BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dengan jasa auditor, perusahaan klien ingin meyakinkan para pemangku kepentingan (stakeholders), seperti kreditur, investor serta masyarakat dan pemerintah bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kinerja auditor mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan auditing agar dapat menyampaikan penilaian yang netral dan dapat diandalkan didalam laporan keuangan perusahaan klien sehingga bisa digunakan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bagi para pemangku kepentingan (Dewi et al, 2015). Di Indonesia sendiri sudah ada kasus bank Lippo dan Kimia Farma, yang melibatkan KAP yang sejauh ini telah diyakini menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Kasus bank Lippo dan Kimia Farma bermula dari terdeteksinya manipulasi didalam laporan keuangan. Kasus lainnya yang menarik yaitu kasus audit di PT. Telkom yang melibatkan KAP ”Eddy Pianto & Rekan”, dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT. Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat). Kejadian ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan PT. Telkom oleh KAP yang lain (Winarto, 2002 dalam Trisnangsih, 2007). Di samping itu, kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh KAP ”KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” yang mengusulkan kepada kliennya (PT. Easman Christensen) agar memberikan uang suap kepada aparat perpajakan
1 Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
2
Indonesia agar memperoleh keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar (Sinaga, dkk. dalam Ludigdo, 2006 dalam Trisnangsih, 2007 ). Berdasarkan kasus-kasus di atas, dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus/paling bertanggung jawab. Hal tersebut disebabkan karena peran pentingnya akuntan dalam masyarakat bisnis. Auditor bahkan ditunding sebagai yang paling bertanggung jawa atas terjadinya kemerosotan perekonomian di Indonesia (Ludigdo, 2006 dalam Trisnangsih, 2007). Kurangnya sikap independensi dalam auditor dan banyaknya manipulasi pada laporan keuangan menyebabkan kepercayaan para pengguna laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para pengguna laporan keuangan seperti pihak investor dan pihak kreditur mulai meragukan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang independen. Kepentingan para pengguna laporan keuangan mungkin akan berbeda yang satu dengan yang lainnya. Auditor dalam menyatakan pendapatnya terkait kewajaran laporan keuangan yang diaudit, harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan bahkan kepentingan auditor itu sendiri. Keberadaan auditor sebagai suatu profesi tidak bisa dipisahkan dari karakteristik independensinya. Auditor sering dianggap sebagai individu yang harus selalu independen. Tanpa adanya sikap independensi, auditor tidak berarti apaapa (Arifah,
2012). Auditor yang benar-benar bersikap independen tidak akan
terbujuk oleh kliennya, maka audit yang dihasilkan akan berkualitas. Kualitas audit yang baik memperlihatkan bahwa auditor tersebut mempunyai kinerja yang baik (Gustia, 2014).
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
3
Terdapat beberapa faktor negatif yang bisa menurunkan tingkat kinerja, contohnya adalah menurunnya kemauan karyawan untuk meraih prestasi kerja, tidak menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu sehingga kurang menaati peraturan, dan tidak adanya contoh yang bisa dijadikan tumpuan dalam mencapai prestasi kerja yang baik. Berdasarkan hal tersebut peran seorang pemimpin menjadi juru kunci dalam membangun kembali semangat bawahannya untuk bekerja agar tujuan perusahaan
dapat
tercapai.
Seorang
pemimpin
harus
menerapkan
gaya
kepemimpinan dalam mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi
keberhasilan
organisasi
dalam
mencapai
tujuannya.
Gaya
kepemimpinan merupakan perilaku atau cara yang dipilih lalu dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi perasaan, pikiran, perilaku dan sika para anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003:115 dalam Tampi, 2014). Menurut Alberto et al. (2005) dalam Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja. Hal ini memberikan gambaran bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat mempengaruhi kinerja bawahannya. Selain itu, untuk memperoleh kinerja yang baik dibutuhkan juga adanya pemberian pengkajian terhadap bawahannya. Demikian pula gaya kepemimpinan pada KAP sangat diperlukan karena dapat memberikan nuansa pada kinerja auditor. Kinerja yang ditunjukkan oleh auditor juga terkait dengan kepribadian auditor. Core self evaluations adalah salah satu dari berbagai model kepribadian individu yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja dan motivasi seseorang. Core self evaluations terdiri dari 4 sifat kepribadian yaitu emotional stability, locus of control, self-esteem dan self-efficiency. Individu yang mempunyai
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
4
core self evaluations yang tinggi akan lebih efektif saat menghadapi dan mengatasi masalah dengan memakai strategi pemecahan permasalahan yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi stress. Individu yang memiliki sifat kepribadian ini memiliki motivasi yang lebih tinggi saat mengerjakan suatu pekerjaan. Motivasi sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja individu (Judge dan Bono, 2003 dalam Damayanti et al, 2015). Cara pandang seorang auditor disaat menghadapi suatu permasalahan atau peristiwa akan berpengaruh pada kinerja yang dihasilkannya. Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia bisa atau tidak mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966 dalam Damayanti et al, 2015). Locus of Control mempunyai peranan penting dalam hal motivasi. Locus of Control yang berbeda dapat menghasilkan motivasi dan kinerja yang berbeda (Menezes, 2008 dalam Damayanti et al, 2015). Locus of control bisa dipakai auditor dalam mengendalikan perilakunya saat bekerja. Auditor yang memiliki locus of control internal akan memberikan kontribusi yang positif pada kinerja disaat melaksanakan tugas auditnya, sehingga auditor menganggap locus of control internal sebagai usaha yang harus dilakukan jika ingin berhasil sedangkan locus of control eksternal dilakukan kepada orang yang tidak terlalu suka untuk berusaha. Locus of control eksternal disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mengendalikan dan sedikit pengaruhnya antara usaha dengan kesuksesan. Auditor yang dapat melakukan pengendalian terhadap perilaku dan kegiatannya saat melaksanakan tugas auditnya lalu bisa berpengaruh terhadap kinerjanya (Kusnadi dan Dewa, 2015). Individu dengan kepribadian emotional stability yang rendah akan cenderung
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
5
memiliki emosi yang tidak stabil dan diikuti dengan perasaan negatif, seperti kesedihan (sadness), kecemasan (anxiety), gugup (nervous), sensitif (irraitability) (John dan Pervin, 2001 dalam Safitri et al, 2005). Kestabilan emosi sering kali diasumsikan dapat menunjukkan tingkat kedewasaan kepribadian (maturity personality) seseorang. Emosi yang tidak stabil menandakan bahwa individu tersebut mempunyai kepribadian yang tidak dewasa (immature personality). Hal ini disebabkan karena Individu yang kepribadiannya tidak dewasa ditandai dengan ketidakmampuan individu tersebut dalam mengontrol dirinya, tidak dapat untuk bersikap objektif terhadap suatu masalah saat bekerja sehingga tidak dapat membedakan antara masalah pribadi dan masalah tugas pekerjaan, lalu akan mudah tersinggung, menyimpan dendam dan cenderung emosional (Susanti, 2014). Studi yang dilakukan oleh Damayanti et al (2015) mengenai pengaruh core self evaluations pada kinerja auditor BPK republik Indonesia perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian tersebut menunjukkan locus of control, emotional stability, selfesteem dan self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2014) menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Dalam penelitian Gustia (2014) mengemukakan bahwa 1) Independensi auditor dan etika profesi tidak berpengaruh signifikan positif kepada kinerja auditor pemerintah. 2) komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan positif kepada kinerja auditor pemerintah. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian secara empiris mengenai
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
6
pengaruh independensi auditor, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang terdaftar dalam PPAJP Sekertariat Jenderal Kementrian Keuangan yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta sebagai responden. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: 1) Apakah variabel independensi berpengaruh pada kinerja auditor? 2) Apakah variabel gaya kepemimpinan berpengaruh pada kinerja auditor? 3) Apakah variabel locus of control berpengaruh pada kinerja auditor? 4) Apakah variabel emotional stability berpengaruh pada kinerja auditor?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumus masalah diatas, tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan bukti empiris mengenai apakah variabel independensi auditor, gaya kepimpinan, locus of control dan emotional stability mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh independensi auditor, gaya kepimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor.
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
7
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan para pembaca dan dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya yang melakukan penelitian dibidang yang sama. 2) Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap pihak perusahaan untuk memperbaiki, meningkatkan dan menjaga kinerja auditornya. b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : Pendahuluan Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka dan hipotesis penelitian yang disertai review penelitian terdahulu yang relevan dan mendukung penelitian, dilanjutkan dengan kerangka pemikiran. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan data;
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy
8
variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. BAB IV : Analisis Data Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian hipotesis; dan pembahasan hasil analisis. BAB V : Penutup Bab ini membahas kesimpulan obyek yang diteliti berdasarkan hasil analisis data, dan menjelaskan mengenai keterbatasan penelitian serta memberikan saran bagi pihak yang terkait.
Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, locus of control dan emotional stability terhadap kinerja auditor Auliya Nur Aminy