banyaknya temuan berulang dan informasi yang tidak diungkap emiten dalam laporan tahunan (LT) salah satunya ditenggarai minimnya waktu yang diberikan manajemen kepada komite audit dalam memeriksa laporan tahunan sebelum diserahkan kepada regulator industri masing masing emiten atau perusahaan
publik. Menurut anggota dewan pengurus Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI), komite selama ini hanya diberi waktu seminggu untuk melihat dan mengevaluasi laporan tahunan yang dibuat manajemen, sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk melihat dan mengevalusi laporan tahunan tersebut. Dengan adanya keterbatasan waktu tersebut, terdapat beberapa elemen dalam laporan keuangan yang tidak diungkapkan. Sebagai contoh, pada bagian ikhtisar data keuangan ada tiga unsur yang sering tidak dungkapkan dalam laporan tahunan. Jumlah saham yang beredar, rasio liabilitas terhadap ekuitas dan rasio liabilitas terhadap jumlah aktiva. Jika hal tersebut luput diinformasikan kepada publik akan mislead kepada calon investor dan pemegang saham terutama pemegang saham minoritas, sehingga
menimbulkan
penilaian
buruk
terhadap
kualitas
auditnya
(AkuntanOnline, 2013). Untuk menghindari terjadinya kasus seperti ini, auditor harus melakukan seluruh prosedur audit secara rinci. Prosedur audit merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dengan melakukan seluruh prosedur audit yang ada akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan kesalahan yang terjadi dapat diminimalisasi. Penurunan kualitas audit sering disebut sebagai reduced audit quality (RAQ). Malon dan Roberts (1996) mendefinisikan reduce audit quality sebagai berikut: “RAQ behaviors are define as actions taken by an auditor during and engagement which reduce evidence gathering effectiveness inappropriately”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perilaku penurunan kualitas audit merupakan perilaku yang dilakukan auditor dalam penugasan audit dimana mereka mengurangi
bukti audit yang dikumpulkan sehingga dapat mengarah kepada penurunan kualitas audit. Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ behaviors)
adalah penghentian prematur atas prosedur audit (Malone dan Roberts, 1996). Penghentian prematur atas prosedur audit adalah penghentian atas prosedur audit
oleh auditor dilakukan ketika langkah-langkah program/prosedur audit yang diperlukan tidak dilanjutkan (Raghunatan, 1991). Praktik penghentian prematur atas prosedur audit banyak dilakukan oleh auditor dalam kondisi time pressure. Kondisi time pressure adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (Mutia Maulina, dkk, 2010). Time pressure terdiri dari dua dimensi, yaitu time budget pressure dan time deadline pressure (DeZoort dan Lord, 1997). Timbulnya time budget pressure disebabkan oleh adanya jumlah waktu yang telah dialokasikan dalam melengkapi tugas audit tertentu, sedangkan munculnya time deadline pressure disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk melengkapi tugas audit berdasarkan pedoman waktu tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan time budget pressure yang akan mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit. Pada prakteknya, time budget digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan kepada auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Dengan adanya tekanan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan dan merubah rencana strategis. Tekanan seperti ini
berpotensi menimbulkan sikap dalam tindakan profesional yang dapat mengurangi kualitas audit dan laporan keuangan yang dihasilkan. Survei yang dilakukan oleh Otley dan Pierce (1996) mengemukakan: “Tight budget often lead the auditors omitting parts of the audit program, and thus to lower audit quality”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa ketatnya time budget menyebabkan auditor untuk meninggalkan suatu langkah audit dalam audit program sehingga menyebabkan kecenderungan perilaku menyimpang yang berdampak pada penurunan kualitas kerja auditor. Hasil ini didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) bahwa time budget pressure suatu audit yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor terdiri dari audit quality reduction behavior (AQRB), premature sign-off (PSO) dan under reporting of time (URT). Selain itu penelitian yang dilakukan Basuki & Krisna Yunika, M. (2006) mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dan kualitas audit pada kantor akuntan publik di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap premature sign-off . Sedangkan tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku underrepoting of time. Perilaku premature sign-off tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Perilaku underreporting of time memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan tekanan anggara waktu tidak
memiliki pengaruh negatif dan signifian terhadap kualitas audit, namun harus melalui perilaku underreporting of time terlebih dahulu. Sedangkan penelitian menurut Coram, et al. (2004) mengenai The Effect of Time Budget Pressure and Risk of Error on Auditor Performance menunjukan hasil bahwa dibawah tekanan time budget terdapat kecenderungan untuk melakukan tindakan seperti mengurangi sampel pemeriksaan, menerima bukti audit yang lemah dan melakukan penyingkatan pemeriksaan yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas audit. Dari latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai time budget pressure dan perilaku penurunan kualitas audit, oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian: “Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Perilaku Penurunan Kualitas Audit”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penurunan kualitas audit. Hal tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh time budget pressure terhadap perilaku penurunan kualitas audit.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan pertama adalah untuk mendeskripsikan tingkat kinerja kantor akuntan publik dalam menghasilkan kualitas audit yang baik apakah sudah sesuai dengan standar dan prosedur audit yang berlaku umum. 2. Tujuan kedua untuk memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh variabel time budget pressure terhadap perilaku penurunan kualitas audit.
1.4
Manfaat Penelitian Dari penelitian ini yang dilakukan, penulis berharap dapat memberikan
manfaat bagi: 1.
Penulis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam hal auditing khususnya dalam bidang analisis pengaruh time budget pressure terhadap perilaku penurunan kualitas audit dan sebagai saran untuk membandingkan dengan teori yang pernah didapat di bangku kuliah serta sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
2.
Praktisi Akuntan Publik terutama bagi Auditor Memberikan masukan bagi kantor akuntan publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik pengurangan kualitas audit. Selain itu, dapat menjadikan referensi
bagi auditor untuk menjaga dan meningkatkan reputasi kantor akuntan publik yang menaunginya. 3.
Pihak Lain Masyarakat akademik pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya sebagai bahan referensi bagi yang melakukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan masalah ini.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada beberapa
kantor akuntan publik yang berada di kota Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan Mei 2013.